Implementasi Knowledge Management
Implementasi Knowledge Management
Abstrak
Tulisan ini merupakan gagasan untuk mengimplementasikan suatu sistem
manajemen pengetahuan sebagai tindakan nyata dalam upaya optimasi
pendidikan kejuruan dalam pengembangan SDM nasional. Knowledge
management merupakan teknik mengorganisasi knowledge dalam sebuah
oraganisasi. Tujuannya adalah mempercepat terjadinya inovasi dengan
meningkatkan efektititas dan efisiensi penyerapan knowledge melalui proses
knowledge sharing. Empat aktifitas yang mendasari knowledge management
system adalah using knowledge, finding knowledge, creating knowledge dan
packaging knowledge. Dalam proses ini dituntut kemampuan untuk
mengkonversi tacit knowledge menjadi explicit knowledge sehingga bisa
ditransfer kepada orang lain. Mengingat latar belakang anggota APTEKINDO
yang berasal dari seluruh pelosok nusantara maka web based knowledge
management system merupakan pilihan terbaik. Sistem ini terbangun atas
banyak aspek, namun bisa dilakukan berbagai penyederhanaan sehingga bisa
diwujudkan dalam bentuk knowledge management portal. Supaya sistem ini
dapat terbangun dengan baik, perlu dibudayakan sikap menciptakan,
menangkap, menjaring, menyimpan, mengolah, dan menyebarluaskan
knowledge.
Kata Kunci: APTEKINDO, knowledge management, OKMS, tacit knowledge,
explicit knowledge
A. Pendahuluan
APTEKINDO, akronim dari Asosiasi Pendidikan Teknik dan Kejuruan Indonesia,
merupakan asosiasi institusi pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan calon guru
pendidikan teknologi dan kejuruan, Sekolah Menengah Kejuruan, Program Diploma,
Politeknik dan Lembaga Diklat di Indonesia. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah 1)
Turut aktif dalam upaya menyukseskan pembangunan nasional, khususnya dibidang
pendidikan dengan jalan memberikan sumbangan pemikiran dan menunjang pelaksanaan
program yang menjadi garis kebijaksanaan pemerintah, 2) Mengembangkan serta memajukan
pendidikan kejuruan sebagai ilmu profesi dalam rangka ikut mempersiapkan sumberdaya
manusia yang berkualitas tinggi di Indonesia, 3) Mengupayakan pengembangan dan
kemajuan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
(LPTK-PTK) Universitas dan institusi pendidikan kejuruan lainnya, 4) Mengupayakan
pengembangan ketenagakerjaan dalam arti seluas-luasnya, dan 5) Mempertinggi
professionalisme tenaga kependidikan kejuruan sesuai dengan tuntutan perkembangan
masyarakat [1].
Sedangkan Fungsi APTEKINDO yaitu: 1) Sebagai inovator dan inisiator dalam
perumusan kebijakan pendidikan kejuruan, 2) Sebagai wadah persatuan, pembinaan dan
pengembangan anggota dalam upaya mencapai tujuan organisasi, 3) Sebagai wadah peran
serta profesional pendidikan kejuruan dalam usaha menyukseskan pembangunan nasional, 4)
Sebagai sarana penyalur aspirasi anggota serta sarana komunikasi sosial timbal balik antar
organisasi kemasyarakatan dan pemerintah, 5) Ikut serta berperan dalam proses pengawasan
a.
b.
c.
d.
e.
Skyrme membedakan siklus inovasi dan siklus knowledge management seperti yang
terlihat pada Gambar 1.
i.
Tacit
Socialization
Externalization
Internalization
Combination
FROM
Explicit
Tacit
TO
Explicit
knowledge eksplisit itu ke dalam keseluruhan kemampuan dan kegiatan organisasi. Di dalam
aktivitas setiap organisasi, maka tidak dapat dihindari bahwa knowledge yang diperlukan
adalah knowledge yang tertanam di dalam diri masing-masing pribadi dan juga tercakup
dalam kerjasama antar pribadi. Semua ini bukan hanya knowledge eksplisit, tapi juga tacit
knowledge, terlebih lagi knowledge ini menjadi dinamis sejalan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di dunia eksternal maupun internal dari sebuah organisasi. Sehingga hal ini
merupakan fungsi manajemen knowledge, yaitu bagaimana mengelola dinamika penggunaan
knowledge tacit yang terintegrasi dengan knowledge eksplisit.
F. Simpulan
1. Dengan APTEKINDO knowledge management system, inovasi dan perkembangan insitusi
menjadi lebih cepat karena dengan pola siklus knowledge management tersebut semua
pengetahuan terarsip dengan baik dan dapat diakses dengan mudah oleh seluruh anggota.
Namun demikian diperlukan kemauan masing-masing individu dalam insitusi anggota
APTEKINDO untuk mengeksplisitkan semua tacit knowledge yang dimiliki sehingga bisa
disebarluaskan kepada anggota lain. Sikap yang harus dibudayakan untuk pembentukan sistem
ini diantaranya menciptakan, menangkap, menjaring, menyimpan, mengolah, dan
menyebarluaskan knowledge masing-masing.
2. APTEKINDO Knowledge Management System terdiri dari aspek aktifitas, teknologi pendukung,
interface dan berbagai komponen pendukung lainnya. Namun demikian perkembang
opensource web platform saat ini memungkinkan implementasi knowledge management portal
dalam bentuk yang lebih sederhana akan tetapi sudah cukup menjembatani terjadinya sharing
culture di organisasi termasuk APTEKINDO.
Referensi
1. Anonim. 2002. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga APTEKINDO. Surakarta
2. Anonim. Knowledge Management, a Practicioners Perspective.
http://www.prasanna.org/KnowledgeManagement-101.ppt, akses tanggal 25 Mei 2008
3. Bambang Setiarso. 2006. Penerapan Knowledge Management pada Oraganisasi: Studi
Kasus di Salah Satu Unit Organisasi LIPI.
http://ilmukomputer.com/2007/04/04/penerapan-knowledge-management-padaorganisasi/, diakses tanggal 20 Mei 2008.
4. Bambang Setiarso. 2006. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) Dan
Proses Penciptaan Pengetahuan. http://ilmukomputer.com/2006/09/22/manajemenpengetahuan-dan-proses-penciptaan-pengetahuan/, diakses tanggal 20 Mei 2008.
5. Bambang Setiarso. 2006. Teori, Pengembangan Dan Model Organizational Knowledge
Management Systems (OKMS). http://ilmukomputer.com/2006/09/12/teoripengembangan-dan-model-organizational-knowledge-management-systems-okms/,
diakses tanggal 20 Mei 2008.
6. Onno W Purbo. Knowledge Management. http://onno.vlsm.org/v10/onno-ind2/application/education/knowledge-management-09-2000.rtf, akses tanggal 25 Mei 2008.
7. Skyrme David J, Dr. 1998. Knowledge Management.
http://www.skyrme.com/ppt/kmintro/kmintro.ppt, akses tanggal 23 Mei 2008.