Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

MATA KULIAH TEKNOLOGI BAHAN II


BETON BERTULANG

DOSEN PENGAJAR:
INDRA KUSWOYO ST. MT.

DIBUAT OLEH:
ADE NOFRIANSYAH
DIAN NURPELA
FACHRY ENZETA
FUZAIL QARIS
INDAH MONICA
SAFIKA FITRI
WITRA KARIMA

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk
kami agar dapat menyusun sebuah makalah.
Beton merupakan salah satu bahan penyusun struktur yang sudah akrab dengan
telinga masyarakat. Dalam penerapan rumah-rumah, gedung-gedung bertingkat, beton
bertulang sudah pasti digunakan, karena kemudahan dalam ketersedian barang dan
pengerjaannya. Di makalah inilah kami akan merangkum dan membahasnya lebih
banyak.
Syukur Alhamdullilah pada akhirnya kami dapat menyusun sebuah makalah dan
dapat kami selesaikan. Kami membuat ini agar data dan informasi yang kami rangkum
dapat di manfaatkan sebaik-baiknya.

Penulis
Pekan Baru, 26 Februari 2014

(Kelompok)

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan

4
4
4

Bab 2
a. Isi
b. Kesimpulan

5
9

Bab 3
Penutup
Daftar Pustaka

11
13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari
semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan
aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti
kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu pengerasan. Seperti
substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan
kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan
baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki beton.
Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom akan terjadi
momen lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama sama. Momen - momen
ini yang diakibatkan oleh adanya beban eksentris atau adanya gravitasi dapat
menimbulkan beban lateral seperti angin dan gempa atau bisa juga diakibatkan oleh
beban lantai yang tidak seimbang. Maka dari itu, setiap penampang komponen pada
struktur seperti balok dan kolom harus direncanakan kuat terhadap setiap gaya internal
yang terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial, gaya geser maupun torsi yang timbul
sebagai respon struktur tersebut terhadap pengaruh luar.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan tentang beton dalam makalah ini di batasi pada :
1. Apa Defenisi Struktur Beton Bertulang?
2. Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan
Struktur?
3. Bagaimana Sifat-sifat Beton Bertulang?
C. Tujuan Penulisan
Dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan mampu mejelasakan
tentang : Defenisi Struktur Beton Bertulang, Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang
Sebagai Suatu Bahan Struktur, Sifat-sifat Beton Bertulang, Kolom, Pengantar Gempa,
dan Balok

BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Struktur Beton Bertulang
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan. Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan bangunan yang
mempunyai sifat-sifat yang baik dari masing- masing bahan bangunan tersebut.
Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang tinggi.
Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika dibebani tarik.
Sedangkan baja tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap beban tarik, tetapi
mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya yang langsing (akan mudah
mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan menempatkan tulangan
dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan mengeliminasi kekurangan dari
beton terhadap beban tarik.
Demikian juga bila baja tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami tekan,
beton disekeliling tulangan bersama-sama tulangan sengkan akan mencegah tulangan
mengalami tekuk. Demikianlah penjelasan tentang mengapa kombinasi dari kedua
bahan bangunan ini menghasil bahan bangunan baru yang memiliki sifat-sifat yang
lebih baik dibanding sifat-sifat dari masing-masih bahan tersebut sebelum digabungkan.
Berikut kita akan paparkan sesuatu yang berhubungan dengan bahan bangunan beton
dan tulangan baja.
Beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari semen (Portland cement atau semen
hidrolik lainnya), pasir atau agregat halus, kerikil atau agregate kasar, air dan dengan
atau tanpa bahan tambahan. Kekuatan tekan beton yang digunakan untuk perencanaan
ditentukan berdasarkan kekuatan tekan beton pada umur 28 hari. Meskipun sekarang
kita dapat menghasilkan beton dengan kekuatan tekan lebih 100 MPa, kekuatan tekan
beton yang umum digunakan dalam perencanaan berkisar antara 20 40 MPa. Seperti
diterangkan sebelumnya, beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi
mempunyai kekuatan tarik yang rendah, hanya berkisar antara 8% sampai 15% dari
kekuatan tekannya. Untuk mengatasi kelemahan dari bahan beton inilah maka
ditemukan bahan bangunan baru dengan menambahkan baja tulangan untuk
memperkuat terutama bagian beton yang mengalami tarik.
Baja tulangan yang digunakan untuk perencanaan harus mengunakan baja tulangan
ulir/sirip (deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar) hanya dapat digunakan
untuk tulangan spiral dan tendon, kecuali untuk kasus-kasus tertentu.
B. Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur
1. Kelebihan :
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting. Beton
bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, besar maupun
5

a)
b)

c)
d)
e)

f)
g)

h)

i)
2.

a)
b)

kecil bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan, dindingpenahan tanah,


terowongan, jembatan yang melintasi lembah (viaduct), drainaseserta fasilitas irigasi,
tangki, dan sebagainya. Sukses besar beton sebagai bahan konstruksi yang universal
cukup mudah dipahami jika dilihat dari banyaknya kelebihan yang dimilikinya.
Kelebihan tersebut antara lain :
beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan
bahan lain.
Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan
merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air.
Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-rata, batang-batang struktur dengan
ketebalan penutup beton yangmemadai sebagai pelindung tulangan hanya mengalami
kerusakan padapermukaannya saja tanpa mengalami keruntuhan.
Struktur beton bertulang sangat kokoh.
Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang.
Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai kapan
pun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari
kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan
semakin lama semakin bertambah dalam hitungan tahun, karena lamanya proses
pemadatan pasta semen.
Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak,
dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam itu.
Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang
sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai atap kubah
dan cangkang besar.
Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah (pasir,
kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja, yang
mungkin saja harus didatangkan daridaerah lain.
Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi betonbertulang lebih
rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.
Kelemahan
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus mengenal
dengan baik kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain :
Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan penggunaan
tulangan tarik.
Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di tempatnya sampai
beton tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau penyangga sementara mungkin
diperlukan untuk menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya, misalnya pada
atap, dinding, dan struktur-struktur sejenis, sampai bagian-bagian beton ini cukup kuat
untuk menahan beratnya sendiri. Bekisting sangat mahal. Di Amerika Serikat, biaya
6

bekisting berkisar antara sepertiga hingga dua pertiga dari total biaya suatu struktur
beton bertulang, dengan nilai sekitar 50%. Sudah jelas bahwa untuk mengurangi biaya
dalam pembuatan suatu struktur beton bertulang, hal utama yang harus dilakukan adalah
mengurangi biaya bekisting.
c) Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang
menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang-panjang
dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur.
d) Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa ditangani seteliti
seperti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur baja dan kayu.
C. Sifat-sifat Beton Bertulang
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain :
1. Kuat Tekan
Kuat tekan beton (fc) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton dengan
ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan tingkat
pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari silinder beton ini biasanya ditempatkan
Mdalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap dan kelembapan 100%. Meskipun ada
beton yang memiliki kuat maksimum 28 hari dari 17 Mpa hingga 70 -140 Mpa,
kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 20 Mpa hingga 48 Mpa. Untuk
aplikasi yang umum, digunakan beton dengan kekuatan 20 Mpa dan 25 Mpa, sementara
untuk konstruksi beton prategang 35 Mpa dan 40 Mpa. Untuk beberapa aplikasi
tertentu, seperti untuk kolom pada lantai-lantai bawah suatu bangunan tingkat tinggi,
beton dengan kekuatan sampai 60 Mpa telah digunakan dan dapat disediakan oleh
perusahaan-perusahaan pembuat beton siap-campur (ready-mix concrete).
Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebanannya. Di
banyak Negara, spesimen uji yang digunakan adalah kubus berisi 200 mm. untuk betonbeton uji yang sama, pengujian terhadap silinder-silinder 150 mm x 300 mm
menghasilkan kuat tekan yang besarnya hanya sekitar 80% dari nilai yang diperoleh dari
pengujian beton uji kubus.
Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu
melakukan penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan. Perkiraan
kenaikan biaya bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan seperti itu adalah 15%
sampai 20%. Namun untuk mendapatkan kekuatan beton diatas 35 atau 40 Mpa
diperlukan desain campuran beton yang sangat teliti dan perhatian penuh kepada detaildetail seperti pencampuran, penempatan, dan perawatan. Persyaratan ini menyebabkan
kenaikan biaya yang relatife lebih besar. Kurva tegangan-regangan pada gambar
7

dibelakang menampilkan hasil yang dicapai dari uji kompresi terhadap sejumlah
silinder uji standar berumur 28 hari yang kekuatannya beragam.
Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari niol sampai kira-kira 1/3 - 2/3
kekuatan maksimum beton.
Diatas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidak linearan kurva teganganregangan beton pada tegangan yang lebih tinggi ini mengakibatkan beberapa masalah
ketika kita melakukan analisis struktural terhadap konstruksi beton karena perilaku
konstruksi tersebut juga akan nonlinear pada tegangan-tegangan yang lebih tinggi.
Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa berapapun besarnya
kekuatan beton, semua beton akan mencapai kekuatatan puncaknya pada regangan
sekitar 0,002.
Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti, sebaliknya kurva beton akan tetap bergerak
mulus hingga tiba di titik kegagalan (point of rupture) pada regangan sekitar 0,003
sampai 0,004.
Banyak pengujian yang telah menunjukkan bahwa kurva-kurva tegangan- regangan
untuk silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva serupa untuk sisi balok
yang mengalami tekan.

Harus diperhatikan
juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih daktail daripada beton berkekuatan
lebih tinggi artinya, beton-beton yang lebih lemah akan mengalami regangan yang
lebih besar sebelum mengalami kegagalan.

2. Modulus Elastisitas Statis


Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik dan
perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada beberapa defenisi mengenai
modulus elastisitas :
a) Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik asal dari kurva.
b) Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis singgung) pada kurva
tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva, misalnya pada 50% dari kekuatan
maksimum beton.
c) Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik pada kurva
tersebut di suatu tempat di antara 25% sampai 50% dari kekuatan tekan maksimumnya
disebut Modulus sekan.
d) Modulus yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau modulus jangka
panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan regangan yang diperoleh
setelah beban diberikan selama beberapa waktu.

Peraturan ACI menyebutkan bahwa rumus untuk


menghitung modulus elastisitas beton yang memiliki berat beton (wc) berkisar dari
1500-2500 kg/m3.

Dimana :
wc : berat beton (kg/m3)
fc : mutu beton (Mpa)
Ec : modulus elastisitas (Mpa)
Modulus Elastisitas Dinamis

3. Modulus elastisitas dinamis


Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan reganganregangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik. Nilainya biasanya
lebih besar 20%-40% daripada nilai modulus elastisitas statis dan kira-kira sama dengan
modulus nilai awal. Modulus elastisitas dinamis ini biasanya dipakai pada analisa
struktur dengan beban gempa atau tumbukan.
4. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya berkurang
tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah lateral. Perbandingan
ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal ini disebut sebagai Perbandingan

Poisson(Poissons ratio). Nilainya bervariasi mulai dari 0,11 untuk beton mutu tinggi
dan 0,21 untuk beton mutu rendah, dengan nilai rata-rata 0,16. Sepertinya tidak ada
hubungan langsung antara nilai perbandingan ini dengan nilai-nilai, seperti
perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran agregat, dan sebagainya. Pada
sebagian besar desain beton bertulang, pengaruh dari perbandingan poisson ini tidak
terlalu diperhatikan. Namun pengaruh dari perbandingan harus diperhatikan ketika kita
menganalisis dan mendesain bendungan busur, terowongan, dan struktur-struktur statis
tak tentu lainnya.
5. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan
utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh retakretak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton menerima beban tekan
karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga memungkinkan terjadinya
penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi bila balok menerima beban
Meskipun biasanya diabaikan dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap merupakan
sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar retak yang terjadi.
Selain itu, kuat tarik dari batang beton diketahui selalu akan mengurangi jumlah
lendutan. (Karena kuat tarik beton tidak besar, hanya sedikit usaha yang dilakukan
untuk menghitung modulus elastisitas tarik dari beton. Namun, berdasarkan informasi
yang terbatas ini, diperkirakan bahwa nilai modulus elastisitas tarik beton sama dengan
modulus elatisitas tekannya.)
Selanjutnya, anda mungkin ingin tahu mengapa beton tidak diasumsikan menahan
tegangan tarik yang terjadi pada suatu batang lentur dan baja yang menahannya.
Alasannya adalah bahwa beton akan mengalami retak pada regangan tarik yang begitu
kecil sehingga tegangan-tegangan rendah yang terdapat pada baja hingga saat itu akan
membuat penggunaannya menjadi tidak ekonomis. Kuat tarik beton tidak berbanding
lurus dengan kuat tekan ultimitnya fc. Meskipun demikian, kuat tarik ini diperkirakan
berbanding lurus terhadap akar kuadrat dari fc. Kuat tarik ini cukup sulit untuk diukur
dengan beban-beban tarik aksial langsung akibat sulitnya memegang spesimen uji untuk
menghindari konsentrasi tegangan dan akibat kesulitan dalam meluruskan beban-beban
tersebut. Sebagai akibat dari kendala ini, diciptakanlah dua pengujian yang agak tidak
langsung untuk menghitung kuat tarik beton. Keduanya adalah uji modulus keruntuhan
dan uji pembelahan silinder. Kuat tarik beton pada waktu mengalami lentur sangat
penting ketika kita sedang meninjau retak dan lendutan pada balok. Untuk tujuan ini,
kita selama ini menggunakan kuat tarik yang diperoleh dari uji modulus-keruntuhan.
Modulus keruntuhan biasanya dihitung dengan cara membebani sebuah balok beton
persegi (dengan tumpuan sederhana berjarak 6 m dari as ke as) tanpa-tulangan
berukuran 15cm x 15cm x 75cm. hingga runtuh dengan beban terpusat yang besarnya
sama pada 1/3 dari titik-titik pada balok tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam
ASTM C-78. Beban ini terus ditingkatkan sampai keruntuhan terjadi akibat retak pada
10

bagian balok yang mengalami tarik. Modulus keruntuhannya fr ditentukan kemudian


dari rumus lentur. Pada rumus-rumus berikut ini :

Tegangan yang ditentukan dengan cara ini tidak terlalu akurat karena dalam
menggunakan rumus lentur kita mengasumsikan beton berada dalam keadaan elastic
sempurna dengan tegangan yang berbanding lurus terhadap jarak dari sumbu netral.
6. Kuat Geser
Melakukan pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-betul murni
tanpa dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit. Akibatnya, pengujian
kuat geser beton selama bertahun-tahun selalu menghasilkan nilai-nilai leleh yang
terletak di antara 1/3 sampai 4/5 dari kuat tekan maksimumnya.
7. Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan persamaanpersamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur beton.
D. Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan
vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari balok induk maupun
balok anak. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah
hingga akhirnya sampai ke tanah melalui`pondasi.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur. Kolom adalah struktur yang mendukung beban dari atap,
balok dan berat sendiri yang diteruskan ke pondasi. Secara struktur kolom menerima
beban vertical yang besar, selain itu harus mampu menahan beban-beban horizontal
bahkan momen atau puntir/torsi akibat pengaruh terjadinya eksentrisitas pembebanan.
hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang
digunakan dan eksentrisitas pembebanan yang terjadi.

11

E. Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban vertikal dan
horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima plat lantai,
berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban
horizontal berupa beban angin dan gempa. Balok merupakan bagian struktur bangunan
yang penting dan bertujuan untuk memikul beban tranversal yang dapat berupa beban
lentur, geser maupun torsi. Oleh karena itu perencanaan balok yang efisien, ekonomis
dan aman sangat penting untuk suatu struktur bangunan terutama struktur bertingkat
tinggi atau struktur berskala besar.
F. Pengantar Gempa
Kerak bumi terdiri dari beberapa lapisan tektonik keras yang disebut litosfer yang
mengapung di atas medium fluida yang lebih lunak yang disebut mantle, sehingga kerak
bumi ini dapat bergerak. Teori yang dipakai untuk menerangkan pergerakan-pergerakan
kerak bumi tersebut adalah teori perekahan dasar laut (Sea Floor Spreading Theory)
yang dikembangkan oleh F. V. Vine dan D. H. Mathews pada tahun 1963 (Irsyam,
2005). Bersatunya masa batu atau pelat satu sama lain dicegah oleh gaya-gaya
friksional, apabila tahanan ultimate friksional tercapai karena ada gerakan kontinyu dari
fluida dibawahnya dua pelat yang akan bertumbukan satu sama lain akan menimbulkan
gerakan tiba-tiba yang bersifat transient yang menyebar dari satu titik kesuatu arah yang
disebut gempa bumi. Gempa bumi yang menimbulkan kerusakan yang paling luas
adalah gempa tektonik. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh terjadinya pergeseran
kerak bumi (lithosfer) yang umumnya terjadi didaerah patahan kulit bumi.
Dalam beberapa dekade belakangan, para insinyur struktur mulai mengalami
kemajuan yang berarti dalam memahami perilaku struktur terhadap beban
gempa. Kemajuan ini dikombinasikan dengan hasil penelitian modern yang membuat
para insinyur struktur dapat mendesain suatu struktur yang aman ketika mengalami
bebangempa yang besar, selain itu dapat pula mendesain bangunan yang tetap dapat
terus beroperasi selama dan setelah gempa terjadi. Struktur suatu bangunan bertingkat
tinggi harus dapat memikul beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut,
diantaranya beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi adalah beban mati
struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk beban lateral adalah beban angin
dan beban gempa.
Gempa yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan
mengalami pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Pergerakan tanah tersebut
menimbulkan percepatan sehingga struktur yang memiliki massa akan mengalami gaya
berdasarkan rumus F = m x a. Namun struktur pada umumnya memiliki faktor
keamanan yang cukup dalam menahan gaya vertikal dibandingkan dengan gaya gempa
lateral. Gaya gempa vertikal harus diperhitungkan untuk unsur-unsur struktur gedung
12

yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap beban gravitasi seperti balkon, kanopi
dan balok kantilever berbentang panjang, balok transfer pada
struktur gedung tinggi yang memikul beban gravitasi dari dua atau lebih tingkat
diatasnya serta balok beton pratekan berbentang panjang. Sedangkan gaya gempa lateral
bekerja pada setiap pusat massa lantai.
Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk
mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga
kriteria standar sebagai berikut:
a) Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil
b) Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tapi bukan
merupakan kerusakan structural
c) Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada gempa kuat,
namun kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan bangunan runtuh.
Beban gempa nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas beban
itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur yang
mengalaminya, dan oleh kekuatan lebih yang terkandung didalam struktur tersebut.
Peluang dilampauinya beban nominal tersebut dalam kurun waktu umur gedung 50
tahun adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya adalah gempa rencana dengan
periode ulang 500 tahun. Tingkat daktilitas struktur gedung dapat ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih (f1) untuk struktur gedung secara umum
nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban gempa nominal adalah beban akibat
pengaruh gempa rencana yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama didalam
struktur gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat lebih (f1).
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan
pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa diatas
beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan
kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri,
walaupun sudah berada dalam kondisi diambang keruntuhan. Faktor daktilitas struktur
gedung () adalah rasio
antara simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat
mencapai kondisi diambang keruntuhan (max) dan simpangan struktur pada saat
terjadinya sendi plastis ya ng pertama (y), seperti terlihat pada persamaan di bawah
ini:

13

Untuk =1 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur gedung yang berprilaku
elastik penuh, seangkan m adalah nilai faktor daktilitas maksimum yang dapat
dikerahkan oleh sistem struktur gedung yang bersangkutan.
1. Analisis Beban Gempa

Struktur beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan


gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu
utama denah nominal statik ekivalen (V) yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung
menurut persamaan di bawah ini:
Dimana C1 adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon spectra
gempa rencana untuk waktu getar alami fundamental T1, Wt adalah berat total gedung
termasuk beban hidup yang sesuai, R adalah faktor reduksi gempa, dan I adalah faktor
keutamaan. Beban geser dasar nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur
gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang menangkap pada
pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan di bawah ini:

Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i,


termasuk beban hidup yang sesuai, zi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari
taraf penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor lantai tingkat paling atas. Ilustrasi
dari hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0.1 V harus dianggap sebagai
14

beban horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas,
sedangkan 0.9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi
beban-beban gempa nominal statik ekuivalen.
2. Respon Spektra
Untuk menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung, yaitu berupa
beban geser dasar nominal statik ekivalen pada struktur gedung beraturan atau gaya
geser dasar nominal sebagai respon dinamik ragam pertama pada struktur gedung tidak
beraturan, untuk masing-masing wilayah gempa ditetapkan respon spektra gempa
rencana. Respon spektra adalah suatu diagram yang memberi hubungan antara
percepatan respon maksimum suatu sistem Satu Derajat Kebebasan (SDK) akibat suatu
gempa masukan tertentu, sebagai fungsi dari faktor redaman (dumping) dan waktu getar
alami sistem SDK tersebut (T). Bentuk respon spektra yang sesungguhnya
menunjukkan suatu fungsi acak yang untuk waktu getar alami (T) meningkat
menunjukkan nilai yang mula-mula meningkat dulu sampai suatu nilai maksimum,
kemudian turun lagi secara asimtotik mendekati sumbu-T.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari
semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan.
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih
tinggi, Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, Struktur
beton bertulang sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan
yang tinggi, memiliki usia layan yang sangat panjang, Beton biasanya merupakan satusatunya bahan yang ekonomis, kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang
sangat beragam, membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja, serta Keahlian buruh
yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai kuat
tarik yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton
tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat beton sangat bervariasi
karena bervariasinya proporsi-campuran dan pengadukannya, Rendahnya kekuatan per
satuan berat dari beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas
dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat Tarik, Kuat Geser dan Kurva TeganganRegangan.
B. Saran
Kepada pembaca agar kiranya setelah membaca makalah ini diharapkan mampu
mamahami dasar-dasar dari beton bertulang, kalaupun didalam makalah ini terdapat
materi yang bertentangan dengan materi sebenarnya agar memberikan koreksi untuk
memperbaiki penyusunan makalah yang sangat sederhana ini

16

DAFTAR PUSTAKA
http://www.linkpdf.com/ebookviewer.php?url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
456789/21076/3/Chapter%20II.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai