Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Morbili atau campak merupakan infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus
yang tergolong dalam famili Paramyxovirus dan genus Morbilirvirus. Morbili saat
ini masih mejadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada negara berkembang.
Morbili adalah penyakit menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium
inkubasi, stadium prodormal (kataral), dan stadium erupsi yang dimanifestisasikan
dengan demam, konjugtivitis dan bercak koplik. Umur terbanyak mederita morbili
adalah < 12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun.
Infeksi morbili dapat terjadi sepanjang tahun, namun terjadi peningkatan angka
insiden morbili pada musim dingin dan permulaan musim semi yang disebabkan
oleh pemanjangan masa hidup virus pada kelembaban yang rendah. Berdasarkan
studi retrospektif yang dilakukan oleh Di negara dengan dua musim seperti
Indonesia, morbili dapat terjadi sepanjang tahun.1
Empat puluh tahun setelah vaksin morbili efektif dikeluarkan, morbili masih
menyebabkan kematian dan penyakit parah pada anak di seluruh dunia. Pada
tahun 2011, setidaknya 50 juta orang terinfeksi morbili di seluruh dunia dan
menyebabkan lebih dari 1 juta kematian. Komplikasi morbili hampir mengenai
semua sistem organ. Pneumonia dan ensefalitis adalah penyebab umum kematian.
Tingkat komplikasi lebih tinggi pada anak usia kurang dari 5 tahun dan lebih dari
20 tahun. Peningkatan komplikasi terjadi karena penurunan kekebalan tubuh,
kekurangan gizi, kekurangan vitamin A, dan tidak ada vaksinasi morbili
sebelumnya.1,2
Morbili telah banyak diteliti, namun masih terdapat perbedaan pendapat dalam
penanganannya. Imunisasi tepat pada waktu yang dianjurkan dan penanganan
sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini. Trias host, agent dan
environment memegang peranan penting dalam proses terjadinya infeksi morbili.

Atas dasar hal tersebut, maka dilakukanlah sebuah program pengalaman belajar
lapangan (PBL) dengan kasus morbili. Pemilihan kasus morbili karena didasarkan
atas pemikiran bahwa kasus ini merupakan kasus yang umumnya banyak dijumpai
di negara tropis seperti Indonesia dan salah satu penyakit yang menular karena
faktor lingkungan. Tujuan dari dilakukannya PBL mengenai morbili ini adalah
untuk dapat memahami dan mengenal faktor risiko faktor risiko yang dialami
oleh pasien sehingga dapat mengalami infeksi morbili. Disamping itu, untuk
memahami bagaimana pemahaman masyarakat mengenai penyakit ini, cara cara
pencegahan dan memahami sejauh mana masyarakat mengetahui kebutuhan dasar
anak, diantaranya adalah kebutuhan akan fisik biomedis, kasih sayang dan
kebutuhan akan stimulasi mental. Selain itu, perlu juga dilakukan belajar langsung
mengunjungi masyarakat untuk dapat mengetahui kendala kendala apa saja yang
dialami dalam proses pengobatan pasien khususnya dan pemenuhan kebutuhan
anak secara umumnya dan memberikan edukasi kepada pasien sehingga
mencegah infeksi morbili yang berulang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi

Morbili atau campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, inflamasi
mukosa dan saluran napas, yang diikuti erupsi makulopapular berwarna merah
dan diakhiri dengan deskuamasi kulit.

2.2

Epidemiologi

Morbili merupakan penyakit endemis, terutama dinegara sedang berkembang.


Dari penelitian retrospektif dilaporkan bahwa morbili di Indonesia ditemukan
sepanjang tahun. Studi kasus morbili yang dirawat inap dirumah sakit selama
kurun waktu lima tahun, memperlihatkan peningkatan kasus pada bulan Maret
dan mencapai puncak pada bulan Mei, Agustus, September dan Oktober.3
Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, morbili menduduki
tempat ke-5 dalam urutan 10 penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5
dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).
Telah diketahui bahwa morbili menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara
umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang
sering dijumpai adalah bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%),
ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).

2.3
Virus

Etiologi
morbili

merupakan

virus

RNA

yang

termasuk

dalam

famili

Paramyxoviridae dengan genus Morbilivirus. Sampai saat ini hanya diketahui 1


tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus morbili
berbentuk sferis, pleomorfik, dan memiliki envelope dengan diameter 100-250
mm. Virion morbili memiliki materi genetik berupa RNA dan envelope yang
memiliki pepfomer hemaglutinin (H) yang berbentuk bulat dan fusion (F) yang
berbentuk seperti bel (dumbbell-shape). Virus bisa ditemukan pada sekret
nasofaring, darah dan urin selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah
ruam muncul. Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan
tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5
hari virus kehilangan 60% sifat virulensinya. Virus tetap aktif minimal 34 jam
pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu
dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH
rendah. Reservoir virus morbili adalah manusia dengan suseptibilitas universal. 4
2.4

Patologi

Lesi pada morbili terutama terdapat pada kulit, membran mukosa nasofaring,
bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat
serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear.
Karakteristik patologi dari morbili ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel
raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe
utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley yang
ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan
timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas.
Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang
meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial.
Pneumonitis intersisial karena virus menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari
Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder oleh
bakteri.5

Pada kasus ensefalomielitis terdapat demielinisasi vaskuler dari area di otak dan
medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan substansia alba dengan
inclusion body intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing
panencephalitis.6
2.5

Patogenesis

Morbili merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Infeksi virus morbili
pertama kali terjadi pada epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi di daerah
nasofaring ini akan diikuti dengan penyebaran virus morbili ke jaringan limfatik
regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer,
terjadi replikasi ekstensif dari virus morbili yang terjadi pada jaringan limfatik
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Replikasi virus morbili juga
terjadi di lokasi pertama infeksi.
Setelah lima hingga tujuh hari setelah infeksi terjadi viremia sekunder yang
ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi morbili secara generalisata. Kulit,
konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan
virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan
kemudian titer virus akan menurun menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3
hari. Selama prosesinfeksi, virus morbili akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel
epitel, monosit, dan makrofag.5
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis
media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus
pneumonia dapat terjadi pada kasus morbili.3

Tabel 1. Patogenesis morbili tanpa penyulit.3


Hari
0

Manifestasi
Virus morbili dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva

1-2
2-3
3-5

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus


Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
Viremia primer
Multiplikasi virus morbili pada epitel saluran nafas di tempat infeksi

5-7
7-11

pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh


Viremia sekunder
Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran

nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

2.6

Manifestasi klinis

Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata. Gejala penyakit morbili
dikategorikan dalam tiga stadium :7
Stadium inkubasi
Masa inkubasi morbili berlangsung kira-kira 12-14 hari. Walaupun pada masa ini
terjadi

viremia

dan

reaksi

imunologi

yang

ekstensif,

penderita

tidak

menampakkan gejala sakit.


Stadium prodromal
Manifestasi klinis morbili biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal
yang berlangsung selama 2 hingga 5 hari. Gejala utama yang muncul adalah
demam yang terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4- 40,6 ^C
pada hari ke 4 atau 5 yaitu pada saat ruam muncul. Selain itu biasanya terdapat
batuk, pilek dan konjungtivitis. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi
petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang
6

terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium


prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah
terkena radang
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk morbili muncul pada hari
ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran
pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik.
Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi
dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di
bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum
timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian.
Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis
dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
Stadium erupsi
Pada morbili yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada
saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan
dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang
tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas
rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah,
leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam
akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki,
yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam
pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan
urutan munculnya.6
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna
kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan
maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit
berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi morbili yang
berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak
tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali.6
7

2.7

Diagnosis

Penyakit morbili dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai
berikut:8
1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari
atau lebih
2. Demam 38,3 C (101F)
3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau
konjungtivitis
Tetapi gejala klinis pada penyakit morbili sering mengalami modifikasi misalnya
penyakit morbili dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul ruam-ruam
pada kulit. Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda,
penderita dengan immunokompresi, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak
yang sebelumnya telah mendapat imunisasi morbili. Kerana banyak penderita
menunjukkan gejala yang tidak jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium.7,8
1. Pemeriksaan darah rutin
Biasanya ditemukan leukositosis dan peningkatan LED namun jarang
ditemukan
2. Deteksi virus
a. Virus morbili dapat ditemukan pada sel mononuclear darah tepi,
sekresi saluran nafas, usapan konjugtiva dan dalam urin. Tetapi
virus morbili sangat sulit ditemukan, sehingga pemeriksaan untuk
menemukan virus jarang digunakan untuk menegakkan diagnosis
penyakit morbili.
b. Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjugtiva
atau urin dapat digunakan untuk pemeriksaan sitologi secara

langsung untuk melihat sel raksasa dan mendeteksi antigen dengan


menggunakan antibodi terhadap protein N virus. Protein ini paling
banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi.
c. Pemeriksaan

jaringan

langsung

pada

penderita

dengan

immunocompromised karena respon antibodinya tidak terbentuk.


d. RNA virus dapat dideteksi dengan reverse transcription dan
diamplifikasi memakai PCR, teknik ini belum digunakan secara
luas untuk menegakkan diagnosis.
3. Mendeteksi antibodi
Diagnosis penyakit morbili paling sering ditegakkan dengan pemeriksaan
serologi. Menggunakan sampel saliva atau serum. Antibodi IgM muncul
bersamaan dengan munculnya ruam pada kulit dan sebagian besar dideteksi 3
hari sesudah munculnya ruam. Antibodi IgM meningkat cepat dan kemudian
menurun hingga tidak dapat dideteksi setelah 4-12 minggu. IgG sebaiknya
diperiksa pada sampel yang sama untuk mengetahui apakah sudah pernah
terinfeksi atau sudah pernah mendapat imunisasi.
Saat

pengambilan

serum

yang

tepat

untuk

dilakukan

pemeriksaan

laboratorium adalah:
a. Usapan tenggorokan dan saliva diambil dalam 6 minggu sesudah
munculnya gejala untuk pemeriksaan antibodi IgM spesifik morbili dan
mendeteksi RNA virus.
b. Sampel darah diambil dalam 6 minggu sesudah munculnya gejala untuk
mendeteksi antibodi IgM spesifik virus dan RNA virus
c. Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah
munculnya rum pada kulit) dan pada fase konvalesen untuk mendeteksi
antibodi IgG spesifik morbili. Positif jika terjadi kenaikan titer antara fase
akut dan konvalesen 4 kali lipat.
2.8

Diagnosis Banding

Diagnosis banding morbili diantaranya :


1. Roseola infantum
Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.
2. Rubella
Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari morbili. Gejala
yang timbul tidak seberat morbili.
3. Alergi obat
Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul
dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina
Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda patognomonik
berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau
membranosa.9
Morbili yang termodifikasi
Penyakit morbili yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki
setengah daya tahan terhadap morbili. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat
penggunaan serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena
masih terdapatnya antibodi morbili transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala
penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek.
Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan kurang
jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama
dengan infeksi morbili klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa
orang, infeksi morbili yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala
apapun.5
Morbili atipikal
Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya
telah kebal akibat terpajan pada infeksi morbili alamiah. Biasanya muncul pada
orang yang telah mendapat vaksin dari virus morbili yang dimatikan
Masa inkubasi dari morbili atipikal sama seperti pada morbili yang tipikal yaitu
sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang
mendadak (39,5C sampai 40,6C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga
10

didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada
dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset
penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke
arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan
tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat
berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada morbili atipikal dapat muncul efusi
pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun
paresthesia. Diagnosis dari morbili atipikal dapat ditegakkan melalui tes serologis.
Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada saat onset ruam, CF dan titer
HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer akan meningkat
mencapai 1:1280 atau lebih. Pada morbili yang tipikal, di hari ke-10 infeksi titer
jarang melebihi 1:160.5
2.9

Penyulit

Morbili menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih
kecil. Kebanyakan penyulit morbili terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri.
Beberapa penyulit morbili adalah :
a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi morbili. Dapat disebabkan
oleh invasi langsung virus morbili maupun infeksi sekunder oleh bakteri
(Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza).
Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi
nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus morbili akan
menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila
gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang
menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus morbili.
Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
b) Encephalitis

11

Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi morbili. Gejala


encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset
penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi morbili akan timbul
pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah :
kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching dan
disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya
proses autoimun maupun akibat virus morbili tersebut.
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik
gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang.
Merupakan penyulit morbili onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun
setelah infeksi morbili pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering
dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan
menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum mendapat
vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan
dengan anak yang telah mendapat vaksinasi.3
d) Konjungtivitis
Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus morbili. Dapat terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada
akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.

e) Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.
f) Diare

12

Diare dapat terjadi akibat invasi virus morbili ke mukosa saluran cerna sehingga
mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan
penderita morbili 4
g) Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan
tindakan trakeotomi.
h) Jantung
Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit morbili. Walaupun jantung
seringkali terpengaruh efek dari infeksi morbili, jarang terlihat gejala kliniknya.
i) Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi morbili yang
ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita
menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi
perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi
intravaskuler diseminata.
2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi
sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin
A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk
anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel
saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas morbili juga berguna untuk
meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.5
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan
oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan
penyulit yang timbul.3

13

2.11Pencegahan
Pencegahan infeksi morbili pada anak dapat dilakukan dengan cara imunisasi
untuk membentuk sistem imun yang adekuat sebelum terjadi infeksi morbili yang
sebenarnya. Imunisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Diberikan vaksin morbili pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis
1000 TCID50 atau sebanyak 0.5 ml secara subkutan.
2. Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)

Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat


imunisasi, kontak dengan pasien morbili, dan vaksin MMR
merupakan kontraindikasi.

Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien morbili
mempunyaii resiko tinggi untuk berkembangnya komplikassi penyakit
ini, maka harus diberikan immunoglobulin sesegera mungkin dalam
waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera
mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah
pemberian immunoglobulin.

Pemberian imunisasi morbili pada usia kurang dari 12 bulan memerlukan


imunisasi ulang pada usia 15 bulan karena vaksin dinetralisasi oleh antibodi
maternal sedang pemberian imunisasi morbili pada usia lebih dari 12 bulan atau
15 bulan tidak perlu imunisasi ulang, karena dapat memperlihatkan serokonversi
yang maksimum dan daya proteksi vaksin mencapai 95-100 persen jika diberikan
pada usia lebih dari 12 bulan.10
2.12 Prognosis
Pada penyakit morbili yang tidak disertai dengan komplikasi maka prognosisnya
baik. Sedangkan pada morbili yang disertai komplikasi (misal ensefalitis dan
14

pneumonia) maka prognosisnya buruk karena dapat menimbulkan kecacatan


seumur hidup meskipun jarang ditemukan. Penyakit morbili juga merupakan
penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada anak-anak yang
mengalami malnutrisi sehingga harus diwaspadai.

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Kondisi Saat di Rumah Sakit
3.1.1 Identitas
Nama
Tanggal Lahir
Umur

: JBP
: 25 Agustus 2010
: 1 tahun 3 bulan
15

Jenis Kelamin
Nama Ayah
Nama Ibu
Alamat

: Perempuan
: LBL
: IB
: Jalan By Pas Ngurah Rai Gang Wijaya Kusuma no

2, Suwung Kauh
Tanggal MRS
: 15 September 2014
Tanggal Pemeriksaan : 19 September 2014
3.1.2

Heteroanamnesis (Ibu dan Ayah)


Keluhan Utama
Sesak napas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang sadar bersama orang tua nya dikeluhkan sesak sejak
kemarin (1 hari sebelum MRS). Sesak muncul tiba tiba dan menetap
sampai masuk rumah sakit. Sesak tidak berubah saat perubahan posisi.
Kebiruan saat sesak disangkal, sesak diikuti cekungan pada dada.
Pasien juga dikeluhkan mengalami batuk dan pilek sejak 2 hari sebelum
MRS. Batuk disertai dengan dahak yang berwarna putih dan pilek yang
mengeluarkan sekret encer berwarna bening.
Pasien juga dikeluhkan demam sejak 3 hari sebelum MRS. Demam
dikatakan mendadak tinggi, namun turun setelah diberikan obat penurun
panas. Namun kemudian demam kembali muncul. Pasien sempat dibawa
ke dokter umum dan panas pasien sempat mencapai 39,5 oC. Kejang saat
demam tidak ada, menggigil juga disangkal oleh ibu pasien.
Selain itu pasien juga dikeluhkan muncul ruam pada kulit. Ruam kulit
muncul 1 hari sebelum MRS. Lokasi muncul ruam pertama kali tidak
diketahui dengan jelas oleh ibu pasien. Lokasi ruam terdapat di wajah,
leher, badan, ekstremitas atas dan bawah.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan demam, batuk, pilek dan sesak
sebelumnya. Riwayat penyakit sistemik disangkal oleh ibu pasien. Pasien
beberapa kali berobat ke Sanglah karena keluhan sesak nafasnya. Pasien
hanya di nebulisasi namun tidak pernah rawat inap.
16

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Dikatakan oleh ibu pasien, kakak kelima dan keenam pasien menderita
penyakit morbili. Namun saat ini sudah sembuh. Riwayat penyakit
sistemik dan kronis dalam keluarga disangkal oleh keluarga pasien.

Riwayat Pengobatan
Pasien telah mendapatkan pengobatan untuk demam nya yaitu obat
penurun panas dan antibiotik yang dibeli oleh ibu pasien di apotik.

Riwayat imunisasi
Pasien belum pernah mendapat imunisasi apapun. Ibu pasien juga tidak
pernah membawa anaknya ke posyandu untuk mendapakan imunisasi.

Riwayat Kehamilan
Ibu pasien mengandung pasien saat berusia 37 tahun, dengan rutin kontrol
ke bidan sesuai anjuran. Kehamilan memang sudah direncanakan dari
awal. Selama hamil diakui tidak pernah menderita penyakit fisik dan juga
tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan, jamu, maupun susu nutrisi.
Adanya stres emosional yang berat saat mengandung juga disangkal.

Riwayat Persalinan
Kelahiran berlangsung dengan normal dibantu bidan. Saat itu usia
kehamilan 38 bulan dengan berat badan lahir 3.500 gram dan panjang
badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas dikatakan lupa. Pasien
menangis spontan saat lahir dan mampu mencari puting susu ibunya
setelah lahir. Kelainan warna kulit atau kecacatan lainnya tidak ada.

17

Riwayat Nutrisi
ASI
Susu formula
PASI

: diberikan on demand sampai usia 3 bulan.


: diberikan sejak usia 3 bulan
: diberikan sejak berusia 4 bulan berupa air putih

dan bubur sun.


Makanan dewasa

: diberikan sejak berusia 10 bulan.

Riwayat Alergi
Pasien dikatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat,
dan lainnya.
3.1.3

Pemeriksaan Fisik
Status Present :

Keadaan umum

: pasien tampak sakit sedang

Kesadaran umum

: E4 V5 M6

Nadi

Respirasi

Suhu Ketiak : 38oC

Saturasi O2

: 135 x per menit, teratur


: 55 x per menit

: 95% menggunakan nasal prong

Status general:

Kepala
Mata

: Normosefali
: Konjungtiva pucat (-), hiperemi (-), sekret (-) Sclera

ikterik (-), pupil isokor (+), Reflex cahaya : +/+, edema (-)
THT : Telinga: sekret (-), Hidung: secret (+), Tenggorokan: faring
hiperemi (+), Lidah: sianosis (-), bibir: sianosis (-), koplik spot (-),
Leher

: JVP : tidak dikerjakan, pembesaran kelenjar (-), kaku

kuduk (-)
Thorax
: Simetris (+), Retraksi subkostal (-), retraksi interkostal
(-), retraksi suprasternal (-)

Cor
: S1 S2 normal, regular, Murmur (-)

Pulmo
: Suara nafas: bronkovesikuler +/+, Rales +/+,
Wheezing -/18

Abdomen : Distensi (-), Nyeri tekan (-),turgor kembali cepat, bising

usus (+)
normal, hepar : tidak teraba, lien: tidak teraba
Ekstremitas
: Keempat ekstremitas hangat, edema (-), CRT < 2

detik
Kulit

: Sianosis (-), hiperpigmentasi di bagian kedua paha

(+)
StatusAntropometri
PB
BB
BB/U
PB/U
BB/PB
BBI
Waterlow

:70cm
:6,1kg
:z-score < -3(beratbadansangatkurang)
:z-score -2 (-3)(pendek)
:z-score -2 (-3)(kurus/gizikurang)
:8,2kg
:74,3%(GiziKurang)

3.1.4 Pemeriksaan Penunjang (15 September 2014)


Pemeriksaan Laboratorium ( Darah Lengkap)
Pemeriksaan
WBC
Neutrofil (%)
Limfosit (%)
Monosit (%)
Eosinofil (%)
Basofil (%)
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
CRP
(kuantitatif)
Serum Ion (SI)
Ferritin

Hasil

Satuan

Nilai

Remarks

11.9
8.01
2.22
1.48
0.004
0.134
4.78
8.08
29.4
61.6
16.9
27.5
16.4
474
5.37

10^3/L
%
%
%
%
%
10^6/L
g/dL
%
fL
g/dL
g/dL
%
10^3/L
fL

Rujukan
6.00-14.00
18.30-47.10
30.0-64.30
0.0-7.10
0.00-5.00
0.0-0.70
4.10-5.30
12.0-16.0
36.0-49.0
78.0-102.0
25.00-35.00
31-36
11.6-18.7
140-440
6.80-10.0

101.1

mg/L

0.00-5.00

Tinggi

11.39
160.7

g/dL
ng/mL

40.00-100.00
13-150

Rendah
Tinggi

normal
rendah
rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
Rendah

19

3.1.5

Diagnosis Klinis

Diagnosis MRS (15 September 2014) : Morbili + pneumonia berat +

anemia hipokromik mikrositer ec defisiensi besi dd/ penyakit kronis


Diagnosis pulang (19 September 2014) : Morbili + pneumonia berat +
anemia hipokromik mikrositer ec defisiensi besi dd/ penyakit kronis

3.1.6

Penatalaksanaan

MRS di ruang Nusa Indah


O2 nasal prong 1-2 lpm
Kebutuhan cairan 800ml/hari
Kebutuhan kalori 800 kkal/hari
Kebutuhan protein 25 gram/hari
Diet makanan biasa 3x1 porsi

Ampicilin 200mg/kg/hari

400 g @ 6 jam (iv)

Chloramphenicol 100 mg/kg/hari

200 mg @ 6 jam (iv)

Paracetamol sirup cth bila Tax 38o C + kompres hangat


Vitamin A 200.000 IU
Ambroxol syr 4 mg (cth 1/3) @ 8 jam (oral)

20

BAB IV
KUNJUNGAN RUMAH
4.1 Kondisi Saat Kunjungan Rumah
4.1.1

Nama

Identitas
Nama
Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Nama Ayah
Nama Ibu
Alamat

: JBP
: 25 Agustus 2010
: 1 tahun 3 bulan
: Perempuan
: LBL
: IB
: Jalan By Pas Ngurah Rai Gang Wijaya Kusuma no

Tanggal MRS
Tanggal Keluar RS
Tanggal Kunjungan

2, Suwung Kauh
: 15 September 2014
: 19 September 2014
: 3 Oktober 2014

Anggota Keluarga

Umur

Jenis

Status

Pendidikan

Pekerjaan

Ayah

SMP

Buruh

Kelamin
LBL

45 tahun

Laki-laki

Bangunan
IB

39 tahun

Perempuan

Ibu

SD

Ibu Rumah
Tangga

VR

6 tahun 6

Perempuan

bulan
KR

3 tahun

Kakak

kandung
Laki-laki

Kakak
Kandung

21

4.1.2

Heteroanamnesis (Ibu dan Ayah)


Riwayat Penyakit Saat ini
Pada saat kunjungan, kondisi pasien dikatakan sudah membaik, Keluhan
demam sudah tidak pernah dirasakan oleh pasien setelah keluar dari rumah
sakit. Namun pasien dikeluhkan batuk sejak 1 hari sebelum kunjungan.
Saat ini pasien sudah sangat aktif bermain bersama kakak-kakaknya.
Nafsu makan dikatakan sudah kembali seperti biasa, namun terkadang
pasien gelisah saat tidur karena batuk yang dialaminya. Buang air besar 1
kali sehari dengan konsistensi normal. Buang air kecil juga dikatakan baik,
berwarna kuning dengan frekuensi normal.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien pernah dirawat inap di RSUP Sanglah dengan diagnosis morbili
pada tanggal 15 September 2014 sampai 19 September 2014 (selama 5
hari). Riwayat penyakit lain disangkal.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Dikatakan oleh ibu pasien, kakak kelima dan keenam pasien menderita
penyakit morbili. Namun saat ini sudah sembuh. Riwayat penyakit
sistemik dan kronis dalam keluarga disangkal oleh keluarga pasien.

Riwayat Pribadi / Sosial / Lingkungan


Pasien merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara. Sehari-hari pasien
bermain dengan kedua kakaknya. Ayah pasien juga ikut membantu ibu
pasien dalam merawat pasien jika tidak kelelahan sepulang bekerja.
Sehari-hari pasien dikatakan lincah dan riwayat perkembangan tidak
tergangu.
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, kakak kelima dan kakak keenamnya.
Mereka tinggal bersama dalam satu kamar kost. Kamar pasien berukuran
2,5 x 2,5 meter dengan kondisi yang tidak rapi dan tidak bersih. Hal ini
terlihat dari adanya sampah yang berserakan di sekeliling tempat tidur
22

pasien. Pasien tidur dalam 1 tempat tidur bersama ayah, ibu dan kedua
kakaknya. Di depan rumah pasien terdapat dapur yang sehari-hari
digunakan ibu pasien untuk memasak. Untuk kamar mandi, terdapat 2 WC
yang digunakan bersama-sama pasien dan ketujuh tetangganya. Sumber
air untuk mandi dan mencuci berasal dari sumur yang terletak di belakang
kamar pasien. Sehari-hari pasien mengkonsumsi air isi ulang. Kondisi
halaman di depan rumah pasien nampak kumuh.
Pasien memiliki 7 tetangga kost yang kamarnya berdekatan satu sama lain.
Hampir semua anak di wilayah kost tersebut terkena campak dalam waktu
yang berdekatan. Sehari-hari anak pasien sering bermain dengan tetanggatetangganya.

Riwayat Pengobatan
Pasien telah mendapatkan pengobatan untuk demam nya yaitu obat
penurun panas dan antibiotik yang dibeli oleh ibu pasien di apotik.

