S Geo 0800067 Chapter2 (1) Villaaaa
S Geo 0800067 Chapter2 (1) Villaaaa
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembangunan Villa
1.
Definisi Pembangunan
Pada umumnya pembangunan diartikan sebagai upaya meningkatkan
kapasitas produksi untuk mencapai total output yang lebih besar dari
kesejahteraan yang lebih tinggi bagi bagi seluruh raakyat. Pembangunan
merupakan tuntutan bagi masyarakat untuk mencapai kemajuan, karena penduduk
makin bertambah besar jumlahnya, maka kebutuhannya pun bertambah
jumlahnya, jenisnya, dan kualitasnya, seiring dengan perkembangan kemajuan
peradaban manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (Adisasmita, 2010:1)
Menurut Siahaan (2004:19), mengemukakan bahwa Pembangunan adalah
upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik.
Upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik
merupakan hak semua orang di manapun berada . Khususnya di negara-negara
berkembang,
pembangunan
merupakan
pilihan
penting
dilakukan
guna
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menurut
Soemarwoto
(2004:158),
mengatakan
bahwa
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
lingkungan
yang
diperlukan
untuk
mendukung
Sedunia
Soemarwoto:162),
untuk
Lingkungan
mendefinisikan
dan
pembangunan
Pembangunan
(dalam
berkelanjutan
sebagai
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita hidup, melainkan juga harus
adanya pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar-Negara dan
antar-kelompok di dalam sebuah Negara.
2.
Pembangunan Villa
Villa adalah tempat tinggal atau rumah yang dengan sengaja difungsikan
untuk disewakan atau digunakan sendiri dan biasanya dibangun pada kawasan
objek wisata. Villa merupakan tempat tinggal sekaligus liburan, biasanya terletak
di luar daerah yang berhawa sejuk maupun lokasi yang memiliki pemandangan
indah seperti di pinggiran kota, pegunungan, pantai dan sebagainya. (Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :2010).
Biasanya harga penyewaan villa relatif mahal, sehingga hanya orang
berduit banyak yang membeli atau menyewa villa untuk rekreasi keluarga,
bersama saudara-saudara serta berfungsi sebagai rumah kedua disaat beristirahat
dari hiruk pikuk kegiatan rutin di kota. Villa juga banyak disewakan bagi yang
ingin beristirahat tetapi tidak memiliki tempat pribadi. Villa yang banyak diminati
adalah yang mempunyai sistim keamanan dengan penjagaan gerbang atau sistim
cluster sehingga privasi dan keamanan penghuni villa terjamin ketika menikmati
pemandangan kesejukan dan kenyamanan.
Tingkat hunian villa padat dan ramai ketika musim liburan seperti lebaran,
natal, tahun baru, imlek, idul adha dan weekend. Villa -villa banyak yang
menyediakan fasilitas hiburan seperti taman bermain anak-anak, danau
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
Ruang mutlak, merupakan wadah bagi unsur-unsur yang ada di ruang itu,
misalnya ruang permukaan bumi adalah wadah bagi benua, laut, gunung, kota
dan sebagainya.
2.
Ruang relatif, jika tempat A dan B berdekatan tapi tidak ada jalan yang
menghubungkan sedangkan tempat A dan C berjauhan tetapi terdapat jalan
dan alat perangkutan, maka dikatakan bahwa jarak AC lebih mudah dijangkau
dan ruangnya relatif lebih kecil.
3.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang
udara, sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsunga hidupnya.
2.
Tata Ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik
yang direncanakan maupun tidak.
3.
Tata Ruang (dengan penekanan pada tata) adalah pengaturan susunan ruang
suatu wilayah atau daerah sehingga terciptanya persyaratan yang bermanfaat
bagi segi ekonomi, sosial, budaya dan politik yang sangat menguntungkan
bagi perkembangan di wilayah atau daerah tersebut.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
2.
