Abstrak. Skewness adalah merupakan besaran (ukuran) untuk menentukan tingkat kemiringan
kurva. Penentuan kecenderungan kemiringannya selama ini ditetapkan berdasarkan metode dari
Pearson dan Bowley. Pearson dengan metode pendekatan nilai rata-rata hitung, nilai modus ,
nilai median serta moment matematisnya, menyatakan bahwa kurva berkecenderungan condong
(miring) ke kiri (positif) jika nilai skewnessnya > 0, apabila nilai skewnessnya =0, maka kurva
dikatakan berkecenderungan normal dan apabila nilai skewness < 0, maka kurva dikatakan
cenderung condong ke kanan (Negatif). Sedangkan Bowley dengan melakukan pendekatan nilai
kuartilnya, menyatakan bahwa suatu kurva dikatakan cenderung condong ke kiri (positif) jika
nilai skewnessnya, normal dan atau cenderung condong ke kanan (negatif) ditetapkan jika nilai
skewness = 0,1, sedangkan jika nilai skev.rnessnya = 0,3, maka kecenderungan ccondongnya
sangat berarti.
Formulasi baru guna menentukan kemiringan kurva yang ditetapkan oleh Andi Supangat ini
didasarkan pada konsep pendekatan rata-rata polar dan deviasi polar. Adapun formulasi
dimaksud dinyatakan dalam bentuk (model): Sk=
Selisih paruh Interval dengan rata-rata polarnya dan D: Deviasi polar. Kriteria penentuan
p
kemiringan kurva , jika Kemiringan Kurva (K.) > 0, maka kurva dikatakan cenderung condong
ke Kanan (negatif), jika Sk
dikatakan cenderung condong ke kiri (positif). Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan,
yaitu dengan cara membuat simulasi data formula tersebut layak untuk dijadikan sebagai
formula baru dalam menentukan kemiringan kurva.
1 Anto
95
MODEL SKEWNESS
2.
Berikut disajikan model-model untuk menghitung dan menentukan nilai skewness menu rut
Pearson dan Bowley 3:
1. Pearson":
X -Mo
3(X - Me)
a. Model I : Sk = 0: 3 = : - - - atau Sk = 0: 3 =:
S
S
: Skewness
Sk
X
: Rata-rata
: Modus
Mo
Me
: Median
: Sirnpangan baku
S
SK = 0:)
= Ifi.(X; - Xl
n.s 3
2.
Bowley6:
0 3 -0 1
0 3 + 20 2 + 0 1
Gambar 1
2 Anto
lbid
S Ibid
6 Ibid
96
X-Mo
= oJ =- -
Formulasi - 2 : Sk
3(X
M)
e
dan Fonnulasi - 3 : Sk
F- (X,
I
. X)3
ns 3
Ukuran kemiringan kurva (skewness) pada pnnslpnya didasarkan pada konsep
hubungan pemusatan data antara niJai rata-rata hitung, modus dan mediannya (X, Mo, dan Me ),
jika nilai X = Mo = Me, maka kecenderungan kurvanya akan terbentuk simetris (normal).
Namun demikian apabila nilai-nilai X;to Mo;to Me maka ada 2 (dua) kemungkinan yang dapat
terjadi pada kemiringan kurvanya, yaitu bisa condong kekiri (positif) atau bisa juga condong
kekanQn (negQrif).
Dalam kajian ini, penulis sengaja menyampaikan satu telaah (dalam bentuk contoh
penyeJesaian soaJ) yang akan dijadikan sebagai gambaran cara menghitung nilai skewness dari
Pearson dan Bowley?
Contoh - 1 :
Jika da ft ar distribusi frekuensi tersaj i seperti pada tabel berikut, maka tentukan kesesuaian
tingkatkemirin gan kurvan ya dengan hasil perhitungan nilai skewness nya ')
Tabel 1
(0000 Rupiah)
10,2
19,5
28,8
38, 1
47,4
56,7
66,0
75,3
7
19,4
28,7
38,0
47,3
56,6
65 ,9
75 ,2
84,5
97
1
6
10
8
40
20
6
5
84,6
93 ,9
93,8
103,1
7
8
III
lumlah
Sumber : Flictlf
Penyelesaian:
19.4
14.'
14.8
-45,70
2088,49
2088A9
-95443,99
-95443,99
19,5
28.7
N,1
144 ,6
.36.40
1324.96
7949,76
48228,54
-289371,26
38,8
11
:n,'
334
.:27.10
734,41
7344,10
.19902,51
.199025,11
316,84
2534,72
.5639,75
.45118,02
72,'15
2890,00
.614,13
-24565,00
2~,8
38,1
47,3
42,7
341,6
.17,60
47,4
56.,6
"
52
2080
.8,50
56,7
66.0
75,3
65.9
2e
61,3
1226
0,80
0,64
12,60
0,51
10,24
75,2
70.6
423.6
10,10
102,01
612.06
1030.30
6181,61
84.5
79.9
3S9,5
19 ,40
376,36
1681,60
7301,38
36506,92
84,6
93,.
89,2
624,4
20,70
623,69
576'5,63
2363S,90
165479,32
93,~
103,1
~,S
768
38,00
14H,OO
11552,00
54872,00
438976,00
Jumlah
111
Rata-rata:
6376.5
42&31.56
LFj
111
'
IL F (X-X-)2
\!
.6369.096
n-1
42631,56 = 19 69
110
'
1. Sk =a 3
X-Mo
S
=--
Mo = b + p( _
b_- ]
b, + b2
~ Mo = 47,35 + 9,3(~J
= 53,07
32 + 20
Jal
d ' N']l al'Sk e\\TIessnya: Sk.
19,69
2. Sk
= 3(X -
Me)
S
Me=b+p
~-Fl
J =54 ,44
~ ~Me=47,35+9,3 (55,5-25
40
l al'Sk ewnessnya : Sk
Jal
d ' N']
Karena sk >
o
a,
Ibid
91bid
98
Sk = IF,(X , - XY
ns 3
Sk = - 6369,096 = -0 007
111(19,69)3'
o Menurut BowleylO:
Nilai-nilai Kuartil:
Q =b+
1
[~n-F]=4735+93(27'75-25)=4799
'
'40
'
2n - F]
( 55,5 _25)
Q2 = b + P _4_- = 47,35 + 9,3
40
= 47,35 + 6,67 = 54,44
f
[
3n - F]
( 83 25 _65)
Q3 = b + P _4_- = 56,65 + 9,3
' 20
= 56,65 + 8,49 = 65,14
f
[
Sk-(Q3+Q2)-(Q2+QI) _
Q3-Ql
sk=
65,14-47,99
=0077
65,14+2(54,44) +47,99
'
Keterangan Gambar 2:
Untuk menentukan kurva penghalusan (kurva yang diarsir), adalah merupakan model
kurva kontinu sebagai penghalusan dari kurva polygon frekuensinya, kalau diperhatikan dan
model kurva (hasil penghalusan), tingkat kecenderungan kurva di atas lebih condong kekanan
(kurva negatif), namun demikian sesuai dengan hasil perhitungan dengan modus dan median,
kurva di alas dikatakan cenderung condollg kekiri (kurva posilif), sedangkan dengan
menggunakan metode Moment Matematis dan Bowley, hasilnya adalah cenderung cOfldong
kekallall (kurva negatif), secara nyata hasil perhitungan satu dengan lainnya terjadi kelidak
Konsislenan.
5.
Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa keterpusatan dala dan variasi data adalah merupakan
pendukung utama dalam me nentukan nilai skewness (kemiringan kurva), seperti nilai rata-rata,
nilai Median, nilai Modus, nilai simpangan baku serta nilai variasi lainnya .
Secara teoritis , di dalam Statistika dikenal beberapa istilah untuk melakukan pengukuran
terhadap tingkat penyirnpangan data (deviasi), maka berangkat dari semua persoalan yang
terjadi khususnya dalam menentukan nilai-Rjlai yang terkait dengan uJ....Llran parameter
penyirnpangannya . Dalam kaitan dengan penentuan formula baru ini , penulis mencoba
memperke nalkan beberapa istilah "baru" sebagai pendukung teon yang akan diungkapkan
lebih ianjut, seperti: Paruh Interval, Middle Rallge, Titik Interval, Rata-rata Polar dan
Deviasi Polar.
10
Ibid
99
Kurva:
KURVA PENDAPATAN MASYARAKAT KOTA
"x"
Frekuensi
40
20
10
InlerYal Kelas
Gambar 2
5.1.
PARUH INTERVAL
Yang dimaksud dengan istilah "Paruh In tervar' I I adalah merupakan nilai atau ukuran data
tengah dari kelas kelas intervalnya yang terdapat pada Daftar Distribusi Frekuensi. Adapun nilai
dari Paruh interval ini diperoleh berdasarkan : "Jumlah nilai ujung bawah kelas interva l pertama
(NA + Ns )
dengan nilai ujung atas kelas interval terakhir dibagi dua". Paruh Interval (P In! )
Dimana :
Pint
Paruh interval
NA
Ns
(0000 Rupiah)
lntreval
Fi
Xi
pendapatan
25
34
15
29,5
44
35
7
39,5
45
49,5
8
- 54
64
12
59,5
55
74
65
69,5
22
75
10
79,5
- 84
85
94
15
89,5
95
104
9
99,5
Jumlah
98
Sumber: Flktlf
(104 + 25) = 62 5
2
'
11 Andi Supangat, 2005, Hasil Penelitian "Ratarata Polar Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Ukuran Keterpusatan
Data", Universitas Widyatama, Bandung .
100
5.2.
MIDDLE RANGE (M R)
l2
selisih ujung atas interval kelas terakhir dengan ujung bawah interval kelas perlama dan
Yang dimaksud dengan middle range
NB
MR == (N N J
B ;
: Middle range
: Nilai ujung bawah kelas interval pertama
Dari tabel di bawah ini , nilai dari paruh intervalnya (semi intervalnya) adalah :
Tabel3
TABEL PENDAPATAN MASYARAKAT KOTA "A"
(0000 Rupiah)
~Jdai~I~~II~~
10 20 30 40 50 -
19
29
39
49
5
10
18
20
S9
14
60 70 -
69
79
7
II
80
90
89
- 99
lumlah
Su mbe r.
5.3.
F.kt. r
28
18
132
RATA-RATA POLAR
l4
Rata - rata polar adalah merupakan ukuran keterpusatan data , penentuan nilai rata-rata polar ini
didasarkan pada kutub-kutub data (data awal, data tengah dan data akhir), se telah dilakukan
pen g- urutan data dari kecil ke besar. Rata-rata polar termasuk pada jenis ukuran gejala letak, hal
ini dikarenakan penentuan nilainya didasarkan pada hasil urutan data . Ada 2 (dua) cara dalam
menentukan nilai rata-rata polar, antara lain:
A. UNTUK DATA YANG BELUM DIKELOMPOKKAN
PA
Dimana :
: Polar average (rata - rata Polar:g
PA
DA
Data awal
Ibid
Andi Supangat, 2005, Hasil Penelitian "Ratarata Polar Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Ukuran Keterpusatan
Data", Universitas Widyatama, Bandung
12
14
101
DT
: Data tengah
DB
: data akhir
Dirnana:
(MRXLF;. T;)
P'LF;
Dirnana:
PA
: Rata-rata polar
MR
: Middle range
P
: Panjang kelas
LF
: Jurnlah data
IDs -PAl
IDA -PAl + lOT -PAl + '---..:.-~
Deviasi Polar (D ) =
P
Dirnana: DA.T.B
PA : Rata-rata polar
o
~F2T2 ]-PA
+ (FsTs
-PA)2
Dirnana:
FA T A : Hasil kali frekuensi dengan titik interval kelas interval pertama
FTI TTl: Hasil kali frekuensi interval kelas tengah 1 dengan titik interval kelas interval
Tengah 1
FnTn : Hasil kali frekuensi interval kelq.s tengah 2 dengan titik interval kelas interval
Tengah 2
PA
102
Dp
Dimana.
kurva
Paruh interval
PA
: Rata-rata polar
Dp : Deviasi
Pint
Jlka :
Sk
bcrikut:
dinyatakan
berikut:
Tabel 1
Interval
pendapatan
Frekuensi
Point
5
4
Titik
Interval
(Ti)
2,9
12
6
8
103
Fi. Ti
14,5
1
90
100
99
109
lumlah
94,5
104,5
5
9
59
18,9
20,9
94,5
[r~;r
697,1
SUMBER : F[J(TlF
onl
Middle range:
=(NB-NAJ=
2
M
R
'
P'LF;
Deviasi Polar
109-10 =495
(10)(59)
: Dp =
Sk
- (Pint - PA )
-
->
Dp
sk
= 13,75
(59,5 - 58,49) = 0 07
13,75
'
Kesimpulan :
Karena 0,07 > 0, maka dapat diartikan kurva penghalusan cenderung condong kekanan
(Negatif)
Kurva Penghalusarmya :
KURVA PENDAPATAN MASYARAKAT KOTA "Y"
(0000 Rupiah)
15
10
Gambar.,3
8.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penelaahan yang telah dilakukan dengan menggunakan simulasi penyelesaian soal,
104
SkelVness,
pada
lebih berkesesuaian antara hasil
fonnulasi
Dengan memanfaatkan
secara otomatis akan timbul
ilmu statistika,
Istilah Paruh Interval, Midlle Range, Paruh
Interval,
Interval, Rata-rata polar dan Deviasi Polar;
untuk data
yang belum
(ungrouped) maupun
yang sudah
dikelompokkan
8.2. SARAN
1. Fonnulasi skewness yang
oleh PenuIis, adalah merupakan metode barn
guna menentukan nilai kemmiringan Kurva (skeIVness) selain
metode
sebelunmya
Bowley dan Moment l'viathematics).
2. Temuan bam tersebut diharapkan
menciptakan nuansa baru pula khususnya
dalam
kajian "STA TISTlKA" dan umunya dalam
dunia Ilmu
baik,
9. DAFTAR PUSTAKA
a.
b.
d.
e.
g.
h.
L
k.
L
105