1.III. Otak
A. Terdiri dari tiga bagian:
a) Batang otak
b) Serebrum
c) Serebellum
B. Serebrum terbagi 4 lobus:
a) Frontal
b) Parietal
c) Temporal
d) Oksipital
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
1.IV. Serebrum
A. Korteks mengandung 70% dari 100 milliar sel neuron yang berwarna abu-abu
B. Medulla mengandung serat akson yang disebut materi putih
C. Lipatan korteks namanya gyrus, celah antar gyrus dinamakan sulcus
Bagian2 Serebrum
a) Hipotalamus
b) Kelenjar pituitari
c) Kelenjar pineal
d) Thalamus
e) Ganglia basal
f)
Sistem limbic
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
1.V. Serebellum
A. Terletak di bawah serebrum
B. Fungsinya mengkoordinasikan gerakan otot, mempertahankan postur dan keseimbangan
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
1.VII. Ventrikel
A.
B.
C.
D.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
B. Vena
a) Tidak sejalan dgn arteri
b) Berintegrasi dgn dura membentuk sinus vena
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
2.ASTROSITOMA
2.I. Definisi
Merupakan neoplasma otak yang berasal dari salah satu bentuk sel glia, yaitu sel
berbentuk bintang yang disebut astrosit. Astrositoma merupakan glioma yang paling
sering dijumpai pada bagian utama otak, yaitu serebrum.
2.II. Epidemiologi
Glioma : tumor otak yang paling sering dijumpai (60 %) Salah satu jenisnya
astrositoma. Mencakup >1/2 tumor ganas di SSP ,astrositoma derajat rendah (WHO
grade I) terjadi di daerah pertengahan otak ; daerah serebelum dan diensefalik.
Astrositoma difus (WHO grade II) dapat terjadi di mana saja di SSP, umumnya terjadi di
serebrum .Astrositoma derajat tinggi (WHO grade III-IV) umumnya dijumpai di daerah
hemisfer serebrum .Sebagian besar kasus terjadi pada dekade pertama kehidupan,
puncaknya pada usia antara 5-9 tahun.
2.II. Insidensi
A. >>> usia 5-9 tahun
B. dewasa muda (30-40 tahun) = 25%
C. < 20 tahun = 10%
D. 20-45 tahun = 60%
E. > 45 tahun = 30%
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
2.IV. Klasifikasi
Klasifikasi astrositoma secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut World
Health Organization dibagi dalam beberapa tipe dan grade:
1. Astrositoma (juvenile) Pilositik (Grade I) (gambar 1.1)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara tuntas dan
memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada tempat yang sukar
dijangkau, masih dapat mengancam hidup.
2. Astrositoma Difusa /Low-grade astrocytoma (Grade II) (gambar 1.2)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke
tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.
3. Astrositoma Anaplastik (Grade III) (gambar 1.3)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke
jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang
normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun.
4. Gliobastoma multiforme (Grade IV) (gambar 1.4)
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.
Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun.
Tumor ini merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang
sangat buruk. Grade I dan II juga dikenal sebagai Astrositoma berdifrensiasi baik (Well
differentiated astrocytomas). Sedangkan Grade III dan IV sering disebut Astrositoma
maligna.
2.V. Gambaran Klinis
Gejala-gejala yang umumnya terjadi pada tumor astrositoma merupakan akibat
peningkatan tekanan intra kranium. Gejala-gejala tersebut antara lain sakit kepala,
muntah, dan perubahan status mental. Gejala lainnya, seperti mengantuk, lethargy,
penurunan konsentrasi, perubahan kepribadian, kelainan konduksi dan kemampuan
mental yang melemah terlihat pada awal-awal timbulnya gejala. Biasanya terdapat pada
satu dari empat penderita tumor otak maligna.
