Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu Manis yang dalam bahasa Jawa disebut "kayu manis jangan" yang
dalam bahasa Latin disebut Cinnamomum zeylanicum dan C burmanni
merupakan jenis tanaman berumur panjang penghasil kulit kayu yang di
manfaatkan sebagai rempah (spices).Kayu manis merupakan tanaman asli
Indonesia yang tersebar di beberapa propinsi di Indonesia seperti diJawa,
Sumatera, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. Mengingat kayu manis salah
satukomoditi yang mempunyai nilai ekonomi, maka agar kayu manis dapat
tumbuh dengan baik,kita perlu mengenalnya lebih jauh.
Kayu manis termasuk genus Cinnamomum yang termasuk dari famili
Lauraceae yang meliputi tumbuhan berkayu dengan bentuk daun tunggal, ordo
Polycarpicae dan termasuk Kelas Dicotyledoneae. Selain itu kayu manis memiliki
kandungan kimia seperti minyak atsiri, terpenoid, steroid, flavonoid , tanin dan
memiliki manfaat yang beragam bagi kesehatan seperti antiseptik karena asiri
mempunyai daya bunuh terhadap mikroorganisme maupun dapat digunakan
sebagai bumbu masak. Untuk mengetahui kandungan dalam kayu manis dapat
dilakukan uji Histokimia dan uji Kromatografi Lapis Tipis untuk menentukan
senyawa identitas pada serbuk kulit kayu manis.
Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat
kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan penambahan reagen
reagen tertentu seperti Asam sufat pekat, asam sulfat 10 N, asam klorida pekat,
asam asetat encer, KOH 5 %, amonia 25 % dan feri clorida 5 %, zat zat yang
terkandung akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga mudah
dideteksi. (Anonim,1987).
Sedangkan Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan
adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering
digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan
KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori
kromatografi planar, selain kromatografi kertas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia pelikan (mineral).Simplisia nabati adalah simplisia yang
berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Simplisia
sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (wild crop) tentu
saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu ajeg (konstan) karena disadari
adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umum dan cara) panen,
serta proses pascapanen dan preparasi akhir.
Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa variable tersebut tidak
berakibat besar pada mutu ekstrak nantinya.Variabel tersebut juga dapat
dikompensasi dengan penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit prosedur
analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak
berdampak banyak pada khasiat produksi.Usaha untuk menjaga variabel tersebut
dianggap sebagai usaha untuk menjaga mutu simplisia.
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap
dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun
parameter standar mutu yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta
aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap
diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya,
yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
: Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Divisio
: Tracheophyta
Subdivisio
: Spermatophyta
Infradivisio
: Angiospermae
Kelas
: Magnoliopsida
Superordo
: Magnolianae
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Cinnamomum
Spesies
: Cinnamomum zeylanicum
Kulit kayu manis mempunyai komposisi kimia yang sangat bermanfaat
seperti minyak asiri. Kadar komponen kimia kulit kayu manis, tergantung pada
daerah asal, secara rinci komposisi kimia kayu manis sebagai berikut: kadar air
7,9%, minyak asiri 3,4%, alkohol ekstrak 8,2%, abu 4,5%, abu larut dalam air
2,23%, abu tidak dapat larut 0,013%, serat kasar 29,1%, karbohidrat 23,3%, eter
ekstrak yang tidak menguap 4,2%, nitrogen 0,66%.
1) Minyak atsiri
Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya
secara umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang.
Minyak atsiri disebut juga etherial oil atau minyak eteris karena bersifat sepeti
eter. Dalam bahasa internasional biasa disebut essential oil (minyak essen) karena
bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau (esen). Definisi ini dimaksudkan untuk
membedakan minyak lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman
penghasilnya.