Tata Ruang (dengan perkembangan ruang) adalah suatu wadah dalam segi
tiga dimensi (trimatra), yakni tinggi, lebar, dan kedalamannya yang
menyangkut bumi, air, sungai, danau, lautan, dan segala kekayaan yang
terkandung di dalamnya, udara, ruang angkasa di atasnya secara terpadu,
sehingga peruntukan dan penggunaannya serta pengolahannya mencapai
manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan
dan kesejahteraan rakyat.
Menurut Adisasmita (2010:64), Tata Ruang adalah wujud struktural dan
2.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
1.
2.
3.
b.
c.
Mewujudkan
perlindungan
fungsi
ruang
dan
mencegah
serta
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
1.
2.
3.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
4.
5.
Kawasan pertambangan
Kawasan pertambangan adalah secara teknis dapat digunakan untuk
pemutusan kegiatan pertambangan secara tidak mengganggu kelestarian
fungsi lingkungan hidup. Secara ruang apabila dikembangkan, kegiatan
pertambangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan
ekonomi sekitarnya, meningkatkan fungsi lindung, meningkatkan upaya
pelestarian kemampuan sumber daya alam, meningkatkan pendapatan
masyarakat, nasional dan daerah, menciptakan kesempatan kerja, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6.
Kawasan industri
Pengembangan kawasan industri dapat memberikan manfaat seperti
meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan daya guna investasi
yang ada di daerah sekitarnya, meningkatkan perkembangan pembangunan
masyarakat, nasional dan daerah, serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pengembangan kawasan industri dikelompokkan menjadi 5 jenis
kawasan industri, yaitu industri hasil pertanian, hasil pertambangan, industri
pengolahan, industri maritim, dan industri geram.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
7.
Kawasan pariwisata
Sektor pariwisata masih merupakan sektor unggulan yang diharapkan
memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian di masa yang akan
datang. Arahan pengembangan obejk/kawasan wisata yang telah memiliki
prospektif baik dalam skala provinsi, nasional, maupun internasional dapat
dilaksanakan.
Arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya menurut
b.
Pengembangan
kawasan
budidaya
perikanan
sasarannya
adalah
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
c.
d.
e.
f.
2.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
b.
c.
d.
e.
f.
atau
tanaman
tahunan
perkebunan.
Pengembangan
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
dilakukan
usaha
partisipasi
dari
swadaya
spontanitas
petani.
b.
4.
b.
c.
d.
e.
f.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
g.
C. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
yaitu melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna kepentingan pembangunan
berkelanjutan (Adisasmita, 2010:72). Semakin terbatasnya ruang, maka untuk
menjamin terselenggaranya kehidupan dan pembangunan yang brekelanjutan dan
terpeliharanya fungsi pelestarian lingkungan, maka upaya pengaturan dan
perlindungan terhadap kawasan lindung perlu dituangkan dalam kebijakan
pengembangan pola pemanfaatan ruangnya.
Penerapan kawasan lindung pada dasarnya merupakan titik tolak dalam
pengembangan pemanfaatan ruang wilayah yang berlandaskan pada prinsip
pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan kawasan lindung harus diintregasikan
dengan tata ruang wilayah secara keseluruhan. Setelah kawasan lindung
ditetapkan sebagai kendala (limatasi) dalam pengembangan wilayah, barula
kemudian dapat direkomendasikan arahan kawasan budidaya produksi maupun
permukiman. Dalam konteks pembangunan daerah pemanfaatan kawasan lindung
yang ada perlu dimantapkan fungsinya karena terkait dengan kepentingan untuk
meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air dan iklim (hidrologis) pada
wilayah belakangnya.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
Berikut ini adalah kriteria atau ciri-ciri kawasan lindung menurut Balai
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT), diantaranya yaitu :
1.
2.
Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi
(regosol, litosol, organosol,dan renzina) dan mempunyai kemiringan lereng >
15%
3.
4.
Merupakan pelindung mata air, yaitu 200 meter dari pusat mata air.
5.
Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas
permukaan laut.
6.
1.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
2.
3.
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung
air hujan, menyimpan dan mengalirkannya ke danau atau ke laut secara alami,
yang batasnya di darat merupakan pemisah topografi, sedangkan di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
4.
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara
kesuburan tanah.
5.
