Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA PERAIRAN DAN LINGKUNGAN


MODUL 2 (DETERMINASI ALKALINITAS)

Oleh :
NUR RAHMAH
26020213140051

ASISTEN :
NINDITA EKA SETYAHANDANI

26020211130022

ARIFIYANA

26020211130025

CHAIRUN ANNISA ARYANTI

26020211130028

IKA RETNO ARYANTI R.

26020211130062

RETNO ARGIAN PANGESTI P.

26020211130063

KOMANG MUSTIAWAN

26020210110006

RIZQI AYU FARIHAH

26020212130044

AYUNINGTYAS HAGNI P

26020212190100

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

NO.

MATERI

1.

I.PENDAHULUAN

2.

II. ISI

3.

III. MATERI METODE

4.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.

V. KESIMPULAN

6.

DAFTAR PUSTAKA

7.

LAMPIRAN

NILAI

TOTAL

Semarang, Mei 2014


Asisten,

Praktikan,

KOMANG MUSTIAWAN

NUR RAHMAH

NIM. 26020210110006

NIM. 26020213140051

I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Sebagian besar dari permukaan bumi kita tertutup oleh air, air yang ada di atas permukaan
bumi kita ini memiliki kegunaan masing-masing. Baik itu untuk konsumsi maupun untuk budidaya.
Baik itu untuk konsumsi maupun untuk budidaya, air mesti memenuhi syarat-syarat tertentu yang
dinamakan tingkat kualitas air. Kualitas air merupakan aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan dan dijaga agar dapat dimanfaatkan dengan baik, oleh kita maupun oleh generasi kita
kedepan. Khusunya untuk usaha budidaya, kualitas air suatu perairan sangatlah menentukan
keberhasilan budidaya itu sendiri. Karena hal ini secara langsung berhubungan dengan organisme
yang dibudidaya. Salah satu parameter kualitas air yang sangat berperan dalam usaha budidaya itu
sendiri yakni alkalinitas.
Alkalinitas merupakan kuantitas anion dalam perairan yang dapat menetralkan kation
hidrogen sehingga tingkat keasaman suatu perairan dapat dinetralisir Alkalinitas selain berhubungan
dengan pH air tentunya sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas perairan.Alkalinitas adalah
kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnya
dengan larutan buffer, alkalinitas merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinitas
adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa makro yang
menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO 32- ),
bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-) dan borat (BO33-), fosfat (PO43-), dan sebagainya.
Alkalinitas adalah salah satu dari parameter kimia dalam perairan. Parameter ini dapat
mempengaruhi keadaan dan kualitas dari perairan itu sendiri, sehinga setiap orang yang ingin
membudidayakan ikan harus mengetahui masalah alkalinitas. Berdasarkan hal tersebut praktikum
alkalinitas ini dilakukan.

1.2

Tujuan
Pada praktikum kali bertujuan agar mahasiswa dapat :

1. Menentukan kadar alkalinitas dalam perairan


2. Melakukan titrasi asidimetri
3. Mengetahui pengaruh alkalinitas dalam suatu perairan

II. ISI

2.1

Tinjauan Pustaka

2.2.1

Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air tuntuk nenetralkan asam atau kuantitas anion di

dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas
penyangga terhadap perubahan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai
besaran yang menunjukkan kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap terlentu
terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin tinggi alkalinitas maka kemampuan air
untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi pH perairan semakin rendah. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (Yulfiperius, 2004).
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan asam-asam lemah, meskipun asam lemah
atau basa lemah juga dapat sebagai penyebabnya. Penyusun alkalinitas adalah anion bikarbonat

HCO , karbonat CO , dan hidroksida OH

H BO , Silikat H SO , fosfat HPO

. Garam dari asam lemah lain seperti : Borat


danH 2 PO 4

, Sulfida HS

dan Amonia

NH 3 . Pengaruh anion bikarbonat sangat besar dalam pembentukan kerak (Aquarina, 2008).
2.2.2

Sumber Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran dari kapasitas air untuk menetralkan asam tanpa penurunan pH

larutan atau yang biasa disebut dengan ANC (Acid Neutralizing Capacity). Selain itu, alkalinitas
juga didefinisikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) yang menetralkan perubahan pH
perairan yang sering terjadi (Effendi, 2003).
Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap pH perairan yang
terdiri atas anion-anion seperti anion bikarbonat (HCO 3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-),
Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-) sulfide (HS-) dan amonia (NH3) dalam
perairan yang dapat menetralkan kation hidrogen. Namun pembentuk alkalnitas yang utama adalah
bikarbonat, karbonat dan hidroksida (Irianto, 2005).
2.2.3

Manfaat Alkalinitas dalam Perairan


Unsur-unsur alkalinitas (karbonat dan bikarbonat) juga dapat bertindak sebagai buffer

(penyangga) pH. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan
ion hidrogen yang bersifat asam, sehingga keadaan menjadi netral. Sebaliknya bila kedaan terlalu
asam, ion karbonat dalam air akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan
hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga kedaan menjadi netral (Kordi, 2007).

Alkalinitas yang terdapat dalam perairan secara langsung tidak mempengaruhi adanya
organisme akuatik, karena alkalinitas dalam perairan berperan sebagai penetral keasaman pH dalam
perairan. kemudian pH inilah yang mempengaruhi organisme akuatik. Alkalinitas merupakan faktor
kapasitas untuk menetralkan asam. Oleh karenanya kadang-kadang penambahan alkalinitas lebih
banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam (Lesmana, 2005).
Proses penetralan keasaman pH terjadi karena adanya ion karbonat dan ion bikarbonat yang
saling bereaksi. Dalam kondisi basa, ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan
ion hidrogen yang bersifat asam sehingga keadaan pH menjadi netral. Sebaliknya bila keadaan
terlalu asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan
hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral (Arsyad, 1989).
2.2.4

Hubungan Alkalinitas dengan Parameter Lain


Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan

air. Di lahan, umumnya total alkalintas mempunyai konsentrasi yang sama dengan total kesadahan
air. Hal ini disebabkan karena kesadahan atau yang disebut juga sebgai konsentrasi ion-ion logam
bervalensi 2 seperti Ca2+ dan Mg2+ dipasok dalam jumlah yang sama dari lapisan tanah dengan
HCO3- dan CO22- yang merupakan unsur pembentuk total alkalinitas (Kordi, 2007).
Tinggi dan rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter
lain seperti pH, suhu, udara, cahaya, dan sebagainya. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka
semua parameter tersebut akan mengikuti. Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya
dengan konsentrasi total kesadahan air, umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang
sama dengan konsentrasi total kesadahan (Anang, 1991).
Besarnya pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH
yang kurang dari 7 menunjukkan lingkugan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan
lingkungan yang basa (alkali). Sedangkan ph 7 disebut netral. Fluktuasi pH air sangat ditentukan
oleh alkalinitas air tersebut. Apabila

alkalinitasnya tinggi, maka air tersebut

akan

mudah

mengembalikan pH nya (Sastrawijaya, 2000).


2.2.5

Dampak Alkalinitas dan Penanggulangan Alkalinitas


Air dengan alkalinitas tinggi (pH tinggi) jarang dijumpai. Dalam akuakultur, penggunaan

kolam semen baru memang akan menyebabkan pH meningkat, sehingga untuk pengoperasian
kolam semen diperlukan tindakan pengisian air dan pengurasan berulang-ulang sebelum kolam
semen siap digunakan untuk budidaya. Pemberian kapur (lime= kalsium hidroksida) ditujukan
untuk meningkatkan pH. Kapur juga berperan sebagai desinfektan. Pemberian kapur yang
berlebihan atau aliran air yang kurang baik dapat berakibat alkalinitas air tinggi dan dapat berakibat
fatal bagi ikan (Irianto, 2005).

Alkanitas yang rendah diperairan dapat diatas dengan pengapuran dengan doses 5 ppm.
Jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi PH air sehingga pengaruh pengapuran tidak
membuat pH tinggi. Jenis kapur yang baik digunakan adalah Ca (OH)2 diaplikasikan untuk
menaikkan alkanitas sekaligus menaikkan PH air (Irianto, 2005).
Air yang baik digunakan dalam suatu budidaya sebaiknya air yang bersifat alkalis, sebab
jika air yang bersifat alkalis dapat memungkinkan terjadinya proses perombakan bahan-bahan
organik menjadi garam mineral yang dapat berlangsung dengan cepat (Effendi, 2003).
Alkalinitas merupakan faktor kapasitas yang dapat menentukan kemasaman. pH Sehingga
untuk mencegah penanggulangan terjadinya kemasaman tersebut, maka di netralkan dengan ion-ion
bikarbonat yang memegang peranan penting dalam menentukan alkalinitas perairan (Rompas,
1998).
2.1.7 Kadar Alkalinitas Yang Baik Untuk Budidaya
Alkalinitas merupakan kesuburan suatu kolam berdasarkan banyaknya kandungan senyawa
karbonat dan bikarbonat (CaCO3) dalam air media pemeliharaan. Kandungan karbonat dan
bikarbonat yang baik untuk kolam yang produktif adalah 30-200 mg/L perairan yang mempunyai
nilai alkalinitas yang tinggit idak disukai oleh organisme akauatik. Karena diikuti dengan kenaikan
kadar garam natrium yang tinggi atau kesudahan yang tinggi.(alkalinitas secara umum
menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara
khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari
ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion
tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan
menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat
(CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin,
sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas
sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas
diatas 20 ppm(Rompas,1998).

2.2

Contoh Kasus Alkalinitas dari Analisis


Lokasi pariwisata pada Embung Klamalu Distrik Aimas yang cukup strategis, telah

membuktikan sebagai salah satu alternatif untukmelakukan kegiatan perikanan (membudidayakan


ikan), yang dapat diandalkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sorong
(Dinas Perikanan, 2012). Selain pariwisata pemancingan, tempat ini juga dijadikan sebagai tempat
budidaya ikan air tawar. Adapun jenis ikan yang dibudidaya yaitu, ikan Mas, ikan lele, ikan Patin

dan lain sebagainya dengan bentuk kolam sistem perkolaman. pertumbuhan terhambat, dan
timbulnya hama penyakit.
Faktor-faktor pendukung yang berhubungan dengan budidaya perairan perlu diperhatikan
antara lain, oksigen terlarut (DO), suhu, pH, amoniak, dan lain-lain. Sumber air yang diperlukan
dalam kegiatan budidaya ikan harus memenuhi beberapa kriteria paremeter yang mendukung
kualitas air. Hal tersebut meliputi sifat kimia dan fisika, yang meliputi suhu, kekeruhan, kecerahan,
derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), karbondioksida, BOD, alkalinitas total, fosfat (PO),
nitrit (NO), nitrat (NO). Atas dasar uraian diatas timbul gagasan untuk mengadakan penelitian
mengenai kelayakan kualitas air pada kolam pemancingan ikan di Lokasi Pariwisata Embung
Klamalu
Pada studi kasus saya akan membahas tentang Kelayakan kualitas air kolam di lokasi
pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat, apakah kolam tersebut layak
dijadikan sebagai tempat pembudidayaan ikan. Indonesia memiliki berbagai macam bioderversity
salah satunya adalah tentang perikanan di indonesia.Di Indonesia peran sektor pariwisata sangat
penting dan telah menarik perhatian masyarakat dan pemerintah karena telah memberikan devisa
bagi negara dan dapat mengurangi pengangguran di Indonesia. Khusus pariwisata perikanan
(pemancingan ikan) yang ada di Provisi Papua Barat yang bertempat pada Waduk Embung Klamalu
Distrik Aimas Kabupaten Sorong. Waduk Embung Klamalu adalah salah satu waduk yang memiliki
potensi yang cukup besar untuk melakukan kegiatan budidaya, benih perikanan dan pertanian.
Faktor-faktor pendukung yang berhubungan dengan budidaya perairan perlu diperhatikan
antara lain, oksigen terlarut (DO), suhu, pH, amoniak, dan lain-lain. Sumber air yang diperlukan
dalam kegiatan budidaya ikan harus memenuhi beberapa kriteria paremeter yang mendukung
kualitas air. Hal tersebut meliputi sifat kimia dan fisika, yang meliputi suhu, kekeruhan, kecerahan,
derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), karbondioksida, BOD, alkalinitas total, fosfat (PO),
nitrit (NO), nitrat (NO). Atas dasar uraian diatas timbul gagasan untuk mengadakan penelitian
mengenai kelayakan kualitas air pada kolam pemancingan ikan di Lokasi Pariwisata Embung
Klamalu. Menurut saya Suhu diperairan tersebut masih standar yaitu sekitar 26 , karena suhu yang
baik untuk selera makan ikan berkisar antara 25-27 c). Dengan mengetahui kecerahan suatu
perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi
dalam air, lapisan- lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air
yang tidak terlampau keruh dan yang tidak pula terlampau keruh , baik untuk kehidupan biota
budidaya. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang utama bagi kehidupan jasad termasuk
kehidupan di perairan karena ikut menentukan produktivitas perairan. Intensitas cahaya matahari
merupakan faktor abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas
Rata-rata PH yang didapatkan adalah sebesar 7, Dalam perairan tidak boleh terlalu asam
maupun terlalu basa , karena akan menggangu organisme yang ada , Namun PH 7 adalah PH netral
yang baik untuk pertumbuhan ikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Perairan di Embung Klawalu
cocok untuk budidaya ikan.

III MATERI DAN METODE


3.1 Materi
3.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia Perairan Modul 2 Determinasi Alkalinitas diPerairan dilaksanakan pada :
Hari

: Jumat, 09 Mei 2014

Pukul

: 16.00- 18.00 WIB

Tempat

: Laboratorium Kimia Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , UNDIP

3.1.1 Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Penentuan Alkalinitas
No. Nama
Gambar
1
Buret
6
Botol Sampel

Tiang Statif
7

Labu Ukur

Fungsi
Untuk wadah titran yaitu Hcl
Sebagai
wadah
pada
saat
0,05 N
mengambil sampel

Sebagai penyangga buret pada


saat proses titrasi
Sebagai wadah saat membuat
larutan

Erlenmeyer

Wadah sample pada proses


titrasi

Beker glass

Gelas Ukur

Sebagai wadah indikator MO

Untuk

mengukur

takaran

sampel agar tidak melebihi


100 ml sebelum dipindahkan
ke Erlenmeyer

Pipet Tetes

Untuk meneteskan indikator


PP dan MO

3.1.3 Bahan

Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam Penentuan Alkalinitas

3.2

Metode

1. Pembuatan Indikator MO
a)
b)
c)
d)

1 gram MO ditimbang menggunakan neraca analitik


MO dilarutkan di dalam 100cm3 alkohol 50% sambil diaduk
Larutan dipindahkan MO ke dalam gelas beker
Larutan dihomogenisasi hingga tercampur rata

2.Pembuatan Larutan standar HCl


V1 N1 = V2 N2
Nama
1
Air Sampel

Gambar

Fungsi
Air yang akan diuji pada saat
titrasi

V1
12,8
ml =
500
ml

Indikator PP

Sebagai Indikator apabila terdapat


-

CO3

0,05
N
V1=
500

Indikator MO

Sebagai indikator apabila terdapat

ml

HCO3-

0,05
N/
12,8

V1= 1,95 ml

a) HCl pekat diambil sebanyak 1,95 ml


b) HCl pekat dimasukkan ke dalam labu takar 500 ml yang sudah diisi sebagian aquadest
sambil dikocok pelan agar homogen
c) Aquadestitambahkan hingga tanda batas
d) Kemudian dihomogenkan hingga tercampur rata

3.Titrasi Asidimetri
a) 100 ml atau 50 ml air sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
b) 4 tetes indikator PP ditambahkan , dilihat apabila tidak terjadi perubahan warna lalu
dilanjutkan ditetesi 2 tetes indikator MO
c) Larutan standar HCl dititrasi hingga warna berubah menjadi orange pekat
d) Volume HCl dicatat
e) PPm CaCO3 dihitung menggunakan rumus

ppm CaCO3=

1000
mltitrasi MHCl MrCaCO 3
100

1000
mltitrasi MHCl 50
100

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kelompok 1
PPm CaCO3=

1000
mltitrasi MHCl MrCaCO 3
100

1000
mltitrasi MHCl 50
100

1000
3 ml0,0550
100

= 75 ppm (Dekat tumbuhan dan kurang cahaya)


Kelompok 2
1000
mltitrasi MHCl MrCaCO 3
100
1000
mltitrasi MHCl 50
=
100

PPm CaCO3=

1000
13ml 0,05 50
= 100

= 325 ppm (Dekat air mengalir)


Kelompok 3
1000
mltitrasi MHCl MrCaCO 3
100
1000
mltitrasi MHCl 50
=
100

PPm CaCO3=

1000
4,1ml0,0550
100

= 102,5 ppm (Sedikit cahaya dan dekat tumbuhan)


Kelompok 4
1000
mltitrasi MHCl MrCaCO 3
100
1000
mltitrasi MHCl 50
=
100

PPm CaCO3=

1000
9,10,0550
100

= 227,5 ppm (Terkena matahari dan dekat tumbuhan)


Kelompok 5
1000
mltitrasi MHCl MrCaCO 3
100
1000
mltitrasi MHCl 50
=
100

PPm CaCO3=

1000
7,50,0550
100

=187,5 ppm (Dekat tmbuhan dan dekat cahaya)


Kelompok 6
1000
mltitrasi MHCl MrCaCO 3
100
1000
mltitrasi MHCl 50
=
100

PPm CaCO3=

1000
2,90,0550
100

=72,5 ppm (Dekat air mengalir)


Kelompok 7
1000
mltitrasi MHCl MrCaCO 3
100
1000
mltitrasi MHCl 50
=
100

PPm CaCO3=

1000
10,50,0550
100

=262,5 ppm (Sedikit cahaya dan dekat tumbuhan)


Kelompok 8
1000
mltitrasi MHCl MrCaCO 3
100
1000
mltitrasi MHCl 50
=
100

PPm CaCO3=

1000
130,0550
100

=325 ppm (Terkena matahari dan dekat tumbuhan)

Tabel 3 Perbandingan setiap kelompok


Kelompok Lokasi
1

Dekat tumbuhan dan kurang cahaya

ppmCaCO3
75 ppm

Dekat air mengalir

325 ppm

Sedikit cahaya dan dekat tumbuhan

102,5 ppm

Terkena matahari dan dekat tumbuhan

227,5 ppm

Dekat tmbuhan dan dekat cahaya

187,5 ppm

Dekat air mengalir

187,5 ppm

Sedikit cahaya dan dekat tumbuhan

262,5 ppm

Terkena matahari dan dekat tumbuhan

325 ppm

Dari hasil tiap kelompok satu sampai delapan yang praktikum pada shift pertama dan kedua
hasilnya berbeda yaitu berkisar antara 72,5 ppm sampai dengan 325 ppm. Perbedaan ini terjadi
karena perbedaan tempat dimana sampel air di dapatkan.
Dari hasil kelompok satu sampai empat yang paling baik adalah hasil pada kelompok 3 yaitu
sebesar 102,5 ppm karena berada pada kisar 100-200 ppm. Telah kita ketahui bahwa kandungan
dalam perairan yang baik adalah berkisar antara 100-200 ppm, jika lebih atau berkurang maka akan
menganggu pertumbuhan organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Pada kelompok 2 sampai
3 itu merupakan lunak atau tingkat alkalinitas sedang karena ppm nya lebih dari 100 ppm,
sedangkan pada kelompok satu mengambil sampel di dekat tumbuhan dan terkena matahari
merupakan alkalin karena ppm nya kurang dari 100 ppm. Pada umumnya lingkungan laut yang baik
untuk pertumbuhan ikan adalah lebih dari 20 ppm.
Namun, jika terlampau tinggi juga tidak baik karna akan merusak pertumbuhan organisme
yang hidup di perairan tersebut. Sedangkan pada kelompok 5 mendapatkan hasil sebesar 187,5 ppm,
Pada kelompok 6 di dapatkan kandungan CO 2 sebesar 72,5 ppm, kelompok 7 mendapatkan kadar
CO2 sebesar 262,5 ppm, dan terakhir adalah kelompok 8 mendapatkan kadar CO2 sebesar 325 ppm.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum modul ke 2 ini yang berjudul determinasi alkalinitas kita menggunakan
metode titrasi asidimetri, Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan
larutan baku basa, Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau
dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di
dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau
titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu
sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan keadaan di mana
penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Dalam
titrasi asidimetri menggunakan indikator PP karena larutan atau sampel bersuasana basa , dan range
PH PP adalah 8,0 9,8 . Pada akhir proses titrasi larutan berubah warna menjadi warna orange
karena telah mencapai titik ekuivalen dan larutan sudah menjadi basa.
Kelompok 1 mendapatkan ppm sejumlah 75 ppm lokasi berada pada dekat tumbuhan dan
kurang cahaya jumlah ppm yang kecil karena radiasi matahari rendah mengakibatkan suhu juga
rendah maka CO2 yang dihasilkan juga sedikit dan lokasi ekat dengan tumbuhan CO2 juga
dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Kelompok 2 mendapatkan 325 ppm dan
dekat dengan air mengalir , menyebabkan ph tinggi dan kandungan CO 2 lebih banyak. Kelompok 3
mendapatkan ppm sebesar 102,5 ppm dan lokasi dekat dengan tumbuhan dan sedikit cahaya
kandungan CO2 dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis. Kelompok 4 mendapatkan
kandungan CO2 sebesar 227,5 ppm lokasinya berada pada daerah yang terkena matahari dan dekat
dengan tumbuhan maka suhu yang didapatkan juga semakin tinggi. Kelompok 5 mendapatkan
kandungan ppm sebesar 187,5 ppm lokasi berada teerkena cahaya matahari maka suhu tinggi dan
PH nya rendah. Kelompok 6 mendapatkan kandungan CO2 sebesar 187,5 ppm. Kelompok 7
mendapatkan kandungan CO2 sebesar 262,5 dan kelompok 8 325 ppm.
Tinggi dan rendahnya alkalinitas dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter
lain seperti pH, suhu, udara, cahaya, dan sebagainya. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka
semua parameter tersebut akan mengikuti. Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya

dengan konsentrasi total kesadahan air, umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang
sama dengan konsentrasi total kesadahan. Hubungan CO2 dengan Alkalinitas,Jika dalam 1 kg air
laut mendapatkan tambahan 1 mmol:1. CO2 CO2 naik 1 milimole sementara alkalinitas tetap.
Karena dengan masuknya CO2 (sebelum bereaksi dengan air) tidak menambah ion yang bisa
bereaksi dengan H+ (CO2 tidak bermuatan).2. HCO3- Total CO2 naik 1 milimole dan alkalinitas
naik 1 meq HCO3- bermuatan -1, menambah jumlah ion yang bisa bereaksi dengan H 3+. CO2-
Total CO naik 1 milimole dan alkalinitas naik 2 meq.CO 2- bermuatan -2, menambah jumlah ion
yang bisa bereaksi dengan 2H+.Dapat disimpulkan bahwa alkalinitas tidak berhubungan langsung
dengan CO2, tetapi dengan muatan yang ada dalam molekul CO 2 tersebut. Semakin tinggi CO2nya,
maka alkalinitasnya semakin tinggi.
Hubungan antara pH dan CO2 di air laut, pH terus bervariasi karena adanya respirasi dan
fotosintesis. Saat malam hari, jumlah CO 2 naik sebagai hasil proses respirasi. CO 2 bebas dilepaskan
dan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (yang kemudian direduksi menjadi bikarbonat
dan karbonat), membuat temperatur dan pH menjadi lebih rendah CO 2 + H2O H2CO3 Sehingga
semakin tinggi CO2 pH nya semakin rendah.
Hubungan antara pH dengan alkalinitas (Lanjutan hubungan CO2 dengan alkalinitas).Jika
dalam 1 kg air laut mendapatkan tambahan 1 mmol:
4. HCl Total CO2 tetap dan alkalinitas turun. Ada penambahan ion yang akan bereaksi dengan
HCO3- (ion H+ dari HCl) membentuk HCO3. H+ + HCO3- H2CO3 Bikarbonat Asam karbonat
5. NaOH Total CO2 tetap, alkalinitas naik. Disebabkan adanya penambahan ion OH- dari NaOH
yang kemudian bereaksi dengan CO2 membentuk senyawa HCO3-. CO2+OH- HCO3-.Kedua
reaksi ini tidak mengandung CO2, hanya bersifat asam atau basa.
Saat alkalinitas naik, pH turun dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa pH
berpengaruh terhadap CO2 dan alkalinitas, sementara alkalinitas tidak secara langsung berhubungan
dengan konsentrasi CO2 di perairan (melihat jumlah muatan pada total CO 2). Semakin tinggi CO2,
maka pH di perairan semakin rendah, saat pH air turun, alkalinitasnya semakin besar.
Ikan tumbuh pada kisaran alkalinitas yang tinggi, tetapi nilai 120 400 mg/l adalah optimal.
Kadar alkalinitas yang sangat rendah, air kehilangan kemampuan menyangga perubahan keasaman
dan pH yang berfluktuasi sangat cepat sehingga dapat menggangu kehidupan ikan budidaya. Ikan
sangat sensitif pada kondisi kadar alkalinitas yang rendah (Mintardji, 1984). Dari hasil yang di
dapatkan yaitu berkisar antara 75 sampai dengan 325 ppm kadar CaCO 3. Hal ini menunjukkan
bahwa perairan tersebut memiliki tingkat keasamaan yang cukup stabil. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mintardji (1984), bahwa air yang memiliki kisaran nilai alkalinitas antara 120 400 mg/l
optimal untuk dijadikan media budidaya. Praktikum yang di laksanakan di laboratorium, nilai total
alkalinitas yang tinggi terdapat pada percobaan kelompok 2 dengan nilai 325 mg/l dan yang
terendah pada percobaan 1 dengan nilai 75 mg/l. Tinggi rendahnya suatu perubahan alkalinitas di
tentukan oleh adanya faktor intensitas yaitu cahaya dan suhu. Oleh karenanya dengan penambahan

alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam. Sehingga
dengan adanya pH rendah, ion hydrogen dalam air dapat mengurangi alkalinitas.

III. PENUTUP
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH
larutan.
2. Sumber alkalinitas adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-),
Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-) sulfide (HS-) dan amonia (NH3)
3. Penambahan alkalinitas lebih banyak dimanfaatkan untuk mencegah supaya air tidak
menjadi terlalu asam

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan. Lingkungan Perairan.
Cetakan Kelima. Yogyakarta : Kanisius
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Kordi, K.M.G.H. 2007. Kualitas air Untuk Budidaya Udang Windu. Jakarta: PT. Perca
Kordi, K.M.G.H. 2007. Meramu Pakan Untuk Ikan Karnivor. Semarang: CV. Aneka Ilmu
Lesmana, D.S. 2005. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya
Limbong, Aquarina. 2008. Alkalinitas: Analisa dan Permasalahannya untuk Industri. Medan.
USU Repository
Sastrawijaya, T. 2000. Pencemaran Lingkungan . Bandung: Rineka Cipta
Sulistyani, Sunarto, dan Fillael, Annisa. 2012. Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah Sekitar Pantai
Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Sains Dasar vol. 1(1) 33 38. Januari 2012
Yolfiperus. 2004. Pengaruh Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan pertumbuhan Ikan
Lalawak Burbodes sp. Jurnal lktiologi Indonesia, Volume 4, Nomor I. Juni 2004

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai