Anda di halaman 1dari 23

MODUL GEOLOGI

TIMGEOLOGIHMDTPGOES TOSCHOOL

KONSEP ILMU GEOLOGI

Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi mulai dari perhiasan,
perlengkapan rumah tangga, alat transportasi hingga ke bahan energinya, seperti minyak dan
gas bumi serta batubara. Dan hampir setiap bentuk kegiatan manusia akan berhubungan
dengan bumi, baik itu berupa pembangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan,
gedung-gedung bertingkat yang dibangun diatas permukaan bumi, maupun untuk memenuhi
kebutuhannya seperti bahan-bahan tambang maupun energi seperti migas dan batubara, yang
harus digali dan diambil dari dalam bumi. Kaitannya yang sangat erat dengan bidang-bidang
kerekayasaan tersebut seperti Teknik Sipil, Pertambangan, Pengembangan Wilayah dan Tata
Kota serta Lingkungan, menyebabkan ilmu ini semakin banyak dipelajari, tidak saja oleh
mereka yang akan memperdalam bidang geologi sebagai profesinya, tetapi juga bagi lainnya
yang bidang profesinya mempunyai kaitan yang erat dengan bumi.
Istilah geologi berasal dari bahasa latin geos (Bumi) dan logos (ilmu), yang secara harfiah
berarti ilmu yang mempelajari tentang Bumi dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
alam. Arti tersebut harus dirinci lebih lanjut karena banyak ilmu pengetahuan lainnya yang
juga mengkaji tentang Bumi dengan cara dan maksud berbeda. Beberapa ilmu lain tersebut
yaitu Geografi, Geofisika, dan Geodesi.
Sebagai ilmu pengetahuan alam Geologi memiliki beberapa ilmu pengetahuan lain, antara
lain :
a. Petrologi : ilmu yang mempelajari tentang terjadinya batuan, penamaan dan
klasifikasi dan sebagainya.
b. Stratigrafi : ilmu yang mempelajari tentang posisi dan hubungan perlapisan batuan.
c. Geologi Struktur : ilmu yang mempelajari struktur batuan serta gaya dan prosesproses penyebabnya.
d. Sedimentologi : ilmu yang mempelajari tentang batuan sedimen dan proses-proses
serta tempat pembentukannya
e. Paleontologi : ilmu yang mempelajari tentang fosil-fosil binatang dan tumbuhan.
f. Geomorfologi : ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk dan roman muka Bumi
serta proses-proses terbentuknya.
g. Geofisika : ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat fisika batuan.
h. Geologi Minyak dan Gas Bumi : ilmu yang mempelajari penerapan pengetahuan
geologi untuk mencari (eksplorasi) sumber-sumber minyak dan gas alam.
i. Geologi Teknik : ilmu yang mempelajari penerapan pengetahuan geologi untuk
kepentingan teknik sipil dan rekayasa pembangunan lainnya.

Seorang
ahli
geologi
disebut Geologist mempunyai tugas
disamping melakukan penelitianpenelitian untuk mengungkapkan
misteri
yang
masih
menyelimuti proses-proses yang
berhubungan dengan bahan-bahan
yang membentuk bumi, gerak-gerak
dan perubahan yang terjadi seperti
gempa-bumi
dan
meletusnya
gunungapi, juga mencari dan
mencoba menemukan bahan-bahan
yang kita butuhkan yang diambil
dari dalam bumi seperti bahan
tambang dan minyak dan gas bumi.
Dengan semakin berkembangnya
penghuni bumi, dimana sebelumnya
pemilihan wilayah pemukiman
bukan
merupakan
masalah,
sekarang ini pengembangan wilayah
harus memperhatikan dukungan
terhadap
lingkungan
yang
ditentukan
oleh
faktor-faktor
geologi agar pembangunannya tidak merusak keseimbangan alam. Karena itu tugas seorang
ahli geologi disamping apa yang diuraikan diatas, juga mempelajari sifat-sifat bencana alam,
seperti banjir, longsor, gempa-bumi dll; meramalkan dan bagaimana cara menghindarinya.
Karena luasnya bidang-bidang yang dicakup, maka Geologi lazimnya dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu Geologi Fisik dan Geologi Dinamis. Geologi Fisik atau Physical Geology,
adalah suatu studi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi,
seperti susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi, selaput udara
yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat dan berinteraksi dengan bumi,
kemudian selaput air atau hidrosfir, serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi
yang dipicu oleh energi Matahari dan tarikan gayaberat bumi. Proses-proses yang dimaksud
itu, dapat dijabarkan sebagai pelapukan, pengikisan, pemindahan dan pengendapan.
Disisi lain, Geologi Dinamis adalah bagian dari Ilmu Geologi yang mempelajari dan
membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi ini berhubungan dengan perubahanperubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang
bersumber dari dalam bumi, seperti kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisma, gerakgerak litosfir akibat adanya arus konveksi, gempabumi dan gerak-gerak pembentukan
cekungan pengendapan dan pegunungan.

