Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP PX DENGAN COLELITIASIS


1. KONSEP DASAR
2. Pengertian
Kolelitiasis (batu empedu) adalah adanya batu (kalkuli) dalam kandung
empedu.
Kolelitiasis biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur
padat yang berbentuk cairan empedu. Batu empedu mempunyai bentuk
ukuran dan komponen yang sangat bervariasi.
Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda
tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun.

3. Anatomi
Kandung empedu (vesica fellea) adalah kantong bebentuk buah pear yang
terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7-10 cm.
Kapasitasnya sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat
mengembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus
dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol kebawah
dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc.Vesica
fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat
dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar yang dimana
fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung
rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral
hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri.Collum dilanjutkan sebagai
duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu
dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus
koledokus.Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna
menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral
hati.Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri

hepaticakanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena


porta. Sejumlah arteriyang sangat kecil dan vena vena juga berjalan
antara hati dan kandung empedu.Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi
lymphatici cysticae yang terletak dekatcollum vesica fellea. Dari sini,
pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphaticihepaticum sepanjang
perjalanan arteri hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.Saraf yang
menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.
www.scribd.com/doc/22649909/kolelitiasis
http://ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.com/2011/01/askep-cholelithiasisbatu-empedu.html

4. Fisiologi saluran empedu


Vesica fellea berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas
sekitar 50ml. Visika fallea mempunyai kemampuan memekatkan empedu.
Dan untuk membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan-lipatan
permanen

yang

satu

sama

lain

saling

berhubungan.

Sehingga

permukaannya tampak seperti sarang tawon. Sel-sel thorak yang


membatasinya juga mempunyai banyak mokrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung didalam kanalikuli.
Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam
septum interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus
hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktud biliaris
komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai duodenum terdapat cabang
ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.
5. Etiologi
Beberapa faktor resiko terjadinya batu empedu antara lain :
-

Jenis kelamin.

Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat terkena kolelithiasis


dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu. Kehamilan, yang meningkatankan kadar esterogen juga
meningkatkan resiko terkena kolelithiasis. Penggunaan pil kontrasepsi
dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam
kandung empedu dan penurunan aktivitas empedu dan penurunan
aktivitas pengosongan kandung empedu.
-

Umur / Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis

meningkatkan sejalan dengan

bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung


untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang dengan usia
yang lebih muda.
-

Berat badan (BMI)


Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini dikarenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedupun tinggi, dan juga
mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan
kandung empedu.

Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap
unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi
kandung empedu.

Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih
besar dibandingkan dengan tanpak riwayat keluarga.

Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.

Penyakit usus halus

Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah


crhn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
-

Nutrisi intravena janka lama


Nutrisi intravena janka lama mengakibkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan / nutrisi
yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu
menjadi meningkat dalam kandung empedu.

6. Patofisiologi
Ada 2 tipe batu empedu yaitu yang tersusun dari pigmen dan tersusun dari
kolestrol.
Batu pigmen
Kemungkinan dakan terbentuk bila pigmen yang tak terkonjugasi
dalam empedu mengadakan (presipitasi) pengendapan sehingga terjadi
batu. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan
jalan operasi. Tipe pigmen biasanya adalah akibat proses Hemolitis
atau infestasi escherihia coli atau ascaris lumbricoides kedalam
empedu yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi
bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi kristas kalsium bilirubin.
Batu kolesterol
Pada px yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi
penurunan sinteris asam empedu dan peningkatan sinteris kolesterol
dalam hati yang berakibat supersaturasi getah empedu oleh kolesterol
yang kemudian keluar dari getah empedu mengendap dan membentuk
batu. Getah empedu yang jernih oleh kolesterol merupakan pnedis
posisi untuk timbul batu empedu dan berperan sebagai iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
7. Manifestasi klinik
a. Terjadi secara tersembunyi, tidak menyebabkan nyeri dan hanya
menunjukkan gejala-gejala gastrointestinal ringan.

b. Mungkin akut dan kronis dengan distres epigastrik (cegah, distensi


abdomen, nyeri tak jelas, pada kesadaran kanan atas). Setelah makan
makanan mengandung lemak.
c. Jika saluran empedu tersumbat maka kandungan empedu mengalami
distensi dan akhirnya infeksi. Mungkin terjadi demam dan teraba masa
pada abdomen kolik gillier dengan nyeri abdomen kanan atas,
menjalar kepunggung atau bahu kanan, mual dan muntah-muntah
beberapa jam setelah makan banyak.
d. Ikterik terjadi tersumbatnya duktus komunis empedu.
e. Urin berwarna sangat gelap : feses warna pucat.
f. Deficienci Vit. A, D, E, K (vitamin yang larut dalam lemak).
g. Abses, nekrosis dan perforasi dengan peritonitis dapat terjadi jika batu
empedu terus menyumbat saluran empedu.
8. Evaluasi diagnotik
a. Pemeriksaan sinar X abdomen.
b. Ultrasonografi.
c. Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi.
d. Kolesistografi.
e. Endoskopi Retrograde Cholongiopan Creatograpi (ERCP).
f. Perkeitaneus Transhepatik Kolangiografi (PTC).
9. Penatalaksanaan Non Pembedahan
Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi insiden
serangan akut nyeri kandungan empedu dan kolesitis dg!
Penatalaksanaan pendukun dan diit
Kurang lebih 80% px sembuh dengan istirahat cairan infus pengisapan
nasogastrik analgesik dan antibiotik.
Diit segera setelah dibatasi pada makanan cairan rendah lemak
penatalaksaan diit merupakan bentuk terapi utama pd px yang
mengalami intolerasi terhadap makanan berlemak dan mengeluhkan
gangguan gastro intestinal ringan.

Farmakoterapi
a. Analgensik seperti mc peridin mungkin dibutuhkan, hindari
penggunaan morfin karena dapat meningkatkan spasme spingter
addi.
b. Asam senodeoksikolik (Chenodiol atau CDCA) aalah efektif
dalam manghancurkan batu empedu kolesterol utama.
c. Tindak lanjut jangka panjang dan pemantauan enzim-enzim hepar
harus dilakukan.
Litotripsi
1. Litotripsit syok gelombang extra korporeal : kejutan gelombang
berulang yang diarahkan pada batu empedu yang terletak didalam
kandung empedu atau daktus empedu komunis untuk memecahkan
batu empedu.
2. Litotripsi syok gelombang intrakorpareal : batu dapat dipecahkan
dengan ultra sound, tembakan laser atau litotripsi hidrolik yang
dipasang melalui endoskopi yang diarahkan pada empedu.

10. Penatalaksanaan pembedahan


a. Kolesistektomi
Merupakan salah satu prosedur bedah yang sering dilakukan.
Kandungan empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus
diligasi.
b. Minikoleksistektomi
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandungan empedu
lewat luka insisi selebar 4 cm. Jika dipertukaran luka insisi dapat
diperlebar untuk mengeluarkan batu kandung empedu yang berukuran
lebih besar.
c. Kolesistektomi laparoskopi
Dilakukan melalui insisi kecil atau fungsi yang berat melalui dinding
abdomen dalam umbilikus

B. KONSEP KEPERAWATAN
Proses perawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan
diskep yang mempunyai 4 tahapan yaitu : pengkajian, perencanan,
pelaksanaan dan evaluasi.
I.

Penkajian
Penkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
dilaksanankan melalui pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan
data dan menganalisis. Sehingga dapat diketahui kebutuhan keperawatan
Kx.
a. Pengumpulan Data
1. Identitas.
Identitas Px meliputi, nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan, pendidikan, agama, suku, alamat, tanggal dan jam
masuk RS, no Register, ruangan. Serta identitas orang yang
bertanggung jawab selama Px dirawat di RS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada umumnya Px dengan kolelitiasis datang dengan keluhan nyeri
abdomen. Rasa tidak nyaman, gangguan pernafasan.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Adakah dalam keluarga Kx yang menderita penyakit seperti Kx, dan
atau penyakit menular lainnya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu.
Penyakit yang pernah diderita Kx sebelumnya.
5. Pemeriksaan Fisik.
a. Keadaan Umum.
Kx terlihat lemah, menyeringai akibat rasa nyeri pada abdomen.
Nafsu makan Kx menurun, kenaikan suhu tubuh Kx.
b. Tanda-tanda Vital.
Meliputi : adakah peningkatan suhu tubuh, tensi, nadi, respirasi.
c. Pemeriksaan Penunjang.
-

Pemeriksaan sinar x abdomen.


USG.

Endoskopi

retrograde

kolangio

pankreatografi
-

Percutancus

transhepatik

kolangiografi.
Diagnosa Keperawatan.
1.

Nyeri dan gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan


iskemia jaringan kandung empedu.

2.

Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan


mual / muntah.

3.

Cemas

berhubungan

dengan

kurang

pengetahuan

tentang

penyakitnya.
Rencana perawatan
Dx I : nyeri dan gangguan rasa nyaman iskemia jaringan kandung empedu.
Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan dalam waktu 3 x 24 jam.
KH : -

Kx
menyatakan nyeri berkurang.

Kx lebih
tenang dan merasa nyaman.

TTV
dalam batas normal.

Rencana Tindakan.
1. Lakukan pendekatan kepada Kx dan keluarga dengan komunikasi yang
baik.
2. Jelaskan pada Kx tentang sebab akibat terjadinya nyeri dan cara mengatasi
nyeri.
3. Evaluasi nyeri, catat karakteristik dan frekuaensi nyeri.
4. Ajarkan dan bantu Kx dalam mengatasi nyeri dengan memusatkan
perhatian pada pernafasan dan mobilisasi sesuai rencana.

5. Berikan kompres hangat didaerah nyeri dan obs TTV.


6. Kolaborasi dengan tim Dokter dalam poemberian terapi.
Rasional
1. Dengan komunikasi yang baik diharapkan Kx dan keluarganya akan lebih
kooperatif dalam pelaksanaan Askep.
2. Diperolehnya pengetahuan tentang nyeri akan memudahkan kerja sama
dengan Askep untuk memecahkan masalah.
3. Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas akan dapat mempermudah
dalam melakukan tindakan selanjutnya.
4. Mengembalikan fungsi gerak yang terganggu akibat efek pembedahan
keadaan semula dalam hubungannya memenuhi kebutuhan dan aktivitas
sehari-hari.
5. Untuk mengurangi rasa nyeri dan untuk mengetahui gejala dini yang
timbul.
6. Diharapkan dapat menghindari kesalahan dalam pemberian terapi obat /
infis.
Dx II : Resiko Tinggi Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan mual / muntah.
Tujuan : Kx dapat memenuhi intake sesuai dengan kebutuhan.
KH : - Kx tidak mual dan untah.
- Nafsu makan meningkat.
- Berat badan Kx meningkat.
Rencana tindakan
Jelaskan pada kx dampak dari nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Jelaskan pada kx faktor-faktor yang dapat mengatasi mual.
Anjurkan pada kx untuk makan makanan selagi hangat.
Anjurkan pada posisi semi fowler saat makan.
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat dan kolaborasi
dengan tim gizi dalam pemberiaan diit yang tepat.

Rasional

Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi kx untuk makan.

Meningkatkan motivasi kx untuk melakukan tindakan mengetahui mual.

Untuk menambah nafsu makan px.

Untuk mencegah mual dan aspirasi.

Untuk mengatasi kata mual dan meningkatkan proses penyembuhan


pasien.

Dx III

: Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


penyakitnya.

Tujuan

: kx mengerti tantang penyakitnya.

KH : - Ekspresi wajah px lebih tenang (rileks).


- Px menyetujui dilakukannya tindakan pengobatan.
Rencana tindakan

Jelaskan pada px mengenai prosedur tes dan persiapan yang dilakukan.

Anjurkan kx untuk menghindari makanan dan minuman tinggi lemak.

Batu px untuk menetapkan masalahnya secara jelas.

Tingkatkan harga diri px dan berikan support.

Rasional

Informasi menurunkan cemas.

Mencegah / membatasi kambuhnya serangan kandung empedu.

Keterbukaan dan pengertian tantang persepsi diri adalah syarat untuk


berubah.

Dengan memberikan support diharapkan harga diri kx akan merasa


hidupnya berguna dan dengan meningkatkan harga diri mempunyai
semangat untuk beobat sampai penyakitnya sembuh.

LAPORAN PENDAHULUAN
(LP)
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN COLELITIASIS
DI RUMAH SAKIT AL-IRSYAD
SURABAYA

OLEH :
RIVA HADIANA
200143

AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2004

Anda mungkin juga menyukai