2
Web Of Caution (WOC)
Mycobacterium tuberculosis masuk ke paru-paru melalui droplet secara inhalasi
infeksi pada paru-paru
TB paru
Faktor predisposisi:
malnutrisi, umur, HIV/AIDS,
kebersihan lingkungan, tidak
melakukan pengobatan
3
MENINGOENSEFALITIS
TUBERCULOSIS
Proses inflamasi
Akumulasi
eksudat di otak
Edema
serebri
Mrnimbulkan
trombus
PTIK
Penurunan
aliran darah
serebral
Sakit
kepala
demam
MK :
Hipertermi
Penurunan
kesadaran
MK : Nyeri
hipoperfusi
MK: Gangguan
perfusi jaringan
serebral
MK :
gangguan
perfusi
jaringan
serebral
Reflek
menelan
menurun
MK: Risiko
aspirasi
bronkopneumoni
a
MK : Risiko
aspirasi
bronkopneumonia
Kerusakan
jaringan otak
Meningkatnya
IL1, IL6 &
TNF
Anoreksia,
mual, muntah
asupan nutrisi
tidak adekuat
MK : Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Fotofobia,
diplopia
Penurunan
fungsi
penglihatan
MK :
Risiko
cidera
kerusakan
pada daerah
basal ganglia
gangguan
dalam
mengatur
gerakan tubuh
gangguan
kognitif
MK: Defisit
perawatan
diri
MK:
Hambatan
Komunikasi
verbal
4
MENINGOENSEFALITIS
TUBERCULOSIS
terjadi proses
infeksi pada
meningen
perlengketan
meningen
akumulasi
eksudat di otak
peningkatan
volume cairan
di ruang
subarachnoid
Mycobacterium
tuberculosis
menyebar ke
pleksus koroid,
parenkim otak
& otak
penyumbatan
vena di otak
penebalan lapisan
meningen (piameter
& aracknoid)
memblok
cairan
serebrospinal
peningkatan
massa
hidrosefalus
ANALISA DATA
Tanggal
01/10/2014
01/10/2014
01/10/2014
01/10/2014
Data
Ds: Keluarga mengatakan
makan pasien sedikit dan saat
makan pasien masih terbatukbatuk
Do:
- GCS 435, penuruna
tingkat kesadaran
- Reflek menelan pasien
(-)
- Terpasang NGT
Ds: Keluarga mengatakan
pasien mual dan muntah
Do:
- a: IMT: 16
- b: albumin: 2,5 g/dl
- c: pasien kurus dan
lemah
- d: diet sonde berupa
susu (6 x 250cc)
Etiologi
Meningoensefalitis
TB
Masalah
Risiko Aspirasi
Kerusakan nervus
vagus (x)
Reflek menelan (-)
Risiko Aspirasi
TB
Meningkatnya IL1,
IL6 & TNF
Anoreksia, mual,
muntah
Asupan nutrisi tidak
adekuat
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan
Meningoensefalitis
TB
Resiko Cidera
Kerusakan pada
daerah basal ganglia
Disorientasi afektif
Resiko cidera
Meningoensefalitis
TB
Kerusakan pada
daerah basal ganglia
Gangguan kognitif
Defisit Perawatan
Diri
pasien 5
5
5
5
Pasien tidak mampu
dalam perawatan diri :
hygiene, pemenuhan
nutrisi, toileting
Defisit Perawatan
Diri
Hari/Tanggal
Rabu/ 01/10/2014
Waktu
15.00
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Intervensi
Berikan edukasi pada pasien
dan keluarga tentang
pentingnya nutrisi yang
adekuat
Berikan makanan dalam porsi
kecil dan sering
Lakukan oral hygiene secara
rutin
Evaluasi mual dan muntah
pasien
Kolaborasi dengan ahli gizi
mengenai diet pasien (diet cair
susu 6 x 250cc)
Kolaborasi dalam pemasangan
NGT
Kolaborasi dalam pemberian
kalbamin (2 x 500cc) pada
pasien
Kolaborasi pemberian obat
OAT pada pasien dan
mengingatkan keluarga untuk
adanya PMO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rasional
Meningkatkan pemahaman
pasien sehigga mau makan untuk
pemenuhan nutrisi
Porsi kecil dan sering dapat
membuat intake makanan lebih
banyak
Kebersihan mulut dapat
menguangi mual
Untuk mengetahui seberapa
banyak intake makanan yang
masuk
Mengetahui diat yang tepat bagi
pasien
Pemasakan NGT bertujuan
menghindari resiko aspirasi
Kalbamin merupakan senyawa
protein yang diperlukan oleh
tubuh
OAT dapat menurunkan
keganasan TB
15.00
15.00
kemampuan menelan
4. Defisit Perawatan Diri b.d
Gangguan Kognitif
T: Dalam 1x24 jam perawatan diri
menjadi optimal
KH: Higiene terjaga, ADL
terpenuhi, asupan nutrisi
terpenuhi
10
No.DK
1
Rabu/
01/10/2014/
Sore
Rabu/
01/10/2014/
Sore
Jam
15.00
1.
15.15
16.00
16.10
18.00
2.
3.
4.
5.
Implementasi
Memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga tentang pentingnya nutrisi
yang adekuat
Mengevaluasi mual dan muntah pasien
Kolaborasi pemasangan NGT
Memberikan nutrisi (susu 500cc)
Kolaborasi pemberian kalbamin 500cc
17.00 1. Menjauhkan
benda-benda
yang
membahayakan pasien
17.00 2. Memasang bed plang yang ada pada
tempat tidur pasien
17.05 3. Memberikan restrain di kedua tangan
pasien
17.15 4. Menganjurkan
keluarga
untuk
membatasi jumlah pengunjung
17.15 5. Menganjurkan pada keluarga pasien
untuk menjaga dan selalu berada
didekat pasien
16.10 1. Memberikan posisi semi fowler saat
pasien diet susu sonde (500 cc) melalui
NGT
Paraf
Jam
20.00
20.00
20.00
Evaluasi (SOAP)
S = Keluarga mengatakan tidak
muntah setelah dipasang selang
hidung, mual (-)
O=
a IMT : 16
b albumin 2,5 g/dl
c pasien kurus dan lemah,
muntah (-)
d diet cair susu melalu NGT
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi no. 3-8 dilanjutkan
S = keluarga mengatakan pasien
masih gelisah
O = tangan terpasang restrain,
gelisah (+)
A = Masalah belum teratasi
P = Intervensi no. 1-5 dilanjutkan
Paraf
11
16.15
16.30
18.10
18.15
Rabu/
01/10/2014/
Sore
16.15
16.15
16.15
Rabu/01-102014/Malam
21.00
22.00
03.05
06.00
20.00
06.00
S = Keluarga mengatakan
keluarga telah mengerti cara
perawatan diri pada pasien
O = ADL terpenuhi dibantu
keluarga, hygiene terjaga
A = Masalah teratasi sebagian
dalam hal pemenuhan hygiene
pasien
P = Intervensi no.1-5 dilanjutkan
S: keluarga mengatakan bahwa
pasien masih mual
O:
A: IMT: 16
B: albumin: 2,5 g/dl
C: pasien kurus dan lemah
D: diet cair berupa susu via
sonde
A: masalah belum teratasi
12
22.00
22.00
22.00
22.00
Kamis/
02/10/2014/
Pagi
20.10
1.
dan
06.00
06.00
12.15
13
Kamis/
02/10/2014/
Pagi
Kamis/
02/10/2014/
Pagi
Kamis/
02/10/2014/
Pagi
12.15
12.15
14
Kamis/
02/10/2014/
Sore
Kamis/
02/10/2014/
Sore
17.00
20.00
Kamis/
02/10/2014/
Sore
16.10
20.00
P = pertahankan intervensi
personal hygiene pasien
20.00
15
16.15
16.30
18.10
Kamis/
02/10/2014/
Sore
16.15
16.15
20.00
Kamis/
02/10/2014/
Malam
21.00
22.00
03.05
06.00
1.
2.
3.
4.
06.00
Kamis/
02/10/2014/
Malam
22.00
06.00
22.00
16
22.00
22.00
gelisah (+)
A = Masalah tidak terjadi
P = Intervensi no. 1-5 dilanjutkan
Kamis/
02/10/2014/
Malam
21.00
06.00
Jumat/
03/10/2014/
Pagi
13.00
Jumat/
03/10/2014/
12.00
17
Pagi
Jumat/
03/10/2014/
Pagi
Jumat/
03/10/2014/
Pagi
Jumat/
14.00
20.00
18
03/10/2014/
Sore
16.00
18.00
Jumat/
03/10/2014/
Sore
Jumat/
03/10/2014/
Sore
20.00
20.00
mual berkurang
O=
a : IMT : 16
b : albumin 2,5 g/dl
c : pasien kurus dan lemah,
muntah (-)
d : diet lunak TKTP 2100 kkal
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi no. 3-8 dilanjutkan
S = keluarga mengatakan pasien
sudah tenang bahkan bisa duduk
mandiri
O = Gelisah pasien (-), restrain
dilepas, GCS 446
A = Masalah tidak terjadi
P = KIE keluarga untuk selalu
bersama pasien
S = Keluarga mengatakan pasien
sudah lebih banyak makan
O = GCS 445, pasien sudah
terlepas NGT dan makan secara
oral
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi no 1-4 dilanjutkan
19
Jumat/
03/10/2014/
Sore
20.00
Jumat/
03/10/2014/
Malam
21.00
22.00
03.05
06.00
1.
2.
3.
4.
06.00
Jumat/
03/10/2014/
Malam
22.00
06.00
22.00
S = Keluarga mengatakan
keluarga telah mengerti cara
perawatan diri pada pasien
O = ADL terpenuhi dibantu
keluarga, hygiene terjaga
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi no.1-5 dilanjutkan,
pertahankan
kebersihan
diri
pasien
S = keluarga mengatakan bahwa
terkadang pasien merasakan mual
O=
a. IMT : 16
b. albumin 3,2 g/dl, Hgb 12 g/dl
c. pasien kurus dan lemah, muntah
(-)
d. diet lunak
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi no. 3-8 dilanjutkan
S = keluarga mengatakan pasien
sudah tenang bahkan bisa duduk
mandiri
O = Gelisah pasien (-), restrain
dilepas, GCS 446
A = Masalah teratasi
P = KIE keluarga untuk selalu
bersama pasien dan perawatan di
rumah
20
Jumat/
03/10/2014/
Malam
dan
06.00
Sabtu /
04/10/2014/
Pagi
12.15
12.00
12.15
12.15
21
12.05
12.10
12.15
Sabtu /
04/10/2014
Sore
12.15
20.00
hari sebelumnya
O = GCS 445, pasien sudah
terlepas NGT dan makan secara
oral
A = Masalah teratasi
P = Intervensi no 1-4 dilanjutkan,
berikan KIE tentang perawatan di
rumah
S = Keluarga mengatakan
keluarga telah mengerti cara
perawatan diri pada pasien dan
telah
melakukan
perawatan
kebersihan diri pada pasien
O = ADL terpenuhi dibantu
keluarga, hygiene terjaga
A = Masalah teratasi
P = berikan HE untuk tetap
melakukan dan mempertahankan
kebersihan diri pada pasien
S = keluarga mengatakan bahwa
terkadang pasien merasakan mual
O=
a. IMT : 16
b. albumin 3,2 g/dl, Hgb 12 g/dl
c. pasien kurus dan lemah, muntah
(-)
d. diet lunak TKTP 2100 kkal
A = Masalah teratasi sebagian
22
16.10
16.15
16.30
18.10
Sabtu /
04/10/2014/
Malam
20.00
16.15 1.
16.15 2.
20.00
21.00
22.00
03.05
06.00
06.00
1.
2.
3.
4.
23
Minggu /
05/10/2014
Pagi
dan
06.00
12.00
12.30
24
12.05
12.10
12.15
oral
2. Mempertahankan untuk memberikan
waktu menelan pasien saat makan dan
minum melalui oral
3. Mengevaluasi kemampuan keluarga
dan pasien saat makan secara mandiri
melalui oral
4. Mengevaluasi resiko aspirasi dan
kepatenan jalan nafas pasien
Minggu /
05/10/2014
Sore
20.00
Minggu /
05/10/2014
Malam
21.00
22.00
03.05
06.00
06.00
1.
2.
3.
4.
25
Senin /
06/10/2014
Pagi
Senin /
06/10/2014
Sore
12.00
20.05
26
Senin /
06/10/2014
Malam
21.00
22.00
03.05
06.00
1.
2.
3.
4.
Selasa /
07/10/2014
Pagi
10.00 1.
10.30 2.
06.00
12.20
27
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, D.C., et al. 2010. Central Nervous System; in: Kumar V, et al. Robbins
and Cotrans Pathologic Basis of Desease 8th ed. Philadelphia: Saunders.
Baughman, DC & JoAnn, CH 2000, Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku
dari Brunner &Suddarth, Jakarta: EGC.
Chandrasoma, P. & Taylor, C.R. 1998. Concise Pathology 3th ed. Stamford:
Appleton and Lange.
Depkes RI. 2003. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya.
Jakarta: Ditjen PPM & PLP Depkes RI.
Erathenurse. 2007. Askep pada meningitis. http://erathenurse.blogspot.com/
2007/12/askep-pada-meningitis.html. Diakses tanggal 28 September 2014
pukul 18.40
European Medicines Agency. Anti-tuberculosis medicinal products containing
isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, ethambutol, rifabutin: posology in
children. 2012; EMA/227191/2012.
Fakultas Keperawatan Unair 2011, Asuhan Keperawatan (Askep) Meningitis
Ensefalitis, Surabaya:Makalah Perkuliahan Neurobehavior Fkp Unair.
Farinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugasmakalah/kedokteran/meningitis. Diakses tanggal 28 September 2014 pukul
19.13 WIB
Guidelines for Tuberculosis Control in New Zealand 2010 Chapter 3: Treatment
of Tuberculosis Disease. 2010; Wellington: Ministry of Health.
Hull, D & Derek IJ 2008, Dasar-dasar Pediatri edisi 3, Jakarta: EGC.
Moore DP et al. Childhood tuberculosis guidelines of the Southern African Society
for Paediatric Infectious Diseases. South Afr J Epidemiol Infect. 2009
28
Suriadi & Rita, Y. 2001. Asuhan Kperawatan pada Anak. Jakarta: CV. Sagung
Seto.
Thwaites GE et. al. A randomized pharmaco-kinetic and pharmacodynamic
comparison of fl uo-roquinolones for tuberculous meningitis. Antimicrob
Agents Chemother 2011; doi:10.1128/AAC.00064-11.
Wilkinson, J.M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Williams & Wilkin 2008, Nursing:Memahami Berbagai macam penyakit.
Jakarta:Permata Puri Media.