BATUAN BEKU

Batuan Beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma atau lava, hasil dari
kristalisasi mineral-mineral dalam bentuk agregasi yang saling interlocking.
Proses-proses dalam pembentukan batuan beku adalah :
a. Deferensiasi Magma
Yaitu proses pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan komposisi yang
berbeda-beda akibat pengaruh migrasi molekul-molekul di dalam Magma.
Perpindahan gas-gas, pemindahan cairan magma dengan cairan lain. Deferensiasi
magma terjadi selama proses pembekuan magma dimana kristal-krital terbentuk tidak
bersamaan akan tetapi terjadi pemisahan-pemisahan antara kristal dengan cairan
magma disebut Deferensiasi Kristalisasi.
b. Asimilasi
Yaitu proses reaksi atau pelarutan antara magma dengan batuan sekitarnya. Ini
umumnya terjadi pada intrusi magma basa terhadap batuan asam.
c. Proses Pencampuran dari Magma
Selama kristalisasi berlangsung selalu ada kecendrungan untuk mempertahankan
keseimbangan antara fase cair dan padat. Kristal yang mula-mula terbentuk akan
bereaksi dengan cairan sehingga berubah komposisinya. Reaksi ini terjadi terus
menerus pada kristalisasi mineral-mineral plagioklas basa sampai asam. Reaksi ini
disebut Continious Reaction Series.

KLASIFIKASI PENAMAAN BATUAN


a. Klasifikasi berdasarkan tempat terjadinya
Dasar jul Rusenbusch (1967-1977) membagi 3 macam batuan beku, yaitu :
1. Effusive Rock, untuk batuan yang berada dipermukaan.
2. Dyke Rock, untuk batuan yang terbentuk didekat permukaan.
3. Deep Seated Rock, untuk batuan yang terbentuknya jauh didalam bumi.
b. Klasifikasi berdasarkan kimiawi
Klasifikasi ini telah lama menjadi standart dalam geologi dan dibagi dalam 4
golongan, yaitu :
1. Batuan Beku Asam
2. Batuan Beku Intermediate
3. Batuan Beku Basa
4. Batuan Beku Ultrabasa
TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral yang satu dengan yang lain dalam satu
batuan yang meliputi hubungan antara kristalisasi, granularitas, dan fabric.
a. Kristalinitas
Adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan
tersebut. Kristanilitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak
yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal. Dalam pembentukannya
dikenal 4 kelas derajat kristalisasi, yaitu :
1. Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal-kristal
yang nampak jelas.
2. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian
lagi terdiri dari massa kristal.
3. Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau
sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
b. Granularitas
Adalah derajat besar butir kristal dari penyusun batuan yang terdiri dari :
1. Faneritik, Kristal-kristal yang penyusunnya terlihat jelas dan bisa dibedakan
dengan mata atau loope.
2. Afanitik, kristal-kristal yang penyusunnya tidak dapat dibedakan dengan mata
atau loope.
3. Porpiritik, Tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang memperlihatkan
adanya butiran (kristal) yang tidak seragam (inequigranular), dimana butiran yang
besar, disebut sebagai fenokris (phenocryst), berbeda didalam massa dasar
(groundmass) atau matriks (matrix) yang lebih halus.
c. Fabrik
Adalah hubungan antara kristal-kristal atau susunan antara kristal yang satu dengan
yang lainnya. Fabrik terbagi dua yaitu :

1. Bentuk Kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya
berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang
yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat
melalui pengamatan mikroskop yaitu:
Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

2. Hubungan antar kristal


Hubungan antar kristal atau relasi yaitu hubungan antar kristal atau mineral yang
satu dengan yang lainnya dalam suatu batuan. Secara garis besar dibagi menjadi 2,
yaitu :

Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama

Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

STRUKTUR BATUAN BEKU


Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar seperti lava
bantal yang terbentuk dilingkungan air (laut). Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali
dengan waktu terbentuknya.
Macam-macam struktur batuan beku :
a) Masif
Yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
Struktur ini tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas, atau tidak
menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
b) Sheeting joint
Yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c) Columnar joint
Yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
d) Pillow lava
Yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan
proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
e) Vesikular
Yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini
terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

f) Skoria
Yaitu seperti vesikuler, tetapi tidak menunjukkan arah yang teratur.
g) Amigdaloidal
Yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa
atau zeolite.
h) Struktur aliran
Yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu
akibat aliran.
i) Xenolith
Yaitu stuktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau
tertanam kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak
sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
j) Autobreccia
Yaitu struktur yang terlihat pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari
lava itu sendiri.

PENAMAAN BATUAN BEKU


Komposisi Mineral

Faneritik
Porfiritik

Tekstur

Afanitik

Felsic

Intermediate

Mafic

(berwarna terang)

(berwarna medium)

(berwarna gelap)

Granite

Diorite

Gabbro

(Granit/Rhyolite)

(Diorite/Andesite)

(Gabbro/Basalt)

Porfiri

Porfiri

Porfiri

Rhyolite

Andesite

Basalt

Vesikular Pumice / Scoria


Glassy

Obsidian

Ultramafic
Peridotite

BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai
material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran
gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh
penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain. Menurut Tucker (1991),
70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari
volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan
bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Proses terjadinya batuan sedimen yaitu :
Pelapukan
pengikisan
transportasi
akumulasi
pengendapan
diagenesa
kompaksi
lithifikasi
sementasi

Jenis-jenis batuan sedimen :


1.
2.
3.
4.
5.

Batuan sedimen detritus (sedimen klastik)


Batuan sedimen karbonat (sedimen kimia/biokimia)
Batuan sedimen evaporit (sedimen kimia/biokimia)
Batuan sedimen silika (sedimen kimia/biokimia)
Batuan sedimen batubara (sedimen kimia/biokimia)

PEMBENTUKAN SECARA MEKANIK


Pembentukan secara mekanik : batuan ini terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan
fragmen-fragmen batuan (allogenic). Faktor-faktor yang berperan penting dalam
pembentukan batuan sedimen secara mekanik adalah :
a. Sumber Material Batuan Asal
Sifat dan komposisi dari batuan sangat dipengaruhi oleh material asalnya. Contohnya
sedimen detrital breksi vulkanik berasal dari kegiatan erupsi gunung api, batu pasir
mengandung kuarsa dan feldspar dari batuan feldspatik yang kasar. Komposisi
mineral-mineral batuannya dapat menentukan waktu dan jarak transportasi tergantung
dari presentase mineral-mineral stabil dan non stabil.
b. Lingkungan Pengendapan
Merupakan tempat terakumulasinya material-material sedimen yang secara umum
dibedakan menjadi dalam tiga bagian :
1. Lingkungan darat
2. Lingkungan transisi
3. Lingkungan laut
c. Pengangkatan Transportasi
Merupakan pemindahan suatu material dari suatu tempat ke tempat yang lain. Media
teransoprtasi ini dapat berupa air, angin, dan glacial dan yang paling berpengaruh
penting terhadap sedimentasi yaitu air. Selama proses transportasi berlangsung terjadi
perubahan terutama fisik material sedimen, seperti ukuran, bentuk dan roundness.
Perubahan ini terjadi akibat gesekan antara butir dengan butir atau butir dengan
batuan dasar.
d. Pengendapan
Merupakan proses terakumulasinya material-material sedimen pada suatu tempat,
misalnya cekungan-cekungan, laut, muara sungai dan lain-lain yang disebabkan oleh
kekuatan arus atau gaya mulai menurun hingga berada dibawah titik daya angkutnya.
e. Kompaksi
Merupakan proses pemadatan material-material sedimen yang terjadi karena adanya
gaya berat atau gravitasi dan material itu sendiri, sehingga volume menjadi berkurang
dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi keatas.
f. Lithifikasi dan sementasi
Merupakan proses kompaksi yang meningkat sehingga menyebabkan terjadi
pengerasan terhadap material-material sedimen ( proses pembatuan).
g. Replacement dan rekristalisasi
Selama proses litifikasi dan sementasi biasanya terjadi replacement dan rekristalisasi.
Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan kimia
sehinggga terjadi mineral baru. Sedangkan rekristalisai adalah pengkristalan kembali
mineral-mineral dalam batuan sedimen akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang
relativ rendah.

h. Diagenesis
Merupakan perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur
maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan proses kimia dan fisika.

PEMBENTUKAN SECARA KIMIA DAN ORGANIK


Merupakan batuan sedimen yang terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme
atau akumulasi dari sisa skeltal organisme.
a. Secara Kimia
- Pencampuran dari beberapa larutan yang terakumulasi membentuk suatu batuan
sedimen seperti rijang dari larutan silika.
- Pelepasan dari material anorganik atau karbonat dioksida yang menyebabkan
terbentuknya batuan sedimen seperti batubara.
- Evaporation pembentukan material sedimen akibat pengaruh penguapan, seperti
anhidrit.
b. Secara Organik
- Akumulasi dari sisa-sisa sekeletal organisme.
- Kegiatan dari organisme, seperti fotosintesis dan proses-proses dari bakteri.

BATUAN METAMORF

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya
yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan
yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan
kondisi kimia di kerak bumi ( Ehlers & Blatt, 1982).
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan yang
sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang
sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi
daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan yang terkubur
sangat dalam.
Namun perlu dipahami bahwa proses metamorfosa terjadi dalam keadaan padat, dengan
perubahan kimiawi dalam batas-batas tertentu saja dan meliputi proses-proses rekristalisasi,
reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali elemenelemen kimia yang sebelumnya telah ada. ( Graha, D.S, 1987 .)
Menurut Turner (1954, lihat Williams dkk, 1954:161-162) menyebutkan bahwa batuan
metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan mineralogik dan struktur oleh
proses metamorfisme dan terjadi langsung dari fase padat tanpa melalui fase cair.

Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang


disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa
merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan
tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau
variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan
proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur
kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C- 8000 C,
tanpa melalui fase cair (batuan tetap berada pada fase padat).

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai


macam sebab antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi
magmatik dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam
skala kecil juga bisa terjadi akibat adanya gesekan/friksi
selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan
silikat batas bawah terjadinya metamorfosa umumnya pada
suhu 1500 500 C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg-carpholite,
Glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite atau stilpnomelane. Sedangkan batas atas
terjadinya metamorfosa sebelum terjadinya pelelehan adalah berkisar 6500 11000 C,
tergantung jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).

Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antar butir batuan mempunyai
peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak berperan adalah air
beserta karbon dioksida , asam hidroklorik dan hidroflourik. Umumnya fluida dan gas
tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat membantu reaksi kimia dan
penyetimbangan mekanis (Huang, 1962).

PROSES METAMORFISME
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi ( 3 20 km ) yang
keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa
cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik
baru pada tekanan ( P ) dan temperatur ( T ) tertentu.
Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang mengubah mineral
suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan terhadap kondisi fisik dan
kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi
sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesis. Batuan
metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk, bisa batuan beku, batuan sedimen,
ataupun batuan metamorf itu sendiri yang mengalami metamorfosa.
Proses metamorfisme kadang-kadang tidak berlangsung sempurna, sehingga perubahan yang
terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya kekompakkan pada batuan saja yang
bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna menyebabkan karakteristik batuan asal
tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan yang sangat ekstrim, peningkatan temperatur
mendekati titik lebur batuan, padahal perubahan batuan selama proses metamorfisme harus
tetap dalam keadaan padat. Apabila sampai mencapai titik lebur batuan maka proses tersebut
bukan lagi proses metamorfisme tetapi proses aktivitas magma.
Agen atau media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan
kimia aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang mengalami
proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap agen tersebut
berbeda-beda. Pada proses metamorfisme tingkat rendah, kondisi temperatur dan tekanan
hanya sedikit diatas kondisi proses pembatuan pada batuan sedimen. Sedangkan pada proses
metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya sedikit dibawah kondisi proses peleburan batuan.

TAHAP-TAHAP PROSES METAMORFISME


1. Rekristalisasi : Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini terjadi
penyusunan kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada
sebelumnya sudah ada.

2. Reorientasi : Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini pengorientasian


kembali dari susunan kristal-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan
struktur yang ada.
3. Pembentukan mineral-mineral baru : Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali
elemen-elemen kimiawi yang sebelumnya telah ada.

TIPE METAMORFOSA
Bucher & Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya, metamorfosa
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.

Metamorfosa

regional/

dinamothermal

Metamorfosa

regional/dinamothermal

merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini
dibedakan

menjadi

tiga,

yaitu

metamorfosa

orogenik, burial dan

dasar

samudera(Ocean-floor).
a. Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi dan membentuk sabuk
yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun.
b. Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah
geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang
terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan fluida.
c. Metamorfosa dasar Samudera(Ocean-Floor)
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar
punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang
dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut
menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.

2.

Metamorfosa Lokal

Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah yang
sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat
dibedakan menjadi :

1.

Metamorfosa Kontak
Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar
kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena
pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta kadang oleh
deformasi akibat gerakan magma. Zona metamorfosa kontak disebut contact
aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antar mineral,
reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian/penambahan material. Batuan
yang dihasilkan umumnya berbutir halus.

2.

Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal


Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek
hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi
volkanik atau quasi volkanik, contohnya pada xenolith atau pada zona dike.

3.

Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinematik/Dinamik
Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif,
seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang
mengakibatkan penggerusan dan granulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat
non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.

4.

Metamorfosa Hidrotermal/Metasomatisme

5.

Metamorfosa hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang
panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga
menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga
dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

6.

Metamorfosa Impact
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit.
Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite dan stishovite.

7.

Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga kumpulan
mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperatur yang lebih rendah.

MINERALOGI
Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa mineral yang berasal dari
batuan asalnya maupun dari mineral baru yang terbentuk akibat proses metamorfisme
sehingga dapat digolongkan menjadi 3,yaitu :
1. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf seperti
kuarsa, felspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin dan bijih besi.
2. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sedimen dan batuan metamorf seperti
kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit dan dolomit.
3. Mineral indeks batuan metamorf seperti garnet, andalusit, kianit, silimanit, stautolit,
kordierit, epidot dan klorit.
Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat dibedakan
menjadi secretionary growth, concentrionary growth dan replacement(Ramberg, 1952 dalam
Jackson, 1970). Secretionary growth merupakan pertumbuhan kristal hasil reaksi kima fluida
yang terdapat pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan
tersebut. Concentrionary growthadalah proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk
membuat ruang pertumbuhan. Sedangkan replacement merupakan proses penggantian
mineral lama oleh mineral baru.
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan
yang lainnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan oleh percobaan Becke, 1904 (Jackson, 1970).
Percobaan ini menghasilkan Seri Kristaloblastik yang menunjukkan bahwa mineral pada seri
yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada
seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya besar dan
euhedral.
Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan metamorf
(Huang, 1962). Dalam hal ini dikenal dua golongan mineral yaitu stress
mineral dan antistress mineral. Stress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya
akan semakin besar bila terkena tekanan atau dengan kata lain merupakan mineral yang tahan
terhadap tekanan. Mineral-mineral tersebut umumnya merupakan penciri batuan yang terkena
deformasi sangat kuat. seperti sekis. Contoh stress mineral antara lain kloritoid, stauroilit dan
kianit. Sedangkan antistress mineral adalah mineral yang kisaran stabilitasnya akan menurun
pada kondisi tekanan yang sama. Mineral ini tidak tahan terhadap tekanan tinggi sehingga
tidak pernah ditemukan pada batuan yang terdeformasi kuat. Contoh mineralnya antara lain
andalusit, kordierit, augit, hypersten, olivin, potasium felspar dan anortit.

TEKSTUR BATUAN METAMORF


Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi
butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970). Penamaan tekstur
batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blastoatau akhiran blastic yang
ditambahkan pada istilah dasarnya. Penamaan tekstur tersebut akan dibahas pada bagian
berikut ini.
1.

Relict/Palimset/Sisa

Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur
batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf tersebut.
Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini. Contohnya adalah
blastoporfiritik yaitu batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku asalnya masih bisa
dikenali. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau
metasedimen.
2.

Kristaloblastik

Tekstur kristloblastik merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab
proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi
sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
1.

Lepidoblastik
Tekstur yang didominasi mineral-mineral pipih yang memperlihatkan orientasi
sejajar (biotit, muskovit).

2.

