Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL


PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB VI
Proses Mixing dan Analisa Hasil Mixing melalui Uji Pembakaran
dengan Pembuatan Briket

6.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum mixing kali ini, antara lain:
1. Mengetahui konsep mixing pada proses preparasi dalam
skala laboratorium.
2. Menentukan

komposisi

yang

pas

serta

perbandingan

campuran yang sesuai dengan permintaan untuk proses


mixing.
3. Mengetahui hasil analisa mixing batubara non-karbonisasi
dan

karbonisasi

dalam

proses

pembuatan

dan

uji

pembakaran pada briket batubara karbonisasi dan briket


batubara non-karbonisasi.
4. Membandingkan hasil briket batubara non-karbonisasi dan
karbonisasi sebelum dan sesudah proses mixing.
6.2. Dasar Teori
Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar untuk
pembangkit energi, di samping gas alam dan minyak bumi.
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan
memerlukan waktu yang sangat lama (puluhan sampai ratusan
juta tahun) dibawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan
geologi.
Stockpile

management berfungsi

sebagai

penyangga

antara pengiriman dan proses, sebagai stock strategis terhadap


gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang.
Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

pencampuran

batubara

untuk

menyiapkan

kualitas

yang

dipersyaratkan.
stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara
supaya homogenisasi sangat

sesuai dengan kebutuhan.

Homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu


tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan
distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogensiasi ada
dua tipe yaitu blending dan mixing. Stockpile biasanya terletak
dekat tambang,dekat pelabuhan,tempat pengguna batubara.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam management
stockpile adalah sebagai berikut :
1. Monitoring quantity (inventory) dan movement batubara di
stockpile, meliputi recording batubara yang masuk (coal in)
dan recording batubara yang keluar (coal out) di stockpile,
termasuk recording batubara yang masih tersisa (remnant of
coal).
2. Menghindari batubara terlalu lama di stockpile, dapat
dilakukan dengan penerapan aturan FIFO (first in fist out),
dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan
(diloading)

terlebih

mengurangi

resiko

dahulu.
pada

Hal

ini

degradation

dengan
dan

maksud

pemanasan

batubara.
3. Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di
stockpile, termasuk diantaranya untuk mengatur posisi stock
dekat dengan reclaime, monitoring effectivitas dozing di
stockpile dengan maksud untuk mengurangi degradasi pada
batubara.
4. Monitoring quality batubara yang masuk dan yang keluar dari
stockpile,

termasuk

diantara

control

mengantisipasi self heating dan sponcom.

Kelompok 8

temperatur

untuk

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi :


a. Pelaksanaan

housekeeping,

tidak

diperkenankan

membuang sampah sembarangan di area stockpile.


b. Inspeksi

langsung adanya

kotoran yang

terdapat

di

stockpile. Menentukan sumber kontaminasi dan kemudian


melaporkan kepada pihak yang berkompeten untuk
tindakan preventive.
6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan,
dalam ini mencakup usaha :
a. Control dust, penerapan dan pengawasan penggunaan
spraying & dust supressant.
b. Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap)
untuk buangan / limbah air dari drainage stockpile.
c. Penanganan Waste Coal (remnant & spillage coal)
7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir
dozer,

baik

untuk

keperluan

maintenance

dozer

atau

overshift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan


setelah itu harus diadakan housekeeping secara teliti.
8. Menanggulangi batubara terbakar distockpile. Dalam hal ini
penanganan yang diajurkan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan spreading / penyebaran untuk mendinginkan
batubara.
b. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang
terbakar dapat dibuang.
c. Memadatkan (kompaksi) batubara yang mengalami self
heating atau sponcom.
d. Tidak

diperbolehkan

menggunakan

air

memadamkan batubara yang mengalami sponcom.

Kelompok 8

dalam

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

e. Batubara yang mengalami sponcom tidak diperboleh


langsung

diloading

ke

tongkang

sebelum

dilakukan

pendinginan terlebih dahulu.


f. Untuk penyetokan yang relatif lama bagian atas stockpile
harus dipadatkan (kompaksi), guna mengurai resapan
udara dan air ke dalam stockpile.
9. Sebaiknya tidak membentuk stockpile dengan bagian atas
yang cekung, hal ini untuk menghindari swamp di atas
stockpile.
10. Mengusahakan

kontur

permukaan

basement

berbetuk

cembung atau minimal datar, hal ini berkaitan dengan


kelancaran system drainage.
(Anonim, 2014)
Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui terlebih
dahulu kualitasnya antara lain Total Sulfur (TS), Ash Content
(AC), volatile matter (VM), inherent moisture (IM), fixed carbon
(FC), Calorific Value (CV),

dan Total Moisture (TM). Hal ini

dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau peralatan yang


menggunakan batubara sebagai bahan bakar sesuai dengan
mutu batubara yang akan digunakan, sehingga mesin-mesin
tersebut dapat berfungsi optimal dan tahan lama.
Adapun

perbedaan

mixing

dan

blending,

mixing

didefinisikan sebagai penataan ulang partikel secara acak


dengan bantuan energi mekanik, misalnya alat yang dengan
energi putar dalam volume tetap. Jejak komponen individu
masih terdapat dan berada dalam jumlah yang kecil dari bahan
yang telah dicampurkan (dua atau lebih jenis bahan). Biasanya
diaplikasikan untuk penyimpanan skala kecil. Sedangkan
blending didefinisikan sebagai integrasi dari sejumlah bahan
baku dengan sifat fisik atau kimia yang berbeda untuk membuat

Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

suatu spesifikasi yang dibutuhkan untuk konsumen. Tujuannya


adalah untuk mencapai produk akhir, misalnya, dua atau lebih
jenis batubara yang memiliki komposisi kimia yang terdefinisi
dengan baik di mana unsur-unsur yang sangat merata dan tidak
ada yang dapat diidentifikasi. Ketika proses sampling, isi ratarata dan standar deviasi rata-rata adalah sama. Biasanya
diplikasikan menggunakan berbagai jenis batubara untuk
komposisi tertentu (Anonim, 2014).
Blending merupakan suatu cara untuk mendapatkan nilai
kalori batubara yang sesuai dangan permintaan konsumen yang
dilakukan dangan cara mencampur tipe jenis batubara yang
tidak hanya dari satu jenis tipe saja tetapi dipakai dengan dua
tipe atau lebih agar mendapatkan nilai kalori yang sesuai
permintaan pasar (Anonim, 2014).
Seiring dengan meningkatnya permintaan batubara oleh
konsumen dengan kualitas tertentu, ini menjadi tantangan
tersendiri

bagi

perusahaan

pertambangan

batubara.

Dikarenakan kualitas batubara di Pit itu berbeda-beda, maka


perlu adanya pencampuran batubara (coal blending) dan kontrol
kualitas (quality control) untuk memperoleh kualitas tertentu
yang diminta konsumen.
Pencampuran batubara tidak serta merta dilakukan begitu
saja. Namun perlu diketahui terlebih dahulu kualitas batubara
dari tiap seam yang akan di blending melalui analisis
Laboratorium. Sehingga melalui perhitungan tertentu akan
diperoleh pendugaan kualitas hasil blending. Namun kualitas
hasil

blending

kadang

kala

tidak

sesuai

dengan

yang

direncanakan. Hal ini dikarenakan oleh banyak hal antara lain


banyaknya seam batubara dengan ragam kualitas sehingga
pencampuran menjadi sulit, tercampurnya batubara dengan

Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

material pengotor dan stockpile management yang kurang baik


(Anonim, 2014).
Greatly Pencampuran batubara atau Coal Blending adalah
penggabungan atau penimbunan secara bersamaan dan terusmenerus dalam waktu tertentu dari dua atau lebih material
(batubara beda kualitas), yang dianggap mempunyai komposisi
yang konstan (parameter kualitas konstan) dan terkontrol
proporsinya. Dalam hal ini pencampuran dilakukan terhadap
batubara yang berbeda nilai kalori, kandungan sulfur dan
kandungan abu, sehingga kualitas batubara hasil campuran
merupakan perpaduan dari parameter kualitas batubara yang
dicampur. Atau dengan kata lain batubara yang memiliki
kualitas rendah (nilai kalori rendah dan kandungan sulfur
tinggi), dapat dicampur dengan batubara yang memiliki kualitas
tinggi (nilai kalori tinggi dan kandungan sulfur rendah) dan
dapat memenuhi batasan-batasan persyaratan untuk memenuhi
permintaan konsumen. Pencampuran batubara dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan,
dengan komposisi yang homogen, secara teoritis parameter
kualitas campurannya dapat didekati persamaan berikut :

......................(6.1)

....................(6.2)

Keterangan :
Kc = Kualitas campuran batubara (Kkal/kg,%).
XTc = Berat tumpukan campuran batubara (kg)
KT1 = Kualitas tumpukan batubara 1 (Kkal/kg,%)
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

KT2 = Kualitas tumpukan batubara 2 (Kkal/kg,%)


KTn = Kualitas tumpukan batubara ke-n (Kkal/kg,%)
XT1 = Berat tumpukan batubara 1 (kg)
XT2 = Berat tumpukan batubara 2 (kg)
XTn = Berat tumpukan batubara ke-n (kg) have been
Adapun sumber lain menyatakan rumus mixing adalah
sebagai berikut:

.....................................(6.3)
Keterangan :
Qp = Kualitas batubara yang diinginkan
Qi = Variabel kualitas (I = 1, 2, 3, ..., n)
Ni = Berat batubara dengan kualitas Qi (I = 1, 2, 3, ..., n)
(Anonim, 2014)
Kualitas

batubara

merupakan

faktor

dasar

dalam

pengambilan keputusan oleh pihak konsumen untuk memilih


produk

yang

dihasilkan

oleh

perusahaan

pertambangan.

Dengan kualitas yang memenuhi permintaan konsumen maka


dapat memuaskan konsumen dan juga dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu perlu
adanya

harga

standar

terhadap

kualitas

batubara

yang

diinginkan konsumen dengan yang dimiliki perusahaan.


Untuk dapat mengetahui serta memperoleh data kualitas
batubara yang dihasilkan selama proses produksi perlu
dilakukan

kegiatan

pengukuran

kualitas

batubara.Untuk

memaksimalkan pemanfaatan batubara nilai kalori rendah


dengan

memperhatikan

batas-batas

persyaratan

yang

diinginkan konsumen, maka salah satu diantaranya dilakukan


pencampuran batubara atau lebih dikenal dengan blending.
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Dalam hal ini pencampuran batubara dilakukan terhadap


batubara yang kualitasnya berbeda-beda, sehingga kualitas
hasil

pencampuran

merupakan

perpaduan

dari

beberapa

parameter kualitas batubara yang dicampur, kandungan abu


dankandungan sulfur. Kualitas batubara sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu keadaan alami batubara, perlakuan atau
penanganan yang dialami batubara seperti dalam kegiatan
penambangan, penimbunan dan pencampuran serta keadaan
cuaca. Dengan dilakukannya penanganan yang baik mulai dari
penambangan hingga penimbunan, diharapkan akan diperoleh
kualitas batubara yang dapat memenuhi permintaan konsumen.
Dalam menyusun suatu blending plan, hal-hal yang perlu
diperhatikan danditentukan adalah:
1. Parameter yang bersifat kualitatif
Tidak semua parameter kualitas batubara dapat
disimulasikan dengan perhitungan kumulatif biasa.
2. Strategi pencampuran
Pencampuran batubara yang ideal adalah dengan
mencampurkan
menggunakan

dua
unit

batubara
loading

atau
rate

lebih

dengan

terkecil.

Sistem

pencampuran batubara yang mungkin terjadi dengan tingkat


homogenitas yang mengecil secara berurutan.
(Anonim, 2014)
Penelitian pemanfaatan batubara Indonesia jenis coking
dan

non-coking

sebagai

bahan

baku

dikonsentrasikan

kepada

peningkatan

industri

metalurgi

kualitas

batubara.

Pengembangan proses ini dilakukan dengan cara metode coal


blending yaitu pencampuran batubara coking dan non-coking
dengan perbandingan tertentu. Hal ini dikarenakan jumlah
batubara coking relatif rendah dibandingkan dengan batubara
non-coking. Pencampuran ini diutamakan pada produksi kokas
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

untuk kekuatan yang sesuai terutama coke strength after


reaction (CSR), meskipun kehilangan sejumlah masa. Teknologi
pembuatan kokas dari batubara jenis coking telah dikenal,
namun penggunaannya terhadap batubara Indonesia untuk
menghasilkan

kokas

dengan

kualitas

yang

memenuhi

persyaratan masih belum diperoleh, Karena jenis batubara yang


terdapat di Indonesia kebanyakan hanya batubara non-coking,
sehingga pengolahannya hanya semikokas saja. Secara umum
pertimbangan volatile matter dalam pencampuran batubara
sekitar 26-29% baik untuk pengkokasan. Oleh karena itu,
perbedaan tipe batubara, dicampur secara proportional untuk
memperoleh tingkat volatility sebelum pengkokasan dimulai.
Istilah-istilah dalam proses pembuatan kokas, yaitu :Plastic
Properties (crucible swelling number), fluidity, dilation Plasticity
menunjukan

kemampuan

batubara

meleleh

dan

terikat.

Plasticity merupakan kemampuan untuk mengalami proses


pelunakan, reaksi kimia, pembebasan gas, dan memadat
kembali dalam coke oven. Plasticity sangat dibutuhkan dalam
proses coke blend untuk menentukan kekuatan akhir dari
produk kokas. Fluiditas dari sifat plastis merupakan faktor
utama untuk menentukan berapa banyak batubara yang
digunakan untuk pencampuran. Crucible swelling number
adalah salah satu tes plasticity untuk mengamati caking
properties batubara, yang

paling sederhana dan mudah

dilakukan. Caking adalah kemampuan batubara membentuk


gumpalan yang mengembang selama proses pemanasan. Pada
proses

kaarbonisasi,

batubara

pada

awalnya

mengkerut,

kemudian mengembang ketika volatile matter mulai menguap


dan akhirnya terbentuklah gumpalan kokas. Dilatasi merupakan
perubahan volume yang terjadi pada proses karbonisasi.

Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Proses ini sangat penting untuk diketahui, agar ppenentuan


jumlah batubara konsumsi coke oven dap pat dilakukan dengan
tepat

sehingga

prosesnya

menjadi

aman.

dilatometry adalah alat untuk mengukur

Audibert-Arnu

perubahan volume

yang terjadi pada proses karbonisasi. Proses perubahan


volume kokas. Coke yield adalah perolehan kokas dan
perolehan produk sampingan dari beberapa proses pembuatan
kokas utamanya ditentukan saat kokas diproduksi dan saat
kondisi karbonisasi. Coke yield diperoleh dari perhitungan berat
kokas yang masih stabil setelah proses karbonisasi terhadap
berat batubara awal yang diumpankan. Coke yield berhubungan
dengan volatile matter, jika semakin tinggi volatile matter maka
kecenderungan coke yield semakin menurun (Yustanti, 2012).

6.3. Alat dan Bahan


Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

6.3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah:
a. Crusher, mereduksi ukuran partikel batubara.

Gambar 6.1.
Sketsa Crusher
b. Alat mixing, berfungsi untuk mencampurkan batubara
kalori a dengan batubara kalori b.

Gambar 6.2
Sketsa Alat Mixing

c. neraca analitik, digunakan untuk menimbang berat dari


komposisi-komposisi pengolahan briket.
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 6.3
Sketsa Neraca Analitik
d. Ember, digunakan untuk menampung bahan-bahan
pencampuran batubara.

Gambar 6.4
Sektsa Ember

f. Safety tools, alat ini digunakan untuk melindungi diri


pada saat proses pencampuran.
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 6.5
Sketsa Safety tools

6.3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pencampuran
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

batubara adalah:
a. Batubara dengan kalori 7300 kkal, berfungsi sebagai
bahan bakar pertama dalam pencampuran batubara.
b. Batubara dengan kalori xxxx kkal, berfungsi sebagai
bahan bakar kedua dalam pencampuran batubara.

7.4. Prosedur Percobaan

7.4.1. Mixing Batubara Non-Karbonisasi

Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Adapun prosedur percobaan untuk pencampuran


batubara non-karbonisasi, yaitu:
Batubara Non-Karbonisasi
Kalori 7300 kkal
Dimasukan ke alat mixing
Batubara Non-Karbonisasi
Kalori 7300 kkal + Kalori .......
kkal

Diaduk
Hasil Mixing

Gambar 7.6
Flowchart Mixing Batubara Non-Karbonisasi
Langkah kerja:
1. Menyiapkan material batubara non-karbonisasi dengan kalori
7300 kkal.
2. Masukan

batubara

ke

alat

mixing

sesuai

dengan

perbandingan komposisi yang sudah ditentukan.


3. Batubara non-karbonisasi kalori 7300 kkal dicampurkan
dengan batubara non-karbonisasi kalori .......... kkal.
4. Aduk campuran tersebut dengan menggunakan alat mixing
5. Masukan data hasil mixing.

7.4.2. Mixing Batubara Karbonisasi


Adapun prosedur percobaan untuk pencampuran
batubara non-karbonisasi, yaitu:
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Batubara Karbonisasi Kalori


7300 kkal
Dimasukan ke alat mixing
Batubara Karbonisasi Kalori
7300 kkal + Kalori ....... kkal

Diaduk
Hasil Mixing

Gambar 7.7
Flowchart Mixing Batubara Karbonisasi
Langkah kerja:
1. Menyiapkan material batubara karbonisasi dengan kalori 7300
kkal.
2. Masukan batubara ke alat mixing sesuai dengan perbandingan
komposisi yang sudah ditentukan.
3. Batubara karbonisasi kalori 7300 kkal dicampurkan dengan
batubara karbonisasi kalori .......... kkal.
4. Aduk campuran tersebut dengan menggunakan alat mixing
5. Masukan data hasil mixing.

3.5. Data Hasil Pengamatan


Hasil Pengamatan dari praktikum briket batubara nonkarbonisasi dapat dilihat tabel berikut ini:
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tabel 3.1
Data Hasil Pengamatan Briket Batubara Non-Karbonisasi
%
%
Nama
%
%
No.
Batuba
Serbuk
Sampel
Kanji Kaolin
ra
Kayu

%
Kapur

1. Biasa 1

75

15

10

2. Biasa 2

80

15

Kelompok 8

Keteranga
n
a.
Keku
atan
Fisik:
kompak
b.
Perm
ukaan:
kasar
c.
Warn
a: hitam
d.
Brike
t
yang
berhasil:
8
e.
Brike
t
yang
retak: 0
a.
Kekuatan
Fisik:
kompak
b.
Permukaan
: kasar
c.
Warna:
hitam
d.
Briket
yang
berhasil:
7
e.
Briket
yang
retak: 1

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Biomas
3.
sa
1

70

15

Biomas
4.
sa
2

75

15

2,5

2,5

a.
Keku
atan
Fisik:
cukup
kompak
b.
Perm
ukaan:
kasar
c.
Warn
a: Hitam
kecoklata
n
d.
Brike
t yang
berhasil:
7
e.
Brike
t yang
gagal: 1
a.
Keku
atan
Fisik:
kompak
b.
Perm
ukaan:
kasar
c.
Warn
a: Hitam
d.
Brike
t
yang
berhasil:
8
e.
Biket
yang
retak: 0

3.6. Pengolahan Data


Berikut ini adalah perhitungan yang diperlukan untuk
melengkapi data hasil pengamatan:

Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Berat total campuran (batubara+kaolin+kanji+serbuk

1.

kayu kering) = 200 gram.


Batubara yang digunakan untuk praktikum ini adalah

2.

batubara dengan kalori 7500 kkal.


Berikut ini adalah data hasil perhitungan campuran dari
komposisi briket batubara non-karbonisasi:
1.

Campuran 1 (Briket Batubara Non-Karbonisasi


Biasa 1)
Diketahui: Batubara

= 75%

Kaolin

= 10%

Kanji

= 15%

Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran


b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran
gram

10
x 200
100

15
x 200
100

= 20 gram

c. Berat kanji dalam campuran


gram

75
x 200
100

= 150 gram

b. Berat kaolin dalam campuran


gram

= 30 gram

2. Campuran 2 (Briket Batubara Non-Karbonisasi Biasa 2)


Diketahui: Batubara

= 80%

Kaolin

= 5%

Kanji

= 15%

Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran


b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran

Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran
gram

80
x 200
100

= 160 gram

b. Berat kaolin dalam campuran


gram

5
x
100

200

= 10 gram

c. Berat kanji dalam campuran =

15
x 200 gram
100

30

gram
3. Campuran 3 (Briket Batubara Non-Karboniasasi Biomassa 1)
Diketahui: Batubara

= 70%

Kaolin

= 5%

Kanji

= 15%

Serbuk kayu = 5%
Kapur

= 5%

Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran


b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
d. Berat serbuk kayu dalam campuran
e. Berat kapur dalam campuran
Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran
gram

70
x 200
100

= 140 gram

b. Berat kaolin dalam campuran =

x 200 gram

10

15
x 200 gram
100

30

100

gram
c. Berat kanji dalam campuran
gram
Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

d. Berat serbuk kayu dalam campuran


gram

5
x 200
100

= 10 gram

e. Berat kapur dalam campuran =

5
x 200 gram
100

10

gram
4. Campuran 4 (Briket Batubara Non-Karboniasasi Biomassa 2)
Diketahui: Batubara

= 70%

Kaolin

= 5%

Kanji

= 15%

Serbuk kayu = 5%
Kapur

= 5%

Ditanya: a. Berat batubara dalam campuran


b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
d. Berat serbuk kayu dalam campuran
e. Berat kapur dalam campuran
Jawab:
a. Berat batubara dalam campuran
gram

75
x 200
100

= 150 gram

b. Berat kaolin dalam campuran =

5
x 200 gram
100

10

15
x 200 gram
100

30

gram
c. Berat kanji dalam campuran

gram
d. Berat serbuk kayu dalam campuran

2,5
x 200
100

gram = 5 gram
e. Berat kapur dalam campuran =
gram
Kelompok 8

2,5
x 200 gram
100

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3.7 Pembahasan
Pada

kegiatan

praktikum

kali

ini

yaitu

mengenai

pembuatan briket batubara non-karbonisasi. Dari percobaan 1


dan 2 bahan yang digunakan yaitu batubara, kaolin, kanji.
Sedangkan pada percobaan 3 dan 4 bahan yang digunakan
yaitu serbuk kayu, batubara, kaolin, kanji, dan kapur.
Pada campuran 1, pembutan briket batubara

non-

karbonisasi dengan komposisi batubra 75% (150 gram), kaolin


10% (20 gram), dan kanji 15% (30 gram) diperoleh 8 buah briket
yang tercetak baik artinya dari 8 cetakan yang dibuat tidak ada
satupun hasil briket yang retak maupun pecah pada saat proses
terakhir pencetakan. Hal ini dikarenakan komposisi briket pada
persentase campurannya sudah seimbang dan briket yang
dihasilkan cukup kompak dengan warna hitam dan permukaan
yang kasar. Hal ini mungkin dari besarnya campuran kanji yang

Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

diberikan yaitu 15% (30 gram) yang menyebabkan briket


menjadi kompak.
Pada briket batubara non-karbonisasi campuran 2 yaitu
komposisi batubara sebesar 80% (160 gram), kaolin 5% (10
gram) dan kanji 15% (30 gram). Pada campuran briket batubara
non-karbonisasi yang ke 2 ini memiliki perbedaan dengan
campuran 1 yaitu pada persentase batubara sebesar 80% hal ini
membuat kami berfikir untuk menurunkan persentase campuran
kaolin dari percobaan sebelumnya menjadi 5% saja dan
persentase kanji kami buat tetap yaitu sebesar 15%. Setelah
dilakukan proses pencetakan briket, ternyata briket yang
diperoleh sebanyak 7 buah briket yang tercetak sempurna. Satu
buah briket mengalami retak dan pecah pada saat proses
pengangkatan

tutup

cetakan

briket.

Percobaan

ini

bisa

dikatakan berhasil, meskipun ada salah satu briket yang pecah.


Pecahnya salah satu briket ini kemungkinan besar bukan
dikarenakan persentase komposisi briket yang tidak seimbang,
melainkan kurang berhati-hatinya praktikan dalam proses
pengangkatan tutup pencetak briket sehingga briket yang masih
dalam keadaan basah menjadi retak dan akhirnya pecah. Selain
itu, hal lain yang dapat mengakibatkan briket tersebut pecah
yaitu mungkin tidak meratanya pembagian besar jumlah
campuran briket pada setiap cetakan briket yang berjumlah 8
buah tersebut. Ada salah satu lubang cetakan briket yang terisi
sedikit

oleh

campuran

yang

sudah

disiapkan

sehingga

kepadatan pada setiap hasil cetakan berbeda-beda, ada salah


satu briket yang tidak kompak dan akhirnya retak dan pecah.
Pada percobaan 3, komposisi briket yang digunakan yaitu
batubara sebesar 70% (140 gram), kaolin 5% (10 gram), kanji
15% (130 gram), serbuk kayu 5% (10 gram), kapur 5% (10 gram).

Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Pada percoban yang ketiga ini yang membedakan dari


percobaan sebelumnya yaitu komposisi briket ditambah dengan
serbuk kayu dan kapur. Dari hasil pencetakan diperoleh 8 buah
briket yang tercetak baik tanpa mengalami adanya retakan atau
pecah. Namun pada saat proses penjemuran ada satu buah
briket yang pecah, hal ini diakibatkan kurang hati-hatinya
praktikan pada saat mau melakukan proses penjemuran briket.
Pada percobaan 4, komposisi batubara yang digunakan
yaitu 75% (150 gram), kaolin 5% (10 gram), kanji 15% (30 gram),
serbuk kayu 2,5% ( 5 gram), kapur 2,5% (5 gram), dari 8 buah
briket yang dicetak, diperoleh 8 briket yang tercetak sempurna,
artinya pada percobaan ini komposisi campurannya sudah
seimbang tidak ada briket yang pecah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket
batubara non-karbonisasi ini yaitu praktikan harus mampu
memperkirakan komposisi campuran sebagai bahan pembuatan
briket agar nantinya briket dapat tercetak sempurna. Praktikan
juga harus berhati-hati dan teliti pada saat pembuatan briket
seperti proses pencetakan yaitu penggunaan alat pencetak
briket maupun pada saat akan melakukan proses penjemuran.
Briket

batubara

non-karbonsasi

yang

terbaik

dari

campuran briket yang berbeda-beda yaitu pada campuran 4


atau biomassa II, dimana hasil briket yang didapat memiliki
warna yang hitam, dan briket yang berhasil adalah 8.
Sedangkan briket batubara yang kurang baik yaitu pada
campuran 2 atau biasa II, dimana didapat permukaan briket
yang kasar dan ada satu buah briket yang pecah.

Kelompok 8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3.8 Penutup
3.8.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali
ini adalah:
a. Briket batubara non-karbonisasi yang paling baik
adalah pada percobaan keempat (biomassa II) dengan
campuran batubara 75%, kaolin 5%, kanji 15%, serbuk
kayu 2,5% dan kapur 2,5%.
b. Briket batubara non-karbonisasi yang paling tidak baik
adalah pada percobaan kedua (biasa II) dengan
campuran batubara 80%, kaolin 5%, dan kani 15%.
c. Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan briket batubara yaitu ukuran butir, tekanan
mesin pencetak pada saat pencetakan dan kadar air
yang terkandung dalam batubara.
3.8.2. Saran
Adapun

saran

untuk

praktikum

briket

non-

karbonisasi ini adalah:


a. Sebaiknya praktikan menggunakan alat safety yang
lengkap pada saat melaksanakan praktikum
b. Sebaiknya alat pencetak briket ditambah lagi agar
pratikum lebih cepat selesai.
c. Praktikan melakukan percobaan dengan cekatan untuk
menghemat penggunaan waktu dikarenakan jumlah alat
yang ada terbatas.

Kelompok 8

Anda mungkin juga menyukai