Anda di halaman 1dari 17

Home

Posts RSS
Comments RSS
Edit

Faktor Penyebab Kegagalan Pasar


Oleh: Saeful Fachri
Kegagalan pasar, yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta
menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna.
Bidang-bidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan
mengenai keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi
asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori
permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam
sistem pasar.
Terdapat 6 (enam) faktor penyebab kegagalan pasar yaitu:
a. Kegagalan dari persaingan (failure of competition).
b. Adanya barang publik (public good).
barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif. Ini berarti:
konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang
tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya; dan noneksklusif berarti semua orang
berhak menikmati manfaat dari barang tersebut. Sebagai contoh: jalan raya adalah barang
publik, banyaknya pengguna jalan tidak akan mengurangi manfaat dari jalan tersebut; semua
orang dapat menikmati manfaat dari jalan raya (noneksklusif); dan jalan raya dapat
digunakan pada waktu bersamaan.
Istilah barang publik sering digunakan untuk merujuk pada barang yang non-eksklusif dan
barang non-rival. Ini berarti bahwa tidak mungkin mencegah seseorang untuk tidak
mengkonsumsi barang publik. Udara dapat dimasukkan sebagai barang publik karena secara
umum tidak mungkin mencegah seseorang untuk menghirupnya. Barang-barang yang
demikian itu sering disebut sebagai barang publik murni.
c. Eksternalitas.
Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak mempunyai
pengaruh terhadap pihak yang lain dan tidak ada kompensasi yang dibayar oleh pihak yang
terkena dampak tersebut. Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas
positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di televisi
meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika proses dalam perusahaan
menimbulkan polusi udara atau saluran air. Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan
regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti untuk
memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka
pada taraf yang seharusnya.
d. Pasar tidak lengkap.
e. Kegagalan informasi.
Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak pastian (informasi yang inefisien) .
Informasi asimetris terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang
lebih banyak dan baik dari pihak yang lain. Biasanya para penjual yang lebih tahu tentang
produk tersebut daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini.
Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui dimana mobil tersebut telah
digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi pembeli.
f. Adanya pengangguran, inflasi, dan ketidakseimbangan (unemployment, and other

macroeconomic disturbances).
Kegagalan pasar dapat terjadi karena adanya faktor-faktor di bawah ini, yaitu:
a. Adanya Common goods
Sebelum pemerintah melakukan intervensi dengan menetapkan suatu kebijakan terhadap
berbagai barang, pemerintah harus dapat membedakan jenis barang-barang beserta
permasalahannya. Jenis barang tersebut, yaitu public good, common good, club good, dan
private good. Common good adalah barang yang tersedia bagi masyarakat dalam jumlah
tidak terbatas, namun memiliki nilai bersaing. Permasalahan yang terjadi pada common good
dapat diselesaikan dengan adanya hak kepemilikan sehingga dapat diperjual belikan secara
individual. Common good yang dimiliki oleh negara dan tidak bersifat natural monopoly
harus diprivatisasi. Jika biaya privatisasi tersebut menjadi masalah, maka sebaiknya
privatisasi tersebut dilakukan kepada masyarakat umum daripada secara individual.
b. Adanya Unsur ketidaksempurnaan pasar
Ketidaksempurnaan Pasar
Disebabkan oleh perkembangan ekspor tidak menciptakan perkembangan yang cukup laju
pada sektor-sektor ekonomi lainnya, seperti faktor :
Mobilitas
Produksi yang terbatas
Tingkat pendidikan masyarakat sangat rendah
Kurangnya pengembangan tehnologi
Kurangnya tenaga wirausaha, dll
c. Adanya barang public
d. Adanya Eksternalitas
e. Adanya pasar tidak penuh (incomplete market)
f. Adanya kegagalan informasi
g. Unemployment
h. Adanya ketidakpastian (uncertainly)

Definisi Eksternalitas
Istilah eksternalitas dalam ilmu ekonomi telah lama dikenal. Kemunculannya tidak lepas dari
nama besar ekonom Marshall, Pigou dan Meade. Istilah ini merujuk pada suatu pengertian
bahwa kegiatan produksi suatu barang dapat menghasilkan manfaat atau biaya yang belum
tercakup pada perhitungan proses produksi dari barang tersebut. Demikian juga, kegiatan
konsumsi suatu barang oleh seseorang dapat meningkatkan nilai guna pada pemiliknya atau
pada orang lain. Atau bisa juga menimbulkan dampak negatif pada orang lain yang berarti
menurunkan daya guna orang yang bukan pemilik dari barang yang dikonsumsi tersebut.
Adanya manfaat, biaya, penurunan atau peningkatan nilai guna yang ditimbulkan oleh suatu
kegiatan produksi atau konsumsi yang belum dikalkulasi disebut sebagai output eksternal.
Dikatakan eksternal karena mekanisme pasar tidak/belum bisa memasukkan semua biaya atau
manfaat tersebut, sebaliknya dianggap sebagai biaya atau manfaat sosial. Artinya, harga
barang yang diproduksi atau yang dikonsumsi belum mencerminkan nilai/harga
sesungguhnya dari barang tersebut karena adanya dampak-dampak eksternal yang
tidak/belum dapat dikalkulasi.

Pengertian lain eksternalitas diberikan oleh Baumol (1978). Menurutnya, eksternalitas adalah
efek yang timbul dari suatu kegiatan yang tidak dikompensasi ataupun diapreasiasi.
Sedangkan Kolm (1971) seperti dikutip oleh Simarmata (1994) mendefinisikan eksternalitas
sebagai dampak dari keputusan seseorang pada orang lain tanpa melibatkan penerima
dampak dalam proses pembuatan keputusan tersebut. Dengan kata lain eksternalitas adalah
dampak negatif atau positif yang tidak memiliki harga dimana baik penghasil maupun
penerimanya tidak merasa memilikinya. Dengan demikian, eksternalitas baik positif maupun
negatif tidak dapat diperjualbelikan karena tidak adanya harga dan property rights.

Meade (1973) mendefinisikan eksternalitas secara lebih luas dari definisi-definisi di atas.
Ekonomi eksternal (diseconomy) adalah kegiatan yang menimbulkan manfaat atau kerugian
secara nyata pada seseorang atau beberapa orang, dimana penerima dari manfaat atau
kerugian tersebut tidak dilibatkan dalam proses pengembilan keputusan yang memungkinkan
kegiatan tersebut dapat terjadi.

Fauzi (2004) mengartikan eksternalitas sebagai dampak kegiatan produksi atau konsumsi dari
satu pihak mempengaruhi utilitas pihak lain secara tidak diinginkan. Dampak ini tidak hanya
terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam. Musik yang terlalu keras, asap rokok yang
terhisap dari orang lain, parfum yang tercium baik yang berbau sedap ataupun sebaliknya
merupakan contoh-contoh dari eksternalitas yang ditemukan pada kegiatan sehari-hari.

Dari sejumlah definisi yang disampaikan oleh para pakar ekonomi tersebut, kita bisa menarik
sebuah pengertian bahwa eksternalitas merupakan dampak suatu kegiatan yang dirasakan
baik oleh pihak penghasil dampak tersebut maupun pihak lain yang sama sekali tidak terlibat
dalam proses kegiatan yang menimbulkan dampak tersebut. Contoh berikut diharapkan dapat
memperjelas fenomena eksternalitas. Seseorang memanggil tukang layu untuk memperbaiki
rumahnya. Selama memberikan jasa perbaikan rumah, tukang kayu juga menghasilkan suara
bising yang dihasilkan gergaji dan alat-alat lainnya. Dalam transaksi ini, pengguna jasa
tukang kayu membayar jasa pelayanan sekaligus juga dengan suara bising yang dihasilkan
selama perbaikan rumah berlangsung. Transaksi antara pemilik rumah dengan tukang kayu
dilakukan secara suka rela. Pemilik rumahpun dapat menerima kebisingan dan
ketidaknyamanan yang ia dapatkan selama perbaikan rumah berlangsung. Ia menganggap,
ketidaknyamanan tersebut merupakan biaya yang harus dipikul sebagai konsekuensi dari jasa
pelayanan yang diberikan oleh tukang kayu. Tidak mungkin ia akan mendapatkan jasa dari
tukang kayu tanpa suara bising yang dihasilkannya. Walaupun pada hakekatnya, si pemilik
rumah juga tidak suka dengan suara bising tersebut.

Jika pemilik rumah dapat menerima suara bising tersebut lain halnya dengan tetangga si
pemilik rumah. Ia pasti merasa terganggu oleh suara bising tersebut dan dapat menyampaikan
keberatannya. Jika keberatan tersebut tidak disampikan ia harus menanggung semacam
biaya/kerugian dari kegiatan renovasi rumah yang ia tidak terlibat dalam proses pembuatan
keputusan soal renovasi rumah tersebut. Bagi tetangga si pemilik rumah, hal ini merupakan
eksternalitas. Eksternalitas ini bisa menjadi internal bila ada keikutsertaan dalam
pengambilan keputusan.

Tipologi Eksternalitas
Sebagaimana telah disinggung di atas, eksternalitas dapat dihasilkan dari kegiatan produksi
dan konsumsi. Artinya baik produsen maupun konsumen dapat merupakan penghasil
eksternalitas, yaitu sesuatu yang tidak diapreasisi melalui mekanisme pasar. Fauzi (2004)
menyebut eksternalitas semacam ini eksternalitas teknologi (technological externality). Selain
eksternalitas teknologi, juga dikenal eksternalitas pecuniary (pecuniary externality).
Eksternalitas ini terjadi karena adanya perubahan harga dari beberapa input maupun output
produksi yang berdampak pada kegiatan ekonomi seseorang. Naiknya harga bahan bangunan
menyebabkan orang tidak mampu membuat rumah dimana hal ini dapat menyebabkan tukang
bangunan sulit mendapatkan pekerjaan.

Selain pembagian eksternalitas di atas, eksternalitas juga dapat dikelompokan menjadi


eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Dikatakan eksternalitas positif jika penerima
menganggapnya sebagai sesuatu yang bermanfaat, dan negatif jika dianggap merugikan.
Asap rokok yang dihasilkan oleh perokok bisa merupkan eksternalitas negatif, sedangkan
harum parfum yang pakai seseorang bisa merupakan eksternalitas positif bagi orang lain.

