Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki hak asasi atau hak dasar sejak ia

dilahirkan. Salah satu bentuk hak dasar anak adalah jaminan untuk tumbuh kembang
secara optimal baik fisik, mental, social dan intelektual. Pada kenyataannya tidak semua
anak berkesempatan memperoleh hak dasar tersebut, terutama bagi anak-anak yang orang
tuanya tidak mampu secara ekonomi sehingga mereka harus bekerja membantu orang
tuanya mencari nafkah.
Bicara soal pekerja anak, kita dihadapkan pada kenyataan mengejutkan tentang
fenomena maraknya pekerja anak. Menurut ILO (International Labour Organization)
jumlah pekerja anak di seluruh dunia mencapai 166 juta. Berdasarkan data Komnas
Perlindungan anak (2009), terdapat 6,5 juta pekerja anak dan 2,1 juta diantaranya bekerja
di lingkungan terburuk seperti prostitusi, perdagangan anak, pembantu rumah tangga,
serta di tempat berbahaya bagi keselamatan. Padahal hal ini sudah diatur dalam Konvensi
ILO No 182 tentang usia Pelanggaran dan Tindakan segera Penghapusan Bentuk-Bentuk
Pekerjaan Terburuk Untuk Anak (BPTA) dan UU No 13/2003 tentang ketenagakerjaan
pasal 68-69 menyebutkan bahwa anak usia dibawah 15 tahun tidak diperkenankan untuk
dipekerjakan, kecuali bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan dan pekerjaan
ringan yang tidak mengganggu perkembangan fisik, mental dan sosial anak.
Sejatinya, penggunaan tenaga kerja anak merupakan bentuk pelanggaran terhadap
hak manusia karena termasuk bentuk penelantaran hak anak untuk tumbuh dan
berkembang secara wajar. Banyak anak-anak dibawah umur menjadi obyek pelanggaran
terhadap hak-hak anak akibat pembangunan ekonomi yang dilakukan. Di Indonesia,
pekerja anak dapat dilihat dengan mudah di perempatan jalan atau di pasar. Mereka
bekerja sebagai pengemis, pengamen, buruh angkat barang atau loper Koran. Latar
belakang pendidikan yang rendah serta ketidakberdayaan pekerja anak sering menjadi
penyebab terjerumusnya pekerja anak pada jenis-jenis pekerjaan terburuk untuk anak.
Perlu diketahui bahwa usia anak dibawah 15 tahun belum memadai untuk bekerja dan
menghidupi keluarga. Usia tersebut merupakan usia untuk perkembangan sosial, mental,
fisik, spiritual dan merupakan usia untuk bermain. Dampak negatif bila anak bekerja di
lingkungan yang buruk yakni dapat mengganggu tumbuh kembangnya.

Lemahnya perangkat hukum dan pengawasan oleh pihak berwenang serta peran
serta masyarakat, menyebabkan makin maraknya eksploitasi pada anak. Anak-anak
sebagai aset Bangsa Indonesia kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Anak,
seyogyanya adalah gambaran dan cerminan masa depan, aset keluarga, agama, bangsa,
Negara dan merupakan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Mereka
berhak mengenyam pendidikan, menikmati dunianya, mendapatkan perlindungan tanpa
ada pengabaian dari pihak tertentu yang ingin mencari kesempatan dan keuntungan
pribadi.
Pasar Badung merupakan salah satu penggerak perekonomian terbesar di Bali,
sehingga banyak masyarakat lokal maupun dari luar Badung ingin mengadu nasib untuk
meningkatkan derajat perekonomiannya melaui pasar ini, tidak terkecuali anak-anak dari
kalangan kurang mampu. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai buruh angkut barang,
pengemis dan berjualan untuk membantu menafkahi keluarga.
B. Tujuan
1.

Memahami masalah tenaga kerja anak yang di hadapi di lapangan terutama di


Pasar Badung

2.

Melakukan pengamatan dan mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh


tenaga kerja anak.

3.

Memberikan alternatif pemecahan masalah mengenai tenaga kerja anak yang


bekerja di sektor informal.

C. Metodologi
Metode yang digunakan adalah metode observasi, wawancara dan kajian pustaka.
Observasi pekerja anak dilakukan di Pasar Badung selama 2 hari dengan memperhatikan
keseharian mereka bekerja.

BAB II
HASIL DAN DISKUSI
A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil obervasi di Pasar Badung, ada beberapa pekerjaan yang
dilakukan anak dibawah 15 tahun diantaranya sebagai buruh angkut barang atau buruh
suun, pengemis, dan berjualan. Mereka biasanya mulai bekerja sepulang sekolah dari
pukul 12.00 siang sampai 23.30 hampir setiap hari. Sebagai buruh suun beban yang biasa
mereka pikul mencapai 50 kg padahal menurut ILO standar beban yang diangkut tidak
boleh lebih dari 25 kg. Frekuensi pengangkutan barang berkisar antara 3-20 kali. Jarak
yang ditempuh selama mengangkut barang kurang lebih 500 meter. Penghasilan tertinggi
mencapai 50.000 per hari. Sebagai pengemis, penghasilannya mencapai 20.000-30.000
per hari. Penghasilan yang mereka dapat digunakan untuk membantu perekonomian
keluarga.
B. Dampak Negatif Pekerja Anak Terhadap Tumbuh Kembang Anak
1. Dampak pekerjaan terhadap perkembangan fisik anak
Secara fisik pekerja anak lebih rentan dibanding orang dewasa karena
fisik mereka masih dalam masa pertumbuhan. Dampak kecelakaan fisik terhadap
pekerja anak dapat berupa luka-luka atau cacat akibat tergores, terpotong,
terpukul, dll, sedang kondisi yang menimbulkan penyakit antara lain kondisi
tempat kerja yang sangat panas atau terlalu dingin, terlalu bising, terhirup debu,
terhirup bahan kimia, tempat yang menungkinkan terjadi eksploitasi seksual dan
lain-lain. Dampak penyakit yang ditimbulkan berupa pusing, demam, kerusakan
pada sistem syaraf (rendahnya kapasitas intelektual, daya ingat lemah), kulit,
ginjal, paru-paru, tertular penyakit seksual (IMS/HIV/AIDS). Begitu pula kasus
yang terjadi di pasar badung. Para buruh anak biasa mengangkat beban yang berat
setiap harinya. Tentu saja hal ini berdampak pada pertumbuhan fisik anak. Sering
kali mereka mengalami cedera leher dan tulang belakang.
2. Dampak pekerjaan terhadap perkembangan emosi anak
Pekerja anak sering bekerja dalam lingkungan kerja yang memungkinkan
terjadinya eksploitasi, berbahaya, merendahkan martabat, derajat dan terisolasi.
Mereka sering menerima perlakuan yang sewenang-wenang, kasar dan diabaikan
oleh majikan mereka dan pekerja dewasa lainnya. Dampak yang ditimbulkan
berupa pekerja anak menjadi pemarah, pendendam, kasar terhadap teman sebaya
atau yang lebih muda, kurang mempunyai rasa kasih sayang terhadap orang lain
dan adanya perasaan empati terhadap orang lain. Pada kasus ini, para buruh anak

terbiasa untuk bekerja secara kasar dan otomatis tingkah laku serta tutur kata
mereka juga menjadi kurang terarah. Teman sebaya merupakan rival sehingga
tidak ada perasaan empati. Untuk yang bekerja sebagai pengemis, mereka terbiasa
untuk meminta-minta sedari dini sehingga mereka tertanam pola pikir bahwa
ketika dewasa nanti mereka tidak perlu bekerja keras dan cenderung rendah diri.
3. Dampak pekerjaan terhadap perkembangan sosial anak
Pekerja anak yang tidak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan
seperti bermain, pergi kesekolah dan bersosialisasi dengan teman sebanyanya,
tidak mendapat pendidikan dasar yang diperlukan untuk mengatasi masalahmasalah kehidupan, tidak mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan orang
lain dan ikut berpartisipasi aktif di tengah masyarakat serta menikmati hidup
secara wajar biasanya akan tumbuh menjadi anak yang pasif dan egois sehingga
sering berdampak anak mengalami masalah didalam interaksi / menjalin
kerjasama dengan orang lain dan mereka kurang percaya diri atau merasa
direndahkan.
C. Penanggulangan Pekerja Anak
1. Pencegahan Pekerja Anak
Sasarannya adalah anak yang berpotensi sebagai Pekerja Anak. Maksud dan
Tujuan program ini adalah untuk mencegah anak masuk dunia kerja, khususnya
BPTA. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah memberdayakan Masyarakat, dan
meningkatkan akses pendidikan
2. Perlindungan Pekerja Anak
Sasarannya adalah anak yang bekerja pada jenis pekerjaan ringan dan dalam
rangka mengembangkan bakat dan minat. Maksud dan tujuan program ini adalah
menerapkan norma perlindungan tenaga kerja anak. Kegiatan yang dapat
dilakukan adalah penerapan syarat-syarat pekerja dan penegakan hukum.
3. Penghapusan Pekerja Anak
Sasarannya adalah anak yang bekerja dan terlibat pada BPTA. Maksud dan
Tujuan program ini untuk memindahkan dan mengeluarkan anak dari BPTA.
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah penghapusan BPTA, rehabilitasi
(Perawatan kesehatan, psikologis), reintegrasi sosial, penegakan hukum dan
pemantauan evaluasi PA.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.

Simpulan
Mempekerjakan pekerja anak merupakan pelanggaran hak asasi anak karena

pekerjaan yang dilakukan pekerja anak selalu berdampak buruk terhadap pertumbuhan
perkembangan anak. Begitu pula yang dialami pekerja anak di Pasar Badung. Dampak
buruk tersebut meliputi ;
-

Fisik anak (rentan terhadap penyakit maupun kecelakaan)

Emosi anak (akibat perlakuan yang tidak manusiawi sering menyebabkan anak
berperilaku buruk)

Sosial anak (Waktu kerja yang panjang menyebabkan anak tidak mempunyai
kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain akibatnya anak berperilaku pasif,
rendah diri, egois dan lain-lain
Adapun upaya penanggulangan terhadap pekerja anak yang dapat dilakukan
adalah :

Pencegahan Pekerja anak

Perlindungan pekerja anak

Penghapusan pekerja anak

B.

Saran
Upaya penanggulangan pekerja anak merupakan suatu permasalahan yang sangat

kompleks dan memerlukan partisipasi dan kerjasama semua pihak terkait. Dalam hal ini
bukan hanya pemerintah saja yang mempunyai kewajiban tetapi diharapkan seluruh
lapisan masyarakat juga mempunyai tugas dan kewajiban yang sama dengan arah dan
sasaran program penanganan yang disepakati bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2005. Modul Penanganan


Pekerja Anak. Disnakertrans. Jakarta

Puskapol UI. 2014. Lembar Fakta Potret Buram Pekerja Anak Indonesia.
Universitas Indonesia. Jakarta

Lampiran

Foto 1.1 Pekerja anak menunggu mengangkut barang dan mengemis

Foto 1.2 Keranjang yang akan diangkut dan pekerja anak yang sedang
mengangkut barang

Foto 1.3. Kegiatan pembelajaran dan pelatihan ketrampilan


pekerja anak Pasar Badung di Sanggar Belajar Lentera Anak Bali

Foto 1.4. Anak-anak yang bernaung dibawah Sanggar Belajar Lentera Anak Bali
mengikuti kegiatan Tirta Yatra

PROGRAM K3 UNTUK TENAGA KERJA ANAK


DI PASAR BADUNG

Oleh :
Mellysa Kowara

(1420015023)

Fransisca Helen Yuniar Malau

(1420015033)

Desak Ayu Triana Dewi

(1420015043)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (BER-SKS)


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

Anda mungkin juga menyukai