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
6.
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya.
7.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
8.
9.
Kawasan resapan air adalah daerah bercurah hujan tinggi, berstruktur tanah
yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara besar-besaran.
10. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
11. Sempadan sungai adalah kawasan tertentu sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk pada sungai buatan/kanal/saluran/irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
12. Kawasan sekitar waduk dan situ adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk
dan situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi waduk dan situ.
13. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata
air.
14. Tanah timbul adalah daratan yang terbetuk secara alami maupun buatan
karena proses pengendapan di sungai, danau, pantai dan/atau lahan timbul,
serta penguasaan tanahnya dikuasai negara.
15. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
tempat
maupun
perlindungan
bagi
perkembangan
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
22. Kawasan perlindungan plasma nutfah adalah kawasan suaka alam dan
pelestarian alam yang diperuntukan bagi pengembangan dan pelestarian
pemanfaatan plasma nutfah tertentu.
23. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata
buru.
24. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang
merupakan lokasi tinggalan budaya manusia dan benda alam yang
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan,
pengembangan dan pemnafaatan.
25. Kawasan konservasi lingkungan geologi adalah lahan yang mempunyai ciri
geologi unik/khas, langka dan atau mempunyai fungsi ekologis yang berguna
bagi kehidupan dan penunjang pembangunan berkelanjutan dan atau
mempunyai nilai ilmiah tinggi untuk pendidikan.
26. Kawasan rawan bencana gunung berapi adalah kawasan yang sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana akibat letusan gunung berapi.
27. Kawasan rawan gempa bumi adalah kawasan yang pernah terjadi dan
diidentifikasi mempunyai potensi terancam bahaya gempa baik gempa bumi
tektonik maupun vulkanik.
28. Kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan yang berdasarkan kondisi
geologi dan geografi dinyatakan rawan longsor atau kawasan yang
mengalami kejadian longsor dengan frekuensi cukup tinggi.
29. Kawasan rawan banjir adalah daratan yang berbentuk flat, cekungan yang
sering atau berpotensi menerima aliran air permukaan yang relatif tinggi dan
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
Hutan Lindung
Pengertian hutan lindung kerap dipertukar-tukarkan dengan kawasan
lindung dan kawasan konservasi pada umumnya. Kawasan konservasi, atau yang
juga biasa disebut sebagai kawasan yang dilindungi (protected areas), lazimnya
merujuk pada wilayah-wilayah yang didedikasikan untuk melindungi kekayaan
hayati seperti halnya kawasan-kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam
sebagaimana dimaksud oleh UU No 5/1990. Jadi, kawasan konservasi fungsinya
jelas berbeda dengan hutan lindung.
Pengertian hutan lindung menurut pasal 1 angka (7) UU Nomor 41 Tahun
1999 dan UU Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, yakni kawasan hutan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
air laut dan memelihara kesuburan tanah.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
agar fungsi-fungsi ekologisnya terutama menyangkut tata air dan kesuburan tanah
tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya. Hal
ini sesuai dengan Undang-undang RI No 41/1999 tentang Kehutanan
menyebutkan:
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
Kawasan yang mempunyai skor lebih dari 175 menurut Sk Menteri Pertanian
No. 837/Kpts/Um/11/1980.
2.
3.
4.
Kawasan yang memiliki jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis
tanah dengan nilai 5 (regosol, litosol, organosol, dan renzina) dan memiliki
kemiringan dengan kelas lereng lebih besar dari 15 %.
5.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
tangkapan hujan (catchment area), di sepanjang aliran sungai jika dianggap perlu,
di tepi-tepi pantai (misalnya pada hutan bakau), dan tempat-tempat lain sesuai
fungsi yang diharapkan. Hutan lindung mempunyai peranan yang penting dan
strategis bagi kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya.
2.
Hutan Konservasi
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
dan
pengembangan
kawasan
konservasi
ditujukan
untuk
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
mempunyai
fungsi
pokok
sebagai
kawasan
pengawetan
ilmu
pengetahuan
dan
pembangunan
pada
umumnya.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
36
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
38
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
a.
