Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berpikir merupakan ciri utama manusia yang membedakannya
dengan makhluk lain. Dengan dasar berpikir manusia mengembangkan
berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam guna kepentingan
hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan
ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah.
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir alamiah dan
berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan
kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, sedangkan berpikir
ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan pola dan sarana tertentu secara
teratur.
Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode
ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur,
menguji hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah-langkah berfikir
dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik
sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan
mendapatkan hasil yang baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari
sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan
ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan
masalah sehari-hari.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan
gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika
induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian
ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk
mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir
ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan
1

baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui
dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam
keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan
ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,
matematika dan statistik.
1.2 Masalah
Masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian berpikir ilmiah?
2. Apa ciri-ciri berpikir ilmiah?
3. Apa saja sarana berpikir ilmiah?
4. Apa peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah?
5. Apa hubungan antara sarana berpikir ilmiah bahasa, matematika dan
statistika?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembehasan berpikir ilmiah adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian berpikir ilmiah
2. Mengetahui ciri-ciri berpikir ilmiah
3. Mengetahui sarana berpikir ilmiah
4. Mengetahui peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah
5. Mengetahui hubungan antara sarana berpikir ilmiah bahasa, matematika
dan statistika

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berpikir Ilmiah


Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk
akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan (Hillway, 1956).
Menurut Salam (1997:139), pengertian berpikir ilmiah adalah
sebagai berikut:
a. Proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/ mendapatkan ilmu.
b. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
Berpikir merupakan kegiatan (akal) untuk memperoleh pengetahuan
yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan (akal) yang menggabungkan
induksi dan deduksi (Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah
Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan).
Berpikir ilmiah yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan
pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian (Menurut
Kartono: 1996 dalam Khodijah, 2006:118).
Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran
yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan
ilmiah,yang sudah ada (Eman Sulaeman).
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir
secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah
manusia ada sejak lahir.(wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas).
Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika
deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE).
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang
manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide
tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses
yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam
3

berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya yang


didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana.
Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari
solusi atau kesimpulan suatu masalah. Berpikir ilmiah sangat penting dalam
melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di
lingkungan sekolah. Jika dalam suatu pekerjaan untuk menunjukkan hasil
dari pekerjaan kita. Kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja
hasil dari pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji kebenarannya
sehingga orang lain akan percaya dengan pekerjaan kita.
Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian
sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan sebagainya. Pasti dalam
membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran
karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan suatu
pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan
berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin
selalu menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah
dalam setiap pendapat rasional orangorang sekitar kita akan selalu
menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong. Setiap manusia
disamping berpikir ilmiah harus didukung dengan berpikir positif serta
pemikiran-pemikiran yang yang baik. Untuk menjadikan setiap pendapat
kita selalu dapat dipercaya dan diterima oleh semua orang.
Manfaat Berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut.
a. Seseorang yang selalu berpikir ilmiah tidak akan mudah percaya
terhadap sesuatu.
b. Pendapatnya akan dapat dipercaya dan diterima orang lain.
c. Dalam memecahkan masalah tidak dengan emosi.
2.2 Ciri-ciri Berpikir Ilmiah
Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah, yaitu sebagai berikut.
1.

Harus obyektif
Seorang ilmuwan dituntut mampu berpikir obyektif atau apa
adanya. Seorang yang berpikir obyektif selalu menggunakan data yang
4

benar. Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu diperoleh dari
sumber dan cara yang benar. Sebaliknya, data yang tidak benar oleh
karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu dibuat-buat,
misalnya; data yang benar adalah data yang benar-benar sesuai dengan
kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih.
Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah.
Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan harus mampu
membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu. Data yang
benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah
data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada
data yang salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan seperti ini, maka
seorang yang berpikir ilmiah,

harus hati-hati terhadap data yang

tersedia.
2.