Nematoblastik
Mineral-mineral berbentuk jarum yang memperlihatkan orientasi sejajar
(amphibol, piroksen)

3.

Granoblastik
Mineral berbentuk butiran dengan sisi kristal yang bergerigi (kuarsa, kalsit)

4.

Porfiroblastik
Suatu kristal besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus.

5.

Idioblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya euhedral.

6.

Xenoblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya anhedral.

Tekstur berdasarkan ukuran butir. Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf
dapat dibedakan menjadi :
1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
2. Afanit, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata

Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal. Bentuk individu kristal pada batuan metamorf
dapat dibedakan menjadi :
1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
2. Subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.

PENAMAAN DAN KLASIFIKASI BATUAN METAMORF


Tatanama batuan metamorf secara umum tidak sesismatik penamaan batuan beku atau
sedimen. Kebanyakan nama batuan metamorf didasarkan pada kenampakan struktur dan
teksturnya. Untuk memperjelas banyak dipergunakan kata tambahan yang menunjukkan ciri
khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral pencirinya (contohnya sekis
klorit) atau nama batuan beku yang mempunyai komposisi yang sama (contohnya granite
gneiss). Beberapa nama batuan juga berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya
(contohnya kuarsit) atau dapat pula dinamakan berdasarkan fasies metamorfiknya (misalnya
granulit).
Selain batuan yang penamaannya berdasarkan struktur, batuan metamorf lainnya yang
banyak dikenal antara lain :

Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral utama penyusunnya adalah amfibol(umumnya hornblende) dan plagioklas.
Batuan ini dapat menunjukkan schystosity bila mineral prismatiknya terorientasi.

Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan mineral
penyusun utamanya adalah piroksen ompasit (diopsid kaya sodium dan aluminium)
dan garnet kaya pyrope.

Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang tersusun oleh
mineral utama kuarsa dan felspar serta sedikit piroksen dan garnet. Kuarsa dan garnet
yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur gneissic.

Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya hampir semuanya


berupa mineral kelompok serpentin. Kadang dijumpai mineral tambahan seperti klorit,
talk dan karbonat yang umumnya berwarna hijau.

Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit atau
dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.

Skarn, Yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calc-silikat seperti
garnet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan komposisi batuan disekitar kontak
dengan batuan beku.

Kuarsit, Yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.

Soapstone, Yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.

Rodingit, Yaitu batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat yang terjadi akibat
alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku ultrabasa yang mengalami
serpentinitasi. (Diktat praktikum petrologi, 2007)

PENGENALAN GEOLOGI STRUKTUR

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah
perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam
bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang
bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses
pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan
pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan
(fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik
(tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan
skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.
Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti sinklin dan
antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta lipatan rebah
(recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan normal (normal fault),
patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik (trustfault).
Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang bekerja
pada batuan batuan tersebut. Pertanyaannya adalah dari mana gaya tersebut berasal ?
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori Tektonik Lempeng dinyatakan bahwa kulit
bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan
lempeng-lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen),
saling menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan (transform). Penyebab deformasi pada
batuan adalah gaya tegasan (gaya/satuan luas). Oleh karena itu untuk memahami deformasi
yang terjadi pada batuan, maka kita harus memahami konsep tentang gaya yang bekerja pada
batuan. Tegasan (stress) dan tegasan tarik (strain stress) adalah gaya gaya yang bekerja di
seluruh tempat dimuka bumi.

JENIS-JENIS STRUKTUR GEOLOGI


Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya
gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); (2).
Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu:
1. Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum
dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral
lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar
dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya

yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan
adalah sebagai berikut:
a. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear
joint umumnya bersifat tertutup.

b. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.

c. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus
dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

2. Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.
Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan Sinklin
adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah
lipatan yang cembung ke arah atas.

Contoh Lipatan I

Contoh Lipatan II

Lipatan Antiklin

Lipatan Sinklin

3. Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya
disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan
indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar;
b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e).
Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor
seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb. Sesar dapat dibagi kedalam beberapa
jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap
sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai,
dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan
ditentukan.

Berbagai Jenis Patahan Normal Sebagai Hasil Dari Tegasan

HIMPUNAN MAHASISWA DIII- TEKNIK PERTAMBANGAN


HMDTP GOES TO SCHOOL : TIM GEOLOGI
TRI PRASETYO
YOGA PRASE

Anda mungkin juga menyukai