Sempadan pantai
Menurut Undang-Undang No.27/2007 tentang pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyatakan bahwa sempadan pantai
adalah daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, serta berjarak minimal 100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
b.
Sempadan sungai
Sempadan Sungai yaitu kawasan sepanjang kanan kiri sungai
termasuk
sungai
buatan/kanal/saluran
irigasi
primer
yang
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43
d.
b.
c.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
keperluan
penelitian,
ilmu
pengetahuan,
pendidikan,
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
45
sejarah,
bangunan
keanekaragaman
arkeologi
bentukan
dan
geologi
monumen
yang
nasional
berguma
dan
untuk
sinar
matahari
(suhu),
angin
dan
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kelembaban
yang sangat
46
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
Tabel 2.1
Hutan dilihat Berdasar Corak Ekologis di Indonesia
No
Jenis Hutan
Dari tabel 2.1 dapat dijelaskan bahwa jenis hutan di pulau Jawa yang
menduduki peringkat pertama adalah hutan jati sedangkan jenis hutan luar pulau
Jawa yang menduduki peringkat pertama adalah hutan hujan primer.
Hutan merupakan suatu ekosistem natural yang telah mencapai
keseimbangan klimaks dan merupakan komunitas tumbuhan paling besar yang
berkemampuan untuk pulih kembali dari perubahan-perubahan yang dideritanya,
sejauh hal tersebut tidak melampaui batas-batas yang ditelerir. Sebagai ilmu,
hutan dibagi dalam beberapa daerah yakni bagian atas tanah yang meliputi tajuktajuk pepohonan, batang kayu dan tumbuhan bawah; bagian permukaan tanah
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
yang meliputi semak, rumput-rumputan dan serasah yang sering disebut lantai
hutan (forest floor) yang terdiri dari tumpukan daun, ranting, bunga dan buah;
serta bagian dalam tanah yang meliputi akar dari semua vegetasi.
Dengan adanya hal tersebut, maka ekologi hutan adalah bagian dari
ekologi tumbuhan yang terutama berhabitat daratan dan yang mempelajari
masyarakat atau ekosistem hutan di bidang autoekologi dan synekologi. Adapun
yang disebut autoekologi yaitu ilmu yang khusus mempelajari ekologi suatu jenis
pohon atau tumbuha-tumbuhan terhadap pengaruh suatu faktor lingkungan atas
kehidupan pohon atau tumbuh-tumbuhan tersebut. Seperti layaknya sebuah siklus
hidup, adaptasi lingkungan akan terjadi pula di sini.
Sedangkan synekologi
adalah ilmu yang dikhususkan untuk mengkaji seluk-beluk ekologi atau ekosistem
tentang pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan produksi hutan.
Tabel 2.2
Pembagian Peruntukan Hutan di Indonesia Menurut Tata Guna Hutan
No
Peruntukan
1. Hutan lindung
2. Hutan suaka alam dan wisata
3. Hutan produksi terbatas
4. Hutan produksi tetap
5. Hutan produksi konversi
6. Areal penggunaan lain-lain
Luas daratan Indonesia
Sumber : Arief, 1993
Luas
% Daratan Indonesia
30.316,1
18.725,2
30.525,3
33.866,6
30.537,4
49.101,1
193.071,7
15,70
9,70
15,81
17,54
15,61
25,64
100,00
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
49
produksi tetap, hutan produksi konversi dan areal penggunaan lain berdasarkan
luas wilayah Indonesia.
Fungsi hutan secara luas diantaranya yaitu :
a.
Hutan lindung, yang menjaga kelesatarian tanah dan tata air wilayah.
b.
c.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
50
Manfaat langsung
Industri
Lain-lain
1. Penyangga
keseimbangan
ekosistem
2. Perlindungan
kehidupan alam
1. Makanan
1. Industri kayu
1. Estetik
langsung (buah,
buruan, sagu)
2. Bahan obat dan 2. Industri farmasi 2. Rekreasi
penyegar
(obat penyegar,
kosmetik, dsb)
daerah 3. Kayu bakar
3. Industri kertas
3. Spiritual
3. Proteksi
aliran air
4. Pengendali erosi 4. Bahan arang
4. Getah (karet)
5. Penyimpanan
5. Kayu bangunan 5. Residu (mentol,
cadangan air
terpentin)
6. Penyerap CO2 dll 6. Bahan tenunan 6. Minyak
(serat,
ulat
(cengkeh, kayu
sutera)
putih dst)
7. Penghasil O2 dan 7. Pemeliharaan
kesegaran
lebah (madu)
umumnya
8. Kesuburan tanah
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Olahraga
5. Cinta
alam
6. Sejarah
7. Sosial
budaya
51
Sumber : Tabulasi hasil modifikasi Soerjani, 1990 dari Myer (dalam Arief,
1994:9)
Dari tabel 2.3 dapat dijelaskan bahwa hutan memiliki fungsi baik sebagai
fungsi ekologi, manfaat langsung, industri dan lain sebaginya. Jika dilihat secara
seksama, hutan yang berfungsi ekologi sangatlah penting karena untuk kebutuhan
hajat hidup orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadi. Jadi apabila
mengalami kerusakan dan tidak berfungsi ekologi maka akan mengganggu
keseimbangan lingkungan dan akan berdapakn bagi manusia, hewan dan
tumbuhan serta lingkungan disekitarnya bahkan dapat mempengaruhi secara
global.
Dengan adanya hal tersebut, apabila hutan ditebang habis, air mengalir
deras membawa partikel tanah permukaan, kemudian tercampur menjadi lumpur.
Peristiwa tersebut sekaligus menutup pori-pori tanah permukaan sehingga air
hujan berikutnya banyak yang mengalir ke sepanjang lereng karena sebagai akibat
dari berkurangnya daya serap tanah.
D. Kondisi Ekologis
Menurut Arief (1993:1), Ekologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Pengertian
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Soemarwoto (2004:22), bahwa Ekologi
adalah ilmu tentang hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungan
hidupnya. Berdasarkan lingkungan atau habitat, ekologi dibedakan atas ekologi
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat
tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi,
atau kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang mahluk
hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal mahluk hidup.
4.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
5.
mempelajari hubungan timbal balik antara organisme yang satu dengan organisme
yang lain serta lingkungannya.
7.
Odum, 1993 (dalam Indriyanto, 200:3), ekologi adalah suatu studi tentang
struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54
ruang-ruang tanah yang mengakibatkan tanaman rusak dan mati. Lumpur yang
terbawa banjir di satu pihak memang bermanfaat karena membawa kesuburan,
tetapi kerusakan yang diitmbulkan oleh banjir justru banyak membawa
kesengsaraan. Dapat diduga bahwa sebagian besar hutan dan semak yang
sekarang masih terdapat di banyak kawasan yang menderita akan musnah dalam
waktu dua dasawarsa lagi, atau setidak-tidaknya hutan ini akan rusak. Sedangkan
penghijauan alamiah atau pemulihan hutan yang terdegradasi mempunyai peluang
yang sangat kecil walaupun tekanan eksploitasi telah berhenti.
Apabila keadaan ini tidak segera diatasi seintensif mungkin dengan cara
permudaan pohon dan pemberian unsur hara seimbang, maka akan timbul tanah
kritis yang ditandai oleh munculnya vegetasi alang-alang. Perladangan tersebut
akan mengakibatkan terjadinya disklimaks yang menimbulkan padang alang-alang
karena vegetasi tersebut tidak lagi digantikan oleh vegetasi lain dan pohon yang
ditebang justru akan menghidupkan tumbuh-tumbuhan yang intoleran terhadap
sinar matahari. Hal ini akan mematikan tumbuh-tumbuhan yang toleran terhadap
sinar matahari, sedangkan biji-biji dari pohon yang ditebang masih belum mampu
untuk tumbuh.
Penebangan hutan secara umum sudah diketahui dampaknya, baik dampak
awal maupun langsung. Adapun dampak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi perlindungan, termasuk pada tajuk pohon, tajuk tingkat
bawah dan serasah, dimana akibatnya tetesan air hujan lebih besar dan
permukaan tanah menjadi gundul.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
55
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
56
dan peranan hutan sebagai pengatur tata air, pencegah erosi banjir, dan pemulihan
tingkat kesuburan tanah bisa normal kembali (Arief, 1993:133).
Saat ini keberlanjutan Indonesia berada dititik kritis karena bencana
ekologis yang terjadi secara akumulatif dan simultan di berbagai tempat, tanpa
ada upaya yang signifikan untuk mengurangi kerentanan dan kerawanan
masyarakat terhadap dampak bencana ekologis. Bencana ekologis adalah
akumulasi krisis ekologis yang disebabkan oleh ketidakadilan dan gagalnya
sistem pengurusan alam yang telah mengakibatkan kolapsnya pranata kehidupan
masyarakat (Fattah, 2009).
Pertanda bencana ekologis justru ada di depan mata dimana masyarakat
sebagai stakeholder utama dan lingkungan hidup berada pada kondisi ketiadaan
pilihan untuk bertahan hidup, gagalnya fungsi ekosistem, tersingkirnya hak-hak
masyarakat lokal, kemiskinan, dan kematian.
Menurut Fattah, (2009) untuk menahan dan mengurangi laju bencana
ekologis yang lebih luas, maka WALHI mengajukan beberapa pra-syarat, sebagai
berikut:
1.)
2.)
3.)
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
57
4.)
5.)
6.)
fungsi alam dan hubungannya diantara organism hidup dan keseluruhan faktor
fisikal serta biologikal yang membentuk lingkungannya. Adapun yang dimaksud
dengan kondisi ekologis dalam penelitian yang berjudul Dampak Pembangunan
Villa di Kawasan Lindung terhadap Kondisi Ekologis Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bogor ini adalah kondisi lingkungan sebagai dampak dari
pembangunan villa di kawasan lindung, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1.
Banjir
Banjir merupakan bencana yang kerap terjadi di Indonesia. Menurut
Schwab at.al 1981 (dalam Gea Sumber Daya Air, 2008:166), mengatakan bahwa
banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya yang
disebabkan curah hujan yang berlebihan atau salju yang mencair atau dapat pula
karena gelombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran banjir.
Menurut Hawlet 1982 (dalam Gea Sumber Daya Air, 2008:166), banjir adalah
aliran atau genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi bahkan
menyebabkan
kehilangan
jiwa.
Sedangkan
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menurut
Kepmen
Pedoman
58
Management Banjir (2003), Banjir adalah suatu keadaan sungai dimana aliran
airnya tidak tertampung oleh palung sungai dan menegaskan bahwa penyebab
terjadinya banjir diantaranya adalah :
1. Faktor kondisi alam (statis), yang meliputi : kondisi geografis,
tofografi, geometri sungai (kemiringan meandering, bottle-neck,
sedimentasi, ambal alam). Secara umum ketika sebuah sistem aliran
sungai yang memiliki tengkay kemiringan (gradien) sungai yang relatif
tinggi (lebih dari 30 % atau lebih dari 27 o) apabila dibagian hulu
terjadi hujan yang cukup lebat maka potensi terjadinya banjir bandang
relatif tinggi. Tingkat kemiringan sungai yang relatif curam ini dapat
dikatakan sebagai faktor bakat atau bawaan.
2. Faktor manusia
a) Adanya subsistem dalam siklus hidrologi yang dilakukan oleh
manusia diantaranya adalah penebangan hutan (ilegal logging)
yang mengakibatkan lapisan vegetasi alam terangkatnya tanah dari
gerakan tanah alami yang tidak bisa tertahan akar.
b) Menurunnya daya dukung lingkungan hidup, khususnya di Daerah
Aliran Sungai (DAS). Terutama oleh karena rusaknya kawasan
hulu dan tengah DAS di sejumlah lokasi. Kerusakan tersebut
umumnya terjadi akibat kegiatan perambahan hutan secara liar
(encroachment) dan penebangan kayu yang melanggar hukum
(destructive logging) serta pertambangan batubara yang tidak
memperhatikan kaedah lingkungan. Hal ini semakim marak karena
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
59
hilangnya
daerah
resapan
air
sehingga
air
memperbesar air lariannya (run off) dan genangan. Tata kota yang
buruk dan menjamurnya bangunan yang tidak terkendali menjadi
penyebab utama yang membuat banyaknya lahan resapan air
berkurang. Kurangnya lahan resapan air ini kedepannya akan
menimbulkan dampak yang buruk karena berhubungan dengan
perubahan iklim global yang semakin buruk.
d) Faktor pemanasan global : hal ini terjadi karena konsentrasi dari
karbondioksida di dalam atmosfer di bumi ini telah meningkat. Ini
semua merupakan dampak dari industrialisasi, pembakaran fosil
fuel untuk bahan bakar (batubara, kayu dan minyak bumi),
penggundulan hutan, pestisida untuk pertanian dan lain sebagainya.
Pemanasan global juga menyebabkan mencairnya es di kutub
sehingga mengakibatkan naiknya muka air laut.
e) Tingginya penimbunan rawa yang dipergunakan untuk pemukiman
dan membuka perkebunan besar.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa banjir adalah
bencana alam yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi maupun dimana
keadaan badan air seperti sungai dan danau tidak mampu menampung kapasitas
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
60
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
61
runoff) menjadi tinggi. Akibatnya air hujan yang tertampung di bandan air namun
tidak mampu diresapkan secara maksimal menyebabkan air berlebih (banjir)
sebagai akibat luapan air sungai ataupun hujan lokal maka akan menyebabkan
terbentuknya bentukan banjir.
2.
Longsor
a. Pengertian Longsor
Menurut Varnes (1978) dalam Surono dalam Sukarjo (2000:14)
Sukarjo,
2000:14) menyatakan bahwa Longsor dan erosi yaitu proses berpindahnya tanah
atau batuan dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat
dorongan air, angin atau gaya gravitasi. Proses ini melalui beberapa tahapan
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
62
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
63
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
64
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
65
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
66
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
dengan jenis
komoditas
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
menetapkan lahan pada ketinggian di atas 100 m dpl dan lereng >45%
sebagai kawasan usaha terbatas dan diutamakan sebagai kawasan hutan
lindung. Sementara Departemen Kehutanan menetapkan lahan dengan
ketinggian >200 m dpl dan atau lereng >40% sebagai kawasan lindung.
d. Lereng
Lereng atau kemiringan lahan adalah salah satu faktor pemicu
terjadinya longsor di lahan pegunungan. Semakin curam lereng semakin
besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan yang berpotensi
menyebabkan longsor.
Selain kecuraman,
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
2. Faktor manusia
Faktor manusia yang dimaksud adalah semua tindakan manusia yang
dapat mempercepat terjadinya longsor. Tindakan manusia yang dapat
menyebabkan longsor antara lain :
a. Penggundulan hutan akan mengurangi resapan air hujan sehingga
akan memperbesar aliran permukaan. Aliran permukaan merupakan
pemicu terjadinya longsor dengan mekanisme yang berbeda.
b. Teknik konservasi pada lahan pertanian yang kurang tepat sehingga
memicu terjadinya longsor.
c. Penambangan pasir yang tidak terklasifikasi berdasarkan konteks
rencana tata ruang wilayah.
d. Arela pertambangan yang tidak memperhatikan etika lingkungan.
d. Dampak Longsor
Terjadinya bencana longsor di suatu daerah dapat menimbulkan korban
jiwa, kerusakan harta, kerusakan sarana dan prasarana sosial dan kerusakan lahan
pertanian. Bencana longsor juga dapat mempengaruhi penurunan kualitas lahan
pertanian. Tanah yang terangkut longsor merupakan tanah bagian atas atau top
soil yang kaya akan bahan organik dan memiliki tinggkat kesuburan yang tinggi.