Barang Publik (public goods) dan Eksternalitas


Rasanya ada yang kurang membicarakan eksternalitas tanpa menyinggung barang publik.
Barang publik adalah barang yang dalam pemanfaatannya tidak menimbulkan persaingan
(non-rivalry) dan juga tidak berkurang dengan adanya pemanfaatan tersebut (nonsubtractable). Dengan kata lain, seseorang tidak dapat menghalangi orang lain untuk

memanfaatkan barang tersebut namun juga pemanfaatannya oleh seseorang tidak mengurangi
peluang orang lain untuk memanfaatkannya juga. Sinar matahari, informasi ramalan cuaca
dan kemanan yang diciptkan oleh negara merupakan contoh public goods paling popular
(Buck, 1998, Cornes and Sandler, 1986).

Menyimak pengertian barang publik seperti itu, kita dapat memasukan eksternalitas
merupakan barang publik. Suasana hijau, asri, dan menyejukan yang dihasilkan kebun teh
merupakan barang publik yang dihasilkan secara tidak sengaja dari kegiatan penanaman
pohon teh yang tujuan utamanya menghasilkan daun teh untuk dijadikan bahan minuman.
Mengapa pemandangan hijau ini dikatakan barang publik karena setiap orang dapat
menikmatinya tanpa persaingan dan tidak berkurang karena kegiatan penikmatan oleh
seseorang.

Jika semua orang berhenti menggunakan kendaraan bermotor dengan tujuan nuntuk
menghemat BBM maka udara akan menjadi bersih dan pemanasan global yang mengancam
kehidupan dunia dapat dikendalikan. Udara bersih dan berkurangnya pemanasan global
merupakan eksternalitas positif dari kegiatan penghematan BBM. Ini merupakan barang
publik yang dapat dinikmati oleh semua orang, baik mereka yang sebelumnya mempunyai
kendaraan bermotor atau tidak, bahkan mereka yang sema sekali tidak terkait dengan
kegiatan penghematan BBM dapat turut menikmatinya.

Sebaliknya, orang menggunakan kendaraan bermotor untuk mendapatkan kenyamanan dalam


bepergian, ketepatan waktu, dan prestis. Namun selain mendapatkan tujuan-tujuan tersebut,
menggunakan kendaraan bermotor juga dapat menambah polusi udara, meningkatkan kadar
CO dan CO2 di udara. Polusi udara, dan peningkatan kadar CO dan CO2 dapat dirasakan
oleh pemilik dan pengguna kendaraan dan juga oleh mereka yang tidak pernah menggunakan
kendaraan bermotor sekalipun. Udara kotor ini merupakan barang publik berupa eksternalitas
negatif dari kegiatan penggunaan kendaraan bermotor yang tujuan utamanya adalah
mendapatkan kenyamanan, ketepatan waktu dan prestis.

Eksternalitas dan Kegagalan Pasar


Untuk dapat memahami fenomena kegagalan pasar kita perlu mengetahui dulu apa yang
dimaksud dengan pasar. Pasar memiliki dua pengertian, pertama tempat dimana barangbarang yang diperjualbelikan berada dan di tempat itu pula terjadi pertemuan antara penjual
dan pembeli. Pasar dalam pengertian ini berwujud secara fisik yang disebut juga market place
dalam bahasa Inggris. Kedua, pasar adalah suatu mekanisme pada saat penjual dan pembeli
mengadakan interaksi untuk melakukan pertukaran barang, menyepakati harga dan
jumlahnya. Bisa berbentuk fisik, abstrak, atau hanya berupa dunia maya seperti apa yang
terjadi dalam perdagangan lewat internet (Samuelson dan Nordhaus, 1995). Untuk
membedakannya dengan pengertian yang pertama, kata pasar sering digandengkan dengan
kata mekanisme sehingga didapat frase mekanisme pasar.

Pasar memiliki kekuatan medistribusikan dan mengalokasikan barang atau sumberdaya


ekonomi. Aliran komoditas pertanian dari daerah menuju Jakarta didorong oleh sebuah
kekuatan. Demikian juga aliran barang non pertanian dari Jakarta ke kota-kota lain, atau

semua komoditas dari satu tempat ke tempat lain. Pergerakan barang-barang tersebut dari
satu tempat ke tempat lain tidak ditentukan oleh pemerintah. Juga jumlah barang yang
disediakan tidak dirancang oleh kekuatan tunggal melainkan dilakukan oleh jutaan individu,
rumah tangga atau perusahaan yang tersebar di mana-mana.

Tidak hanya terjadi di dalam negeri, pergerakan barang juga terjadi dari satu negara ke
negara lain. Udang, ikan tuna, kayu, rotan, sepatu, bahan tekstil dan lain-lain yang diproduksi
di Indonesia tersebar ke berbagai negara Eropa Barat, Jepang dan Amerika. Sebaliknya,
berbagai barang dari luar negeri seperti Apel merah, jeruk sankis, buah pir, anggur, sepatu
adidas, mobil BMW, Audi, Babybenz, dan lain-lain bisa ditemukan dengan mudah di
berbagai kota di Indonesia. Barang-barang dari Indonesia terdistribusi ke luar negeri dan
barang-barang dari luar negeri membanjiri Indonesia bukan dilakukan oleh kekuatan
pemerintah.