Rasional atau secara sederhana orang menyebut masuk akal


Seorang berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang
benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwai mulai apa yang
menjadi sebab dan apa pula

akibatnya.

Segala sesuatu

selalu

mengikuti hukum sebab dan akibat. Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada
yang mengadakan. Sesuatu menjadi berkembang, oleh karena ada
kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena
terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab itu
tidak ada, tetapi tetap marah, maka orang dimaksud dianggap di luar
kebiasaan, atau tidak masuk akal.
Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh
hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru
bagi seseorang yang selalu berikir ilmiah tidak segera diterimanya.
Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang
membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas kebenarannya.
Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang
yang berpikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar
yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas
sikapnya seperti itu, maka seorang yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
5

3.

Terbuka
Ia selalu memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan
masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap
mendapatkan masukan, baik berupa pikiran, pandangan, pendapat dan
bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya.
Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja
yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun asalnya.
Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup
diri.

4.

Selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada kalah dan menang
Seorang yang berpikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah
pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu
yang mengecewakan dan menjadikan dirinya merasa rendah. Seorang
yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar
kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu,
seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun

harus mampu

mengendalikan diri, agar tidak bersikap emosional, subyektif, dan


tertutup.
Jadi, berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri, diantaranya:
a.

pendapat atau tindakannya melalui penelitian;

b.

pendapatnya sesuai kebenaran;

c.

terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya;

d.

tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat.

2.3 Sarana Berpikir Ilmiah


Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada
langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab
itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini
seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah
tersebut.

Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang
sebenarnya sebab sarana merupakan alat yang membantu dalam mencapai
suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsifungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan
bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu:
a. Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian
bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu
diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan
deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak
mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara
lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri
dalam mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana
berpikir ilmiah.
b. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan
kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari
ilmu

dimaksudkan

untuk

mendapatkan

pengetahuan

yang

memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.


Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabangcabang

ilmu

untuk

mengembangkan

materi

pengetahuaannya

berdasarkan metode ilmiah.


Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode
tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan
pengetahuaannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu
proses metode ilmiah dan bahkan merupakan ilmu tersendiri.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka
diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh
proses berpikir ilmiah dan untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut
kepada orang lain.

Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara


berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah
menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Matematika
mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan
statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita
menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan
pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan.
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan
sarana berpikir ini dengan baik pula.
Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui
dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam
keseluruhan proses berpikir ilmiah.
Sarana ilmiah mempunyai fungsi yang khas sebagai alat bantu untuk
mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang
pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya pada dasarnya
ada tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Bahasa ilmiah: Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah
Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang
merupakan

sarana

komunikasi

ilmiah

yang

ditujukan

untuk

menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan, syarat-syarat:


1) Bebas dari unsur emotif
2) Reproduktif
3) Obyektif
4) Eksplisit
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama, yakni:
pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia, dan kedua, sebagai
sarana

budaya

yang

mempersatukan

mempergunakan bahasa tersebut.

kelompok

manusia

yang

Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di


dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan
sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai
kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional
yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang
integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang
kebudayaan. Perkembangan kebudayaan Indonesia ke arah peradaban
modern sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi menuntut adanya perkembangan cara berpikir yang
ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi
pikiran secara eksplisit. Ciri-ciri cara berpikir dan mengungkapkan isi
pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia sebagai sarana
komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah dalam hubungan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi
masyarakat Indonesia. Selain itu, mutu dan kemampuan bahasa
Indonesia

sebagai

sarana

komunikasi

keagamaan

perlu

pula

ditingkatkan. Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan


sedemikian rupa sehingga ia memiliki kesanggupan menyatakan dengan
tegas, jelas, dan eksplisit konsep-konsep yang rumit dan abstrak serta
hubungan antara konsep-konsep itu satu sama lain. Untuk mencapai
tujuan ini harus dijaga agar senantiasa terdapat keseimbangan antara
kesanggupan bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana komunikasi
ilmiah dan identitasnya sebagai bahasa nasional Indonesia.
b. Matematika dan logika: Mempunyai peranan penting dalam berpikir
deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya
Matematika adalah pengetahuan sebagai sarana berpikir deduktif
sifat:
1) Jelas, spesifik dan informatif
2) Tidak menimbulkan konotasi emosional
3) Kuantitatif
Menurut Jujun, matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
9

Lambang-lambang

matematika

bersifat

artifisial"

yang

baru

mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.


Kata Kant, pengetahuan yang sudah jelas ialah pengetahuan
matematika. Pengetahuan ini dapat diperoleh tidak melalui pengalaman,
bebas dari pengalaman. Pengetahuan matematika itu niscaya dan pasti.
Kebenaran matematika itu bersifat absolut dan niscaya, tidak dapat
dibayangkan suatu ketika tidak benar.
Matematika merupakan alat yang memungkinkan ditemukannya
serta dikomunikasikannya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin
keilmuan. Matematika dan logika sebagai sarana berpikir deduktif
mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Logika lebih sederhana penalarannya,
sedang matematika sudah jauh lebih terperinci.
c. Statistika: mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk
mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
Statistika ialah pengetahuan sebagai sarana berpikir induktif
sifat:
1. Dapat digunakan untuk menguji tingkat ketelitian
2. Untuk menentukan hubungan kausalitas antar faktor terkait
Statistika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara
mendapatkan data, menganalisis dan menyajikan data serta mendapatkan
suatu kesimpulan yang sah secara ilmiah. Sedangkan Sumantri
berpendapat bahwa statistika digolongkan di luar ilmu tetapi merupakan
salah satu unsur dari empat sarana pengembangan ilmu, yaitu bahasa,
logika, matematika, serta statistika sendiri. Statistika merupakan sarana
berpikir

yang

didasari

oleh

logika

berpikir

induktif.

Dalam

perkembangannya, statistika mulai berkembang pesat sejak tahun 1900an ditandai dengan ditemukannya dasar teori statistika secara matematis
oleh R.A. Fisher.
Statistika

sangat

berperan

dalam

perkembangan

ilmu

pengetahuan terutama dalam penelitian. Dari penelitianlah ditemukan


teori-teori baru. Prof. A. A. Mattjik (2000) menegaskan bahwa sasaran
utama dari mempelajari statistika adalah menggugah untuk memikirkan
10

secara jelas prosedur pengumpulan data dan membuat interpretasi dari


data tersebut menggunakan teknik statistika yang banyak digunakan
dalam penelitian.
Sejalan dengan pentingnya statistika dalam penelitian, kedepan,
persaingan dunia modern ditentukan oleh Hak Patent dan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI). Tak luput dalam persaingan itu, Universitas Jember
pun mempersiapkan diri menuju/menjadi Research University. Riset
telah menjadi (satu-satunya), kekuatan utama sebuah perguruan tinggi.
Ketajaman riset harus didukung oleh cara berpikir ilmiah metodologis,
data yang berkualitas dan ketajaman analisis kuantitatif-kualitatif, serta
penarikan kesimpulan yang sah (inferensia) yang hampir seluruhnya
terangkum dalam statistika.
Pada zaman sekarang ini patut dijadikan salah satu sarana berfikir
ilmiah adalah alat telekomunikasi seperti halnya komputer, karena didalam
komputer semua dapat diakses, dan semua dijawab dan semuanya ada,
sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jadi jika komputer dimasukan
kedalam katregori ini maka wajar-wajar saja.
2.4 Peranan Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Perkembangan IPTEK sekarang ini di satu sisi memungkinkan untuk
memperoleh banyak informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai
tempat di dunia, di sisi lain tidak mungkin untuk mempelajari keseluruhan
informasi dan pengetahuan yang ada, karena sangat banyak dan tidak
semuanya diperlukan. Karena itu diperlukan kemampuan cara mendapatkan,
memilih, dan mengolah informasi.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, dituntut sumber daya yang
handal dan mampu berkompetisi secara global, sehingga diperlukan
ketrampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis,
kreatif dan kemauan bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini
dapat dikembangkan melalui matematika. Hal ini sangat dimungkinkan
karena matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas
satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten.
11

Matematika

merupakan

alat

yang

dapat

memperjelas

dan

menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi,


atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.
Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis
dimensi

kehidupan.

Misalnya

banyak

persoalan

kehidupan

yang

memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur. Menghitung mengarah


pada aritmetika (studi tentang bilangan) dan mengukur mengarah pada
geometri (studi tentang bangun, ukuran dan posisi benda). Aritmetika dan
geometri merupakan fondasi atau dasar dari matematika.
Saat ini, banyak ditemukan kaidah atau aturan untuk memecahkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan pengukuran, yang biasanya
ditulis dalam rumus atau formula matematika, dan ini dipelajari dalam
aljabar.

Namun,

perkembangan

dalam

navigasi,

transportasi,

dan

perdagangan, termasuk kemajuan teknologi sekarang ini membutuhkan


diagram dan peta serta melibatkan proses pengukuran yang dilakukan secara
tak langsung. Akibatnya, perlu studi tentang trigonometri.
Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat
menyampaikan informasi dengan bahasa matematika, misalnya menyajikan
persoalan atau masalah ke dalam model matematika yang dapat berupa
diagram, persamaan matematika, grafik, ataupun tabel. Mengkomunikasikan
gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan
efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika
merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.
Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika,
terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika
maupun dalam bidang lainnya. Peranan matematika tersebut, terutama
sebagai sarana berpikir ilmiah oleh Erman Suherman (1995: 56) disebutkan
dapat diperolehnya kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
1. Menggunakan algoritma
Yang termasuk kedalam kemampuan ini antara lain adalah
melakukan operasi hitung, operasi himpunan, dan operasi lainya. Juga

12

menghitung ukuran tendensi sentral dari data yang banyak dengan cara
manual.
2. Melakukan manipulasi secara matematika
Yang termasuk kedalam kemampuan ini antara lain adalah
menggunakan sifat-sifat atau rumus-rumus atau prinsip-prinsip atau
teorema-teorema kedalam pernyataan matematika.
3. Mengorganisasikan data
Kemampuan ini antara lain meliputi: mengorganisasikan data
atau informasi, misalnya membedakan atau menyebutkan apa yang
diketahui dari suatu soal atau masalah dari apa yang ditanyakan.
4. Memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya
Kemampuan ini antara lain meliputi: menggunakan simbol,
tabel, grafik untuk menunjukan suatu perubahan atau kecenderungan
dan membuatnya.
5. Mengenal dan menemukan pola
Kemampuan ini antara lain meliputi: mengenal pola susunan
bilangan dan pola bangun geometri.
6. Menarik kesimpulan
Kemampuan ini antara lain meliputi: kemampuan menarik
kesimpulan dari suatu hasil hitungan atau pembuktian suatu rumus.
7. Membuat kalimat atau model matematika
Kemampuan ini antara lain meliputi: kemampuan secara
sederhana dari fonemena dalam kehidupan sehari-hari kedalam model
matematika atau sebaliknya dengan model ini diharapkan akan
mempermudah penyelesaianya.
8. Membuat interpretasi bangun geometri
Kemampuan ini antara lain meliputi: kemampuan menyatakan
bagian-bagian dari bangun geometri dasar maupun ruang dan
memahami posisi dari bagian-bagian itu.
9. Memahami pengukuran dan satuanya

13

Kemampuan ini antara lain meliputi: kemampuan memilih


satuan ukuran yang tepat, melakukan estimasi, mengubah satuan ukuran
ke satuan lainnya.
10. Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika,
seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer
Sementara itu dalam tujuan umum pendidikan matematika
(Depdiknas, 2002: 3) menyebutkan berbagai peranan matematika sebagai
sarana berpikir ilmiah ditekankan pada kemampuan untuk memiliki:
1. kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan
dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, ataupun
masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata;
2. kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi;
3. kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat
dialih gunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis,
berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin
dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.
Kemampuan-kemampuan di atas, berguna bagi seseorang untuk
berpikir ilmiah dalam pendidikan dan berguna untuk hidup dalam
masyarakat, termasuk bekal dalam dunia kerja.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan berkaitan
peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh
kemampuan-kemampuan meliputi:
a. menggunakan algoritma;
b. melakukan manipulasi secara matematika;
c. mengorganisasikan data;
d. memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya;
e. mengenal dan menemukan pola;
f. menarik kesimpulan;
g. membuat kalimat atau model matematika;
h. membuat interpretasi bangun geometri;
i. memahami pengukuran dan satuannya;

14

j. menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika,


seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer.
2.5 Hubungan Antara Sarana Berpikir Ilmiah Bahasa, Matematika
dan Statistika
Sebagaimana yang kita bahas sebelumnya, agar dapat melakukan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa, matematika
dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai
dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau
dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir
deduktif dan berpikir induktif. Matematika mempunyai peranan yang
penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan
penting dalam berpikir induktif.
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataanpernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk
menyusun argumentasi yang diakhiri pernyataan yang bersifat umum,
umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kerbau mempunyai mata, lembu
mempunyai mata, harimau mempunyai mata, dan gajah mempunyai mata.
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik bahwa semua binatang mempunyai
mata. Statistik mempunyai peranan yang penting dalam berpikir induktif.
Sebaliknya deduktif, cara berpikir dimana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, mengunakan pola
berpikir yang dinamakan silogismus. Contohnya semua mahluk mempunyai
mata (permis mayor), si bolan adalah seorang makluk (permis minor), jadi si
bolan mempunyai mata (kesimpulan). Matematika adalah pengetahuan yang
disusun secara deduktif. Matematika juga merupakan bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.

15

PENUTUP

Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga


sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan
antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola
penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam
sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana
tertentu secara teratur dan cermat.
Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan
suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak
akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada
dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai
langkah yang harus ditempuh.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu: Bahasa ilmiah,
Logika dan Matematika, Logika dan Statistika. Bahasa ilmiah berfungsi
sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses
berfikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai peranan penting dalam
berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali
kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting
dalam berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
Namun dizaman sekarang komputer jaga bisa dimasukan sebagai sarana
berfikir ilmiah, karena dalam komputer semua ada, dan apa yang kita
inginkan hampir seluruhnya dapat dijawab oleh komputer.

16

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2013. Empat Cara Berpikir Ilmiah. (http://www.uinmalang.ac.id/index.php?


option=com_content&view=article&id=3393:empat-ciriberpikir-ilmiah&catid=25:artikel-rektor Diakses 3 November
2013 Pukul 10.25).

Bakhtiar, Amsal.2004.Filsafat Ilmu.Jakarta:P.T Rajagrafindo Persada


Ilmiah,

Galeri.
2013.
Definisi
Berpikir
Ilmiah.
(http://galeriilmiah.wordpress.com/2012/03/27/definisi-berpikirilmiah/ Diakses 3 November 2013 Pukul 09.34).

Jujun.1993.Filsafat Ilmu.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


Paktoyibin. 2009. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah.
(http://paktoyibin.blogspot.com/2009/01/matematika-sebagaisarana-berpikir.html Diakses 4 November 2013Pukul 15.09).
Ricky. 2010. Filsafat Ilmu Sarana Berpikir Ilmiah. (http://rickydiah.blogspot.com/2011/04/filsafat-ilmu-sarana-berfikirilmiah.html Diakses 4 November 2013Pukul 09.37).
Suriasumantri, Jujun. S.2007.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Wiramihardja, Sutardjo.A.2009.Pengantar Filsafat.Bandung: PT Refika
Aditama

17

Anda mungkin juga menyukai