2) Tannin
Tanin tersebar dalam setiap tanaman yang berbatang.Tanin berada dalam
jumlah tertentu, biasanya berada pada bagian spesifik tanaman seperti daun,
buah, akar, batang. Tanin merupakan senyawa kompleks, biasanya merupakan
campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan karena tidak dalam bentuk
kristal. Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim
sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak maka reaksi penyamaan dapat terjadi.Reaksi
ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan.Salah satu
fungsi utama tanin yaitu sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan karena
rasanya yang sepat.Tanin dapat meringankan diare dengan menciutkan selaput
lendir usus (Tjay dan Raharja, 1991).
dalam
kategori
eluen
didasarkan
dan
biasanya
Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah:
0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi
kepolaran eluen, dan sebaliknya.(Anomim:2013)
Pada Kromatografi Lapis Tipis ini, zat penyerap merupakan serbuk halus
yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastic atau logam secara merata, umumnya
digunakan lempeng kaca. Lempeng yang umumnya dapat dianggap sebagai kolom
kromatografi terbuka dan permisahan yang tercapai dapat didasarkan pada
absorbs, partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung dan jenis zat penyangga,
cara pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan.
Kromatografi Lapis Tipis(KLT) dengen lapis tipis penukar ion dapat
digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan identifikasi diperoleh
dengan pengemetn bercak dengen Rf yang identik den ukuran hampir sama
dengan menotolkan zat uji dan bakupembanding pada lempeng yang sama.
Perbandingan visual ukuran bercak yang dapat digunakan untuk memperkirakan
kadar secara semikuantitatif.(Anonim:1995)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Alat
-
Plat tetes
Ball filler
Pipa kapiler
Aluminium foil
Tabung reaksi
Mikroskop
Botol timbang
Corong
Kertas saring
Lempeng KLT
Timbangan analitik
Lampu UV
Pinset
Gelas ukur
Beaker glass
Erlenmeyer
b. Bahan
-
c. Cara kerja :
Letakkan 1 g serbuk Cinnamomi Cortex pada plat tetes sesuai dengan jumlah reagen
yang akan ditambahkan
Tambahkan 5 tetes reagen pada masing masing plat tetes yang berisi serbuk Cinnamomi
Cortex
Asam sulftat P, Asam Sulfat 10N, Asam Klorida P, Asam Klorida Encer, Kalsium
Hidroksida 5%, Amonia 25%, Feri klorida 5%
Ditambahkan etanol ke dalam tabung reaksi yang telah berisi serbuk Cinnamomi
Cortex sebanyak 10ml dengan menggunakan pipet volume
Di saring larutan yang telah di ultrasonik, dan di masukkan dalam botol timbang
Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai
tercelup oleh eluen. Tutuplah chamber.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Studi pustaka
Hasil pemeriksaan
Pembanding :
Sinamaldehida 1% dalam etanol
Volume penotolan :
1 mikro liter pembanding dan 10
mikro liter larutan uji.
Volume penotolan :
2 mikro liter pembanding dan 10
mikro liter larutan uji.
Fase gerak :
Toluen : etil asetat (97 : 3)
Fase gerak :
Toluen : etil asetat (10 : 0,5)
Fase diam :
Silika gel 60 F254
Fase diam :
Silika gel 60 F254
Penampak noda :
UV 254 nm
Penampak noda :
UV 254 nm
Warna noda :
Ungu tua
Warna noda :
Ungu tua
Rf :
Sinamaldehida 0,80
Rf standar =
Nama simplisia
Cinnamomi Cortex
Nama lokal :
Kayu manis
Familia :
Lauraceae
Rf sampel =
Gambar KLT
Kesimpulan :
Kesimpulan :
Studi pustaka
Hasil pemeriksaan
Nama simplisia:
ANALISIS HISTOKIMIA
ANALISIS HISTOKIMIA
Cinnamomi Cortex
a. asam sulfat P
a. asam sulfat P
coklat merah
Nama spesies :
Cinnamomum
zeylanicum
Nama lokal :
coklat kemerahan
e. natrium hidroksida 5%
Familia :
Lauraceae
f. kalsium hidroksida 5%
merah
g. amonia 25%
merah coklat
h. kalium iodida 6%
i. ferri klorida 5%
hijau kekuningan
coklat merah ( + )
b. asam sulfat 10N
coklat merah ( + )
c. asam klorida P
coklat merah ( - )
d. asam klorida encer
coklat kemerahan ( + )
e. natrium hidroksida 5%
f. kalsium hidroksida 5%
merah ( + )
g. amonia 25%
merah coklat ( + )
h. kalium iodida 6%
i. ferri klorida 5%
hijau kekuningan ( + )
Kesimpulan :
Kesimpulan:
Gambar Histokimia
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji histokimia dan Kromatografi Lapis Tipis yang telah
kami lakukan, didapatkan data bahwa Cinnamomi Cortex atau yang dapat disebut
sebagai Kulit kayu manis memiliki kandungan minyak atsiri, tanin dan kalsium
oksalat. Dimana dapat diketahui bahwa kandungan senyawa-senyawa yang
terkandung dalam Kulit kayu manis memiliki khasiat sebagai berikut:
a.
b. Senyawa tanin
Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemukan pada
bagian tumbuhan seperti, daun, tunas, biji, akar, batang jaringan. Tanin
diketahui memiliki beberapa khasiat, yaitu:
1. adstrigensia pada saluran pencernaan dan kulit,
2. Sebagai pelindung tanaman ketika masa pertumbuhan dari bagian
tertentu tanaman, misalnya pada bagian buah, saat masih muda
akan terasa pahit dan sepat,
3. Untuk proses metabolisme dari beberapa bagian tanaman,
4. Dapat mengendapkan protein sehingga digunakan sebagai
antiseptik, Sebagai antidotum (keracunan alkaloid),
5. Sebagai reagen pendeteksi gelatin, alkaloid, dan protein, Sebagai
penyamak kulit dan pengawet.
Secara kimia, tanin terdiri dua golongan yaitu tanin terkondensasi
dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi secara biosintesis dapat
dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau
galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer
yang lebih tinggi. Tanin terhidrolisis mengandung ikatan ester yang
terhidrolisis jika dididihkan dalam asam klorida encer (Harborne,
1987). Tanin terkondensasi hampir terdapat semeesta di dalam pakupakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae,
terutama pada tumbuhan berkayu. Sedangkan tanin terhidrolisis
penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan yang didapat dari uji histokimia dan Kromatografi Lapis Tipis
dari Cinnamomi Corteks (Cinnamomum zaylanicum) adalah sebagai berikut:
1. Senyawa yang terkandung dalam Cinnamomi Korteks adalah minyak
atsiri, tanin dan kalsium oksalat
2. Khasiat dari Cinnamomi Korteks sebagai obat seperti peluruh angin,
peluruh keringat, analgesik, menambah selera makan, anti reumatik,
dan obat diare.
3. Hasil pengamatan pada Kromatografi Lapis tipis didapatkan Rf sebesar
0,4375 yang berarti berarti bahwa kandungan sinnamaldehid dari
sampel Cinnamomi Korteks adalah 0,4375%
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Anonim.2013.
Kromatografi
Lapis
Tipis
(KLT).http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html.
Diakses pada tanggal 13 September 2014 (22:30 WIB)
Anonim.2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Depkes RI
Anonim.1987. Analisis Obat Tradisional. 2 3. Jakarta : Depkes RI
Chang H.M., HW. Yeung, W.W. Tso, A. Koo, 1985, Advanced in Chinese
Medicinal Materials Research : Crude Drugs Acting on Drug Metabolizing
Enzyme Activity., World Scientific., Singapore., P.125-146.
Chneider, G; 1985.Pharmazeutische Biologie. 2.Aufl; B.I-Wissenschafts-verlag,
Mannheim p.393.
Duke, J.A., 1985, CRC-Handbook of Medicinal Herbs., CRC-Press Inc., Boca
Raton., P.382-383.
Osol A., GE. Farrar, 1955, The Dispensatory of the United States of America.,
25th Ed. J.B. Lippincott Company., Philadelphia., P.1799-1800
Purseglove J.W., E.G. Brown, CL. Green & SRJ. Robbins, 1981, Spices., Vol.I.,
Longman Group Ltd., New York., P.1-99
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB: Bandung.
Sri Sugati, 1991 Sugati S., Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat
Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. Jakarta, p. 456-457.
Teyler.V.E.et.al.1988.Pharmacognosy.9th Edition.Phiadelphia : Lea & Febiger.
Tjay, T. H & Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting Khasiat dan Penggunannya.
PT. Elex Media Computindo: Jakarta.
Wagner, H; 1993, Pharmazeutische Biologie, 5.Aufl; Gustav Fisher Verlag;
Stuttgart p.106.