Akibatnya lahan akan mengalami penurunan kualitas yang tentunya juga akan
berpengaruh terhadap produktivitas hasil pertanian. Hal tersebut akan berdampak
pada hasil pertanian para petani, sedangkan untuk mengembalikan kesuburan
tanah seperti semula membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 2 tahun dan
memakan biaya yang cukup besar.
e. Karakteristik Kawasan Longsor
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi
(Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993 : 6). Contohnya
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
adalah kemiringan lereng, curah hujan, tektsur tanah, kapasitas air yang
tersedia, dan kedalaman efektif. Karakteristik lahan akan berpengaruh
terhadap kualitas lahan dan tingkat erosi karena tingkat bahaya erosi
dipengaruhi oleh berbagai keadaan sifat tanah, kemiringan lereng, iklim
(curah hujan), dan batuan di permukaan. Karakteristik lahan bekas
longsoran merupakan kondisi lahan secara aktual setelah terjadinya
bencana longsor. Karakteristik lahan bekas longsoran secara umum dapat
dilihat berdasarkan faktor-faktor fisik yang mempengaruhi erosi adalah
sebagai berikut :
1. Tekstur tanah
Doubermire, 1967 (dalam Sukarjo, 2000:29), menyatakan bahwa tekstur
tanah memiliki peranan penting dalam menentukan penetrasi perakaran tanaman,
penyusupan air ke dalam tubuh tanah, kapasitas menahan air, laju pergerakan air
dan udara dalam tanah sehingga memperkecil jumlah limpasan.
Tanah-tanah bertekstur kasar seperti pasir dan pasir berkerikil akan
mempunyai kapasitas penyusupan tinggi. Tanah bertekstur halus juga mempunyai
kapasitas penyusupan cukup tinggi, akan tetapi apabila terjadi limpasan maka
butiran halusnya akan mudah terangkut.
Tekstur tanah menunjukan kasar halusnya tanah berdasarkan atas
perbandingan banyaknya nutir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah adalah
salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air
dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
Tanah yang bertekstur kasar akan lebih rawan longsor bila dibandingkan
dengan tanah yang bertekstur halus, karena tanah yang bertekstur kasar
mempunyai kohesi agregat tanah yang rendah dan mempunyai kapasitas infiltrasi
yang tinggi. Tanah-tanah yang mengandung liat dalam jumlah yang tinggi dapat
tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh menimpanya, dan pori-opri lapisan
permukaan akan tersumbat oleh butir-butir liat. Hal ini akan menyebabkan aliran
permukaan, bahkan longsor.
2. Struktur tanah
Menurut Wisler, 1949 (dalam Sukarjo, 2000:29), mengemukakan bahwa
struktur mikro dan makro tanah memiliki pengaruhi besar terhadap laju
penyusupan air kedalam tubuh tanah, yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi laju limpasan. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dan butirbutir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat
terikat satu sama lain oleh suatu perekat, seperti bahan organik, oksida-oksida besi
dan lain sebagainya. Gumpalan kecil ini mempunyai bentuk ukuran dan ketahanan
yang berbeda.
3.
Ketersediaan Air
Air merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Manusia tidak akan
bertahan hidup tanpa air. Oleh karena itu, air merupakan penopang kehidupan
bagi manusia. Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki 2 musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau dan memiliki curah hujan yang tinggi. Kondisi
demikian tentunya Indonesia adalah Negara yang memiliki cadangan air bersih
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
yang cukup melimpah. Akan tetapi pada kenyataannya ada daerah-daerah tertentu
di Indonesia yang kekurangan atau kesulitan memperoleh air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar masyarakat Indonesia memanfaatkan air
tanah untuk kebutuhan sehari-hari dalam hidupnya. Air tanah adalah air yang
bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah
yang membentuk itu dan di dalam retak-retak dari batuan.
Ketersediaan air yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apakah air
yang tersedia di daerah penelitian sudah memenuhi kebutuhan penduduk.
Penduduk yang sebagian besar memanfaatkan air tanah, apakah pernah merasakan
kesulitan memperoleh air bersih setelah adanya bangunan villa di kawasan
lindung kecamatan Cisarua sehubungan dengan pemanfaatan wilayah tersebut
sebagai daerah resapan air dan pengendali banjir.
Sulastri, 2012
Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu