Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Paragraf [sunting]

Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah
penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan.
Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat
utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu
kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi
penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.
Jenis-jenis Paragraf [sunting]
Paragraf Narasi [sunting]
Paragraf Narasi ialah jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan
urutan waktu. Paragraf narasi terdiri atas narasi kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi
kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa, sedangkan paragraf narasi
runtut cerita adalah paragraf yang pola pengembangannya dimulai dari urutan tindakan atau perbuatan
yang menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Dalam paragraf narasi terdapat alur cerita, tikoh, setting
dan konflik, paragraf narasi juga tidak memiliki kalimat utama.
Contoh paragraf narasi:
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan
terikat di leher. Mobil itu berhenti didepan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri
mereka pada keluar rumah untuk menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit.
Sementara bawahan tuan Hasan berlomba menyambut kedatangan nyonya Marta.
Paragraf narasi juga dapat dibedakan menurut jenis ceritanya, yaitu:

Narasi Ekspositoris ialah jenis narasi yang berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan
secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa itu secara tepat.
Contoh paragraf narasi ekspositoris:
Siang itu, sabtu pekan lalu, Ramin bermain sangat bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah
kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya.
Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Akhmad,
memepelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung
Meruyung. Mereka membawakan "Mars Jalan" yang dirasa tepat untuk mengantar Akhmad, sang
pengantin ....

Narasi Sugestif ialah jenis narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau
imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan
novel. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin
dicapai yaitu kesan terhadap peristiwa.
Contoh paragraf narasi sugestif:
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh
Tunjungsekar. tapi, aneh sebeleum menyentuh tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah.
Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali
Patih Pranggulang melakukan hal itu, Akan tetapi, semuanya gagal.

Paragraf Deskripsi [sunting]


Paragraf Deskripsi ialah paragraf yang menggambarkan suatu objek dengan kata-kata yang mampu
merangsang indra pembaca. Artinya penulis ingin membuat pembaca melihat, mendengar maupun
merasakan apa yang sedang mereka baca dari paragraf tersebut.
Contoh Paragraf Deskriptif:
Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Swarangan. Gelombang ombak
yang tidak terlalu besar datang bergulung silih berganti menyambut siapapun yang datang seakan

ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih lembut yang terhampar luas tanpa ada
karang yang menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Sejauh mata memandang yang kulihat
hanya laut yang terbentang luas dan biru. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena ombak yang
terus-menerus menghempas kakiku dan terasa asin ketika air laut itu menyentuh bibirku karena
percikannya. Disepanjang bibir pantai kulihat wisatawan beserta keluarga dan teman-teman
mereka berkumpul membentuk suatu kelompok kecil untuk menikmati keindahan pantai
Swarangan. Tidak jauh dari tempat itu aku juga melihat beberapa wisatawan berkejar-kejaran di
bibir pantai, bermain bola, bermain dengan air, atau berfoto-foto dengan latar belakang pantai.
Meskipun tak seramai dengan pantai-pantai yang sudah terkenal di kancah nasional maupun
internasional pantai ini tak pernah surut oleh wisatawan yang datang.
Ciri-ciri paragraf deskriptif ialah:
1.
2.
3.
4.

Menggambarkan atau melukiskan suatu benda, tempat, atau suasana tertentu.


Penggambaran dilakukan dengan melibatkan panca indra (pendengaran, penglihatan,
penciuman, pengecapan, dan perabaan).
Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri objek yang dideskripsikan.
Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara
terperinci.

Didalam paragraf deskriptif terdapat pola pengembangan paragraf, yaitu:


1.
2.

Pola Spasial
Pola Sudut Pandang
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan yang berdasarkan pada posisi penulis saat
menggambarkan suatu objek. Pola sudut pandang terbagi lagi menjadi 2 pola yaitu:
1.
2.

Pola Subjektif ialah pola yang menggambarkan objek sesuai penafsiran dengan disertai
kesan atau opini dari penulis.
Pola Objektif ialah pola pengembangan paragraf deskripsi dengan cara menggambarkan
objek secara apa adanya tanpa disertai opini penulis.

Paragraf Eksposisi [sunting]


Paragraf Eksposisi Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan,
menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan
untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Untuk memahaminya pun
pembaca perlu melakukan proses berpikir dan melibatkan pengetahuan.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
1.
2.
3.
4.

Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau melaksanakan suatu


tindakan.
Gaya penulisannya bersifat imformatif.
Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh alat indra.
Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan
bagaimana.

Contoh Paragraf Eksposisi:


Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah mengenal tanaman lidah buaya beserta manfaatnya
bagi manusia. Manfaat lidah buaya tidak hanya sebagai penyubur rambut, tapi juga bermanfaat
bagi kesehatan. Tumbuhan tanpa buah ini memilikii ciri fisik sebagai berikut: daun berbentuk
panjang dengan duri kedua sisi daunnya, tebal, dan berwarna hijau. Daunnya mengandung serat
bening sebagai daging. Meskipun lidah buaya sejak dahulu dikenal memiliki banyak khasiat, belum
banyak yang mengetahui bahwa tanaman ini bisa menjadi komoditas yang menguntungkan.
Menariknya, komoditas ini tidak hanya bermanfaat sebagai ramuan penyubur rambut, tapi juga

sebagai minuman yang menyehatkan seperti teh lidah buaya yang terbuat dari daun lidah buaya
yang dikeringkan dan kuliner sepert: kerupuk dan jelly lidah buaya.
Paragraf eksposisi terbagi dalam beberapa jenis yaitu:

Eksposisi Definisi, batasan pengertian topik dengan menfokuskan pada karakteristik topik itu
sendiri.
Contoh paragraf eksposisi definisi:
Ceplukan adalah tumbuhan semak liar yang biasanya tumbuh di tanah-tanah kosong yang tidak
terlalu becek dan hanya bisa ditemukan pada saat musim penghujan. Tumbuhan ini memiliki tinggi
antara 30-50 Cm, dengan ciri fisiknya ialah memiliki batang yang berwarna hijau kekuningan,
buahnya berbentuk bulat dan berwarna kuning. Daging buah ceplukan yang tidak hanya terasa
manis, ternyata juga mengandung beberapa khasiat penting untuk menyembuhkan penyakit
seperti influenza, sakit paru-paru, kencing manis, dan beberapa penyakit lain. Meski memiliki
beberapa khasiat penting, keberadaan tumbuhan ini sering disepelekan karena diangggap sebagai
tumbuhan liar yang sama tidak pentingnya dengan tumbuhan liar yang lain.

Eksposisi Klasifikasi ialak paragraf yang membagi sesuatu dan mengelompokkannya ke dalam
kategori-kategori.
Contoh paragraf eksposisi klasifikasi:
Sistem penamaan jenis-jenis kritik sastra bervariasi, tergantung pada pendekatan yang digunakan.
Pendekatan moral menekankan pada pertalian karya sastra dengan wawasan moral dan agama.
Pendekatan historis, bekerja atas dasar lingkungan karya sastra yang berkaitan dengan faktafakta dari zaman dan hidup pengarang. Pendekatan impresionistik menjadi ciri khas aliran sastra
romantik, menekankan pada efek personil karya sastra pada kritikusnya.

Eksposisi Proses, paragraf jenis ini sering ditemukan pada buku-buku petunjuk pembuatan,
penggunaan, atau cara-cara tertentu.
Contoh paragraf eksposisi proses:
Lemon dan jeruk nipis ternyata memiliki khasiat sebagai penghilang jerawat. Kedua buah ini
mengandung citric acid yang sangat kaya dan sangat baik untuk memindahkan sel-sel kulit mati
yang bisa menjadi penyebab jerawat. Cara menggunakannya ialah dengan mencampurkan perasan
lemon atau jeruk nipis dengan air mawar, kemudian oleskan di wajah secara merata dan biarkan
selama 10-15 menit. Setelah itu bilas wajah dengan air hangat. Penerapan yang dilakukan secara
rutin dan konsisten selama 15 hari akan memberikan hasil yang maksimal.

Eksposisi Ilustrasi (contoh), pengembangannya menggunakan gambaran sederhana atau bentuk


konkret dari suatu ide. Mengilustrasikan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki
kesamaan atau kemiripan sifat. Biasanya menggunakan frase penghubung "seperti" dan
"bagaikan."
Contoh paragraf eksposisi ilustrasi (contoh):
Sebenarnya, kondisi ekonomi kita sudah relatif membaik. Indikatornya dapat dilihat dari berbagai
aspek. Misalnya, dalam bidang otomotif. Setiap hari kita temukan aneka kendaraan melintas di
jalan raya. Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa taraf hidup masyarakat
mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, dan
papan. Dalam bidang papan, misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat
tinggal yang permanen.

Eksposisi Pertentangan, berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Frase
penghubung yang digunakan adalah "akan tetapi", "meskipun begitu", "sebaliknya".
Contoh paragraf eksposisi pertentangan:
Orang yang gemar bersepeda, pada umumnya ialah orang-orang yang suka pada alam. Sebaliknya,
orang yang tak pernah bersepeda kebanyakan orang kota yang ke mana-mana terbiasa naik mobil
nyaman. Mereka akan menggerutu jika menemui jalan sempit di desa-desa.

Eksposisi Berita ialah paragraf yang berisi pemberitaan mengenai suatu kejadian. Jenis ini
banyak ditemukan pada surat kabar

Contoh paragraf eksposisi berita:


Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan
mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli
sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga
harganya meningkat.

Eksposisi Perbandingan, dalam hal ini penulis mencoba menerangkan ide dalam kalimat utama
dengan cara membandingkannya dengan hal lain.
Contoh paragraf eksposisi perbandingan:
Tinju bukanlah jenis olah raga yang banyak peminatnya, yang banyak adalah penggemarnya.
Berbeda dengan olah raga jalan kaki, peminatnya banyak, penggemarnya sedikit. Karena, tidak
ada orang yang menonton orang lain berjalan kaki.

Eksposisi Analisis, proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu gagasan utama menjadi
beberapa subbagian, kemudian masing-masing subbagian dikembangkan secara berurutan.
Contoh paragraf eksposisi analisis:
Beragam teori dikemukakan untuk menemukan latar belakang kematian Merilyn Monroe. Ada
yang berpendapat dia diancam oleh mafia. Seorang detektif memperkirakan, Merilyn memiliki
hubungan dengan J.F. Kennedy. Dia dibunuh untuk menutupi kejadian yang dapat merusak nama
baik tokoh penting AS tersebut

Paragraf Argumentasi [sunting]


Paragraf Agumentasi ialah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis
dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi). Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide,
gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
Ciri-ciri paragraf argumentasi, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin.


Memerlukan fakta untuk membuktikan pendapatnya biasanya beruapa gambar/grafik, dll.
Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman dan penelitian.
Penutup berisi kesimpulan.
Jenis-jenis paragraf argumentasi:

1.

Pola Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak
persamaannya. Contoh Pola Analogi: Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang
luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi
rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin
merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.
Pola Generalisasi (pola umum) adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan
secara umum berdasarkan sejumlah data. Contoh Pola Generalisasi: Setelah karangan anak-anak
kelas 8 diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang
lainmendapat 7. Hanya Maman yang 6, dan tidak seorang punmendapat nilai kurang. Boleh
dikatakan, anak kelas 8 cukup pandaimengarang.
Pola Hubungan Sebab Akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta
khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Contoh Pola
Hubungan Sebab Akibat: Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan
sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa initidak lancar.
Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dankurangnya pengetahuan para petani
dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini
selalu gagal.

2.

3.

Paragraf Persuasi [sunting]


Paragraf Persuasi ialah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat
sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu
mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.

Ciri-ciri paragraf persuasi, yaitu:


1.
2.
3.
4.
5.

Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.


Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui epercayaan antara
penulis dengan pembaca.
Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya
kesepakatan pendapatnya tercapai.
Persuasi memerlukan fakta dan data.

Contoh paragraf persuasi:


Masyarakat Hindu di Bali memiliki upacara kematian yang sangat unik dan memiliki daya tarik
tersendiri untuk wisatawan asing maupun lokal. Ritual unik ini disebut dengan ngaben. Ngaben
adalah ritual atau upacara pembakaran mayat sebagai simbol penyucian roh orang yang sudah
meninggal. Karena dalam pelaksanaannya membutuhkan berbagai perlengkapan dengan biaya
yang cukup besar, maka tidak semua orang telah meninggal bisa langsung di aben. Jenazah yang
belum di aben biasanya akan dikubur terlebih dahulu sambil menunggu semua perlengkapan
ngaben telah siap dan lengkap. Jika ingin melihat ritual pembakaran mayat yang sangat unik ini,
tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena Upacara Ngaben dilakukan oleh
hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan
ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah
o 1.1 Revisi 1987
o 1.2 Revisi 2009
2 Perbedaan dengan ejaan sebelumnya
3 Referensi

Sejarah [sunting]
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun
Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut
mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua
negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi"
dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk
sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975
Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan"
dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Revisi 1987 [sunting]
Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1987)

Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan". Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975.
Revisi 2009 [sunting]
Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan
dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Perbedaan dengan ejaan sebelumnya [sunting]
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

'tj' menjadi 'c' : tjutji cuci


'dj' menjadi 'j' : djarak jarak
'j' menjadi 'y' : sajang sayang
'nj' menjadi 'ny' : njamuk nyamuk
'sj' menjadi 'sy' : sjarat syarat
'ch' menjadi 'kh' : achir akhir
awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah",
"di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi
sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.
Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda baca sesuai
EYD

Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang
kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk
memperkaya kosa kata. Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk
mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di
sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu
sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat
bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya
masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu-yang sering dianggap lebih mudah--adalah mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang
menjadi asal hal ihwal baru itu.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah hubungan dengan penutur


o 1.1 Hubungan dengan penutur Sanskerta dan Hindi
o 1.2 Hubungan dengan penutur bahasa Tionghoa
o 1.3 Hubungan dengan penutur Arab dan Persia
o 1.4 Hubungan dengan penutur Portugis
o 1.5 Hubungan dengan penutur Belanda
o 1.6 Hubungan dengan penutur Inggris
o 1.7 Hubungan dengan penutur Jepang

2 Perbendaharaan kata serapan


3 Metode penyerapan kata asing
4 Senarai kata serapan dalam bahasa Indonesia
5 Sumber
6 Lihat pula

Sejarah hubungan dengan penutur [sunting]


Telah berabad-abad lamanya nenek moyang penutur bahasa Indonesia berhubungan dengan berbagai
bangsa di dunia. Bahasa Sanskerta tercatat terawal dibawa masuk ke Indonesia yakni sejak mula
tarikh Masehi. Bahasa ini dijadikan sebagai bahasa sastra dan perantara dalam penyebaran
agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu tersebar luas di pulau Jawa pada abad ke-7 dan ke-8, lalu agama
Buddha mengalami keadaan yang sama pada abad ke-8 dan ke-9.
Hubungan dengan penutur Sanskerta dan Hindi [sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa
Melayu dan bahasa Indonesia modern
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kata serapan dari bahasa Hindi dalam bahasa Indonesia
Beriringan dengan perkembangan agama Hindu itu berlangsung pula perdagangan rempah-rempah
dengan bangsa India yang sebagian dari mereka penutur bahasa Hindi, sebagian yang lain orang Tamil
dari India bagian selatan dan Sri Lanka bagian timur yang bahasanya menjadi perantara karya sastra
yang subur. Bahasa Tamil pernah memiliki pengaruh yang kuat terhadap bahasa Melayu.
Hubungan dengan penutur bahasa Tionghoa [sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kata serapan dari bahasa Tionghoa dalam bahasa
Indonesia
Hubungan ini sudah terjadi sejak abad ke-7 ketika para saudagar Cina berdagang ke Kepulauan
Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur, bahkan sampai juga ke Maluku Utara. Pada saat Kerajaan
Sriwijaya muncul dan kukuh, Cina membuka hubungan diplomatik dengannya untuk mengamankan
usaha perdagangan dan pelayarannya. Pada tahun 922 musafir Cina melawat ke Kerajaan Kahuripan di
Jawa Timur. Sejak abad ke-11 ratusan ribu perantau meninggalkan tanah leluhurnya dan menetap di
banyak bagian Nusantara (Kepulauan Antara, sebutan bagi Indonesia).
Yang disebut dengan bahasa Tionghoa adalah bahasa di negara Cina (banyak bahasa). Empat di antara
bahasa-bahasa itu yang di kenal di Indonesia yakni Amoi, Hakka, Kanton, dan Mandarin. Kontak yang
begitu lama dengan penutur bahasa Tionghoa ini mengakibatkan perolehan kata serapan yang banyak
pula dari bahasa Tionghoa, namun penggunaannya tidak digunakan sebagai perantara keagamaan,
keilmuan, dan kesusastraan di Indonesia sehingga ia tidak terpelihara keasliannya dan sangat mungkin
banyak ia berbaur dengan bahasa di Indonesia. Contohnya anglo, bakso, cat, giwang, kue/ kuih, sampan,
dan tahu.
Hubungan dengan penutur Arab dan Persia [sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kata serapan dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kata serapan dari bahasa Persia dalam bahasa
Indonesia
Bahasa Arab dibawa ke Indonesia mulai abad ketujuh oleh saudagar dari Persia, India, dan Arab yang juga
menjadi penyebar agama Islam. Kosakata bahasa Arab yang merupakan bahasa pengungkapan agama
Islam mula berpengaruh ke dalam bahasa Melayu terutama sejak abad ke-12 saat banyak raja memeluk
agama Islam. Kata-kata serapan dari bahasa Arab misalnya abad, bandar, daftar, edar, fasik, gairah,
hadiah, hakim, ibarat, jilid, kudus, mimbar, sehat, taat, dan wajah. Karena banyak di antara pedagang itu

adalah penutur bahasa Parsi, tidak sedikit kosakata Parsi masuk ke dalam bahasa Melayu, seperti acar,
baju, domba, kenduri, piala, saudagar, dan topan.
Hubungan dengan penutur Portugis [sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa
Indonesia
Bahasa Portugis dikenali masyarakat penutur bahasa Melayu sejak
bangsa Portugis menduduki Malaka pada tahun 1511 setelah setahun sebelumnya ia menduduki Goa.
Portugis dikecundangi atas saingan dengan Belanda yang datang kemudian dan menyingkir ke daerah
timur Nusantara. Meski demikian, pada abad ke-17 bahasa Portugis sudah menjadi bahasa perhubungan
antaretnis di samping bahasa Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Portugis seperti algojo,
bangku, dadu, gardu, meja, picu, renda, dan tenda.
Hubungan dengan penutur Belanda [sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kata serapan dari bahasa Belanda dalam bahasa
Indonesia
Belanda mendatangi Nusantara pada awal abad ke-17 ketika ia mengusir Portugis dari Maluku pada
tahun 1606, kemudian ia menuju ke pulau Jawa dan daerah lain di sebelah barat. Sejak itulah, secara
bertahap Belanda menguasai banyak daerah di Indonesia. Bahasa Belanda tidak sepenuhnya dapat
menggeser kedudukan bahasa Portugis karena pada dasarnya bahasa Belanda lebih sukar untuk
dipelajari, lagipula orang-orang Belanda sendiri tidak suka membuka diri bagi orang-orang yang ingin
mempelajari kebudayaan Belanda termasuklah bahasanya. Hanya saja pendudukannya semakin luas
meliputi hampir di seluruh negeri dalam kurun waktu yang lama (350 tahun penjajahan Belanda di
Indonesia). Belanda juga merupakan sumber utama untuk menimba ilmu bagi kaum pergerakan. Maka
itu, komunikasi gagasan kenegaraan pada saat negara Indonesia didirikan banyak mengacu pada bahasa
Belanda. Kata-kata serapan dari bahasa Belanda seperti abonemen, bangkrut, dongkrak, ember, formulir,
dan tekor.
Hubungan dengan penutur Inggris [sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kata serapan dari bahasa Inggris dalam bahasa
Indonesia
Bangsa Inggris tercatat pernah menduduki Indonesia meski tidak
lama. Raffles menginvasi Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1811 dan beliau bertugas di sana selama
lima tahun. Sebelum dipindahkan ke Singapura, dia juga bertugas di Bengkulu pada tahun 1818.
Sesungguhnya pada tahun 1696 pun Inggris pernah mengirim utusan Ralph Orp ke Padang (Sumatera
Barat), namun dia mendarat di Bengkulu dan menetap di sana. Di Bengkulujuga dibangun Benteng
Marlborough pada tahun 1714-1719. Itu bererti sedikit banyak hubungan dengan bangsa Inggris telah
terjadi lama di daerah yang dekat dengan pusat pemakaian bahasa Melayu.
Hubungan dengan penutur Jepang [sunting]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kata serapan dari bahasa Jepang dalam bahasa
Indonesia
Pendudukan Jepang di Indonesia yang selama tiga setengah tahun tidak meninggalkan warisan yang
dapat bertahan melewati beberapa angkatan. Kata-kata serapan dari bahasa Jepang yang digunakan
umumnya bukanlah hasil hubungan bahasa pada masa pendudukan, melainkan imbas kekuatan budaya,
ekonomi dan teknologinya.
Perbendaharaan kata serapan [sunting]
Di antara bahasa-bahasa di atas, ada beberapa yang tidak lagi menjadi sumber penyerapan kata baru
yaitu bahasa Tamil, Parsi, Hindi, dan Portugis. Kedudukan mereka telah tergeser oleh bahasa Inggris yang

penggunaannya lebih mendunia. Walaupun begitu, bukan bererti hanya bahasa Inggris yang menjadi
rujukan penyerapan bahasa Indonesia pada masa yang akan datang.
Penyerapan kata dari bahasa Cina sampai sekarang masih terjadi di bidang pariboga termasuk bahasa
Jepang yang agaknya juga potensial menjadi sumber penyerapan.
Di antara penutur bahasa Indonesia beranggapan bahwa bahasa Sanskerta yang sudah mati itu
merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan klasik. Alasan itulah yang menjadi pendorong penghidupan
kembali bahasa tersebut. Kata-kata Sanskerta sering diserap dari sumber yang tidak langsung, yaitu Jawa
Kuna. Sistem morfologi bahasa Jawa Kuna lebih dekat kepada bahasa Melayu. Kata-kata serapan yang
berasal dari bahasa Sanskerta-Jawa Kuna misalnya acara, bahtera, cakrawala, darma, gapura, jaksa, kerja,
lambat, menteri, perkasa, sangsi, tatkala, dan wanita.
Bahasa Arab menjadi sumber serapan ungkapan, terutama dalam bidang agama Islam. Kata rela (senang
hati) dan korban (yang menderita akibat suatu kejadian), misalnya, yang sudah disesuaikan lafalnya ke
dalam bahasa Melayu pada zamannya dan yang kemudian juga mengalami pergeseran makna, masingmasing adalah kata yang seasal dengan rida (perkenan) dan kurban (persembahan kepada Tuhan). Dua
kata terakhir berkaitan dengan konsep keagamaan. Ia umumnya dipelihara betul sehingga makna
(kadang-kadang juga bentuknya) cenderung tidak mengalami perubahan.
Sebelum Ch. A. van Ophuijsen menerbitkan sistem ejaan untuk bahasa Melayu pada tahun 1910, cara
menulis tidak menjadi pertimbangan penyesuaian kata serapan. Umumnya kata serapan disesuaikan
pada lafalnya saja.
Meski kontak budaya dengan penutur bahasa-bahasa itu berkesan silih berganti, proses penyerapan itu
ada kalanya pada kurun waktu yang tmpang tindih sehingga orang-orang dapat mengenali suatu kata
serapan berasal dari bahasa yang mereka kenal saja, misalnya pompa dan kapten sebagai serapan dari
bahasa Portugis, Belanda, atau Inggris. Kata alkohol yang sebenar asalnya dari bahasa Arab, tetapi
sebagian besar orang agaknya mengenal kata itu berasal dari bahasa Belanda.
Kata serapan dari bahasa Inggris ke dalam kosa kata Indonesia umumnya terjadi pada zaman
kemerdekaan Indonesia, namun ada juga kata-kata Inggris yang sudah dikenal, diserap, dan disesuaikan
pelafalannya ke dalam bahasa Melayu sejak zaman Belanda yang pada saat Inggris berkoloni di Indonesia
antara masa kolonialisme Belanda.. Kata-kata itu seperti kalar, sepanar, dan wesket. Juga badminton,
kiper, gol, bridge.
Sesudah Indonesia merdeka, pengaruh bahasa Belanda mula surut sehingga kata-kata serapan yang
sebetulnya berasal dari bahasa Belanda sumbernya tidak disadari betul. Bahkan sampai dengan sekarang
yang lebih dikenal adalah bahasa Inggris. Metode penyerapan kata asing [sunting] Senarai kata serapan
dalam bahasa Indonesia [sunting]
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap katakata dari bahasa lainnya.
Asal Bahasa
Jumlah Kata
Arab

1.495 kata

Belanda

3.280 kata

Tionghoa

290 kata

Hindi

7 kata

Inggris

1.610 kata

Parsi

63 kata

Portugis

131 kata

Sanskerta-Jawa Kuna 677 kata


Tamil

83 kata

Anda mungkin juga menyukai