Pada anak, peningkatan intra kranium yang disebabkan oleh tumor astrositoma
bisa memperbesar ukuran kepala. Perubahan-perubahan (seperti pembengkakkan)
dapat diobservasi di bagian belakang retina mata, dimana terdapat bintik buta, yang
disebabkan oleh terjepitnya Nn.Optici. Biasanya tidak terdapat perubahan pada
temperatur, tekanan darah, nadi atau frekuensi pernafasan kecuali sesaat sebelum
meninggal dunia. Kejang-kejang juga dapat ditemukan pada astrositoma diferensiasi
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
baik. Gejala yang terjadi dapat juga berupa tanda dan gejala kerusakan otak fokal;
disfasia, hemiparesis, perubahan personal.
Walaupun spektrum dari gejala-gejala sama pada semua jenis tumor glia namun
frekuensi dari gejala-gejala yang berbeda bervariasi tergantung dari apakah lesinya
grade rendah atau tinggi. Sebagai contoh, glioma grade rendah dimulai dengan kejangkejang terdapat pada sekitar 80% dari pasien dan kebanyakan dari mereka tidak
memiliki kelainan pada pemeriksaan neurologis; sekitar 25% pasien-pasien dengan
glioblastoma mengalami kejang-kejang tetapi yang paling banyak memiliki gejala-gejala
sensoris atau motoris terlateralisasi yang jelas terlihat.
Gejala-gejala tumor astrositoma juga memiliki variasi yang tergantung pada
bagian mana dari otak yang terkena. Terkadang tipe kejang dapat membantu untuk
menentukkan lokasi di mana tumor tersebut berada. Dengan pengecualian kejang,
gejala biasanya timbul bertahap, berjalan beberapa minggu, bulan atau tahun,
kecepatan tergantung derajat keganasan. Perburukan mendadak menunjukkan
perdarahan pada daerah nekrotik.
2.VI. Pemeriksaan
Foto polos tengkorak
Kurang begitu bermanfaat, pergeseran pineal yang berkalsifikasi atau erosi dorsum sella
menunjukkan adanya massa intrakranial.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
10
1. CT scan
Bervariasi, umumnya lesi maligna dan derajat rendah menunjukkan karakter
berbeda. Pada astrositoma maligna/glioblastoma multiforme dijumpai daerah
berdensitas campuran, penguatan ireguler dengan kontras. Tak ada daerah pembatas
antara tumor dan otak menunjukkan infiltrasi. Daerah sentralnya berdensitas rendah
menunjukkan area nekrotik atau ruang kistik; masing-masing tidak
terdapatenhancement. Efek massa berupa kompresi ventrikuler serta pergeseran garis
tengah yang jelas. Daerah sekitarnya berdensitas rendah menunjukkan edema atau
tumor infiltratif. Pada astrositoma derajat rendah tampak daerah densitas rendah,
biasanya tidak diperkuat kontras, menunjukkan lesi infiltratif derajat rendah; deteksi
sering sulit pada tahap dini. Terkadang terjadi kalsifikasi. Beberapa tumor derajat
rendah mensekresikan cairan yang bisa mengelilingi lesi: astrositoma sistika jinak.
2. MRI
MRI Scan dengan penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah
metode pilihan pada kasus-kasus curiga astrositoma. MRI memberikan garis batas
tumor lebih akurat dibandingkan dengan CT Scan, dan MRI Scan yang teratur dapat
dilakukan sebagai follow up pasca penatalaksanaan. Astrositoma biasanya terlihat
sebagai daerah dengan peningkatan densitas dan menunjukkan enhancement setelah
dimasukkan bahan kontras. Pergeseran struktur-struktur garis tengah dan penipisan
dinding ventrikel lateralis di sisi tumor dapat terlihat.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
11
2.VII. Penatalaksanaan
Tumor pilositik hemisfer harus dieksisi sebisa mungkin, karena hampir seratus
persen pasien dapat bertahan hidup sepuluh tahun setelah dioperasi. Garis tengah
astrositoma harus dieksisi sebisa mungkin, tetapi tumor-tumor yang anaplasia
cenderung untuk menyebar dalam neuraxis, dan direkomendasikan penatalaksanaan
lanjutan berupa radiasi lokal sampai radiasi craniospinal ditambah dengan kemoterapi.
Semua model utama pengobatan kanker, yaitu operasi, radiasi, dan kemoterapi,
dipakai untuk menatalaksana astrositoma maligna. Pendekatan ini identik baik untuk
astrositoma anaplastik maupun glioblastoma, namun memiliki prognosis yang berbeda.
Dengan penatalaksanaan yang identik, median lamanya bertahan untuk pasien dengan
astrositoma anaplastik ialah 3 tahun, dengan beberapa pasien yang masih bisa bertahan
sampai satu dekade atau lebih. Namun demikian, angka bertahan hidup secara
keseluruhan untuk pasien glioblastoma ialah hanya sekitar 1 tahun, dan jarang sekali
yang dapat bertahan sampai 3 tahun.
Terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap angka bertahan hidup pasien.
Dewasa muda secara signifikan dapat bertahan hidup lebih lama daripada pasien yang
tua, walaupun memakai metode terapi yang identik. Dapat dikatakan, pasien berumur
65 tahun memiliki prognosis yang buruk. Keadaan umum juga menunjukkan suatu
pengaruh yang kuat. Pasien dengan keadaan umum baik dapat bertahan hidup lebih
lama daripada yang kurang baik. Pasien dengan riwayat gejala-gejala yang banyak,
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
12
seperti kejang-kejang, dapat bertahan hidup lebih lama daripada yang gejalanya
minimal.
Operasi, radioterapi, kemoterapi dapat membantu mengontrol penyakit dalam
satu waktu, tapi tumor timbul kembali pada kebanyakan pasien, terutama pada tempat
yang sebelumnya.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada astrositoma maligna:
1. Operasi: Reseksi agresif dengan pengangkatan seluruh massa yang mengganggu
ialah tujuan utama dari operasi. Pada kebanyakan pasien, eksisi total secara umum
meningkatkan fungsi neurologis, mengurangi oedema didaerah sekitar dan
memperpanjang ketahanan hidup. Walau ketika tumor melibatkan area yang penting
di otak, evaluasi pre-operasi dengan fungsional MRI (fMRI) dan pemetaan intraoperatif terkadang dapat memudahkan ahli bedah saraf yang terampil untuk
mengeksisi lesi-lesi ini secara keseluruhan. Eksisi total juga memudahkan ahli
Patologi Anatomi untuk menegakkan diagnosis yang akurat. Batas reseksi harus
diukur dengan post-operatif MRI, dilakukan 72 jam post-operatif, karena
pengangkatan tumor intra-operatif terkadang tidak akurat. Tumor yang bersifat
multifokal, bilateral, atau yang melibatkan struktur yang peka seperti thalamus, tidak
boleh diangkat pada operasi. Pada pasien-pasien tersebut dilakukan biopsy
stereotaktis pada jaringan tumor.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
13
2. Radioterapi: Paling aktif pada tumor maligna yang tumbuh cepat, derajat III dan
IV. Radioterapi memperpanjang usia, namun tidak menyembuhkan.
3. Kemoterapi: Dari penelitian yang dilakukan para ahli, 20% pasien yang memakai
kemoterapi nitrosourea terlihat memiliki angka ketahanan hidup yang lebih panjang.
Namun banyak dokter sekarang ini memakai temozolomide. Temozolomide ialah
obat yang bersifat alkylating agent, diberikan per oral. Secara empiris sangat baik
pengaruhnya untuk perawatan pasien yang menderita glioma ganas yang kambuh
kembali dan telah menjadi standard pengobatan untuk kasus-kasus seperti itu.
4. Medikamentosa
Terapi Steroid untuk pasien dengan peninggian TIK, dosis pembebanan 12 mg. i.v. 4
mg q.i.d. mengurangi edema peritumoral dan menyebabkan perbaikan gejala secara
cepat. Setelah beberapa hari, dosis diturunkan bertahap untuk mencegah toksisitas.
2.VIII. Aspek Rehabilitasi Pasien dengan Tumor Otak
Program rehabilitasi harus dimulai sedini mungkin dan berorientasi pada
pemulihan fungsi seoptimal mungkin atau memanfaatkan fungsi yang masih ada untuk
kesejahteraan penderita melalui pendekatan tim yang terpadu. Tidak hanya melihat
kecacatan fisik penderita tetapi keseluruhan baik psikologik, sosial, vokasional,
pendidikan dan rekreasi penderita.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
14
A.
Fisioterapi
Fisioterapis bertanggung jawab untuk evaluasi, pengembangan dan supervisi
program latihan terapi. Program latihan yang dapat diberikan antara lain: latihan gerak
sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif sesuai kekuatan otot penderita untuk mencegah
kontraktur, latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dan mencegah atropi otot-otot,
latihan fasilitasi / redukasi otot, latihan mobilisasi. Positioning dan turning (merubah
posisi tiap 2 jam) untuk cegah ulkus dekubitus, ROM exercise aktif dan pasif
Program latihan tersebut akan berhasil bila:
a) Penjelasan yang baik dan demonstrasi yang mudah dimengerti dan dilakukan.
b) Supervisi latihan dan koreksi bila salah.
c) Pertimbangan toleransi nyeri dan kelelahan.
d) Penjadwalan dan diselingi penilaian ulang.
e) Pasien memerlukan latihan tersendiri dan perhatian khusus kasus demi kasus.
f) Adakalanya perlu latihan berkelompok dalam melakukan gerakan secara bersamasama.
g) Melanjutkan program latihan di rumah dan memberi pengertian kepada keluarga.
Komunikasi fisioterapis dengan anggota tim lain terutama mengenai kemampuan fisik
atau kognitif dan keterbatasan dalam melakukan latihan.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
15
B.
Okupasi terapi
Ditujukan untuk memulihkan penderita hingga mandiri dan hidup normal, serta
Terapi bicara
Gangguan komunikasi dapat terjadi akibat tumor otak. Dalam hal ini ditangani
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
16
D.
Ortotik Prostetik
Pilihan alat ortosa atau protesa yang cocok harus mempertimbangkan anatomi,
fisiologi dan aspek patologi juga harus melihat faktor-faktor keindahan gerak, terhindar
dari nyeri, pekerjaan, sikap psikologik dan sosio ekonomi penderita.
Harus diusahakan sedemikian rupa bila memakai ortosa dan protesa, penderita
mendekati kehidupan biasa dan produktif.
Alat-alat yang dapat digunakan antara lain : arm sling, hand sling, walker, wheel
chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot
orthotic (KAFO).
E.
Psikologi
Penderita tumor otak sebelum dan sesudah pengobatan mungkin akan
mengalami suatu situasi baru terutama bila ada defisit fungsi. Dalam hal ini psikolog
sebagai anggota tim rehabilitasi berperan untuk menilai dan mengevaluasi fungsi
perasaan dan kognitif penderita; termasuk di dalamnya adalah:
a) Efek psikologik dan intelek yang terganggu akibat tumor otak.
b) Fungsi sebelum menderita dan sekarang.
c) Akibat kronik tumor otak.
d) Kemampuan penderita menerima keadaannya.
e) Persepsi penderita tentang keadaannya dan pandangan orang lain terhadap dia.
f) Peranan lingkungan.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
17
Sikap emosi dan mental sangat menentukan keberhasilan proses rehabilitasi. Rata-rata
50% pada orang dewasa dan lebih tinggi lagi pada anak-anak.
F.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
18
LAMPIRAN GAMBAR
Klasifikasi Astrositoma (gambar 1)
1.pilokistik astrositoma (gambar 1.1)
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
19
WHO grading system for primary astrocytic tumor and imaging features
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
20
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
21
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
22
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
23
24
Astrositoma grade IV rekuren pada nucleus kaudatus dan putamen pasien laki-laki usia 76 tahun. Bari
atas (dari kiri ke kanan), CT scan non kontras, MRI T1WI, MRI T2WI, dan FLAIR. Baris kedua( dari kiri
ke kanan): MRI DWI dan ADC dan MRI T1 kontras potongan aksial dan koronal. Baris ketiga: MRI
perfusi menujukan aliran yang meningkat pada nucleus kaudataus dan putamen tetapi tidak pada
daerah lain di bagian intensitas yang abnormal. Baris paling bawah: gambaran spektroskopi
potongan aksial menunjukan 2 daerah yang dipilih pada nucleus kaudatus. Tampak massa yang
menginfiltrasi pusat basal ganglia dan meluas ke lobus frontalis kanan, lobus temporal, dan insula.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
25
Pada gambar tersebut tampak penyengatan perifer yang tebal dan nekrosis sentral. Spektroskopi
multivoksel menunjukan penurunan kadar NAA, peningkatan kadar kolin, dan peningkatan kadar
laktat di nucleus kaudatus.
Pola normal MRS voksel tunggal dari 4 molekul utama menunjukan tinggi relative dan nilai khas
puncak kadar NAA pada 2.0 ppm (puncak tertinggi), kreatinin dengan puncak 3.0 ppm, puncak kolin
pada 3.2 ppm, dan puncak mioinositol 3.6 ppm.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
26
Gambar diatas menunjukan tidak dijumpainya rekurensi astrositoma grade II pada pasien wanita usia
37 tahun yang telah menjalani reseksi 7 tahun yang lalu. MRI T1WI potongan korona dengan kontras,
DWI dan ADC yang awalnya dilakukan diikuti dengan MRS multivoksel dan perfusi. Karena pencitraan
tersebut tidak dapat ditarik sebuah kesimpulan maka dilakukan pemeriksaan lain. MRS menunjukan
kadar NAA, kreatinin, kolin yang rendah di daerah ensefalomalasia, dengan spectrum normal pada
daerah otak yang lain. Pada tehnik perfusi, tidak dijumpai peningkatan aktivitas di daerah yang
diperiksa. Temuan ini sesuai dengan gambaran gliosis.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
27
Astrositoma pilositik pada laki-laki usia 20 tahun. Baris atas menunjukan gambaran MRI T1WI
potongan sagital, koronal, aksial dengan kontras. Baris bawah merupakan FLAIR, DWI dan ADC.
Massa kistik dengan penyengatan mural node di vermis serebeli inferior dan efek massa pada batang
otak, medulla spinalis bagian atas, serebellum dan ventrikel IV.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
28
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
29
Astrositoma Grade III pada wanita usia 33 tahun. Baris atas (dari kiri ke kanan), potongan aksial non
kontras dan kontras, proton density dan FLAIR. Baris bawah (dari kiri ke kanan) merupakan potongan
sagital non kontras dan kontras, potongan aksial DWI dan ADC. Pada MRI T1WI tampak daerah
berbatas tegas dengan intensitas yang bervariasi pada lobus parietal kanan yang meluas ke korpus
kalosum dengan daerah sekitarnya yang mengalami edema vasogenik. Daerah dengan intensitas
yang bervariasi merupakan daerah yang mengalami perdarahan. Pada pemberian kontras, , lesi
tampak menyengat kontras secara minimal. Penyengatan pada duramater sekunder terjadi akibat
intervensi sebelumnya.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
30
Astrositoma Grade III pada seorang laki-laki usia 71 tahun. Pada barisan atas (dari kiri ke kanan), MRI
non kontras potongan aksial dan T1 kontras, proton density dan FLAIR. Baris bawah (dari kiri ke
kanan) MRI potongan sagital non kontras dan kontras, aksial difusi, dan aksial ADC. Pada gambar ini
menunjukan daerah lesi kistik berbatas tegas di daerah parietal kiri dengan edema vasogenik
disekelilingnya dan penyengatan tebal pada tepinya. Difusi dan ADC menunjukan adanya restriksi
yang akut.
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
31
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, 1994. Neurologi Klinik. Stroke, Surabaya: Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Fakultas
Kedokteran Unair/ RSUD Dr Soetomo. Hal:29-34.
Mahar Mardjono, Priguna Sidharta. 2004 Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Hal: 392-402.
Simatupang, P.T. 1992. Rehabilitasi Pasien dengan Tumor Otak. Cermin Dunia
Kedokteran No.77
Kepaniteraan Radiologi
RSUD Kudus
Periode 28 April -31 Mei 2014
32