Riwayat Imunisasi
Pasien belum pernah mendapat imunisasi apapun. Ibu pasien juga tidak
pernah membawa anaknya ke posyandu untuk mendapakan imunisasi.

Riwayat Kehamilan
Ibu pasien mengandung pasien saat berusia 37 tahun, dengan rutin kontrol
ke bidan sesuai anjuran. Kehamilan memang sudah direncanakan dari
awal. Selama hamil diakui tidak pernah menderita penyakit fisik dan juga
tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan, jamu, maupun susu nutrisi.
Adanya stres emosional yang berat saat mengandung juga disangkal.

Riwayat Persalinan

23

Kelahiran berlangsung dengan normal dibantu bidan. Saat itu usia


kehamilan 38 bulan dengan berat badan lahir 3.500 gram dan panjang
badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas dikatakan lupa. Pasien
menangis spontan saat lahir dan mampu mencari puting susu ibunya
setelah lahir. Kelainan warna kulit atau kecacatan lainnya tidak ada.

Riwayat Nutrisi
ASI eksklusif diberikan on demand selama kurang lebih setengah jam
setiap kalinya sampai usia 3 bulan. Ibu pasien mengeluh ASI yang
dikeluarkan sedikit sehingga pasien mulai dikenalkan susu formula sejak
usia 3 bulan, namun pasien tidak mau minum susu tersebut. Sehingga
sejak usia 4 bulan pasien diperkenalkan PASI yang berupa air putih dan
bubur sun. Makanan dewasa diberikan sejak umur 10 bulan dengan
frekuensi 2-3 kali setiap harinya. Saat ini pasien sehari-harinya
mengkonsumsi nasi, tahu, tempe dan sayur. Pasien juga dikeluhkan oleh
ibunya sulit makan sejak kecil.
Konsumsi pasien sehari-harinya di rumah biasanya sebagai berikut:
Nasi putih 2 mangkok kecil ( 300 gram) 437,4 kkal
Tahu dan tempe goreng masing-masing 4 potong kecil ( 100 gram)
149 kkal
Sayur kangkung 1 porsi kecil (70 gram) 44,6 kkal
Jumlah kalori yang dikonsumsi dalam sehari adalah 631 kkal.

Riwayat Tumbuh Kembang


Perkembangan pasien dikategorikan normal. Tidak ada keterlambatan pada
perkembangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dengan Denver II
:
1. Aspek personal-sosial
Dapat bertepuk tangan
Dapat menyatakan keinginan
Dapat melambaikan tangan
Dapat bermain bola dengan pemeriksa

24

Dapat meniru kegiatan


Dapat minum dari cangkir

2. Aspek motorik halus-adaptif


Dapat memegang dengan ibu jari dan jari lain
Dapat membenturkan 2 kubus yang dipegang
Dapat memasukkan kubus ke cangkir
Dapat mencorat-coret
3. Aspek bahasa
Dapat mengkombinasi 2 suku kata yang sama
Dapat mengoceh
Dapat mengatakan papa mama berpengertian
Dapat berbicara satu kata
Dapat berbicara dua kata
4. Aspek motorik kasar
Dapat bangun duduk sendiri
Dapat berdiri 2 detik
Dapat berdiri sendiri
Dapat berjalan dengan baik

Riwayat Alergi
Pasien dikatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat,
dan lainnya.
Riwayat Ekonomi
Keluarga pasien tergolong kurang mampu. Ayah pasien berusia 45 tahun
dan merupakan lulusan SMP; saat ini bekerja sebagai buruh bangunan di
Gelogor Carik. Pekerjaan ayahnya dijadwalkan setiap hari sampai sore
hari. Ibu pasien berusia 39 tahun dan merupakan lulusan SD; saat ini
sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus anak-anaknya di rumah.
Pendapatan yang dihasilkan dikatakan hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, namun tidak mampu untuk membiayai sekolah
anak-anaknya.
4.1.3

Pemeriksaan Fisik Saat Kunjungan

25

Status Present :

Kesadaran umum : E4 V5 M6

Nadi

: 102 x per menit, teratur

Respirasi

: 32 x per menit

Suhu Ketiak

: 37oC

Status general
Kepala
: Normocephali
Mata
: Anemis -/-, ikterus -/-, sekret -/-, reflek cahaya +/+,
oedema -/THT

:
Telinga
Hidung

: Sekret -/: Sekret -/-, napas cuping hidung (-),

cyanosis (-)
Tenggorok
Leher
Thoraks
Jantung

: Faring hiperemis (-), T1/ T1 hiperemis (-)


: Pembesaran kelenjar (-), JVP (-)
:

Inspeksi
: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus kordis ICS IV MCL sinistra, kuat angkat (-)
Perkusi
: sulit dievaluasi
Auskultasi
: S1S2 normal regular, murmur (-)
Paru-paru
Inspeksi
: simetris, gerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi
: gerakan dada simetris
Perkusi
: sulit dievaluasi
Auskultasi
: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Aksila
: Pembesaran kelenjar (-)
Abdomen
:
Inspeksi
: Distensi (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi
: Timpani
Genitalia
Inguinal
Ekstremitas

: Tidak dievaluasi
: Pembesaran kelenjar (-)
: Akral hangat (-), cyanosis (-), edema (-), CRT < 3 detik

Kulit

: Ruam kemerahan (-) Hiperpigmentasi (+)

Status antropometri
PB
:70cm
BB
:6,1kg
26

LK
LLA
BBI
Waterlow

:41cm
:9cm
: 8,2 kg
: 74,3 %

1. Status gizi kurang ( 74,3%) menurut kriteria Waterlow


2. Lingkar kepala berdasarkan kurvw WHO, terletak di antara 0 sampai -1
SD (normosefali)
3. WHO antropometri :

BB/U : < -3 (sangat kurang)

PB/U : diantara -2 sampai -3 (pendek)

BB/PB : diantara 12 sampai -3 (kurus / gizi kurang)

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)
Kebutuhan pangan/gizi
Kebutuhan gizi pasien belum tercukupi. Makanan yang diberikan belum
meliputi 4 sehat 5 sempurna. Sehari-hari pasien biasanya mengkonsumsi nasi
putih, tahu dan tempe goreng dan sayur. Pasien juga dikeluhkan oleh ibunya
sulit makan sejak kecil. Makanan yang disiapkan tidak selalu dihabiskan oleh
pasien.
Perawatan kesehatan dasar
Riwayat imunisasi belum lengkap. Pasien dikatakan oleh ibunya tidak pernah
mendapat imunisasi apapun sejak lahir.
Keluarga
Saat ini pasien tinggal serumah bersama ayah, ibu, kakak kelima dan kakak
keenamnya. Seluruh keluarga tampak sangat perhatian terhadap pasien.

27

Lingkungan rumah
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, kakak kelima dan kakak keenamnya.
Mereka tinggal bersama dalam satu kamar kost. Kamar pasien berukuran 2,5
x 2,5 meter dengan kondisi yang tidak rapi dan tidak bersih. Hal ini terlihat
dari adanya sampah yang berserakan di sekeliling tempat tidur pasien. Pasien
tidur dalam 1 tempat tidur bersama ayah, ibu dan kedua kakaknya. Di depan
rumah pasien terdapat dapur yang sehari-hari digunakan ibu pasien untuk
memasak. Untuk kamar mandi, terdapat 2 WC yang digunakan bersama-sama
pasien dan ketujuh tetangganya. Sumber air untuk mandi dan mencuci berasal
dari sumur yang terletak di belakang kamar pasien. Sehari-hari pasien
mengkonsumsi air isi ulang. Kondisi halaman di depan rumah pasien nampak
kumuh.
Pasien memiliki 7 tetangga kost yang kamarnya berdekatan satu sama lain.
Hampir semua anak di wilayah kost tersebut terkena campak dalam waktu
yang berdekatan. Sehari-hari anak pasien sering bermain dengan tetanggatetangganya.
Waktu bersama keluarga
Ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan di Gelogor Carik dan bekerja
dari pagi hingga sore hari. Ibu pasien tidak bekerja dan saat ini hanya sebagai
ibu rumah tangga yang mengurus anak-anaknya. Kedua kakak pasien belum
bersekolah dan hanya menghabiskan waktu di rumah. Dari sini terlihat bahwa
seluruh keluarga memiliki waktu yang cukup bersama pasien.
Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Hubungan emosi dengan kedua orang tua
Orang tua biasanya menasehati pasien apabila melakukan kesalahan.
Kekerasan fisik diakui tidak pernah dilakukan. Contoh yang baik selalu
disampaikan oleh orang tua ketika menasehati sampai pasien tampak
mengerti dan mau menurutinya. Orang tua tidak pernah memaksakan
kehendak kepada anaknya.

28

Hubungan kasih sayang dengan kedua orang tua


Hubungan dengan anak selalu dijaga oleh kedua orang tuanya agar tetap
hangat dan erat. Hubungan pasien dengan kedua kakaknya sangat akrab dan
tidak pernah sampai bertengkar hebat. Pasien memiliki banyak waktu dengan
kedua orang tuanya maupun kakak-kakaknya.
Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Ayah dan ibu sangat berperan dalam proses perkembangan pasien. Pasien
dilatih untuk melakukan hal-hal sesuai dengan umurnya, pasien diajarkan
tatakrama dan mengerti tentang lingkungannya.

5.2

Analisis Bio-Psiko-Sosial

Biologis
Secara fisik pasien tampak sehat, namun status gizi pasien menurut grafik
pertumbuhan WHO termasuk gizi kurang. Dimana berat badan pasien saat ini
berbanding dengan berat badan idealnya menunjukkan hasil 74% dan hasil ini
menunjukkan kriteria gizi kurang. Pengetahuan orang tua untuk merawat
anaknya dinilai kurang.
Psikologis
Pasien mendapat perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya, terutama
mengenai perkembangannya.
Sosial
Hubungan sosial pasien baik dan tidak ada masalah dengan saudaranya
maupun tetangga yang lain.
5.3 Faktor Risiko
Beberapa hal yang diduga menjadi faktor risiko morbili pada pasien ini
adalah yang pertama banyaknya tetangga pasien yang terkena morbili dan
kedua kakak pasienpun juga pernah terkena morbili. Morbili merupakan
penyakit yang menular melalui droplet. Pasien sering bermain dengan
29

tetangga-tetangganya, dan tinggal dalam satu kamar dan satu tempat tidur
dengan kedua kakaknya. Kondisi pasien yang sering kontak dengan penderita
morbili meningkatkan resiko terjadinya morbili pada pasien.
Selain itu sejak lahir sampai saat ini pasien tidak pernah mendapatkan
imunisasi terutama imunisasi campak. Imunisasi campak memberikan
kekebalan terhadap virus campak. Seseorang yang mendapatkan imunisasi
campak memiliki faktor resiko yang lebih rendah untuk terinfeksi campak
karena sudah terbentuk antibodi terhadap campak. Pada pasien karena tidak
pernah mendapatkan imunisasi campak, hal ini menyebabkan pasien beresiko
tinggi untuk terkena campak.
Pasien juga tidak mendapatkan ASI Eksklusif dan hanya diberi ASI hingga
usia 3 bulan sehingga hal ini menyebabkan rendahnya imunitas pasien
terhadap penyakit. Selain itu pasien juga tidak pernah mendapatkan
pemberian vitamin A. Kedua hal ini beresiko terhadap adanya infeksi dari
berbagai penyakit.

5.4 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi


Asuh
a. Kebutuhan Pangan/Gizi
Memberikan penjelasan kepada orang tua pasien untuk selalu berusaha
memberikan asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan
umur pasien, dengan memberikan makanan dengan gizi seimbang dan
selalu timbang berat badan anak secara teratur. Dalam hal ini kita sarankan
agar pasien mendapatkan makanan yang sesuai dengan 4 sehat 5
sempurna.
b. Perawatan Kesehatan Dasar

Menyarankan kepada keluarga pasien untuk rutin kontrol ke


poliklinik baik poliklinik tumbuh kembang ataupun poliklinik anak
untuk mencegah terjadinya sesak napas berulang dan memantau
pertumbuhan dan perkembangan pasien.

Karena pasien belum mendapat imunisasi campak, dan usia pasien


> 1 tahun, maka kami menyarankan pasien untuk imunisasi MMR.

30

Menyarankan pembuatan kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara


(JKBM) untuk meringankan biaya pelayanan kesehatan untuk pasien
dan keluarganya.

c. Lingkungan Rumah
Memberi penjelasan kepada keluarga pasien tentang cara menjaga
kebersihan yang terkait lingkungan tempat tinggal pasien serta kebersihan
diri dan makanan. Menjaga kebersihan lingkungan menjadi salah satu
faktor yang penting karena kondisi tempat tinggal pasien yang kumuh,
padat dan kotor dapat meningkatkan resiko munculnya berbagai penyakit.

Asah

Memberikan informasi kepada orang tua untuk aktif menstimulasi anaknya

misal dengan sering mengajak berbicara anaknya.


Asih
Memberikan penjelasan tentang pentingnya hubungan erat antara pasien
dengan orang tua pada tahun-tahun pertama kehidupan.

31

BAB VI
SIMPULAN

6.1 Simpulan
Adapun simpulan dari laporan ini antara lain sebagai berikut :
1. Kondisi pasien saat ini sudah membaik meski pasien masih dikeluhkan
adanya batuk. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status gizi pasien
termasuk gizi kurang berdasarkan kriteria Waterlow. Status perkembangan
pasien normal menurut Denver II.
2. Dari hasil evaluasi pada saat kunjungan, aktivitas pasien kembali normal,
pasien dikatakan sudah bisa beraktivitas seperti saat sebelum pasien sakit.
3. Adanya kasus campak pada tetangga pasien dan kedua kakak pasien
mengindikasikan bahwa faktor pencetus campak yang diderita oleh pasien
kemungkinan besar adalah karena lingkungan rumah dan sekitar rumah
pasien.

6.2 Saran
Adapun saran dari laporan ini antara lain sebagai berikut :
1. Asuh
Memenuhi kebutuhan anak baik dari segi pangan, sandang dan papan.
Melengkapi kebutuhan vaksinasi anak, khususnya pada kasus ini vaksinasi
MMR.DanmembuatkartuJKBMuntukmeringankanbiayakesehatanpasien
2. Asih
Meningkatkan kekompakan dalam memberikan kasih sayang kepada anak dan
meningkatkan kepekaan terhadap segala permasalahan anak.
3. Asah
Menemani anak dalam bermain, memberikan mainan dan alat belajar yang
mendukung perkembangan anak sesuai dengan umurnya.

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Chen R.T. Measles antibody : reevaluation of protective titers. J Infect


Dis.2013. h 1036-1042.
2. Perry R.T., Halsey N.A. The clinical significance of measles. Oxford journals.
2014. h 189-196.
3. Soedarmo, SSP. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Edisi Kedua. 2012. h 109-118.
4. Soegeng Soegijanto. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk.
(ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2002 Hal. 125.
5. Cherry J.D. Feign R.D. Textbook of pediatric infectious disease, 4th edition,
WB Saunders, Philadepia. 2008. h 1889-1891.
6. Phillips C.S. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook
of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. 1983. h.743.
7. Soedarto. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya : Airlangga University Press.
2007
8. Setiawan. I Made. Penyakit Campak. Jakarta : Sagung Seto. 2008.
9. Alan R. Tumbelaka. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam:
Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.2002. h. 113.
10. Padri, Salma. Efikasi Vaksin Campak pada Balita (15-59 bulan). Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departmen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial RI. 2006.

33

Silsilah / Pedigree Keluarga Pasien


Orang Tua dari Ayah Pasien

Orang Tua dari Ibu Pasien

34

Denah Rumah

35

Foto kunjungan rumah


Rumah Pasien

Dapur

Kamar Mandi Pasien

Kamar Tidur Pasien dan Pasien

36

Kamar Mandi Pasien

Pemeriksa dengan keluarga pasien

Foto Pasien dan Pemeriksa saat Kunjungan

37

Anda mungkin juga menyukai