PENDAHULUAN
Morbili atau campak merupakan infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus
yang tergolong dalam famili Paramyxovirus dan genus Morbilirvirus. Morbili saat
ini masih mejadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada negara berkembang.
Morbili adalah penyakit menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium
inkubasi, stadium prodormal (kataral), dan stadium erupsi yang dimanifestisasikan
dengan demam, konjugtivitis dan bercak koplik. Umur terbanyak mederita morbili
adalah < 12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun.
Infeksi morbili dapat terjadi sepanjang tahun, namun terjadi peningkatan angka
insiden morbili pada musim dingin dan permulaan musim semi yang disebabkan
oleh pemanjangan masa hidup virus pada kelembaban yang rendah. Berdasarkan
studi retrospektif yang dilakukan oleh Di negara dengan dua musim seperti
Indonesia, morbili dapat terjadi sepanjang tahun.1
Empat puluh tahun setelah vaksin morbili efektif dikeluarkan, morbili masih
menyebabkan kematian dan penyakit parah pada anak di seluruh dunia. Pada
tahun 2011, setidaknya 50 juta orang terinfeksi morbili di seluruh dunia dan
menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Komplikasi morbili hampir mengenai
semua sistem organ. Pneumonia dan ensefalitis adalah penyebab umum kematian.
Tingkat komplikasi lebih tinggi pada anak usia kurang dari 5 tahun dan lebih dari
20 tahun. Peningkatan komplikasi terjadi karena penurunan kekebalan tubuh,
kekurangan gizi, kekurangan vitamin A, dan tidak ada vaksinasi morbili
sebelumnya.1,2
Morbili telah banyak diteliti, namun masih terdapat perbedaan pendapat dalam
penanganannya. Imunisasi tepat pada waktu yang dianjurkan dan penanganan
sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini. Trias host, agent dan
environment memegang peranan penting dalam proses terjadinya infeksi morbili.
Atas dasar hal tersebut, maka dilakukanlah sebuah program pengalaman belajar
lapangan (PBL) dengan kasus morbili. Pemilihan kasus morbili karena didasarkan
atas pemikiran bahwa kasus ini merupakan kasus yang umumnya banyak dijumpai
di negara tropis seperti Indonesia dan salah satu penyakit yang menular karena
faktor lingkungan. Tujuan dari dilakukannya PBL mengenai morbili ini adalah
untuk dapat memahami dan mengenal faktor risiko faktor risiko yang dialami
oleh pasien sehingga dapat mengalami infeksi morbili. Disamping itu, untuk
memahami bagaimana pemahaman masyarakat mengenai penyakit ini, cara cara
pencegahan dan memahami sejauh mana masyarakat mengetahui kebutuhan dasar
anak, diantaranya adalah kebutuhan akan fisik biomedis, kasih sayang dan
kebutuhan akan stimulasi mental. Selain itu, perlu juga dilakukan belajar langsung
mengunjungi masyarakat untuk dapat mengetahui kendala kendala apa saja yang
dialami dalam proses pengobatan pasien khususnya dan pemenuhan kebutuhan
anak secara umumnya dan memberikan edukasi kepada pasien sehingga
mencegah infeksi morbili yang berulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Morbili atau campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, inflamasi
mukosa dan saluran napas, yang diikuti erupsi makulopapular berwarna merah
dan diakhiri dengan deskuamasi kulit.
2.2
Epidemiologi
2.3
Virus
Etiologi
morbili
merupakan
virus
RNA
yang
termasuk
dalam
famili
Patologi
Lesi pada morbili terutama terdapat pada kulit, membran mukosa nasofaring,
bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat
serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear.
Karakteristik patologi dari morbili ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel
raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe
utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley yang
ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan
timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas.
Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang
meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial.
Pneumonitis intersisial karena virus menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari
Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder oleh
bakteri.5
Pada kasus ensefalomielitis terdapat demielinisasi vaskuler dari area di otak dan
medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan substansia alba dengan
inclusion body intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing
panencephalitis.6
2.5
Patogenesis
Morbili merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Infeksi virus morbili
pertama kali terjadi pada epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi di daerah
nasofaring ini akan diikuti dengan penyebaran virus morbili ke jaringan limfatik
regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer,
terjadi replikasi ekstensif dari virus morbili yang terjadi pada jaringan limfatik
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Replikasi virus morbili juga
terjadi di lokasi pertama infeksi.
Setelah lima hingga tujuh hari setelah infeksi terjadi viremia sekunder yang
ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi morbili secara generalisata. Kulit,
konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan
virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan
kemudian titer virus akan menurun menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3
hari. Selama prosesinfeksi, virus morbili akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel
epitel, monosit, dan makrofag.5
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis
media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus
pneumonia dapat terjadi pada kasus morbili.3
Manifestasi
Virus morbili dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva
1-2
2-3
3-5
5-7
7-11
nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
2.6
Manifestasi klinis
Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata. Gejala penyakit morbili
dikategorikan dalam tiga stadium :7
Stadium inkubasi
Masa inkubasi morbili berlangsung kira-kira 12-14 hari. Walaupun pada masa ini
terjadi
viremia
dan
reaksi
imunologi
yang
ekstensif,
penderita
tidak
2.7
Diagnosis
Penyakit morbili dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai
berikut:8
1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari
atau lebih
2. Demam 38,3 C (101F)
3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau
konjungtivitis
Tetapi gejala klinis pada penyakit morbili sering mengalami modifikasi misalnya
penyakit morbili dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul ruam-ruam
pada kulit. Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda,
penderita dengan immunokompresi, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak
yang sebelumnya telah mendapat imunisasi morbili. Kerana banyak penderita
menunjukkan gejala yang tidak jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium.7,8
1. Pemeriksaan darah rutin
Biasanya ditemukan leukositosis dan peningkatan LED namun jarang
ditemukan
2. Deteksi virus
a. Virus morbili dapat ditemukan pada sel mononuclear darah tepi,
sekresi saluran nafas, usapan konjugtiva dan dalam urin. Tetapi
virus morbili sangat sulit ditemukan, sehingga pemeriksaan untuk
menemukan virus jarang digunakan untuk menegakkan diagnosis
penyakit morbili.
b. Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjugtiva
atau urin dapat digunakan untuk pemeriksaan sitologi secara
jaringan
langsung
pada
penderita
dengan
pengambilan
serum
yang
tepat
untuk
dilakukan
pemeriksaan
laboratorium adalah:
a. Usapan tenggorokan dan saliva diambil dalam 6 minggu sesudah
munculnya gejala untuk pemeriksaan antibodi IgM spesifik morbili dan
mendeteksi RNA virus.
b. Sampel darah diambil dalam 6 minggu sesudah munculnya gejala untuk
mendeteksi antibodi IgM spesifik virus dan RNA virus
c. Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah
munculnya rum pada kulit) dan pada fase konvalesen untuk mendeteksi
antibodi IgG spesifik morbili. Positif jika terjadi kenaikan titer antara fase
akut dan konvalesen 4 kali lipat.
2.8
Diagnosis Banding
didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada
dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset
penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke
arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan
tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat
berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada morbili atipikal dapat muncul efusi
pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun
paresthesia. Diagnosis dari morbili atipikal dapat ditegakkan melalui tes serologis.
Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada saat onset ruam, CF dan titer
HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer akan meningkat
mencapai 1:1280 atau lebih. Pada morbili yang tipikal, di hari ke-10 infeksi titer
jarang melebihi 1:160.5
2.9
Penyulit
Morbili menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih
kecil. Kebanyakan penyulit morbili terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri.
Beberapa penyulit morbili adalah :
a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi morbili. Dapat disebabkan
oleh invasi langsung virus morbili maupun infeksi sekunder oleh bakteri
(Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza).
Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi
nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus morbili akan
menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila
gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang
menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus morbili.
Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
b) Encephalitis
11
e) Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.
f) Diare
12
Diare dapat terjadi akibat invasi virus morbili ke mukosa saluran cerna sehingga
mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan
penderita morbili 4
g) Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan
tindakan trakeotomi.
h) Jantung
Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit morbili. Walaupun jantung
seringkali terpengaruh efek dari infeksi morbili, jarang terlihat gejala kliniknya.
i) Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi morbili yang
ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita
menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi
perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi
intravaskuler diseminata.
2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi
sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin
A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk
anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel
saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas morbili juga berguna untuk
meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.5
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan
oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan
penyulit yang timbul.3
13
2.11Pencegahan
Pencegahan infeksi morbili pada anak dapat dilakukan dengan cara imunisasi
untuk membentuk sistem imun yang adekuat sebelum terjadi infeksi morbili yang
sebenarnya. Imunisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Diberikan vaksin morbili pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis
1000 TCID50 atau sebanyak 0.5 ml secara subkutan.
2. Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)
Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien morbili
mempunyaii resiko tinggi untuk berkembangnya komplikassi penyakit
ini, maka harus diberikan immunoglobulin sesegera mungkin dalam
waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera
mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah
pemberian immunoglobulin.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Kondisi Saat di Rumah Sakit
3.1.1 Identitas
Nama
Tanggal Lahir
Umur
: JBP
: 25 Agustus 2010
: 1 tahun 3 bulan
15
Jenis Kelamin
Nama Ayah
Nama Ibu
Alamat
: Perempuan
: LBL
: IB
: Jalan By Pas Ngurah Rai Gang Wijaya Kusuma no
2, Suwung Kauh
Tanggal MRS
: 15 September 2014
Tanggal Pemeriksaan : 19 September 2014
3.1.2
Riwayat Pengobatan
Pasien telah mendapatkan pengobatan untuk demam nya yaitu obat
penurun panas dan antibiotik yang dibeli oleh ibu pasien di apotik.
Riwayat imunisasi
Pasien belum pernah mendapat imunisasi apapun. Ibu pasien juga tidak
pernah membawa anaknya ke posyandu untuk mendapakan imunisasi.
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien mengandung pasien saat berusia 37 tahun, dengan rutin kontrol
ke bidan sesuai anjuran. Kehamilan memang sudah direncanakan dari
awal. Selama hamil diakui tidak pernah menderita penyakit fisik dan juga
tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan, jamu, maupun susu nutrisi.
Adanya stres emosional yang berat saat mengandung juga disangkal.
Riwayat Persalinan
Kelahiran berlangsung dengan normal dibantu bidan. Saat itu usia
kehamilan 38 bulan dengan berat badan lahir 3.500 gram dan panjang
badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas dikatakan lupa. Pasien
menangis spontan saat lahir dan mampu mencari puting susu ibunya
setelah lahir. Kelainan warna kulit atau kecacatan lainnya tidak ada.
17
Riwayat Nutrisi
ASI
Susu formula
PASI
Riwayat Alergi
Pasien dikatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat,
dan lainnya.
3.1.3
Pemeriksaan Fisik
Status Present :
Keadaan umum
Kesadaran umum
: E4 V5 M6
Nadi
Respirasi
Saturasi O2
Status general:
Kepala
Mata
: Normosefali
: Konjungtiva pucat (-), hiperemi (-), sekret (-) Sclera
ikterik (-), pupil isokor (+), Reflex cahaya : +/+, edema (-)
THT : Telinga: sekret (-), Hidung: secret (+), Tenggorokan: faring
hiperemi (+), Lidah: sianosis (-), bibir: sianosis (-), koplik spot (-),
Leher
kuduk (-)
Thorax
: Simetris (+), Retraksi subkostal (-), retraksi interkostal
(-), retraksi suprasternal (-)
Cor
: S1 S2 normal, regular, Murmur (-)
Pulmo
: Suara nafas: bronkovesikuler +/+, Rales +/+,
Wheezing -/18
usus (+)
normal, hepar : tidak teraba, lien: tidak teraba
Ekstremitas
: Keempat ekstremitas hangat, edema (-), CRT < 2
detik
Kulit
(+)
StatusAntropometri
PB
BB
BB/U
PB/U
BB/PB
BBI
Waterlow
:70cm
:6,1kg
:z-score < -3(beratbadansangatkurang)
:z-score -2 (-3)(pendek)
:z-score -2 (-3)(kurus/gizikurang)
:8,2kg
:74,3%(GiziKurang)
Hasil
Satuan
Nilai
Remarks
11.9
8.01
2.22
1.48
0.004
0.134
4.78
8.08
29.4
61.6
16.9
27.5
16.4
474
5.37
10^3/L
%
%
%
%
%
10^6/L
g/dL
%
fL
g/dL
g/dL
%
10^3/L
fL
Rujukan
6.00-14.00
18.30-47.10
30.0-64.30
0.0-7.10
0.00-5.00
0.0-0.70
4.10-5.30
12.0-16.0
36.0-49.0
78.0-102.0
25.00-35.00
31-36
11.6-18.7
140-440
6.80-10.0
101.1
mg/L
0.00-5.00
Tinggi
11.39
160.7
g/dL
ng/mL
40.00-100.00
13-150
Rendah
Tinggi
normal
rendah
rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
Rendah
19
3.1.5
Diagnosis Klinis
3.1.6
Penatalaksanaan
Ampicilin 200mg/kg/hari
20
BAB IV
KUNJUNGAN RUMAH
4.1 Kondisi Saat Kunjungan Rumah
4.1.1
Nama
Identitas
Nama
Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Nama Ayah
Nama Ibu
Alamat
: JBP
: 25 Agustus 2010
: 1 tahun 3 bulan
: Perempuan
: LBL
: IB
: Jalan By Pas Ngurah Rai Gang Wijaya Kusuma no
Tanggal MRS
Tanggal Keluar RS
Tanggal Kunjungan
2, Suwung Kauh
: 15 September 2014
: 19 September 2014
: 3 Oktober 2014
Anggota Keluarga
Umur
Jenis
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Ayah
SMP
Buruh
Kelamin
LBL
45 tahun
Laki-laki
Bangunan
IB
39 tahun
Perempuan
Ibu
SD
Ibu Rumah
Tangga
VR
6 tahun 6
Perempuan
bulan
KR
3 tahun
Kakak
kandung
Laki-laki
Kakak
Kandung
21
4.1.2
pasien. Pasien tidur dalam 1 tempat tidur bersama ayah, ibu dan kedua
kakaknya. Di depan rumah pasien terdapat dapur yang sehari-hari
digunakan ibu pasien untuk memasak. Untuk kamar mandi, terdapat 2 WC
yang digunakan bersama-sama pasien dan ketujuh tetangganya. Sumber
air untuk mandi dan mencuci berasal dari sumur yang terletak di belakang
kamar pasien. Sehari-hari pasien mengkonsumsi air isi ulang. Kondisi
halaman di depan rumah pasien nampak kumuh.
Pasien memiliki 7 tetangga kost yang kamarnya berdekatan satu sama lain.
Hampir semua anak di wilayah kost tersebut terkena campak dalam waktu
yang berdekatan. Sehari-hari anak pasien sering bermain dengan tetanggatetangganya.
Riwayat Pengobatan
Pasien telah mendapatkan pengobatan untuk demam nya yaitu obat
penurun panas dan antibiotik yang dibeli oleh ibu pasien di apotik.
Riwayat Imunisasi
Pasien belum pernah mendapat imunisasi apapun. Ibu pasien juga tidak
pernah membawa anaknya ke posyandu untuk mendapakan imunisasi.
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien mengandung pasien saat berusia 37 tahun, dengan rutin kontrol
ke bidan sesuai anjuran. Kehamilan memang sudah direncanakan dari
awal. Selama hamil diakui tidak pernah menderita penyakit fisik dan juga
tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan, jamu, maupun susu nutrisi.
Adanya stres emosional yang berat saat mengandung juga disangkal.
Riwayat Persalinan
23
Riwayat Nutrisi
ASI eksklusif diberikan on demand selama kurang lebih setengah jam
setiap kalinya sampai usia 3 bulan. Ibu pasien mengeluh ASI yang
dikeluarkan sedikit sehingga pasien mulai dikenalkan susu formula sejak
usia 3 bulan, namun pasien tidak mau minum susu tersebut. Sehingga
sejak usia 4 bulan pasien diperkenalkan PASI yang berupa air putih dan
bubur sun. Makanan dewasa diberikan sejak umur 10 bulan dengan
frekuensi 2-3 kali setiap harinya. Saat ini pasien sehari-harinya
mengkonsumsi nasi, tahu, tempe dan sayur. Pasien juga dikeluhkan oleh
ibunya sulit makan sejak kecil.
Konsumsi pasien sehari-harinya di rumah biasanya sebagai berikut:
Nasi putih 2 mangkok kecil ( 300 gram) 437,4 kkal
Tahu dan tempe goreng masing-masing 4 potong kecil ( 100 gram)
149 kkal
Sayur kangkung 1 porsi kecil (70 gram) 44,6 kkal
Jumlah kalori yang dikonsumsi dalam sehari adalah 631 kkal.
24
Riwayat Alergi
Pasien dikatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat,
dan lainnya.
Riwayat Ekonomi
Keluarga pasien tergolong kurang mampu. Ayah pasien berusia 45 tahun
dan merupakan lulusan SMP; saat ini bekerja sebagai buruh bangunan di
Gelogor Carik. Pekerjaan ayahnya dijadwalkan setiap hari sampai sore
hari. Ibu pasien berusia 39 tahun dan merupakan lulusan SD; saat ini
sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak-anaknya di rumah.
Pendapatan yang dihasilkan dikatakan hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, namun tidak mampu untuk membiayai sekolah
anak-anaknya.
4.1.3
25
Status Present :
Kesadaran umum : E4 V5 M6
Nadi
Respirasi
: 32 x per menit
Suhu Ketiak
: 37oC
Status general
Kepala
: Normocephali
Mata
: Anemis -/-, ikterus -/-, sekret -/-, reflek cahaya +/+,
oedema -/THT
:
Telinga
Hidung
cyanosis (-)
Tenggorok
Leher
Thoraks
Jantung
Inspeksi
: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus kordis ICS IV MCL sinistra, kuat angkat (-)
Perkusi
: sulit dievaluasi
Auskultasi
: S1S2 normal regular, murmur (-)
Paru-paru
Inspeksi
: simetris, gerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi
: gerakan dada simetris
Perkusi
: sulit dievaluasi
Auskultasi
: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Aksila
: Pembesaran kelenjar (-)
Abdomen
:
Inspeksi
: Distensi (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi
: Timpani
Genitalia
Inguinal
Ekstremitas
: Tidak dievaluasi
: Pembesaran kelenjar (-)
: Akral hangat (-), cyanosis (-), edema (-), CRT < 3 detik
Kulit
Status antropometri
PB
:70cm
BB
:6,1kg
26
LK
LLA
BBI
Waterlow
:41cm
:9cm
: 8,2 kg
: 74,3 %
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)
Kebutuhan pangan/gizi
Kebutuhan gizi pasien belum tercukupi. Makanan yang diberikan belum
meliputi 4 sehat 5 sempurna. Sehari-hari pasien biasanya mengkonsumsi nasi
putih, tahu dan tempe goreng dan sayur. Pasien juga dikeluhkan oleh ibunya
sulit makan sejak kecil. Makanan yang disiapkan tidak selalu dihabiskan oleh
pasien.
Perawatan kesehatan dasar
Riwayat imunisasi belum lengkap. Pasien dikatakan oleh ibunya tidak pernah
mendapat imunisasi apapun sejak lahir.
Keluarga
Saat ini pasien tinggal serumah bersama ayah, ibu, kakak kelima dan kakak
keenamnya. Seluruh keluarga tampak sangat perhatian terhadap pasien.
27
Lingkungan rumah
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, kakak kelima dan kakak keenamnya.
Mereka tinggal bersama dalam satu kamar kost. Kamar pasien berukuran 2,5
x 2,5 meter dengan kondisi yang tidak rapi dan tidak bersih. Hal ini terlihat
dari adanya sampah yang berserakan di sekeliling tempat tidur pasien. Pasien
tidur dalam 1 tempat tidur bersama ayah, ibu dan kedua kakaknya. Di depan
rumah pasien terdapat dapur yang sehari-hari digunakan ibu pasien untuk
memasak. Untuk kamar mandi, terdapat 2 WC yang digunakan bersama-sama
pasien dan ketujuh tetangganya. Sumber air untuk mandi dan mencuci berasal
dari sumur yang terletak di belakang kamar pasien. Sehari-hari pasien
mengkonsumsi air isi ulang. Kondisi halaman di depan rumah pasien nampak
kumuh.
Pasien memiliki 7 tetangga kost yang kamarnya berdekatan satu sama lain.
Hampir semua anak di wilayah kost tersebut terkena campak dalam waktu
yang berdekatan. Sehari-hari anak pasien sering bermain dengan tetanggatetangganya.
Waktu bersama keluarga
Ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan di Gelogor Carik dan bekerja
dari pagi hingga sore hari. Ibu pasien tidak bekerja dan saat ini hanya sebagai
ibu rumah tangga yang mengurus anak-anaknya. Kedua kakak pasien belum
bersekolah dan hanya menghabiskan waktu di rumah. Dari sini terlihat bahwa
seluruh keluarga memiliki waktu yang cukup bersama pasien.
Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Hubungan emosi dengan kedua orang tua
Orang tua biasanya menasehati pasien apabila melakukan kesalahan.
Kekerasan fisik diakui tidak pernah dilakukan. Contoh yang baik selalu
disampaikan oleh orang tua ketika menasehati sampai pasien tampak
mengerti dan mau menurutinya. Orang tua tidak pernah memaksakan
kehendak kepada anaknya.
28
5.2
Analisis Bio-Psiko-Sosial
Biologis
Secara fisik pasien tampak sehat, namun status gizi pasien menurut grafik
pertumbuhan WHO termasuk gizi kurang. Dimana berat badan pasien saat ini
berbanding dengan berat badan idealnya menunjukkan hasil 74% dan hasil ini
menunjukkan kriteria gizi kurang. Pengetahuan orang tua untuk merawat
anaknya dinilai kurang.
Psikologis
Pasien mendapat perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya, terutama
mengenai perkembangannya.
Sosial
Hubungan sosial pasien baik dan tidak ada masalah dengan saudaranya
maupun tetangga yang lain.
5.3 Faktor Risiko
Beberapa hal yang diduga menjadi faktor risiko morbili pada pasien ini
adalah yang pertama banyaknya tetangga pasien yang terkena morbili dan
kedua kakak pasienpun juga pernah terkena morbili. Morbili merupakan
penyakit yang menular melalui droplet. Pasien sering bermain dengan
29
tetangga-tetangganya, dan tinggal dalam satu kamar dan satu tempat tidur
dengan kedua kakaknya. Kondisi pasien yang sering kontak dengan penderita
morbili meningkatkan resiko terjadinya morbili pada pasien.
Selain itu sejak lahir sampai saat ini pasien tidak pernah mendapatkan
imunisasi terutama imunisasi campak. Imunisasi campak memberikan
kekebalan terhadap virus campak. Seseorang yang mendapatkan imunisasi
campak memiliki faktor resiko yang lebih rendah untuk terinfeksi campak
karena sudah terbentuk antibodi terhadap campak. Pada pasien karena tidak
pernah mendapatkan imunisasi campak, hal ini menyebabkan pasien beresiko
tinggi untuk terkena campak.
Pasien juga tidak mendapatkan ASI Eksklusif dan hanya diberi ASI hingga
usia 3 bulan sehingga hal ini menyebabkan rendahnya imunitas pasien
terhadap penyakit. Selain itu pasien juga tidak pernah mendapatkan
pemberian vitamin A. Kedua hal ini beresiko terhadap adanya infeksi dari
berbagai penyakit.
30
c. Lingkungan Rumah
Memberi penjelasan kepada keluarga pasien tentang cara menjaga
kebersihan yang terkait lingkungan tempat tinggal pasien serta kebersihan
diri dan makanan. Menjaga kebersihan lingkungan menjadi salah satu
faktor yang penting karena kondisi tempat tinggal pasien yang kumuh,
padat dan kotor dapat meningkatkan resiko munculnya berbagai penyakit.
Asah
31
BAB VI
SIMPULAN
6.1 Simpulan
Adapun simpulan dari laporan ini antara lain sebagai berikut :
1. Kondisi pasien saat ini sudah membaik meski pasien masih dikeluhkan
adanya batuk. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status gizi pasien
termasuk gizi kurang berdasarkan kriteria Waterlow. Status perkembangan
pasien normal menurut Denver II.
2. Dari hasil evaluasi pada saat kunjungan, aktivitas pasien kembali normal,
pasien dikatakan sudah bisa beraktivitas seperti saat sebelum pasien sakit.
3. Adanya kasus campak pada tetangga pasien dan kedua kakak pasien
mengindikasikan bahwa faktor pencetus campak yang diderita oleh pasien
kemungkinan besar adalah karena lingkungan rumah dan sekitar rumah
pasien.
6.2 Saran
Adapun saran dari laporan ini antara lain sebagai berikut :
1. Asuh
Memenuhi kebutuhan anak baik dari segi pangan, sandang dan papan.
Melengkapi kebutuhan vaksinasi anak, khususnya pada kasus ini vaksinasi
MMR.DanmembuatkartuJKBMuntukmeringankanbiayakesehatanpasien
2. Asih
Meningkatkan kekompakan dalam memberikan kasih sayang kepada anak dan
meningkatkan kepekaan terhadap segala permasalahan anak.
3. Asah
Menemani anak dalam bermain, memberikan mainan dan alat belajar yang
mendukung perkembangan anak sesuai dengan umurnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34
Denah Rumah
35
Dapur
36
37