Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEMBAGA
Dosen Pembimbing :
Dr. rer. nat. Omay Sumarna, M.Si.
Disusun oleh:
Atifa Rahmi (1102867)
TEMBAGA
Sifat Fisika
1. Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning kemerahan seperti emas kuning
dan keras bila tidak murni.
2. Mudah ditempa (liat) dan mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.
3. Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
4. Bentuk
: padat
5. Warna
: logam merah jambu
6. Massa Jenis
: 8.96 g/cm3
7. Titik Lebur
: 1357.77 K (1084.62 C, 1984.32 F)
8. Titik Didih
: 2835 K (2562 C, 4643 F)
9. Kalor Peleburan : 13.26 kJ/mol
10. Kalor Penguapan : 300.4 kJ/mol
11. Kapasitas Kalor : (25 C) 24.440 J/(molK)
Sifat Kimia
1. Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi.
Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang
berwarna hijau yang menarik yaitu suatu tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
2. Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan
belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi
dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan
tembaga(II) klorida.
3. Nama, Lambang, Nomor Atom
: tembaga, Cu, 29
4. Deret Kimia
: logam transisi
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
:
:
:
:
:
:
:
11, 4, d
63.546 g/mol
[Ar] 3d10 4s1
2, 8, 18, 1
2, 1 (oksida amfoter)
1.90 (skala Pauling)
pertama: 745.5 kJ/mol
kedua: 1957.9 kJ/mol
ketiga: 3555 kJ/mol
: 135 pm
: 138 pm
: kubus pusat muka
B. SEJARAH
Sejak zaman Roma dan Yunani kuno, tembaga telah memegang peranan
penting dalam kehidupan. Pada awalnya, di Yunani logam ini dikenal dengan nama
chalkos. Sedangkan di Roma, ia dikenal dengan nama aes Cyprium. Aes merupakan
istilah umum latin bagi tembaga seperti gangsa dan logam-logam lain, dan Cyprium
sendiri karena dulunya tembaga banyak ditambang di daerah Cyprus. Dari kedua kata
itulah muncul kata cuprum dan dalam bahasa Melayu kuprum.
Dalam sejarahnya, penggunaan tembaga oleh manusia tercatat semenjak
kurang lebih 10.000 tahun lalu. Peleburan tembaga pun telah berkembang secara baik
di beberapa belahan dunia seperti di Anatolia pada 5000 SM, di China sebelum 2800
SM, Amerika tengah sekitar 600 TM dan Afrika Barat sekitar 900 TM. Saat ini,
banyak terdapat penambangan maupun pengolahan tembaga di berbagai belahan
dunia. Di Indonesia sendiri, potensi tembaga terbesar terdapat di Papua. Potensi
lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Sayangnya,
potensi yang besar ini pengelolaannya diserahkan kepada asing, yaitu PT Freeport
Indonesia yang notabene merupakan perusahaan dari Amerika Serikat
Gambar 3. Tambang Tembaga di Area Gresberg yang dikelola oleh PT. Freeport Indonesia
C. ISOTOP
Tembaga memiliki isotop sebanyak 29 buah. 63Cu dan 65Cu adalah isotop yang
stabil. 63Cu adalah isotop yang terbanyak di alam, sekitar 69%. Kedua isotop ini
memiliki bilangan spin 3/2.
Sedangkan, isotop yang lainnya bersifat radioaktif, dimana isotop 67Cu adalah
isotop radiokatif yang paling stabil dengan waktu paruh 61,83 jam. 68Cu adalah isotop
dengan waktu paruh terpendek yaitu 3,8 menit. Isotop dengan nomor massa diatas 64
dapat meluruh dengan -, sedangkan untuk nomor massa dibawah 64 meluruh dengan
+. Adapun isotop 64Cu dapat meluruh dengan kedua cara tersebut dengan waktu paruh
12,7 jam.
62
Cu dan 64Cu memiliki banyak kegunaan. 64Cu adalah agen radiokontras untuk
gambar X-ray, bersama dengan chelate dapat digunakan untuk terap radiasi kanker.
62
Cu digunakan pada 62Cu-PTSM yang merupakan pelacak radioaktif untuk tomografi
emisi positron.
D. SENYAWA
Terdapat 2 senyawa tembaga yaitu Tembaga
(I) atau cupro dan Tembaga (II) atau cupri.
Tembaga (I) oksida merupakan senyawa yang
berwarna hitam dan Cu+ umumnya berwarna biru.
CuSO4.5H2O dikenal dengan nama terusi atau prusi
yang berwarna biru, tetapi bila dipanas kan H2O nya
Gambar 4.
Tembaga (I) Oksida
menguap dan warna nya menjadi putih. Dalam
badan perairan laut, tembaga dapat ditemukan
dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3-, CuOH. Pada batuan mineral atau
lapisan tanah, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk bentuk seperti :
1.
2.
3.
4.
5.
Chalcocote (Cu2S)
Covellite (CuS)
Chalcopyrite (CuFeS2)
Bornite (Cu5FeS4)
Enargite [Cu3(AsSb)S4]
dengan bilangan oksidasi +1 jarang ditemukan, karena senyawaan tembaga ini hanya
stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks. Selain dua keadaan oksidasi tersebut
dikenal pula tembaga dengan bilangan oksidasi +3 tetapi jarang digunakan, misalnya
K3CuF6.
Beberapa senyawa yang dapat dibentuk oleh tembaga seperti yang tertera pada
Tabel berikut:
Tembaga(II)
CuO
Nama
tembaga(II) oksida
Cu(OH)2
tembaga(II) hidroksida
CuCl2
tembaga(II) klorida
CuF2
tembaga(II) fluorida
CuS
CuSO4.5H2O
tembaga(II) sulfida
tembaga(II) sulfat
pentahidrat atau vitriol
biru
Cu(NO3)2.3H2O
Tembaga(I)
Cu2O
Nama
tembaga(I)
oksida
CuCl
tembaga(I)
klorida
CuI
tembaga(I)
iodida
E. REAKSI
Logam tembaga tidak dapat larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer.
Namun, logam ini masih dapat larut sedikit jika dalam asam tersebut terdapat oksigen.
Logam tembaga dapat dengan mudah larut dalam asam nitrat pekas (8M) dengan
persamaan reaksi sebagai berikut:
3Cu (s) + 8 HNO3 (aq) 3Cu2+(aq) + 6NO3-(aq) + 2 NO(g) + 4 H2O (l)
Asam sulfat pekat panas juda dapat melarutkan tembaga:
Cu (s) + 2 H2SO4 (aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq) + SO2(g) + 2 H2O (l)
Selain itu, logam tembaga juga dapat dengan mudah larut dalam air raja:
3Cu (s) + 2 HNO3 (aq) + 6 HCl (aq) 3Cu2+(aq) + 6Cl-(aq) + 2 NO(g) + 4 H2O (l)
F. PENGOLAHAN
Proses Pemisahan Tembaga Dari Kalkopirit (CuFeS2)
1. Pengapungan (Floating)
Pada proses ini bijih tembaga dipekatkan dengan menambahkan detergen dan
NaOH. Dengan proses ini zat zat pengotor (Biasanya Al) akan larut dan mengapung.
2. Pemanggangan (Roasting)
Pada proses ini kalkoprit akan bereaksi dengan oksigen.
4CuFeS2(s) + 9O2 2Cu2S(s) + 2Fe2O3(s) + 6SO2(g)
Dengan menambahkan SiO2 maka besi akan terpisah sebagai ampas.
Fe2O3(s) + 3SiO2(s) Fe2(SiO3)3(s)
Pada proses pemanasan selanjutnya Cu2S akan teroksidasi.
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
3. Reduksi
Proses reduksi terjadi antara Cu2O dengan Cu2S yang masih ada dalam proses
sebelumnya.
2Cu2O(s) + Cu2S(s) 6Cu(s) + SO2(g)
Cu yang diperoleh dengan proses ini mempunyai kemurnian mendekati 99%
4. Pemurnian
Proses pemurnian dilakukan dengan cara elektrolisis larutan CuSO4 dengan anode
yang terbuat dari Cu karbon dan katode dari Cu murni. Reaksinya:
Di anode : Cu(s)kotor Cu+(aq) +2e
Di katode : Cu+ (aq) + 2e Cu(s)bersih
G. KEGUNAAN
Dalam bidang industri:
1. Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
2. Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
SUMBER:
Svehla, G. (1990). Vogel: Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro (edisi
kelima). Jakarta; PT Kalman Media Pustaka
http://www.scribd.com/doc/55369569/63/Fungsi-Tembaga-Cu
http://www.tekmira.esdm.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga