BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
awal dan akhir fermentasi. Data hasil pengukuran absorbansi dari masing-masing
konsentrasi larutan standar glukosa dapat dilihat pada Gambar 4.1. Regresi linier
data kurva standar glukosa menghasilkan persamaan y = 0,002x 0,072, dengan y
adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi glukosa (mg/ml). Analisa dilakukan
pada panjang gelombang 542 nm (Oktaviani, 2013).
Larutan standar dibuat dari pengenceran larutan induk yang memiliki
konsentrasi 1000 ppm. Dengan menggunakan rumus pengenceran, maka dibuat
larutan standar yang memiliki konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 ppm untuk
mendapatkan kurva standar. Berikut merupakan grafik kurva standar yang
diperoleh.
27
Konsentrasi Gula
Konsentrasi Gula
(mg/ml)
Rata-rata (mg/ml)
Kulit Nenas 1
3682.5
Kulit Nenas 2
4200
3613.75
Kulit Nenas 3
3865
Kulit Nenas 4
2707.5
Seperti terlihat pada Tabel 4.1. dilakukan empat kali pengulangan untuk
masing-masing konsentrasi gula awal dari kulit nenas, dan diperoleh konsentrasi
rata-rata gula awal kulit nenas sebanyak 3613.75 mg/ml.
4.3
gula sisa dengan metode Nelson-Somogyi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
melihat efektifitas mikroorganisme dalam mengkonversi gula (substrat) menjadi
bioetanol (produk). Pada penelitian ini kulit nenas digunakan sebagai substrat
atau medium fermentasi dan Saccharomyces cerevisiae adalah jamur yang
digunakan untuk mengubah glukosa menjadi bioetanol. Konsentrasi gula sisa,
gula yang habis selama proses fermentasi ditunjukkan dalam Gambar 4.2.
28
Dari Gambar 4.2, dapat dilihat grafik hubungan konsentrasi inokulum dan
waktu fermentasi terhadap kadar glukosa akhir yang diperoleh. Pada waktu
fermentasi hari ke-3 dengan konsentrasi inokulum 7%, kadar glukosa pada
penelitian ini mengalami penurunan. Ini menunjukkan bahwa glukosa telah
mengalami fermentasi secara sempurna menjadi bioetanol. Namun pada waktu
fermentasi lebih dari 3 hari dengan konsentrasi inokulum 7%, kadar glukosa
meningkat. Kenaikan jumlah glukosa disebabkan karena jumlah nutrisi yang
tersedia tidak sebanding dengan jumlah Saccaromyces cerevisiae yang lebih
banyak, sehingga Saccharomyces cerevisiae yang ada didalam inokulum
kekurangan makanan yang mengakibatkan kinerja Saccharomyces cerevisiae
untuk mengubah glukosa menjadi bioetanol menurun dan jumlah glukosa sisa
menjadi lebih banyak.
4.4
dengan bahan baku kulit nenas dan jamur aspergillus niger. Untuk kondisi
operasi, peneliti mengikuti kondisi optimum peneliti sebelumnya yaitu fermentasi
pada pH 3, jumlah inokulum 15% (v/v) dengan waktu fermentasi selama 4 hari
(Carolina, 2012). Setelah itu dilakukan
29
30
4.5
Pengaruh Waktu
Dihasilkan
Untuk menentukan kondisi optimum fermentasi kulit nenas menjadi
bioetanol dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae, variabel yang
divariasikan konsentasi inokulum dan waktu fermentasi, sedangkan pH fermentasi
diatur menjadi pH 5 dan suhu fermentasi adalah suhu ruang. Pada penelitian ini,
variasi waktu yang dilakukan adalah 2, 3, 4 dan 5 hari pada berbagai variasi
konsentrasi inokulum. Tujuannya yaitu untuk mengetahui dan memperoleh data
pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. Kadar
bioetanol yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.4.
31
fermentasi
hari
ke-4,
dengan
menghasilkan
bioetanol
tertinggi
110.502 mg/ml. Pada awalnya semakin lama waktu fermentasi, kadar bioetanol
yang dihasilkan juga semakin tinggi, akan tetapi setelah kondisi optimum tercapai,
kadar bioetanol yang diperoleh menurun, dan apabila proses fermentasi tetap
dilanjutkan maka bioetanol yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan. Hal
ini disebabkan karena substrat yang dikonversi menjadi produk oleh
mikroorganisme telah habis. Adanya penurunan kadar bioetanol yang didapatkan
juga disebabkan karena bioetanol yang dihasilkan berubah menjadi senyawa lain
seperti ester (Sari dkk, 2008). Oleh karena itu dibutuhkan lama fermentasi yang
tepat untuk proses fermentasi bioetanol agar didapatkan kadar bioetanol dalam
jumlah yang tinggi (Azizah, 2012).
Menurut Kunaeph (2008), semakin lama waktu fermentasi maka jumlah
mikroba semakin menurun, dan akan menuju ke fase kematian karena alkohol
yang dihasilkan semakin banyak dan nutrient yang ada sebagai makanan mikroba
semakin menurun. Menurut Roukas (1996), penurunan bioetanol terjadi pada
konsentrasi glukosa berlebih sebagai efek inhibisi substrat dan produk terlihat dari
kadar glukosa akhir yang meningkat.
4.6
gula sisa dengan metode Nelson-Somogyi. Tujuan dari analisa ini adalah untuk
melihat efektifitas mikroorganisme dalam mengdegradasi gula (substrat) menjadi
bioetanol (produk). Data hasil perhitungan konversi gula dari kulit nenas dapat
dilihat pada Tabel 4.2. Konversi gula tertinggi diperolah pada fermentasi hari ke-4
yaitu sebesar 82,66%. Penurunan konsentrasi gula terjadi karena yeast
32
2 Hari
3 Hari
4 Hari
5 Hari
Konsentrasi
Inokulum
Kadar Kadar
Gula
Gula
Awal
akhir
Gula yang
terfermentasi
Konversi
Kadar
Gula
Bioetanol
(%)
(mg/ml)
5%
1647.5
2035
55.26
23.679
7%
1197.5
2485
67.48
39.465
10 %
3682.5 1277.5
2405
65.31
43.4115
12 %
1440
2242.5
60.89
39.465
15 %
1625
2057.5
55.87
23.679
5%
1592.5
2607.5
62.08
31.572
7%
750
3450
82.14
47.358
1015
3185
75.83
71.037
12 %
1350
2850
67.85
47.358
15 %
1547.5
2652.5
63.15
31.572
5%
1227.5
2637.5
68.24
39.465
7%
970
2895
74.90
55.251
670
3195
82.66
110.502
12 %
1392.5
2472.5
63.97
23.679
15 %
1432.5
2432.5
62.93
23.679
5%
1665
1042.5
38.50
23.679
7%
1630
1077.5
39.79
31.572
762.5
1945
71.84
63.144
12 %
1297.5
1410
52.07
31.572
15 %
1670
1037.5
38.32
31.572
10 %
10 %
10 %
4200
3865
2707.5
33
Mikroorganisme
Glokosa dari
Sacharomyces
Nira Sorgum
cereviceae
Glukosa
Zymomonas mobilis
Glukosa dari
Sacharomyces
Kulit Nenas
cereviceae
Glukosa dari
Saccharomyces
Sari Kulit
cerevisiae
Konsentrasi
Bioetanol
Referensi
11,82 %
Sari, 2009
9,5 %
Osman dan
0,529 %
Ingram, 1987
Pandapotan,
2012
3,965 %
Setyawati, 2012
14 %
Penelitian ini
Nenas
Glukosa dari
Kulit Nenas
Saccharomyces
cerevisiae
34
Pada penelitian yang dilakukan Sari (2009) bahan baku bersumber dari
nira sorgum. Kondisi operasi pada penelitian tersebut dilakukan pada suhu ruang,
dan pH 5. Osman dan Ingram (1985) melakukan penelitian dengan menggunakan
glukosa standar sebagai media utama. Dengan suhu fermentasi sebesar 30C, dan
waktu fermentasi selama 48 jam. Dengan perbedaan kondisi operasi tersebut
menghasilkan perolehan bioetanol yang berbeda. Hal ini terutama dapat dilihat
dari waktu fermentasi yang lebih pendek dibandingkan penelitian ini. Sehingga,
selain konsentrasi glukosa yang berbeda, waktu fermentasi juga berpengaruh
terhadap perolehan bioetanol yang didapat.