BN S ubl
e i
97 pte kas
8- mb i K
97 er hu
9- 20 su
35 13 s
39
-2
70
IS
Oleh :
Eliya Suita
Kementerian Kehutanan
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan
Publikasi Khusus
ISBN : 978-979-3539-27-0
SERI
Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
SAGA POHON
(Adenanthera pavonina L.)
Penyusun :
Eliya Suita
Penanggung Jawab:
Ir. Suhariyanto, M.M.
Koordinator :
Andreas Terapi, S.Hut.
ISBN : 978-979-3539-27-0
Kata Pengantar
Saga pohon merupakan tanaman serbaguna, bermanfaat mulai dari biji, kayu, kulit
batang dan daunnya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa daun saga dapat dimakan
dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuhan reumatik dan bijinya
mengandung asam lemak sehingga dapat menjadi sumber energi alternatif (biodiesel).
Kayunya keras sehingga banyak dipakai sebagai bahan bangunan serta mebel.
Upaya penanaman jenis ini perlu didukung dengan ketersediaan benih yang berkualitas
dan dalam jumlah yang cukup serta penguasaan teknologi perbenihan yang tepat.
Sehubungan dengan hal tersebut Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman
Hutan memandang perlu untuk menerbitkan informasi teknik perbenihan tanaman saga
dalam bentuk Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.
Buku ini disusun secara ringkas namun cukup mengandung informasi yang dibutuhkan
untuk meningkatkan keberhasilan penanaman saga mulai dari informasi penyebaran
dan tempat tumbuh, sampai penanganan benih.
Semoga bermanfaat.
Kepala Balai,
Ir.Suhariyanto, M.M
NIP.19580425 198703 1 002
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Daftar Gambar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
I. Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
II. Pengenalan Jenis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
III. Teknologi Perbenihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
IV. Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
Daftar Gambar
Gambar 1. Pohon Saga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Gambar 2. Pengunduhan Buah dan Buah Masak Fisiologis . . . . . . . . . . . . . . . . 6
Gambar 3. Ekstraksi Buah / Polong dan Benih Hasil Ekstraksi . . . . . . . . . . . . . . 11
Gambar 4. Penaburan dan Benih Siap sapih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
I. Pendahuluan
Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) merupakan tanaman serbaguna, semua bagian
tanaman bermanfaat mulai dari biji, kayu, kulit batang dan daunnya. Saga pohon mampu
memproduksi biji kaya protein serta tidak memerlukan lahan khusus untuk penanaman karena
bisa tumbuh di lahan kritis, tidak perlu dipupuk atau perawatan intensif. Selain itu, hama dan
gulmanya minim sehingga tidak memerlukan pestisida, jadi bersifat ramah lingkungan karena
dapat ditanam bersama tumbuhan lainnya. Kandungan protein yang terdapat pada biji saga
pohon tersebut juga lebih besar bila dibandingkan dengan kedelai dan beberapa tanaman
komersil lainnya. (Sutikno, 2009)
Jenis ini umumnya dipakai sebagai peneduh di jalan-jalan besar dan juga mudah ditemukan di
pantai. Daunnya dapat dimakan dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuh
reumatik. Bijinya dapat digunakan sebagai bahan tempe non kedelai karena kaya protein dan
sumber energi alternatif (biodiesel) karena mengandung asam lemak. Jumlah asam lemak
bebas yang terkandung pada biji/benih saga pohon relatif tinggi terutama peroksida dan
saponification senilai 29,6 mEqkg dan 164,1 mgKOHg. Selain itu, saga pohon juga
mengandung protein (2,44 g/100 g), lemak (17,99 g/100 g), mineral, gula yang rendah (8,2
g/100 g), tajin (41,95 g/100 g) dan karbohidrat. Kayunya keras sehingga banyak dipakai
sebagai bahan bangunan serta mebel (Sutikno, 2009; Anonim, 2009).
Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon saga tersebut, maka pohon saga
mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya. Kawasan hutan produksi yang
tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat ditanami saga. Manfaat dan
kegunaan pohon ini dapat menjadi sumber penghidupan masyarakat dan sumber pendapatan
suatu daerah.
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat dari tanaman saga pohon dan
bagaimana cara penanganan benihnya agar dapat dibudidayakan dengan baik.
Saga Pohon tumbuh baik di daerah tropika, dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus serta
mampu tumbuh baik di daerah berbatu, di daerah payau ataupun di tanah alang-alang.
Tanaman ini mampu tumbuh pada berbagai keadaan topografi mulai dari topografi datar
sampai dengan kelerengan yang curam/terjal selain itu dapat tumbuh pada berbagai kondisi
tanah, mulai dari tanah kurang subur hingga tanah yang subur, serta pada tanah yang
tergenang air laut/asin. (Soemartono dan Syarifuddin (1980) dalam Lukman (1982); Yuniarti
(2002)).
1. Nama Daerah
Tanaman Saga pohon dikenal dengan berbagai macam nama antara lain bead tree,
circassian bean, circassian seed, coral wood, crab's eyes, false sandalwood, jumbie bead,
redbead tree, red sandalwood, redwood (Inggris) : anikundumani, lopa, manjadi,
raktakambal, Saga (India) ; Saga, Saga daun tumpul, Saga tumpil (Malaysia); kitoke laut,
Saga telik, segawe sabrang (Indonesia) dan masih banyak nama daerah lainnya
(International Centre for Research in Agroforestry, 2005, dalam Anonim, 2012).
2. Deskripsi Botanis
Saga pohon termasuk tanaman deciduous atau berganti daun setiap tahun (International
Centre for Research in Agroforestry, 2005 dalam Anonim. 2012). Tanaman ini berbentuk
pohon besar yang tingginya dapat mencapai 10 sampai 15 meter (Soepardi, 1979;
Hermana dan Mien, 1981 dalam Lukman, 1982). Merupakan
menyerupai petai (tipe polong) dengan biji kecil berwarna merah. Daun majemuk menyirip
genap, tumbuh berseling, jumlah anak daun bertangkai 2-6 pasang, helaian daun 6-12
pasang, panjang tangkaimya mencapai 25 cm, daun berwarna hijau muda. Bunga kecilkecil berwarna kekuning-kuningan, korola 4-5 helai, benang sari berjumlah 8-10 (Pasific
Island Ecosistems at Risk, 2004 dalam
panjangnya mencapai 15 sampai 20 cm, polong yang tua akan kering dan pecah dengan
sendirinya, berwarna coklat kehitaman. Setiap polong berisi 10-12 butir biji. Biji dengan
garis tengah 5-6 mm, berbentuk segitiga tumpul, keras dan berwarna merah mengkilap
Manfaat lain biji saga pohon adalah dapat digunakan sebagai sumber protein alternatif
menggantikan kacang hijau untuk pakan ternak dan berpengaruh terhadap performans
produksi ayam kampung dan ras jantan (jenis petelur). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tepung biji saga pohon dapat digunakan sampai level 7,5% ransum atau 100%
menggantikan kacang hijau tanpa efek negatif. (Hau, dkk. 2006)
4.2. Kulit kayu
Heyne (1987), mengatakan bahwa kulit batang yang masih segar atau kering
mengandung saponin yang dapat digunakan untuk membersihkan rambut dan mencuci
pakaian tetapi tidak memberikan banyak buih dan berkhasiat untuk mencuci luka yang
lama. Untuk mencuci luka lama dipakai 20 gram kulit batang, dicuci dan dipotong kecilkecil, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, dinginkan dan saring. Hasil saringan
dipakai untuk membersihkan luka.
4.3. Daun
Daun dari tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan obat. Di India daun saga-pohon
digunakan untuk obat rheumatik dan gout (sejenis penyakit tulang) (Burkill, 1935 dalam
Lukman, 1982). Selain itu, daun biasa digunakan para peternak sebagai sumber
tambahan pakan ternak dan dimanfaatkan para petani sebagai pupuk hijau.
diperlukan waktu kira-kira 3,5 sampai 4 bulan. Produksi biji kering per pohon per tahun antara
100 sampai 150 kilogram (Lukman, 1982). Pengumpulan buah dapat dilakukan dengan cara
memanjat atau mengunduh langsung dengan bantuan galah berkait (Gambar 2a.). Buah yang
sudah masak fisiologis berwarna coklat dan sebagian sudah merekah (Gambar 2b.)
2a
2b
2. Ekstraksi Benih
Polong/buah yang telah dikumpulkan kemudian diekstraksi dengan cara polong/buah di
jemur sampai polong/buah merekah, kemudian benih dipisahkan dari kulit buahnya
secara manual (Gambar 3).
3a
3b
(Sumber : Eliya, 2009)
Benih lengkap dari jenis tersebut termasuk yang mati, mengkerut, berpenyakit,
tidak masak dan benih pra- kecambah.
Contoh kerja kemurnian dalam gram, setara dengan 2500 butir benih. Benih dipisahkan
antara benih murni, benih lain dan kotoran, kemudian ditimbang dan dihitung persen
masing-masing komponen dengan rumus sebagai berikut ;
Benih Murni =
K1
X 100%
K1+K2+K3
Benih Lain =
K2
X 100%
K1+K2+K3
Kotoran
K2
X 100%
K1+K2+K3
Dimana: K1 = benih murni
K2 = benih lain
K3 = kotoran
Selisih antara berat contoh kerja dengan berat benih keseluruhan setelah dipisahkan
tidak boleh lebih dari 5%. Setiap proporsi benih murni dipisahkan dari sampel kerja.
Kemurnian ditunjukkan sebagai persen berat dari benih murni terhadap berat total
sampel kerja.
Kisaran kemurnian benih saga dapat mencapai 99-100%.
x 100
x
Berat 1000 butir benih dan jumlah benih per kilogram sangat penting diketahui sebagai
informasi yang mendasar untuk pengadaan benih dalam penanaman.
4.
Perkecambahan benih
hati-hati agar bagian akar tidak rusak. Penyapihan dilakukan di tempat teduh pada waktu
pagi atau sore hari. Media sapih cukup sarang dan subur, dapat digunakan antara lain
campuran top soil dan pasir (1:1) (Gambar 4 b). Sebelum dilakukan penyapihan, media
sapih dalam kantong plastik/poly bag disiram terlebih dahulu hingga media jenuh.
4a
4b
Penyimpanan benih
Untuk menjamin persediaan benih bermutu untuk program penanaman maka diperlukan
penyimpanan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah pengumpulan dan
pemrosesan benih, maka benih dapat langsung digunakan di persemaian dan tidak
diperlukan penyimpanan. Namun hal ini jarang terjadi karena adanya jeda waktu yang
cukup panjang dalam musim buah dengan musim tanam, maka diperlukan penyimpanan
benih.
Benih saga mempunyai kadar air rata-rata di bawah 10%, benih yang mempunyai kadar
air di bawah 10% umumnya mempunyai sifat ortodoks, sesuai dengan pendapat Bonner,
et.al. 1994, yaitu benih ortodoks toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari 10%)
dan viabilitasnya dapat dipertahankan selama penyimpanan pada suhu rendah. Toleran
terhadap pengeringan dan suhu rendah, kadar air penyimpanan 5-7% dengan suhu 020C.
Penyimpanan benih ortodoks, kebanyakan dapat disimpan untuk jangka panjang pada
suhu kamar jika kadar airnya rendah. Dengan kadar air yang rendah tersebut lebih sesuai
disimpan dengan wadah yang kedap udara. Tujuan utama dari penyimpanan kedap udara
adalah untuk mencegah penyerapan kelembaban oleh benih kering. (Schmidt, 2000).
Benih saga pohon sebelum disimpan dikeringkan hingga kadar airnya berkisar antara
5-10%. Benih disimpan menggunakan wadah kedap udara dan disimpan di ruang kamar.
IV. Penutup
Mengingat banyaknya manfaat dari saga pohon maka perlu dikembangkan melalui budidaya.
Untuk menunjang keberhasilan penanaman maka diperlukan penangan benih yang baik agar
mendapatkan benih yang bermutu, daya berkecambah yang tinggi dan pertumbuhan bibit
yang bagus. Benih yang diunduh benih yang sudah masak fisiologis yang di tandai dengan
buah sudah berwarna coklat dan sebagian sudah merekah. Benih sebelum di tabur diberi
perlakuan terlebih dahulu supaya mempunyai daya berkecambah yang tinggi. Untuk
menjamin persediaan benih bermutu untuk program penanaman maka diperlukan
penyimpanan. Penyimpanan benih saga sebelum disimpan dikeringkan hingga kadar airnya
berkisar antara 5-10%. Benih disimpan menggunakan wadah kedap udara dan disimpan di
ruang kamar.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Susu Berprotein Tinggi dari Biji Saga.http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.
Anonim. 2012. Saga Pohon (Adenanthera Pavonina). http://matoa.org/saga-pohon-adenantherapavonina/ ( 24-10-2012)
Anggraini. N. 2010. Fermentasi Rhizopus oryzae pada Saga Adenanthera pavonina : Sebuah
Alternatif Sumber Protein Nabati. http://www.scribd.com/doc/10461989/Saga.
Bonner, F.T., J.A. Vozzo, W.W. Elam, and S.B Land, Jr.. 1994. Tree Seed Technology Training
Course. Instructor's Manual. General Technical Report. United States Departement of
Agriculture. New Orleans. Louisiana.
DPTH (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan). 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu FisikFisiologi Benih. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Departemen Kehutanan.
Hau, D.K., J. Nulik dan H. Lay. 2006. Biji Saga Pohon (Adenanthera pavonina Linn) sebagai
Sumber Protein Alternatif bagi Ternak Ayam. Prosiding Seminar Teknologi Peternakan
dan Veteriner.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.
ISTA. 2006. International rules for seed testing: Edition 2006. The International Seed Testing
Association. Bassersdorf. Switzerland.
Lukman, A.H. 1982. Pengaruh Perajangan dan Lama Pengukusan Biji Saga Pohon
(Adenanthera pavonina L.) Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Yang Dihasilkan
Pada Proses Ekstraksi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Nugraha, A.Y.W. dan F. T. Seta. 2009. Pembuatan Susu Dari Biji Saga (Adenanthera pavonina)
Sebagai Alternatif Pengganti Nutrisi Protein Sapi dan Susu Kedelai. Makalah
Penelitian. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
Schmidt, L. 2000. Pedoman penanganan benih tanaman hutan tropis dan sub tropis.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen
Kehutanan. Jakarta.
Sosef, M.S.M., L.T. Hong and S. Prawirohatmodjo. 1998. Plant Resources of South-East Asia
No 5(3) Timber trees: Lesser-known timbers. Backhuys Publisher, Leiden. p 47-50. 859
pp
Sudrajat, D.J, Megawati, E.R. Kartianan, N. Nurochim. 2007. Standarisasi Pengujian Mutu
Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan (Schleichera oleosa dan Styrax benzoin).
LHP. No. 478. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.
Sutikno. 2009. Fermentasi Tempe. http://sutikno.blog.uns.ac.id/2009/04/28/ fermentasitempe/. ( 5 -5- 2011).
Suita, E. 2012. Teknik Pemecahan Dormansi Benih Saga Pohon(Adenanthera Sp.). Info Benih
Vol.16 (1). Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.
Yuniarti, N. 2002. Saga Pohon (Adenanthera microsperma T&B.). Atlas Benih Tanaman Hutan
Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Litbang
Teknologi Perbenihan. Bogor.
Copyright
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
www.bptpbogor.litbang.dephut.go.id
ISBN : 978-979-3539-27-0