Anda di halaman 1dari 9

26

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Kurva Standar Glukosa


Kurva standar glukosa digunakan untuk menentukan konsentrasi gula

awal dan akhir fermentasi. Data hasil pengukuran absorbansi dari masing-masing
konsentrasi larutan standar glukosa dapat dilihat pada Gambar 4.1. Regresi linier
data kurva standar glukosa menghasilkan persamaan y = 0,002x 0,072, dengan y
adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi glukosa (mg/ml). Analisa dilakukan
pada panjang gelombang 542 nm (Oktaviani, 2013).
Larutan standar dibuat dari pengenceran larutan induk yang memiliki
konsentrasi 1000 ppm. Dengan menggunakan rumus pengenceran, maka dibuat
larutan standar yang memiliki konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 ppm untuk
mendapatkan kurva standar. Berikut merupakan grafik kurva standar yang
diperoleh.

Gambar 4.1 Kurva Standar Glukosa


4.2

Analisa Konsentrasi Gula Awal dari Kulit Nenas


Setelah dilakukan penentuan konsentrasi gula awal dari kulit nenas dengan

menggunakan metode NelsonSemogyi diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.1 :

27

Tabel 4.1. Konsentrasi Gula Awal dari Kulit Nenas


Sampel

Konsentrasi Gula

Konsentrasi Gula

(mg/ml)
Rata-rata (mg/ml)
Kulit Nenas 1
3682.5
Kulit Nenas 2
4200
3613.75
Kulit Nenas 3
3865
Kulit Nenas 4
2707.5
Seperti terlihat pada Tabel 4.1. dilakukan empat kali pengulangan untuk
masing-masing konsentrasi gula awal dari kulit nenas, dan diperoleh konsentrasi
rata-rata gula awal kulit nenas sebanyak 3613.75 mg/ml.
4.3

Konsentrasi Glukosa Akhir dari Fermentasi Kulit Nenas


Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan analisa terhadap konsentrasi

gula sisa dengan metode Nelson-Somogyi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
melihat efektifitas mikroorganisme dalam mengkonversi gula (substrat) menjadi
bioetanol (produk). Pada penelitian ini kulit nenas digunakan sebagai substrat
atau medium fermentasi dan Saccharomyces cerevisiae adalah jamur yang
digunakan untuk mengubah glukosa menjadi bioetanol. Konsentrasi gula sisa,
gula yang habis selama proses fermentasi ditunjukkan dalam Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Hubungan Konsentrasi Inokulum dan Waktu Fermentasi Terhadap


Konsentrasi Glukosa Akhir

28

Dari Gambar 4.2, dapat dilihat grafik hubungan konsentrasi inokulum dan
waktu fermentasi terhadap kadar glukosa akhir yang diperoleh. Pada waktu
fermentasi hari ke-3 dengan konsentrasi inokulum 7%, kadar glukosa pada
penelitian ini mengalami penurunan. Ini menunjukkan bahwa glukosa telah
mengalami fermentasi secara sempurna menjadi bioetanol. Namun pada waktu
fermentasi lebih dari 3 hari dengan konsentrasi inokulum 7%, kadar glukosa
meningkat. Kenaikan jumlah glukosa disebabkan karena jumlah nutrisi yang
tersedia tidak sebanding dengan jumlah Saccaromyces cerevisiae yang lebih
banyak, sehingga Saccharomyces cerevisiae yang ada didalam inokulum
kekurangan makanan yang mengakibatkan kinerja Saccharomyces cerevisiae
untuk mengubah glukosa menjadi bioetanol menurun dan jumlah glukosa sisa
menjadi lebih banyak.
4.4

Pengaruh Variasi Konsentrasi Inokulum Terhadap Bioetanol yang


Dihasilkan
Penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah pembuatan enzim selulase

dengan bahan baku kulit nenas dan jamur aspergillus niger. Untuk kondisi
operasi, peneliti mengikuti kondisi optimum peneliti sebelumnya yaitu fermentasi
pada pH 3, jumlah inokulum 15% (v/v) dengan waktu fermentasi selama 4 hari
(Carolina, 2012). Setelah itu dilakukan

pembuatan bioetanol dengan metode

sakarifikasi dan fermentasi secara serentak, penelitian ini dilakukan untuk


menentukan pengaruh konsentrasi inokulum terhadap konsentrasi bioetanol yang
dihasilkan dengan variasi konsentrasi inokulum 5%, 7%, 10%, 12% dan 15%
terhadap volume substrat. Proses hidrolisis dibantu dengan enzim selulase dan
proses fermentasi dilakukan dengan penambahan yeast Saccharomyces cerevisiae.
Penentuan konsentrasi bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi
kulit nenas dilakukan dengan alkoholmeter. Hasil fermentasi dilakukan distilasi
terlebih dahulu (metode guymon) untuk memisahkan impuritis dari hasil
fermentasi berupa sisa-sisa nutrisi, biomassa dan lain-lain. Perolehan konsentasi
bioetanol (% v/v) dapat dilihat pada Gambar 4.3.

29

Gambar 4.3. Hubungan Konsentrasi Inokulum Terhadap Kadar Bioetanol yang


Dihasilkan
Dari Gambar 4.3, dapat dilihat grafik hubungan konsentrasi inokulum
terhadap kadar bioetanol yang diperoleh. Pada rentang waktu 2 hari hingga 4 hari
untuk konsentrasi inokulum 5%, 7% dan 10%, kadar bioetanol yang dihasilkan
semakin meningkat, akan tetapi setelah kondisi optimum tercapai dan proses
fermentasi tetap dilanjutkan maka bioetanol yang dihasilkan cenderung
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena glukosa yang terkonversi
menjadi produk oleh mikroorganisme semakin sedikit dan mendekati habis
sehingga mikroba kehabisan nutrisi untuk bertahan hidup dan mengalami fase
kematian. Dan kemungkinan lainnya akumulasi produk bioetanol yang dapat
menghambat pertumbuhan yeast. Bioetanol dapat bersifat racun terhadap
mikroorganisme, sehingga dengan terbentuknya produk berupa bioetanol akan
mengakibatkan produktivitas menurun (Yuni, 2013). Kadar bioetanol tertinggi
didapat pada penambahan konsentrasi inokulum 10% sebesar 110.502 mg/ml.

30

4.5

Pengaruh Waktu

Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol yang

Dihasilkan
Untuk menentukan kondisi optimum fermentasi kulit nenas menjadi
bioetanol dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae, variabel yang
divariasikan konsentasi inokulum dan waktu fermentasi, sedangkan pH fermentasi
diatur menjadi pH 5 dan suhu fermentasi adalah suhu ruang. Pada penelitian ini,
variasi waktu yang dilakukan adalah 2, 3, 4 dan 5 hari pada berbagai variasi
konsentrasi inokulum. Tujuannya yaitu untuk mengetahui dan memperoleh data
pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. Kadar
bioetanol yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol


Dari Gambar 4.4, dapat dilihat untuk variabel dengan konsentrasi
inokulum 5% diperoleh kadar bioetanol tertinggi pada waktu fermentasi 4 hari
sebesar 5%v atau 39.465 mg/ml. Untuk konsentrasi inokulum 7% diperoleh kadar
bioetanol tertinggi pada waktu fermentasi 4 hari dengan konsentrasi bioetanol
sebesar 7%v atau 55.251 mg/ml. Untuk konsentrasi inokulum 10% diperoleh
kadar bioetanol tertinggi pada waktu fermentasi 4 hari dengan konsentrasi
bioetanol 14 %v atau 110.502 mg/ml. Untuk konsentrasi inokulum 12% diperoleh

31

kadar bioetanol tertinggi pada waktu fermentasi 3 hari dengan konsentrasi


bioetanol 6 %v atau 47.385 mg/ml. Untuk konsentrasi inokulum 15% diperoleh
kadar bioetanol tertinggi pada waktu fermentasi 3 hari dengan konsentrasi
bioetanol 4 %v atau

31.572 mg/ml. Dari Gambar 4.4, terlihat bahwa kadar

bioetanol tertinggi terjadi pada waktu fermentasi 4 hari.


Dari Gambar 4.4, dapat dilihat waktu fermentasi optimum adalah pada
waktu

fermentasi

hari

ke-4,

dengan

menghasilkan

bioetanol

tertinggi

110.502 mg/ml. Pada awalnya semakin lama waktu fermentasi, kadar bioetanol
yang dihasilkan juga semakin tinggi, akan tetapi setelah kondisi optimum tercapai,
kadar bioetanol yang diperoleh menurun, dan apabila proses fermentasi tetap
dilanjutkan maka bioetanol yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan. Hal
ini disebabkan karena substrat yang dikonversi menjadi produk oleh
mikroorganisme telah habis. Adanya penurunan kadar bioetanol yang didapatkan
juga disebabkan karena bioetanol yang dihasilkan berubah menjadi senyawa lain
seperti ester (Sari dkk, 2008). Oleh karena itu dibutuhkan lama fermentasi yang
tepat untuk proses fermentasi bioetanol agar didapatkan kadar bioetanol dalam
jumlah yang tinggi (Azizah, 2012).
Menurut Kunaeph (2008), semakin lama waktu fermentasi maka jumlah
mikroba semakin menurun, dan akan menuju ke fase kematian karena alkohol
yang dihasilkan semakin banyak dan nutrient yang ada sebagai makanan mikroba
semakin menurun. Menurut Roukas (1996), penurunan bioetanol terjadi pada
konsentrasi glukosa berlebih sebagai efek inhibisi substrat dan produk terlihat dari
kadar glukosa akhir yang meningkat.
4.6

Konversi Gula dari Fermentasi Kulit Nenas


Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan analisa terhadap konsentrasi

gula sisa dengan metode Nelson-Somogyi. Tujuan dari analisa ini adalah untuk
melihat efektifitas mikroorganisme dalam mengdegradasi gula (substrat) menjadi
bioetanol (produk). Data hasil perhitungan konversi gula dari kulit nenas dapat
dilihat pada Tabel 4.2. Konversi gula tertinggi diperolah pada fermentasi hari ke-4
yaitu sebesar 82,66%. Penurunan konsentrasi gula terjadi karena yeast

32

Sacharomyces cereviceae memerlukan substrat untuk pertumbuhan, baik


memperbanyak maupun mempertahankan sel. Gula digunakan oleh yeast untuk
beraktivitas sehingga menghasilkan bioetanol.
Tabel 4.2. Hasil Konversi Gula dalam Kulit Nenas
Waktu
Fermentas
i

2 Hari

3 Hari

4 Hari

5 Hari

Konsentrasi
Inokulum

Kadar Kadar
Gula

Gula

Awal

akhir

Gula yang
terfermentasi

Konversi

Kadar

Gula

Bioetanol

(%)

(mg/ml)

5%

1647.5

2035

55.26

23.679

7%

1197.5

2485

67.48

39.465

10 %

3682.5 1277.5

2405

65.31

43.4115

12 %

1440

2242.5

60.89

39.465

15 %

1625

2057.5

55.87

23.679

5%

1592.5

2607.5

62.08

31.572

7%

750

3450

82.14

47.358

1015

3185

75.83

71.037

12 %

1350

2850

67.85

47.358

15 %

1547.5

2652.5

63.15

31.572

5%

1227.5

2637.5

68.24

39.465

7%

970

2895

74.90

55.251

670

3195

82.66

110.502

12 %

1392.5

2472.5

63.97

23.679

15 %

1432.5

2432.5

62.93

23.679

5%

1665

1042.5

38.50

23.679

7%

1630

1077.5

39.79

31.572

762.5

1945

71.84

63.144

12 %

1297.5

1410

52.07

31.572

15 %

1670

1037.5

38.32

31.572

10 %

10 %

10 %

4200

3865

2707.5

33

Konsentrasi gula yang tinggi, tidak selalu menunjukkan hasil konsentrasi


bioetanol yang tinggi. Gula tidak hanya digunakan untuk proses pembentukan
bioetanol tetapi juga digunakan untuk pertumbuhan yeast yang terdapat pada
media fermentasi apabila kondisi proses pembentukan sel terpenuhi. Jika
konsentrasi gula terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya proses
metabolisme sehingga menghambat pembelahan sel selanjutnya berpengaruh
terhadap bioetanol yang dihasilkan (Erissa, 2012).
4.7

Perbandingan Hasil Penelitian Pada Proses Produksi Bioetanol


Pada penelitian ini dengan substrat glukosa yang berasal dari kulit nenas

dilakukan proses fermentasi menggunakan Sacharomyces cereviceae didapatkan


konsentrasi bioetanol sebesar 14%, pada konsentrasi inokulum 10% selama 4 hari.
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya konsentrasi bioetanol yang
didapatkan berbeda-beda. Perbandingan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Perbandingan Hasil Penelitian Pada Proses Produksi Bioetanol
Substrat

Mikroorganisme

Glokosa dari

Sacharomyces

Nira Sorgum

cereviceae

Glukosa

Zymomonas mobilis

Glukosa dari

Sacharomyces

Kulit Nenas

cereviceae

Glukosa dari

Saccharomyces

Sari Kulit

cerevisiae

Konsentrasi
Bioetanol

Referensi

11,82 %

Sari, 2009

9,5 %

Osman dan

0,529 %

Ingram, 1987
Pandapotan,
2012

3,965 %

Setyawati, 2012

14 %

Penelitian ini

Nenas
Glukosa dari
Kulit Nenas

Saccharomyces
cerevisiae

34

Pada penelitian yang dilakukan Sari (2009) bahan baku bersumber dari
nira sorgum. Kondisi operasi pada penelitian tersebut dilakukan pada suhu ruang,
dan pH 5. Osman dan Ingram (1985) melakukan penelitian dengan menggunakan
glukosa standar sebagai media utama. Dengan suhu fermentasi sebesar 30C, dan
waktu fermentasi selama 48 jam. Dengan perbedaan kondisi operasi tersebut
menghasilkan perolehan bioetanol yang berbeda. Hal ini terutama dapat dilihat
dari waktu fermentasi yang lebih pendek dibandingkan penelitian ini. Sehingga,
selain konsentrasi glukosa yang berbeda, waktu fermentasi juga berpengaruh
terhadap perolehan bioetanol yang didapat.

Anda mungkin juga menyukai