Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS KINERJA KEUANGAN TERHADAP INDIKATOR

TINDAKAN MANAJEMEN LABA DAN PENGARUHNYA


TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2006-2009

MINI RISET

Disusun Oleh :
Eko Rahayuningsih, SE, Ak.
NIM : S 4309031

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor perbankan saat ini merupakan sector industri yang baru jadi perhatian
oleh masyarakat. Adanya beberapa kasus perusahaan perbankan yang menimbulkan
kekawatiran oleh banyak pihak. Kita tahu bank merupakan suatu usaha yang
didasarkan pada kepercayaan masyarakat, karena tanpa ada kepercayaan dari
masyarakat sektor perbankan tidak akan bertahan lama. Perbankan khususnya peran
perbankan

sebagai

sumber

pembiayaan

industri

dalam

negeri.

Adanya

penyimpangan dan kelemahan pada beberapa factor perbankan, diantaranya adalah


banyaknya bank yang melakukan pinjaman keluar negeri tanpa melakukan hedging,
pemberian kredit kepada kelompoknya yang melebihi batas maksimum, pemberian
kredit (BMPK) yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan
sebagainya. Banyak bank yang memburuk kinerjanya, yang disebabkan oleh
banyaknya kredit macet, kesulitan likuiditas, tidak profesionalnya manajemen dan
pengelolaan yang tidak mendasarkan diri pada bank- bank yang tidak sehat.
Pada dasarnya falsafah yang melandasi kegiatan usaha bank adalah
kepercayaan dari nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan, bank dalam operasinya
lebih banyak menggunakan dana masyarakat dibandingkan dengan modal sendiri
dari pemilik atau pemegang saham. Oleh sebab itu pengelola bank dalam melakukan
usahanya dituntut untuk menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang
cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal
yang memadai sesuai dengan jenis penanamannya. Hal tersebut diperlukan karena
dalam operasinya bank selain melakukan penanaman dalam bentuk aktiva produktif,

seperti kredit dan surat- surat berharga, juga memberikan komitmen dan jasa- jasa
lain sebagai fee based operation atau off balance sheet activities. Sekarang ini,
semua masyarakat tahu bahwa laporan keuangan yang terlihat bagus belum tentu
mencerminkan kondisi perusahaan yang bagus pula. Ada dugaan bahwa adanya
tindakan manajemen laba oleh manajemen perusahaan dengan tujuan agar
kepercayaan masyarakat, investor, dan kreditor tetap terjaga.
Para pemodal tertarik untuk menginvestasikan dananya karena investasi
dalam bentuk saham menjanjikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, baik dari
deviden maupun dari capital gain. Akan tetapi investasi dalam bentuk saham juga
mempunyai resiko yang tinggi sesuai dengan prinsip investasi yaitu low risk low
return, high risk high return. Untuk mengurangi resiko saham dibutuhkan informasi
yang aktual, akurat dan transparan. Para investor dalam melakukan transaksi jual
beli saham tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor mikro
perusahaan dan faktor makro ekonomi. Faktor mikro (internal perusahaan) yang
mempengaruhi transaksi perdagangan saham antara lain : harga saham, tingkat
keuntungan yang diperoleh, tingkat resiko, kinerja perusahaan dan corporate action
yang dilakukan perusahaan tersebut. Sedangkan faktor makro (eksternal perusahaan)
adalah tingkat perkembangan inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah, keadaan
perekonomian, dan kondisi sosial politik negara yang bersangkutan.
Informasi keuangan sebagai instrumen data akuntansi diharapkan mampu
menggambarkan realita ekonomi. Oleh karena itu pengujian terhadap kandungan
informasi akan dapat mempengaruhi reaksi pasar atas tingkat pengembalian
(return). Salah satu alternatif untuk mengetahui informasi keuangan yang dihasilkan
bermanfaat untuk memprediksi harga saham, maka dilakukan analisis rasio

keuangan. Menurut Penman (1991:48) dalam Ardiani (2007), seperangkat laporan


keuangan utama belum dapat memberikan manfaat maksimal bagi pemakai sebelum
pemakai menganalisis laporan keuangan tersebut dalam bentuk rasio keuangan.
Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya
sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di bursa
( pasar sekunder ). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan
suatu saham, harganya semakin naik, sebaliknya semakin banyak investor yang
ingin menjual atau melepaskan suatu saham, harganya semakin bergerak turun.
Secara umum, semakin banyak kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba
usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang
saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik (Koetin, 1992 :89)
dalam Ardiani (2007).
Meskipun demikian saham yang memiliki kinerja baik sekalipun, harganya
bisa saja turun karena keadaan pasar. Saham yang memiliki kinerja baik meskipun
harganya menurun keras karena keadaan pasar yang jelek (bearish) yang
menyebabkan kepercayaan terhadap pemodal terguncang, saham ini tidak akan
sampai hilang jika kepercayaan pemodal pulih. Siklus ekonomi membaik ataupun
hal-hal lain membaik (bullish), maka harga saham yang baik ini akan kembali naik
menjadi resiko dari pemegang suatu saham adalah turunnya harga saham. Cara
mengatasinya adalah menahan saham tersebut untuk waktu yang cukup lama sampai
keadaan pasar membaik kembali. Dalam melakukan prediksi harga saham terdapat
pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Secara tradisional
analisis fundamental telah memperoleh perhatian yang cukup besar dari para analisis

sekuritas. Para praktisi cenderung menyukai penggunaan model yang tidak terlalu
rumit, mudah dipahami, dan mendasarkan diri atas informasi akuntansi. Husnan
(2001:303) dalam Ardiani (2007) menjelaskan bahwa analisis fundamental
mendasarkan pola pikir perilaku harga saham ditentukan oleh perubahan-perubahan
variasi perilaku variabel-variabel dasar kinerja perusahaan. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa harga saham tersebut ditentukan oleh nilai perusahaan. Apabila
kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang
tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan
modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham.
Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi
yang mencerminkan kondisi perdagangan saham, keadaan pasar, permintaan dan
penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi di masa lalu.
Analisis teknikal menegaskan bahwa perubahan harga saham terjadi berdasarkan
pola perilaku harga saham itu sendiri, sehingga cenderung untuk terulang kembali.
Asumsi dasar dari analisis teknikal adalah bahwa jual beli saham merupakan
kegiatan berspekulasi (Husnan,2003:338) dalam Ardiani (2007).
Pada penelitian ini, penulis ingin menganalisis manfaat rasio- rasio keuangan
perusahaan perbankan dalam memberikan indikator adanya tindakan manajemen
laba dan pengaruh rasio-rasio kinerja keuangan tersebut terhadap harga saham, yang
selanjutnya apabila mempunyai pengaruh maka rasio- rasio tersebut dapat
digunakan sebagai alat untuk prediksi. Dalam penelitian ini akan digunakan rasio
keuangan dengan menggunakan Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio
(PER), Book Value Per Share (BV), Price to Book Value (PBV), Return on Asset

(ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Operating Profit
Margin (OPM).
Penelitian untuk menganalisis pengaruh berbagai faktor fundamental
terhadap tindakan manajemen laba dan tingkat harga saham pada berbagai sektor
industri telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan penggunaan variabel
dependen dan variabel independen yang beragam. Seperti penelitian yang telah
dilakukan oleh Maruf (2006) yang meneliti analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan go public di BEI yang
menunjukkan hasil bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh adanya asimetri
informasi dan reputasi auditor, sedangkan jumlah direksi, rasio leverage, dan
persentase saham yang ditawarkan saat IPO tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007) mengenai
mekanisme corporate governance, manajemen laba, dan kinerja keuangan, studi
pada perusahaan go publik sektor manufaktur, yang hasilnya menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional dan jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
signifikan terhadap manjemen laba, dan proporsi dewan komisaris independen
berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Pengaruh kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan
jumlah dewan komisaris secara bersama-sama teruji dengan tingkat pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja keuangan (cash flow return on assets).

Penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007) yang meneliti
tentang pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba di industri
perbankan Indonesia menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif
terhadap manajemen laba, dan keberadaan komite audit berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
mekanisme corporate governance telah efektif mengurangi manajemen laba
perusahaan perbankan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk (2006) tentang pengaruh
asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan perbankan
publik yang terdaftar di bursa Efek Jakarta, menunjukkan hasil bahwa asimetri
informasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba.
Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Achmad, dkk (2007) mengenai
investigasi motivasi dan strategi manajemen laba pada perusahaan publik di
Indonesia menunjukkan hasil bahwa peningkatan motivasi debt covenant dan
motivasi biaya politik akan meningkatkan praktik manajemen laba. Namun
penelitian tersebut gagal mengindikasikan pengaruh motivai rencana bonus dan
strategi pilihan metode akuntansi terhadap manajemen laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Ardiani (2007) mengenai analisis pengaruh
kinerja keuangan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan di
Bursa Efek Jakarta (BEJ), menunjukkan bahwa secara simultan atau
bersama-sama anatra CAR, ORA, ROA, LDR, NPM dan BOPO
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham
perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebesar 52.1 %.

Secara parsial CAR, RORA dan LDR berpengaruh secara signifikan


terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan di BEJ
sedangkan untuk ROA, NPM dan BOPO tidak berpengaruh secara
signifikan

terhadap

perubahan

harga

saham

perusahaan

perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ).


Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisis rasio-rasio kinerja keuangan
secara umum seperti Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Book
Value Per Share (BV), Price to Book Value (PBV), Return on Asset (ROA), Return
on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Operating Profit Margin (OPM)
terhadap tindakan manajemen laba dan pengaruhnya terhadap perubahan harga
saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Motivasi
dalam melakukan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rasio kinerja
keuangan berdasarkan data akuntansi terhadap tindakan manajemen laba dan
pengaruhnya terhadap harga saham. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya diatas, serta teori yang menyatakan nilai
saham mewakili nilai perusahaan (kinerja perusahaan), maka penelitian ini
mengambil judul ANALISIS KINERJA KEUANGAN TERHADAP

INDIKATOR

TINDAKAN

PENGARUHNYA

MANAJEMEN

TERHADAP

HARGA

LABA
SAHAM

DAN
PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA


EFEK INDONESIA PERIODE 2006-2009.

B. Perumusan Masalah

Inti yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat.


Oleh karena itulah bank harus tetap menjaga kinerjanya, dan untuk itu bank yang
melalui pengelolaannya dituntut untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara
pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar, serta
pemenuhan kebutuhan modal yang memadai.
Kecukupan modal menjadi komitmen setiap bank, modal yang besar dapat
merugikan bank karena menurunkan tingkat keuntungan, sementara sudah jelas bila
modal terlalu kecil maka akan merugikan karena sulit mendapatkan kepercayaan
dan kurang mampu menutup resiko. Karena itu pula maka bank- bank harus mampu
mengupayakan peningkatan kinerjanya demi kepentingan para pemegang saham.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari : Earning Per Share
(EPS), Price Earning Ratio (PER), Book Value Per Share (BV), Price to Book
Value (PBV), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit
Margin (NPM), dan Operating Profit Margin (OPM) terhadap perubahan harga
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Seberapa besar kontribusi analisis rasio-rasio keuangan diukur dengan Earning
Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Book Value Per Share (BV), Price
to Book Value (PBV), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net
Profit Margin (NPM), dan Operating Profit Margin (OPM) mampu memberikan
indikator adanya tindakan manajemen laba pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
a.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio- rasio kinerja


keuangan Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Book Value Per
Share (BV), Price to Book Value (PBV), Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Operating Profit Margin (OPM)
terhadap perubahan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b.

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi rasio- rasio kinerja


keuangan Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Book Value Per
Share (BV), Price to Book Value (PBV), Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Operating Profit Margin (OPM)
mampu memberikan indikator adanya tindakan manajemen laba pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Praktis
a.

Bagi pihak investor


Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
melakukan prediksi harga saham, yang pada akhirnya dapat memberikan
sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan
membeli atau tidak saham tersebut. Selain itu dapat memberikan informasi
mengenaiindikator adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh

pihak manajemen perusahaan, sehingga jangan sampai salah dalam


pengambilan keputusan untuk berinvestasi.

b.

Bagi pihak perbankan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi
pihak

manajemen

perbankan

dalam

penetapan

kebijakan

terutama

menyangkut keuangan dan kebijakan lain berdasarkan analisis rasio


keuangan.
2. Manfaat Teoritis
a.

Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori
yang sudah diperoleh, terutama dalam hal menganalisa kinerja keuangan
perusahaan.

b.

Bagi peneliti lebih lanjut


Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk
memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik yang berkaitan,
baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.

E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

10

Berisi kajian teori yang relevan dengan topik pembahasan, meliputi:


analisis laporan keuangan, pengertian modal, pengertian struktur modal,
perataan laba, dan review penelitian terdahulu, kerangka teoritis, dan
perumusan hipotesis.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai: populasi, sampel, dan teknik sampling,
sumber data dan teknik pengumpulan data, pengukuran variabel, dan
pengujian hipotesis.
BAB IV: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASANNYA
Pada bab ini dijelaskan hasil pengujian hipotesis dan pembahasannya.
BAB V: KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI
Pada bab ini disajikan kesimpulan hasil analisis data, keterbatasan
penelitian ini, dan diakhiri dengan implikasi hasil penelitian.

11

BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Analisis Laporan Keuangan


1.

Pengertian Laporan Keuangan


Pengertian laporan keuangan menurut Darsono (2004:13) adalah:
Laporan keuangan adalah informasi yang memuat tentang posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan.
Informasi ini diperlukan untuk melihat kinerja manajemen dalam
melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh pemilik. Laporan keuangan juga
berfungsi untuk mengurangi kesenjangan informasi antara direksi atau
manajemen perusahaan dengan pemilik atau kreditur yang berada diluar
perusahaan.

2.

Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
No.1 adalah:
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Tujuan laporan keuangan menurut Kieso (2005) adalah:
Untuk menyediakan: (1) informasi yang berguna bagi keputusan
investasi dan kredit, (2) informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa

12

depan, dan (3) informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap
sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.

3.

Pengguna Laporan Keuangan


Pengguna laporan keuangan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.

Investor atau Pemilik


Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki
kemampuan membayar dividen. Disamping itu untuk menilai apakah
investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon pemilik,
laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan
penempatan investasi dalam perusahan.

b.

Pemberi Pinjaman (Kreditur)


Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan
memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga
pada saat jatuh tempo. Jadi, kepentingan kreditur terhadap perusahaan adalah
apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak.

c.

Pemasok atau Kreditur Usaha Lainnya


Pemasok memerlukan informasi laporan keuangan untuk menentukan
besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan
kemampuan membayar pada saat jatuh tempo.

d.

Pelanggan

13

Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang


dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan
perusahaan yang akan melakukan kerja sama.
e.

Karyawan
Karyawan dan serikat buruh membutuhkan informasi keuangan guna menilai
kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya.
Dalam

hal

ini,

karyawan

membutuhkan

informasi

untuk

menilai

kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya.


f.

Pemerintah
Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan
dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak,
pungutan, serta bantuan.

g.

Masyarakat
Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisis, serta
informasi trend dan kemakmuran.

4.

Komponen Laporan Keuangan


Menurut PSAK No. 1, laporan keuangan terdiri atas:
a.

Neraca
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu. Neraca terdiri atas hak perusahaan dan kewajiban perusahaan serta
modal perusahaan.

b.

Laporan Laba Rugi

14

Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan


pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu. Laporan laba rugi
menggambarkan mengenai kinerja operasional perusahaan.
c.

Laporan Arus Kas


Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama
periode tertentu. Laporan arus kas terdiri atas kas dari atau untuk kegiatan
operasional, kas dari atau untuk kegiatan investasi, kas dari atau untuk
kegiatan pendanaan.

d.

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan,
agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak pemilik
yang melekat pada perusahaan.

e.

Catatan atas Laporan Keuangan


Isi dari catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan
akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi.

5.

Analisis Laporan Keuangan untuk Mengevaluasi Kinerja Perusahaan


Djarwanto (1984:51) dalam Monica (2006:12) mendefinisikan analisis
laporan keuangan sebagai berikut:
Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan
kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil
usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan.
Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur itu dari
tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya.
Salah satu bentuk analisis laporan keuangan adalah analisis struktur
modal perusahaan (Bergevin, 2002:297) dalam Monica (2006:12). Laporan
keuangan merupakan hasil akhir ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan

15

keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu informasi yang


dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan adalah
pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses
pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena
menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari
kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu
perusahaan. Penyajian informasi laba merupakan fokus kinerja perusahaan yang
penting. Para investor dan manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan
kinerja keuangan dan kinerja operasional dari perusahaan. Kinerja operasional
perusahaan merupakan kinerja yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan
modal tetap perusahaan tanpa adanya hutang. Hal ini ditunjukkan melalui besar
kecilnya laba operasional bersih setelah dikurangi pajak. Sedangkan kinerja
keuangan perusahaan merupakan kinerja yang diperoleh dari operasional
perusahaan dengan menggunakan hutang.
Salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses
penilaian kinerja perusahaan adalah berupa rasio-rasio keuangan perusahaan
untuk periode tertentu. Dengan rasio-rasio keuangan tersebut akan tampak jelas
berbagai indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan
suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk periode
tertentu. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan satu
pos laporan keuangan denagn pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan.

Analisis

laporan

keuangan

khususnya

memperhatikan

pada

penghitungan rasio keuangan agar dapat mengevaluasi keadaan pada masa lalu,
sekarang, dan proyeksi hasil masa datang.

16

B. Manajemen Laba
1.

Pengertian Manajemen Laba


Manajemen laba diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan dengan
sengaja, dalam batasan general accepted accounting principles, untuk mengarah
pada suatu tingkat yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Perataan laba
termasuk dalam pengertian manajemen laba tersebut, perataan laba dapat
dipandang sebagai cara pengurangan dalam variabilitas laba selama sejumlah
periode yang mengarah pada tingkat yang diharapkan atas laba yang dilaporkan.
Manajemen laba merupakan kecenderungan yang umum dilakukan oleh pihak
manajemen. Manajemen laba akan membuat laba tidak sesuai dengan realitas
ekonomi yang ada, ini berarti kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah.
Manajemen laba dapat dilakukan oleh pihak manajemen dengan berbagai cara
seperti melakukan perbedaan pengakuan biaya dan pendapatan, mempercepat
atau menunda pendapatan dan biaya, menghilangkan atau mengurangi biaya
diskresi (discretionary costs) dan sebagainya. Menurut Lesmana (2004: 60),
manajemen laba dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu:
a.

Menaikkan

atau

menurunkan

laba

yang

dilaporkan
Menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan merupakan suatu bentuk
manajemen laba yang paling dasar, dan dapat dicakup dalam bentuk laba
lainnya.
b.

Perataan laba

17

Praktik perataan laba merupakan hal yang sudah umum dalam dunia nyata,
sebab cukup banyak penelitian yang membuktikan mengenai hal tersebut.
Analisis perlu melihat adanya kejanggalan dalam item-item laba yang
cenderung fluktuatif, dan melakukan penyesuaian dari distorsi item-item
tersebut. Fluktuasi yang tajam atau variabilitas yang tinggi akan
menunjukkan risiko yang lebih tinggi, dan investor atau kreditur normalnya
akan menghindari risiko yang tinggi. Indikasi perataan laba yang dilakukan
oleh

perusahaan,

dapat

dilihat

dari

kecenderungan

laba

yang

diperbandingkan dengan discretionary costs. Kecenderungan laba yang


stabil atau meningkat dengan stabil, diperbandingkan dengan kecenderungan
discretionary costs yang fluktuatif, maka dapat diindikasikan terjadi perataan
laba.
c.

Pencucian laporan keuangan


Melakukan pencucian laporan keuangan merupakan antisipasi dari pihak
manajemen untuk dapat memberikan dasar pijakan yang lebih baik dalam
mengelola kinerja keuangan perusahaan. Pencucian laporan keuangan pada
umumnya dilakukan dalam dua kondisi yang ekstrim, yaitu pada saat
perusahaan sedang mengalami kerugian atau keuntungan besar.

2.

Indikator Manajemen Laba


Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
manajemen laba adalah sebagai berikut:
a.

Penjualan dan laba bersih. Hubungan yang


lemah antara penjualan dan laba bersih, dapat merupakan petunjuk bahwa
manajemen melakukan perataan laba.

18

b.

Pengakuan pendapatan. Sesuai dengan PABU,


penggunaan metode pengakuan pendapatan khususnya pada penjualanpenjualan yang khas seperti pada kontrak jangka panjang dan installment
sales, pengakuan pendapatan dapat diatur sesuai dengan fleksibilitas yang
disediakan.

c.

Biaya-biaya under-accrual atau over-accrual.


Biaya-biaya yang under-accrual atau over-accrual menyebabkan laba
menjadi understatement atau overstatement, yang berarti kualitas laba
menjadi rendah. Biaya yang sewajarnya harus dicari dan melakukan
penyesuaian dalam analisis.

d.

Discretionary costs. Merupakan biaya sebagai


input yang tidak dapat ditelusuri dampak atau hubungannya dengan
output atau dapat juga disebut biaya yang tidak dapat dikendalikan
hasilnya. Discretionary costs pada umumnya berupa biaya iklan, biaya
pemeliharaan aktiva, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya
pelatihan karyawan.

e.

Dampak

kebijakan

manajemen

dalam

discretionary costs. Karena dampak yang tidak nyata dan tidak langsung,
maka terdapat keleluasaan manajemen dalam menentukan kebijakan untuk
menaikkan atau menurunkan discretionary costs. Discretionary costs sering
diturunkan pada saat perusahaan mengalami kesulitan atau berkeinginan
melakukan perataan laba.
f.

Menilai kewajaran discretionary costs. Salah


satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kewajaran discretionary

19

costs adalah dengan memperhatikan konsistensi kecenderungan (trend)


biaya-biaya tersebut, dengan kondisi yang mensyaratkan.
3.

Sasaran Manajemen Laba


Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan
yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
a. Kebijakan Akuntansi. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan
akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara
menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau
menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
b. Pendapatan. Adanya tindakan mempercepat atau menunda pengakuan akan
pendapatan.
c. Biaya. Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai
suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of
investment).

4.

Alasan Dilakukan Manajemen Laba


Terdapat beberapa alasan yang memicu manajemen melakukan tindakan
manajemen laba, antara lain:
a. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham
terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat
perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat
keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar
kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.
b. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban

20

pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya


dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun
laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik
dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan
perusahaan.
c. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya
terutama pada perusahaan go publik pada saat IPO.
5.

Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba


Pada positive accounting theory terdapat tiga hypothesis yang
melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986 dalam
Rahmawati, dkk, 2007), yaitu:
a.

Bonus Plan Hypothesis


Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan
bonus besar berdasarkan earning lebih banyak menggunakan metode
akuntansi yang akan meningkatkan laba yang dilaporkan.

b.

Debt Covenant Hypothesis


Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit
cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan
laba (Sweeny, 1994) dalam Rahmawati, dkk (2007). Hal ini untuk
menjagareputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.

c.

Political Cost Hypothesis


Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan
tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut

21

dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil


tindakan, misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak
pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
Sedangkan Scott (2000: 302) dalam Rahmawati, dkk (2007) mengemukakan
beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu:
a.

Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak
secara

opportunistic

untuk

melakukan

manajemen

laba

dengan

memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985) dalam Rahwati, dkk (2007).
b.

Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
peraturan yang lebih ketat.

c.

Taxation Motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling
nyata. Berbagaimetode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan
pajak pendapatan.

d.

Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk,
mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

e.

Initial Public Offering (IPO)

22

Perusahaan yang akan go publik belum meiliki nilai pasar, dan menyebabkan
manajer perusahaan yang akan go publik melakukan manajemen laba dalam
prospectus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham
perusahaan.
f.

Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor


Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor
sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

C. Pengertian Saham
Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa
pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Husnan
(2001:303) dalam Ardiani (2007) menyebutkan bahwa sekuritas (saham) merupakan
secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas
tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang
menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal
tersebut menjalankan haknya.
Dalam praktek menurut Darmadji dan Hendi (2001: 6) dalam Ardiani (2007)
menyebutkan bahwa dikenal adanya beraneka ragam jenis saham, antara lain :
1. Cara peralihan hak
Ditinjau dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas unjuk dan
saham atas nama.
a.

Saham atas unjuk (bearer stock). Diatas sertifikat saham atas unjuk tidak
dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham ini, seorang pemilik

23

sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain


karena sifatnya mirip dengan uang.
b.

Saham atas nama (registered stock). Diatas sertifikat saham ini ditulis
nama pemiliknya. Cara pemindahannya harus memenuhi prosedur tertentu
yaitu dengan dokumen peralihan, kemudian nama pemiliknya dicatat dalam
buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham.

2. Hak tagihan (klaim)


Ditinjau dari segi manfaatnya, pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi
saham biasa dan saham preferen.
a.

Saham biasa (common stock). Saham biasa selalu muncul dalam setiap
struktur modal saham perseroan terbatas. Besar kecilnya deviden yang
diterima tidak tetap, tergantung pada keputusan RUPS.

b.

Saham preferen (preferred stock). Saham preferen merupakan gabungan


pendanaan antara hutang dan saham biasa. Dalam praktek terdapat beraneka
ragam jenis saham preferen diantaranya adalah:
1)

Cumulative Preferred Stock. Saham preferen jenis ini


memberikan hak pada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya
kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu dalam arti bahwa
jika pada tahun tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau
tidak dibayar sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun
berikutnya.

2)

Non Cumulative Preferred Stock. Pemegang saham jenis ini


mendapat prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu
persentase atau jumlah tertentu, tapi tidak bersifat kumulatif. Dengan

24

demikian apabila pada suatu tahun tertentu deviden yang dibayarkan


lebih kecil dari yang ditentukan atau tidak dibayar sama sekali, maka hal
ini tidak dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya.
3)

Participating Preferred Stock. Pemilik saham jenis ini


disamping memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditentukan, juga
memperoleh ekstra deviden apabila perusahaan dapat mencapai sasaran
yang ditetapkan.

4)

Convertible Preferred Stock (saham istimewa). Pemegang


saham istimewa mempunyai hak lebih tinggi dibanding pemegang saham
lainnya. Hak lebih itu terutama dalam penunjukkan direksi perusahaan.

3. Berdasarkan kinerja saham


a.

Blue Chip Stock


Merupakan saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi
sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar deviden.

b.

Income Stock
Merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar
deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya.

c.

Growth Stock
Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai
reputasi tinggi.

d.

Speculative Stock

25

Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten


memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum
pasti.
e.

Counter Cyclical Stock


Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi
makro maupun situasi bisnis secara umum.

D. Perubahan Harga Saham


Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk
Perseroan Terbatas. Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar
suatu saham. Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan
harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di
pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan
suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Dan sebaliknya jika semakin
banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada
turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang
mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.
Secara umum semakin baik keuangan perusahaan dan semakin banyak
keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, kemungkinan harga saham akan
naik. Tetapi saham yang memiliki tingkat keuntungan yang baik juga bisa
mengalami penurunan harga. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan pasar saham.
Hal seperti ini tidak akan hilang jika kepercayaan pemodal belum pulih, kondisi
ekonomi belum membaik ataupun hal-hal lain yang membaik. Salah satu resiko dari

26

pemegang saham adalah menurunnya harga saham. Hal ini dapat diatasi dengan cara
menahan saham tersebut sampai keadaan pasar membaik.
Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses
investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok
sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal.
1. Analisis fundamental
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan
datang dengan :
a.

Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga


saham dimasa yang akan datang.

b.

Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh


taksiran harga saham.

Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari


suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data yang digunakan
adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan
keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang
sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2001:303) dalam Ardiani (2007). Dalam
company analysis para pemodal (investor) akan mempelajari laporan keuangan
perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan analisis rasio keuangan,
mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada,
mengevaluasi efisisensi operasional dan memahami sifat dasar dan karakteristik
operasional dari perusahaan tersebut.

27

Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa datang


dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham dimasa datang, dan menempatkan hubungan faktor-faktor tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham.
2. Analisis teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang meggunakan data atau catatan
pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham,
volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan,
serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2001:338) dalam Ardiani
(2007). Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal
dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu. Analisis ini berupaya untuk
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan
harga saham tersebut (kondisi pasar) diwaktu lalu. Para penganut analisis ini,
menyatakan bahwa :
a.

Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.

b.

Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham diwaktu


lalu.

c.

Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka


pola tersebut akan berulang.
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam
memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu
informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal
untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual.

28

E. Review Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan Andriana (2004) menguji pengaruh insider
ownership, instiutional investor, dividen payment, dan firm growth terhadap
kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta tahun 1999-2002. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
insider ownership, instiutional investor, dividen payment, dan firm growth
mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang perusahaan, dan
secara parsial, hanya variabel insider ownership yang tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap debt ratio (struktur modal).
Penelitian yang dilakukan oleh Imam Subekti (2005) yang mengkaji
apakah manajemen laba berpengaruh terhadap biaya modal ekuitas. Adapun
penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah investor sudah merespon
dengan cepat informasi akrual yang disajikan dalam laporan keuangan emiten
yang dilakukan pada perusahaan sektor publik manufaktur yang terdaftar dalam
Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2002. Hasil penelitian tersebut memberikan bukti
secara empirik bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap
biaya modal ekuitas.
Edy dan Arleen (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh jenis
usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio laverage operasi
perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ periode 2000-2002 pada
perusahaan manufaktur. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa (1)
terdapat indikasi dilakukannya tindakan perataan laba oleh perusahaan publik
yang terdaftar di BEJ, (2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis

29

perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, laverage operasi


perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba.
Julia, Carmel, dan Rudolf (2005) melakukan penelitian mengenai
pengaruh manajemen laba pada tingkat pengungkapan laporan keuangan pada
perusahaan manufaktur yang termasuk dalam indeks LQ-45. Penelitian tersebut
menunjukkan hasil bahwa manajemen laba berpengaruh signifikan positif pada
tingkat pengungkapan laporan keuangan sejalan dengan perspektif Opportunistic
Earning Management. Asimetri informasi, kinerja masa kini dan masa depan,
faktor laverage, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba. Semua penelitian yang telah dilakukan diatas mengenai tindakan manajemen
laba banyak dilakukan pada perusahaan manufaktur.
Utami (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh manajemen laba
terhadap biaya modal ekuitas pada perusahaan publik sektor manufaktur yang
terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2002. Dalam penelitiannya tersebut
dihasilkan bahwa (1) manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap
biaya modal ekuitas, artinya bahwa semakin tinggi tingkat akrual maka semakin
tinggi biaya modal ekuitas; (2) manajemen laba yang diproksi dengan rasio akrual
modal kerja dengan penjualan (Model Utami) terbukti memberikan kontribusi
yang paling besar dalam menjelaskan variasi biaya modal ekuitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Mursalim (2005) mengenai seberapa
besar pengaruh tindakan manajemen perusahaan dalam melakukan income
smoothing, melalui tiga dimensinya, yaitu real, artificial dan classificatory
smoothing terhadap motivasi investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa harga pasar

30

ekuitas mengabaikan perataan laba melalui transaksi actual dan perataan laba
melalui perubahan prosedur atau metode akuntansi. Pada penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa hanya variabel classificatory smoothing yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap motivasi investor dalam melakukan investasi pada
perusahaan yang terdaftar di BEJ.
Juniarti, dan Corolina (2005) telah melakukan penelitian mengenai
analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba (income
smoothing) pada perusahaan-perusahaan go public yang melibatkan 54 perusahaan
yang terdaftar pada Bursa Efek Surabaya (BES) dengan mengambil 6 tahun
penelitian mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2001, tidak termasuk tahun
1997 dan 1998. Dalam penelitiannya tersebut ukuran perusahaan, profitabilitas,
dan sektor industri tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Arif Julianto (2006) juga telah melakukan penelitian mengenai pengaruh
skala operasi dan struktur modal terhadap kinerja operasi bank umum dan BPR,
yang dilakukan dengan sampel 15 Bank Umum dan 15 Bank Perkreditan Rakyat
(BPR). Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio kecukupan modal,
kualitas asset, rentabilitas atau earning power, likuiditas tidak dipengaruhi oleh
struktur asset dan struktur modal.
Menurut Surifah (1999) dalam Maruf (2006) bahwa manajemen laba
dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk
mengambil keputusan, karena manajemen laba merupakan suatu bentuk
manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komuniksi antara manajer
dan

pihak

eksternal

perusahaan.

Penelitian

Decow

et.

al

(1996)

mengidentifikasikan faktor demand for external financing, insider trading, debt,

31

bonus management structure sebagai factor yang berpengaruh terhadap


manajemen laba. Widyaningdyah (November:2001) dalam penelitiannya yang
menguji pengaruh Reputsi auditor, jumlah Dewan direksi, Leverage, dan
persentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO terhadap manajemen
laba menemukan bahwa hanya leverage saja yang berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Penelitian yang serupa juga telah dilakukan oleh Maruf (2006)
yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, reputasi auditor berpengaruh terhadap
manajemen laba, leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan
persentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Penelitian mengenai pengaruh harga saham telah dilakukan oleh
Sasongko dan Wulandari (2006) yang menguji mengenai pengaruh economic
value added dan rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2002, yang
hasilnya menunjukkan bahwa Earnings per share (EPS) berpengaruh terhadap
harga saham dan rasio ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak berpengaruh
terhadap harga saham. Selain penelitian Sasongko dan Wulandari (2006),
penelitian mengenai pengaruh harga saham juga pernah dilakukan oleh Haryanto
dan Sugiharto (2003) yang menguji mengenai pengaruh rasio profitabilitas
terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di Bursa Efek Indonesia
periode 2000-2001. Hasil penelitian Haryanto dan Sugiharto (2003) menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh antara rasio profitabilitas terhadap harga saham.

32

F.

Kerangka Teoritis dan Hipotesis


Kerangka teoritis membantu menjelaskan hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Menurut Sularso (2003:19), kerangka teoritis
merupakan suatu model konseptual yang menunjukkan hubungan diantara
beberapa variabel yang dikembangkan oleh peneliti secara teoritis atau secara
logis untuk menjawab masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, untuk variabel
dependennya adalah tindakan manajemen laba dan variabel independennya adalah
rasio kinerja keuangan yang meliputi Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), Book Value Per Share (BV), Price to Book Value (PBV), Return on
Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Operating
Profit Margin (OPM).
Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba suatu perusahaan
sangatlah beragam, sebagaimana telah dikemukakan oleh para peneliti terdahulu,
tetapi dalam beberapa hal hasil penelitian masing-masing peneliti berbeda
meskipun alat ukurnya sama. Berangkat dari fenomena tersebut, maka penelitian
ini akan membuktikan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan
manajemen laba yang belum sepenuhnya menunjukkan hasil yang konsisten antara
peneliti yang satu dengan peneliti yang lain.
Praktek manajemen laba cukup banyak mengandung kontroversi, disatu
sisi manajemen laba merupakan tindakan yang tidak menyalahi peraturan yang
ada dan berlaku secara umum, tetapi disatu sisi manajemen laba dipandang
sebagai bentuk pemanipulasian akuntansi (Stolowy dan Breton 2003 dalam
Juniarti dan Corolina 2005). Tidak sedikit definisi yang menyudutkan manajemen
laba sebagai bentuk pemanipulasian akuntansi yang didasari atas berbagai tujuan,

33

dengan adanya praktek manajemen laba reliabilitas dari laba akan tereduksi. Hal
ini disebabkan karena dalam manajemen laba terdapat pembiasan pengukuran
income yang dinaikkan atau diturunkan dan atau melaporkan income yang tidak
representationally faithfulness seperti yang seharusnya dilaporkan. Motivasi
manajemen lava adalah untuk memperbaiki hubungan antara manajemen
perusahaan dengan para kreditur dan investor. Pada penelitian ini, peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1

: terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap


tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008.

H2

: terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas terhadap


tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008.

H3

: terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin terhadap


tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008.

H4

: terdapat pengaruh yang signifikan antara laverage terhadap tindakan


perataan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
periode 2006-2008.

H5

: terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio kinerja keuangan terhadap


tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008.

34

H6

: terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap


harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008.

H7

: terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas terhadap harga


saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008.

H8

: terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin terhadap harga
saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008.

H9

: terdapat pengaruh yang signifikan antara laverage terhadap harga saham


pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008.

H10

: terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio kinerja keuangan terhadap


harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008.

Hipotesis merupakan suatu pernyataan dugaan yang logis mengenai hubungan


antara dua atau lebih variable yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan yang
dapat diuji (Sularso 2003:26). Hipotesis digunakan untuk memberikan arah pilihan
jawaban terhadap suatu masalah.
G.

Model Penelitian
Berdasarkan pada kerangka teoritisnya dan hipotesis yang akan diuji, maka
model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
UKURAN PERUSAHAAN (X1)

TINDAKAN
PERATAAN LABA (Y1)

RASIO PROFITABILITAS (X2)


RASIO NET PROFIT MARGIN
(X3)
RASIO LAVERAGE (X4)

HARGA SAHAM (Y2)

35

Gambar II.1:
Model Penelitian

Mengacu pada model penelitian diatas, hubungan antar variabel dalam


penelitian ini bersifat kausal, yaitu variabel independent dinyatakan dalam X, dan
variabel dependen dinyatakan dengan Y.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.

Desain Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis ekplanatori atau penelitian yang
menguji hipotesis, dan penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan macam

36

hubungan tertentu, pengaruh, atau menetapkan perbedaan antar kelompok


atau independensi dari dua atau lebih faktor dalam suatu objek yang diteliti
(Sularso, 2003: 30). Pada penelitian ini, peneliti mencoba menguji apakah
variabel independen yaitu rasio kinerja keuangan berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu tindakan perataan laba dan harga saham.
2.

Keadaan Lingkungan Peneliti


Penelitian ini dilakukan pada keadaan yang sesungguhnya, tanpa campur
tangan peneliti atau noncontrived yang berupa field study. Peneliti
mengamati kejadian sesungguhnya yang terjadi sesuai fakta yang ada
(Sularso, 2003: 31). Peneliti menggunakan data berupa laporan keuangan
yang diterbitkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008.

B.

Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


1.

Populasi
Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang
ingin diselidiki oleh peneliti (Sularso, 2003:67). Pada penelitian ini,
mengambil populasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2006-2008.

2.

Sampel dan Metode Pengambilan Sampel


Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi
(Sularso, 2003: 67). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu sampel yang ditentukan berdasarkan kriteria atau

37

sistematika tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Adapun kriteria


untuk sampel pada penelitian ini adalah:
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2006-2008.
b. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan data laporan keuangan
lengkap minimal mencakup neraca, Laporan laba (rugi), secara berturutturut selama periode 2006-2008.

C.

Variabel yang Diteliti dan Pengukuran Variabel


1.

Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi

D.

Metode Pengumpulan Data


Pada penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang
bukan diusahakan sendiri oleh peneliti atau tidak secara langsung diambil oleh
peneliti sendiri, misalnya dari buku, majalah, Koran, hasil penelitian lain, dan
lainnya. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:
1.

Data laporan keuangan perusahaan, yang meliputi neraca dan laporan laba
rugi periode 2006-2008.

2.

E.

Harga saham perusahaan periode 2006-2008.

Teknik Analisis Data


1. Uji Normalitas

38

Asumsi normalitas digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal


atau tidak. Data yang dianggap baik adalah data yang berdistribusi normal.
Pengujian ini dilakukan dengan memakai uji Kolmogorov-Smirnov. Level of
significant yang digunakan adalah 0,05. Jika nilai p-value lebih besar dari 0,05
maka data berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya, jika nilai p-value
kurang dari 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Uji ini dimaksudkan
untuk membuat dugaan mengenai keeratan antara distribusi frekuensi
observasi dengan distribusi frekuensi yang diharapkan. Nilai KolmogorovSmirnov dapat diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut
(Algifari, 2003: 297):
Dn = max | Fe Fo |
Dimana:
Dn = deviasi absolut yang tertinggi
Fe = frekuensi harapan
Fo = frekuensi observasi
2. Uji Asumsi Klasik
a.

Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel
pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode
sebelumnya. Autokorelasi dapat dideteksi dengan uji Durbin-Waston.
Mekanisme pengujiannya adalah:
1) Merumuskan hipotesis

Ho

: tidak ada autokorelasi

Ha

: ada autokorelasi

2) Menentukan nilai d hitung (Durbin-Waston).

39

3) Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel independen,


tentukan nilai batas independen (du) dan batas bawah (dL) dari tabel.
4) Mengambil keputusan dengan criteria, jika:
a) d < dL. Ho ditolak , berarti terdapat autokorelasi positif
b) dL < d < du, daerah tanpa keputusan (grey area), berarti uji tidak
menghasilkan ksimpulan (inconclusive).
c) dL < d < 4 - du, Ho diterima, tidak ada korelasi.
d) 4 - du < d < 4 - dL, daerah tanpa keputusan (grey area), berarti uji
tidak menghasilkan kesimpulan (inconclusive).
e) d > 4 - dL, Ho ditolak, berarti terdapat autokorelasi positif
Apabila pengujian menunjukkan adanya autokorelasi, maka cara
mengatasinya adalah dengan melakukan prosedur yang tepat sesuai
dengan penyebabnya, yaitu dengan memasukkan variabel independen
yang hilang ke dalam model atau dengan mengubah model aslinya
(linier) menjadi bentuk linier log atau dalam bentuk kuadrat kemudian
menaksir kembali regresi pengujian statistiknya.
b.

Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual
suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau
gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized
Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model
regresi yang mempunyai persamaan variance residual suatu periode
pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau adanya
hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete

40

Residual nilai tersebut, sehingga dapat dikatakan model tersebut


homoskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a.

Regresi Linear Berganda


Regresi linier berganda didasarkan pada hubungan fungsional atau
kausal dua variabel independen atau lebih dengan satu variabel dependen.
Model regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y1 = a + b1X1+ b2X2 + b3X3+ b4X4 +e
Y2 = a + b1X1+ b2X2 + b3X3+ b4X4 +e

Keterangan:
Y1

= Tindakan Perataan Laba

Y2

= Harga Saham

= Konstanta

b1 b2 b3 b4 = Koefisien regresi

b.

X1

= Ukuran Perusahaan

X2

= Rasio Profitabilitas

X3

= Rasio Net Profit Margin

X4

= Rasio Laverage

= Standar Error
Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar


kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R 2

41

adjusted besarnya berkisar antara lebih besar sama dengan 0 dan lebih kecil
sama dengan 1. jika semakin mendekati 1 maka model semakin baik karena
apabila R2 adjusted sama dengan 1 berarti variabel independen berpengaruh
sempurna terhadap variabel dependen.
c.

Uji Koefisien Regresi (Uji t)


Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu
variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variabel terikat
(Kuncoro, 2001:97). Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

Menentukan hipotesis
H0 = 1 = 0, variabel independen secara individual tidak mempengaruhi
variabel dependen.
H1 = 1 0, variabel independen secara individual mempengaruhi variabel
dependen.
Menentukan tingkat signifikansi ( = 5%) dan derajat kebebasan (df = n
(k -1)).
Rumus uji t:
t hitung =

1
Se 1

Keterangan:
1

= Koefisien regresi

Se 1

= Standar error koefisien regresi

42

Dengan kriteria pengujian adalah Jika probabilitas > 0,05 maka H0


diterima. Sedangkan jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
d.

Uji Koefisien Regresi Serempak (Uji F)


Uji F digunakan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh dari
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama. Menurut
Kuncoro (2001:98) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Adapun prosedurnya adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan Ho dan H1 (Hipotesis Nihil dan Hipotesis alternatif).
2) Menentukan level of significant (misalnya = 5 % ).
3) Kriteria uji-F, dengan melihat hasil print out komputer, jika hasil Fhitung lebih besar dari 4, maka model dalam analisis sudah tepat (fit)
(Setiaji, 2004: 22).
4) Jika nilai p > , maka H0 diterima. Jika nilai p < , maka H0 ditolak.
Rumus uji F adalah sebagai berikut:
R2
k 1
F
1 R2
n k

Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah parameter termasuk konstanta regresi
n = Jumlah observasi

43

Semua teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
program komputer SPSS (Statistical Product and Service Sollution) version
16.0 for windows.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal. 2005. Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan
Bank. Cetakan III. Malang: Penerbit UMM Press.
Achmad, K, Subekti. I, dan Atmini. S. 2007. Investigasi Motivasi dan Strategi
Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi X, Universitas Hasanudin Makasar, 26-28 Juli 2007.
Algifari. 2003. Statistika Induktif: Untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit
UPP AMP YKPN.
Andriana. 2004. Pengaruh Insider Ownership, Institusional Investor, Divident Payment
dan Firm Growth terhadap Kebijakkan Hutang Perusahaan: Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi S1 tidak
dipublikasikan. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Astuti, Dewi S. P. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen
Laba di Seputar Right Issue.
.Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
Ardiani, Anita. 2007. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga
Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi S1
tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.
Baridwan, Zaki. 1997. Intermediate accounting. Cetakan V. Yogyakarta: Penerbit BPFE
Cramer, Edison H. 1951. The Philosophy of Bank Capitalization. The Journal of
Finance, Vol. 6, Maret: 62-65
Darsono, dan Ashari. 2004. Pedoman Praktis Memahami laporan Keuangan: Tip Bagi
Investor, Direksi, dan Pemegang Saham. Yogyakarta: Penerbit Andi
Dechow et al. 1996. Causes And Consequences Of Earnings Manipulation: Analysis of
Firm Subject to Enforcement Actions by The SEC, Contemporary Accounting
Research, Hal 1-36.

44

De Angelo, L.E., Accounting Number as Valuation Subsititutes: A Study of Management


Buyout of Accounting Performannce in Proxy Contest, Journal of Accounting
and Economics, 12:3-36, 1986.
Eckel, N. 1981. The Income Smoothing Hypothesis Revisited, Juni.
Febryani, Anita dan Rahadian Zulfadin. 2003. Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank
Non Devisa di Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4,
Desember 2003.
Gallagher, and Andrew. 2003. Financial Management: Principles and Practice. Edisi
Ketiga. Prantice Hall.
Hadiningsih, Murni. 2007. Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan
Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta. Skripsi S1 tidak dipublikasikan. Fakultas
Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Teori Akuntansi. Cetakan IV. Jakarta: Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada
Husnan, Suad. 1994. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Panjang). Yogyakarta: Penerbit BPFE
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating
Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan.
Program Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Jogiyanto, H. M, dan Joni.
. Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO dan Return
Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi.
Julia, Carmel, dan Rudolf. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang
Termasuk Dalam Indeks LQ-45. Simposium Nasional Akuntansi VIII IAI- Kapd
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 15 16 September 2005.
Julianto, Arif. 2005. Pengaruh Skala Operasi dan Struktur Modal Terhadap Kinerja
Operasi Bank Umum dan BPR. Benefit, Vol. 10 No. 2 Desember (117-129).
Juniarti, dan Corolina. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Publik.
Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 7 No. 2 Nopember (148-162).

45

Jusup, Haryono. 1999. Dasar-Dasar Akuntansi. Edisi 5. Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit


STIE YKPN
Kovenock, Dan dan Gordon M. Phillips. 1997. Capital Structure and Product Market
Behavior: An Examination of Plant Exit and Investment Decisions. The Review
of Financial Studies Fall. Vol. 10 No. 3, pp. 767-803
Kieso, and Weygandt. 2005. Intermediate Accounting. International Edition. Prantice
Hall.
Lesmana, Rico, dan Surjanto, Rudy. 2004. Financial Performance Analyzing: Pedoman
Menilai Kinerja Keuangan Untuk Perusahaan Tbk, Yayasan, BUMN, BUMD,
dan Organisasi Lainnya. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia
Mahrt, Jan Smith. 2000. Should Bank Own Eguity? A Corporate Finance Perspective.
London Business School
Maruf, Muhammad. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen
Laba Pada Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi S-1 tidak
dipublikasikan. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Meriewaty, Dian dan Astuti Y. S. 2005. Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan
Kinerja Pada Perusahaan di Industri Food and Baverages yang Terdaftar di BEJ.
Simposium Nasional Akuntansi VIII IAI- Kapd Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 15 16 September 2005.
Monica, Astrinia. 2006. Pengaruh Struktur Aktiva, Tingkat Pertumbuhan Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Perusahaan:
Kajian Empiris Perusahaan Manufaktur di Indonesia yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta Periode 2000-2004. Skripsi S-1 tidak dipublikasikan. Fakultas
Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Morellec, Erwan dan Pascal Francois, 2001. Capital Structure and Asset Prices: Some
Effects of Bankruptcy Procedures. The Bradley Pilicy Research Center Financial
Research and Policy Working paper No. FR 01-22. University of Rochester
Nasution, Marihot, dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanudin Makasar, 26-28 Juli 2007.
Rahmawati, Suparno, Y, dan Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi
Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik yang
TErdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang,
23-26 Agustus 2006.
Santoso, Singgih. 2004. SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

46

Santos, Joao A C, 2000. Bank Capital Regulation in Contemporary Bnaking Theory: A


Review of Literature. Bis Working Papers No. 90 September
Sartono, R Agus, 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit BPFE
Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory, Prentice Hall Inc, New Jersey.
Suara Merdeka. Blunder Bank Indonesia?. Selasa, 21 Desember 2004. Halaman
Ekonomi.
Subekti, Imam. 2005. Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba dan Reaksi Pasar Modal
di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VIII IAI Kapd Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 15 16 September 2005
Sularso, Sri. 2003. Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi.
Yogyakarta: Penerbit BPFE
Sunarto. 2006. Kamus Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit AMUS.
Suwito, Edy dan Arleen. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII IAI- Kapd Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 15 16 September 2005
Taswan. 2003. Akuntansi Perbankan: Transaksi Dalam Valuta Rupiah. UPP AMP
YKPN
Ujiyantho, M. A, dan Bambang Agus P. 2007. Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik
SEktor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanudin
Makasar, 26-28 Juli 2007.
Watt, R. L. dan Zimmerwan, J. L. Positive Accounting Theory, New York, Prentice Hall,
1986.
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait. Edisi Kesembilan. Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Widyaningdyah A.U., 2001. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Earning Management Pada Perusahaan Go Publik Di Indonesia, Jurnal
Akuntansi & Keuangan Vol 3 No. 2.

47

Anda mungkin juga menyukai