Pada tahun 1776, Adam Smith menerbitkan buku yang dikenal dengan nama the wealth of
nation. Dalam buku tersebut Profesor Smith menuliskan:Setiap orang berupaya untuk
mendayagunakan modal yang dimilikinya untuk menghasilkan nilai paling tinggi. Dalam
upaya mendayagunakan modalnya tersebut, orang tidak berniat untuk meningkatkan
kesejahteraan bersama, bahkan ia tidak tahu apakah ia sedang menuju ke arah itu. Namun,
ketika ia mementingkan diri sendiri, mengejar kepuasan sendiri, ia akan diarahkan oleh
tangan yang tidak nampak (invisible hand) yang bukan dari bagian yang diinginkannya
menuju arah pencapaian kesejahteraan bersama. Dengan mengejar kepentingan diri sendiri
sering kali pencapaian kepentingan umum jauh lebih efektif dibandingkan dengan
mengusahakannya secara sengaja. Tangan tidak nampak itulah yang mendorong barang
terdistribusi dari satu tempat ke tempat lain. Belakangan, para ekonom yakin, invisible hand
yang dimaksud Adam Smith adalah kekuatan pasar. Mekanisme pasarlah yang menyebabkan
barang mengalir dari satu temapt ke tempat lain. Sebagaimana air mengalir dari satu tempat
ke tempat lain karena adanya kekuatan hidrolik, gravitasi, dan angin yang tidak nampak.

Hal penting penyebab terjadinya aliran barang adalah adanya harga yang merupakan nilai
barang dalam bentuk uang. Harga juga merupakan cerminan suatu kondisi dimana seseorang
atau perusahaan mengadakan tukar menukar dengan suka rela. Pasar mobil bekas telah
menetapkan harga/nilai Escudo bekas tahun 1995 Rp 60 juta. Si A bersedia membayar Rp 60
juta mobil tersebut dan dealer tidak akan menjualnya jika penawaran dari si A kurang dari Rp
60 juta. Melalui perdagangan atau pertukaran dengan harga sebagai informasi atau media
terjadinya komunikasi antara penjual dan pembeli, maka barang teralokasikan dari satu orang
ke orang lain. Dalam satu detik jutaan transaksi terjadi di dunia karena adanya kesepakatan
harga antara penjual dan pembeli dan barangpun mengalir tiada henti.

Jika harga mobil baru murah maka orang cenderung membeli mobil baru dibandingkan
dengan membeli mobil bekas. Maka permintaan mobil bekas menurun drastis. Stok
melimpah. Di mana-mana dealer mobil bekas kelebihan barang dagangan. Demi menarik
pembeli, dealerpun menurunkan harga. Escudo tahun 1995 yang semula harganya dipatok Rp
60 juta sekarang turun hanya Rp 50 juta. Transaksi yang semula lesu kini kembali bergairah.
Jual beli mobil bekas kembali marak dengan harga yang lebih murah. Mobil bekas yang
sempat tertahan di dealer-dealer kembali terdistribusi. Suplai dan demand kembali seimbang

pada titik harga yang lebih rendah. Dengan demikian, harga merupakan cerminan nilai suatu
barang dan informasi penting agar transaksi antara penjual dan pembeli dapat terjadi. Juga
pertanda penting (signal) bagi produsen untuk menentukan berapa jumlah barang yang harus
disediakan. Bila harga tidak ada maka transaksi tidak terjadi sehingga distribusi/alokasi
barang menjadi terhambat. Kondisi inilah yang disebut dengan kegagalan pasar (market
failure).

Perman et al., (2003) mengidentifikasi 8 syarat terjadinya alokasi sumberdaya secara efisien
melalui mekanisme pasar. Kedelapan syarat tersebut adalah: 1) keberadaan pasar untuk
barang dan jasa yang diproduksi dan dikonsumsi; 2) semua pasar bersifat bersaing sempurna;
3) semua orang yang terlibat dalam transaksi memiliki informasi yang senpurna mengenai
barang dan jasa yang ditransaksikan; 4) adanya kejelasan kepemlikan atas barang dan jasa
(private property right terdefinisikan secara jelas); 5) tidak adanya eksternalitas; 6) tidak
adanya barang publik; 7) all utulity and production functions are well behaved dan 8) all
agents are maximizers. Jika syarat ini tidak lengkap pasar tidak akan berjalan sempurna yang
pada gilirannya akan mengalami kegagalan.

Dari kedelapan syarat tersebut yang relevan dengan topik eksternalitas adalah syarat nomor 4,
5 dab 6. Ini merupakan penegasan bahwa adanya eksternalitas, barang publik dan
ketidakjelasan kepemilikan merupakan penyebab terjadinya alokasi barang secara tidak
efisien. Mengapa hal ini terjadi? Karena eksternalitas dan barang publik tidak memiliki harga.
Ketiadaan harga berarti kehilangan informasi penting yang harus direspon oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam transaksi. Tidak adanya respon daripasar mengindikasikan pasar
mengalami kegagalan.

Eksternalitas dan Pengelolaan Lingkungan


Eksternalitas merupakan salah salah satu aspek penting dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan. Keberadaannya menyita perhatian karena lingkungan sering menjadi korban
dari adanya eksternalitas, terutama eksternalitas negatif (negative externality). Kegiatan
produksi maupun konsumsi pasti mengahsilkan eksternalitas. Untuk memahami bagaimana
kegiatan produksi menghasilkan eksternalitas, berikut kami sajikan contoh.

Industri tekstil selain menghasilkan tekstil sebagai output utamanya juga menghasilkan
limbah limbah cair. Limbah tersebut sering dibuang tanpa melalui proses penjernihan
sehingga dapat mencemari lingkungan. Sungai-sungai atau badan air lain tempat dimana
limbah tersebut dibuang menjadi kotor dan bau sehingga orang yang tinggal di sekitar badan
air tersebut tidak dapat lagi menggunakan badan air tersebut untuk keperluan sehari-hari.
Masyarkat dipakasa/terpaksa menerima keadaan ini tanpa kompensasi atas kehilangan
sejumlah jasa lingkungan yang disediakan sungai atau badan air yang sebelumnya mereka
nikmati.

Produsen tekstil merasa tidak perlu memberikan kompensasi kepada masyarakat karena jasa
lingkungan yang disediakan oleh badan air merupakan barang publik, tidak ada harga dan
pemiliknya. Masyarakat yang kehilangan jasa lingkungan juga tidak dapat meminta
kompensasi kepada pihak industri tekstil dengan alasan yang sama. Mereka tidak tahu berapa

kompensasi yang harus diklaim dan mereka juga tidak memiliki dasar untuk melakukan
klaim karena bukan pemilik dari sungai atau badan air tersebut. Eksternalitas tidak bisa
ditransaksikan karena tidak adanya harga dan kejelasn property right. Karena itu, mekanisme
pasar tidak dapat meresponnya. Dengan kata lain, eksternalitas berada di luar mekanisme
pasar. Karena itu dikatakan eksternalitas, sesuatu yang ada di luar mekanisme pasar. Adanya
eksternalitas dan ketidakberdayaan pasar menangainya merupakan sisi kelemahan dari sistem
ekonomi pasar.

Indsutri tekstil tadi hanya merupakan contoh bagaimana kegiatan produksi menghasilkan
eksternalitas yang merugikan lingkungan. Contoh lain dapat ditemukan dengan mudah di
mana-mana dengan intensitas eksternalitas yang beragam. Degdradasi sungai Citarum, di
Jawa Barat, Sungai Siak dan Kampar di Riau, menurunnya kualitas air Danau Toba di
Sumatera Utara, diakibatkan oleh eksternalitas yang dihasilkan oleh kegiatan produksi
berbagai macam barang. Kegiatan pertambangan merpakan contoh lain yang sering
ditemukan. Pertambangan emas, sebagai misal, selain menghasilkan emas juga menghasilkan
limbah merkuri yang berbahaya. Jika limbah ini dibuang ke sungai tentu saja akan merugikan
pengusaha perikanan yang ada dihilirnya. Usaha pertambangan emas tidak memasukan
kerugian yang diderita pengusaha perikanan sebagai biaya yang harus ia tanggung.
Sebaliknya, hal tersebut dianggapnya sebagai biaya sosial.

Penggunaan air tanah oleh pihak industri di Kabupaten Bandung, Jawa Barat merupakan
contoh lain kasus eksternalitas. Kegiatan ini menghasilkan eksternalitas negatif berupa
menurunnya permukaan air tanah, semakin dalamnya sumur-sumur penduduk dan
mengeringnya sumur-sumur tersebut di musim kemarau. Industri pengguna air tanah hanya
memperhitungkan biaya pengambilan air tanah sementara ia lepas terhadap kerugian
masyarakat akibat dari kegiatan pengambilan air tanah oleh industri tersebut.

Tidak hanya kegiatan produksi, kegiatan konsumsi juga menghasilkan eskternalitas.


Sebagaimana telah disinggung di atas, penggunaan BBM oleh kendaraan juga menghasilkan
eskternalitas negatif berupa pencemaran udara yang sangat merugikan lingkungan. Limbah
domestikpun merupakan eksternalitas dari kegiatan konsumsi rumah tangga. Penggunaan
batu bara oleh industri, bakar kayu oleh rumah tangga, pestisida dan pupuk unorganik oleh
petani menghasilkan eksternalitas yang merugikan. Dari berbagai kasus yang ditemukan,
penerima eksternalitas hanya bisa pasrah tak berdaya menerima keadaan yang merugikan
tersebut. Sebaliknya, penghasil eksternalitas juga merasa tidak harus bertanggungjawab atas
apa yang dihasilkannya.

Upaya Mengatasi Eskternalitas


Untuk menyelesaikan kasus eksternalitas, para ekonom menwarakan tiga allternatif
pendekatan (Fauzi, 2004). Ketiga alternatif tersebut adalah 1) melalui proses internalisasi, 2)
pembebanan pajak, dan 3) pemberian hak kepemilikan. Ketiga alternatif tersebut akan
dibahas secara singkat pada bagian akhir dari tulisan ini.

Internalisasi merupakan salah satu instrumen untuk mengatasi eksternalitas. Pada intinya,
internalisasi merupakan upaya memasukan biaya eksternal yang diakibatkan oleh suatu

kegiatan produksi maupun konsumsi menjadi sebuah keputusan yang utuh dan menyatu
dengan kegiatan produksi maupun konsumsi tersebut. Secara sederhana, hal ini bisa dipahami
bahwa penghasil eksternalitas negatif memperhitungkan kerugian sosial akibat dari
eksternalitas negatif sebagai bagian dari biaya produksi. Misalnya, industri mengolah air
limbah atau mengurangi emisi udara melalui pemasangan instalasi pengolah limbah atau
melalui perbaikan teknologi bersih sehingga jumlah limbah yang dihasilkan menjadi
berkurang. Kalau hal ini tidak dapat dilakukan, bisa juga dengan jalan memberikan
kompensasi kepada pihak yang dirugikan. Dengan demikian harga/nilai barang yang
dihasilkan menjadi lebih mahal. Sementara pada kegiatan konsumsi, internalisasi biaya sosial
dapat mengurangi kenikmatan dari kegiatan mengkonsumsi sesuatu yang dapat menimbulkan
eksternalitas negatif tersebut.

Selain melalui proses internalisasi, eksternalitas juga dapat diatasi melalui pendekatan
pajak/retribusi. Intinya, penghasil eksternalitas negatif yang merugikan pihak lain harus
membayar pajak atau retribusi kepada pemerintah untuk setiap unit ekternalitas negatif yang
dihasilkannya. Pemerintah menggunakan uang yang terkumpul dari pajak/retribusi tersebut
untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Misalnya, melalui pembangunan
instalasi pengelohan air limbah (IPAL) terpadu, proyek kali bersih, penghijauan kota, dan
lain-lain.

Kedua pendekatan di atas didasarkan atas asumsi bahwa pasar tidak dapat berjalan.
Eksternalitas berada di luar mekanisme pasar. Sedangkan pendekatan ketiga, yaitu melalui
pemberian property right kepada pihak yag dirugikan. Jika pihak yang dirugikan diberikan
hak, katakanlah, hak untuk mendapatkan lingkungan bersih, dimana hak tersebut dapat
diklaim atau ditegakan, maka ia dapat menjual hak tersebut kepada pihak penghasil
eksternalitas negatif. Pendekatan ini sesuai dengan temuan Ronald Coase yang meyakini
bahwa eksternalitas dapat diselesaikan melalui mekanisme pasar asalkan property right telah
didefinisikan secara tegas (Coase, 1960).

Ketiga pendekatan ini pada akhirnya bermuara pada satu persoalan, yaitu nilai eksternalitas.
Internalisasi biaya eksternalitas membutuhkan pengetahuan berapa biaya eksternal yang
harus diperhitungkan. Dalam penetapan besaran pajak/retribusi pun pemerintah harus
memiliki dasar, berapa nilai yang pantas yang harus dibebankan kepada penghasil
eksternalitas negatif. Demikian juga dalam penjualan hak atas lingkungan bersih kepada
pihak penghasil eksternalitas negatif diperlukan nilai/harga klaim yang pantas. Disinilah letak
pentingnya valuasi lingkungan sebagai alat (tool) untuk dapat memberikan nilai atas jasa-jasa
lingkungan yang selama ini tidak mendapatkan penilaian yang semestinya.
Share :

Teori Ekonomi Mikro 1


Teori Ekonomi Mikro
Oleh : Bayu Pramutoko,SE,MM
PENDAHULUAN
Ilmu Ekonomi
Masalah ekonomi timbul sebagai akibat adanya kenyataan kenyataan di bawah ini
1. Jumlah dan macam ragam kebutuhan manusia sangat banyak, dan
2. Alat pemuas kebutuhan, relatif dibandingkan dengan kebutuhan manusia tersebut di atas,
sangat terbatas.
Dari masa pra sejarah sampai jaman modern seperti sekarang ini belum pernah kita jumpai
suatu masyarakat atau suatu bangsa yang kebutuhan hidupnya telah dapat terpenuhi
seluruhnya. Masyarakat yang dikatakan masih primitif kebutuhan mereka baik jumlah
maupun macamnya relatif tidak banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat
modern. Akan tetapi oleh karena kemampuannya untuk menghasilkan barang barang dan
jasa-jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan mereka sangat kecil juga, rnaka banyak
dan kebutuhan mereka yang pemenuhan nya terbatas dalam angan-angan mereka belaka.
Dengan semakin majunya peradaban manusia, manusia menjadi semakin cerdas dan semakin
banyak alat kapital yang mereka miliki; yang semuanya ini meningkatkan kemampuan
mereka dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang selanjutnya dapat mereka
pergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi meningkatnva kemam puan
mereka menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut hampir senantiasa diikuti,
dibarengi, bahkan tidak jarang pula didahuiui oleh timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru.
Meningkatnya kebutuhan mereka tersebut demikian cepatnya, sehingga bangsa yang pa maju
di dunia dewasa mi, masih pula merasakan keterbatasan mereka dalam memenuhi kebutuhan
mereka yang semakin beraneka ragam teori.
Menghadapi kenyataan tidak dapat terpenuhinya semua kebutuhan mereka, maka dengan
sadar atau tidak manusia bertendensi untuk bersikap rasional, yaitu sepanjang mereka
mempunyai pilihan, mereka akan memilih pilihan yang mendatangkan manfaat sebesarbesarnya dan peng gunaan alat pemuas kebutuhan tertentu, atau memilih pilihan yang
menurut perhitungan mereka memerlukan korban paling kecil di antara pilihan-pilihan lain
untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu.
Ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
mengadakan pemilihan di antara berbagat alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas
kebutuhan yang tersedianya relatif terbatas inilah yang kita sebut ilmu ekonomi atau
economics.
Ekonomi Mikro Dalam Kerangka Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi biasa dibagi dalam tiga kelompok dasar, yaitu kelompok ekonomi deskriptif,
kelompok teori ekonomi dan kelompok ekonomi terapan. Ekonomi deskriptif atau descriptive
economics, mengumpulkan keterangan-keterangan faktual yang relevan mengenai sesuatu
masalah ekonomi. Teori ekonomi yang biasa juga disebut economic theory atau economic
principles, yang selanjutnya dapat dipecah lagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu
kelompok teori ekonomi mikro dan kelompok teori ekonomi makro, tugas utamanya ialah
encpb menerangkan secara umum sistem perekonomian Apabila yang merupakan materi
pembahasan adalah perilaku pelaku-pelaku ekonomi yang berada di dalam sistem
perekonomian, maka teori ekonomi iersebut masuk kategori teori ekonomi mikro. Sedangkan
apabila yang merupakan materi pem bahasan adalah mekanisme bekerjanya perekonomian
sebagai suatu keseluruhan, maka teori ekonomi tersebut kita kategorikan sebagai teori
ekonomi makro. Akhirnya, yang dilakukan oleh ekonomi terapan, atau applied economics
ialah menggunakan hasil-hasil pemikiran yang terkumpul dalam teori ekonomi untuk
menerangkan keterangan-keterangan yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif. Dengan
menggunakan kerangka penggolongan ilmu ekonomi tersebut di atas dapatlah dikatakan
bahwa materi yang disajikan dalam buku ini kalau dilihat isinya dapat dimasuk kan ke dalam
kelompok teori ekonomi mikro, yang lazim pula disebut teori harga atau price theory, dan
yang biasa juga disingkat ekonomi mikro atau microeconomics.
Pelaku-Pelaku Ekonomi
Di atas telah disinggung bahwa ekonomi mikro berusaha menerangkan perilaku pelakupelaku ekonomi. Oleh karena itu ada man faatnya apabila untuk sejenak perhatian kita, kita
arahkan guna mengetahui macam kegiatan yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi
tersebut dan hubungan-hubungan yang lazim terjadi di antara mereka.
Dalam perekonomian manapun, baik primitif maupun modern, baik kapitalis, sosialis
maupun komunis, dapat dibedakan tiga kelompok pengambil keputusan ekonomi yang untuk
selanjutnya kita sebut pelaku pelaku ekonomi atau subyek-subyek ekonomi. Ketiga kelompok
pelaku pelaku ekonomi tersebut ialah
A. Rumah tangga keluarga,
B. Rumah tangga perusahaan, dan
C. Rumah tangga pemerintah.
Dan ke tiga kelompok tersebut masing-masing mempunyai pola aktivitas ekonomi tertentu
yang sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem perekono mian yang berlaku. Pada dasarnya
kegiatan-kegiatan ekonomi yang khas bagi masing-masing golongan pelaku ekondmi tersebut
di atas dapat kita ikhtisarkan sebagai berikut
A. Rumah Tangga Keluarga. > Dalam literatur kelompok pelaku ekonomi mi biasa disebut
sebagai household, dan dapat berupa organisasi keluarga atau dapat pula berupa orang
perorangan. Orang perorangan kita anggap sebagai rumah tangga keluarga beranggota
tunggal. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rumah tangga keluarga pada
pokoknya meliputi

1. menjual atau menyewakan sumber-sumber daya yang mereka mi liki dengan


mendapatkan pendapatan yang dapat berupa upah, gaji, sewa, bunga atau laba sebagai
hasil penjualan atau hasil persewaan sumber-sumber daya mereka,
2. membayar pajak, membeli dan mengkonsumsi barang-barang dan jasa-jasa pribadi
yang dihasilkan oleh rumah-rumah tangga perusahaan, dan
3. memanfaati jasa pemakaian barang-barang dan jasa-jasa publik yang disediakan oleh
pemerintah.
B. Rumah Tangga Perusahaan > Pelaku-pelaku ekonomi yang tergolong dalam kategori mi
mempunyai bentuk yuridis yang bermacam macam. Ada yang berbentuk perseroan terbatas,
persekutuan komanditer, persekutuan dengan firma, perusahaan perseorangan, perusahaan
negara, koperasi dan sebagainya lagi. Rumah-rumah tangga perusahaan, yang dengan singkat
kita sebut juga produsen, perusahaan atau badan usaha melaksanakan kegiatan-kegiatan
ekonomi yang pada dasarnya adalah seperti di bawah ini
1. membeli sumber-sumber daya dan rumah-rumah tangga keluarga dan rumah tangga
pemerintah,
2. membayar pajak,
3. memanfaati barang-barang dan jasa-jasa publik yang disediakan oleh pemerintah,
4. menggunakan sumber-sumber daya seperti dimaksudkan di atas untuk menghasilkan
barang-barang dan jasa-jasa, dan
5. menjual barang-barang dan jasa-jasa yang mereka hasilkan, kepada rumah-rumah
tangga keluarga, rumah tangga pemerintah, dan juga kepada sesama rumah tangga
perusahaan.
C. Rumah-tangga pemerintah > Pelaku ekonomi ini, yang biasa hanya disebut pemerintah,
menjalankan macam kegiatan ekonomi seperti berikut
1. membeli sumber-sumber daya, (untuk sistem perekonomian kita terutama sumber
daya manusia), barang-barang dan jasa-jasa dan rumah-rumah tangga keluarga dan
rumah-rumah tangga perusahaan,
2. dengan sumber-sumber daya, barang-barang dan jasa-jasa yang dibelinya, rumah
tangga pemerintah menghasilkan serta menya jikan jasa barang-barang publik untuk
dapat dimanfaati oleh rumah-rumah tangga keluarga dan rumah-rumah tangga
perusahaan,
3. memungut pajak dan rumah-rumah tangga keluarga dan rumah rumah tangga
perusahaan dengan maksud antara lain untuk membiayai pembelian barang-barang,
jasa-jasa serta sumber-sumber daya yang diperlukan seperti yang dimaksudkan pada
butir ke 1 di atas,
4. bertindak sebagai pengatur perekonomian, pemerintah berkewajiban
(a) mengusahakan pembagian pendapatan nasional yang adil,
(b) mengusahakan tingkat pendapatan nasioal dan tingkat kesempatan kerja yang tinggi,
(c) mengusahakan tingkat harga yang relatif stabil, dan
(d) mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang memadai.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih balk mengenai hubungan hubungan ekonomi di
antara ketiga pelaku ekonomi tersebut, kegiatan kegiatan ekonomi seperti disebutkan di atas
kita ikhtisarkan dalam bentuk lingkaran aliran aktivitas ekonomi yang biasa juga disebut
circular flow diagram.
Materi Ekonomi Mikro
Di atas telah diungkapkan bahwa cabang ilmu ekonomi yang dapat kita sebut ilmu ekonomi
mikro, teori ekonomi mikro, microeconomics, atau singkatnya ekonomi mikro, biasa
didefinisikan sebagai cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari perilaku pelaku-pelaku
ekonomi. Apabila kita berpegang teguh pada definisi ini kita harus berkesimpu1an bahwa
materi-bahas ilmu ekonomi mikro berupa perilaku ekonomi rumah tangga keluarga, perilaku
ekonomi rumah tangga perusahaan dan perilaku ekonomi rumah tangga pemerintah.
Akan tetapi rupa-rupanya para pemikir ekonomi berfikir pragmatis. Dalam mengisi literatur
ekonomi mikro para memikir ekonomi tidak mau terikat kepada definisi ilmu ekonomi mikro
seperti yang mereka lafalkan. Pertama-tama dapat diketengahkan bahwa dengan mendasarkan
kepada pertimbangan bahwa transaksi yang dilakukan oleh pemerintah di samping nilainya
secara keseluruhan sangat besar juga tujuan utamanya sering-sering adalah untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian, maka kebanyakan pemikir ekonomi tidak
memasukkan teori perilaku ekonomi rumah-tangga pemerintah ke dalam disiplin ilmu
ekonomi mikro.
1. 1.) Teori Konsumen. Bagian dari ilmu ekonomi mikro ini pada pokoknya membahas
perilaku ekonomi rumah-rumah tangga keluarga dalam menggunakan penghasilan
mereka yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan
memperoleh tingkat kepuasan yang maksimal. Selanjutnya dapat diketengahkan
bahwa teori konsumen mi memberi dasar teoritik konsepsi kurva permintaan
konsumen, suatu konsepsi yang peranan nya sangit besar dalam kita mencoba
menerangkan perilaku harga pasar.
2. 2.) Teori Badan Usaha. Bagian ini membahas tentang perilaku rumah tangga
perusahaan dalam menentukan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan, dalam
menentukan harga satuan barang atau jasa yang dihasilkan, dan dalam menentukan
kombinasi sum ber-sumber daya yang dipergunakan dalam proses produksi, yang
semuanya ini didasarkan kepada asumsi bahwa yang ingin dikejar oleh rumah tangga
perusahaan adalah keuntungan sebesar-besarnya. Teori mi memberikan dasar teoritik
konsepsi kurva penawaran produsen.
3. 3.) Teori Harga Pasar. Bagian daripada ilmu ekonomi. mikro ini pada dasarnya
membahas perilaku harga pasar barang-barang dan jasa jasa. Teori mi, seperti
disinggung di atas banyak mernanfaati kesimpulan-kesimpulan teoritik teori
konsumen dan teori badan usaha, khususnya konsepsi permintaan dan konsepsi
penawaran yang dihasilkan oleh kedua teori tersebut.
4. 4.) Teori Distribusi Pendapatan. Bagian daripada ilmu ekonomi mikro ini mencoba
menerangkan perilaku harga sumber-sumber daya, yang dapat berubah upah untuk
sumber daya manusia, bunga modal untuk sumber daya modal, dan sewa untuk
sumber daya alam. leon distnibusi pendapatan mi banyak menggunakan kesimpulan
teoritik teori rumah-tangga perusahaan dan teori perilaku rumah-tangga keluarga.
5. 5.) Teori Keseimbangan Umum. Teori-teori yang disebutkan di atas, yaitu teori
konsumen, teori produsen, teoni harga pasar dan eori distribusi pendapatan semuanya
didasarkan kepada asumsi tidak adanya saling pengaruh-mempengaruhj atau

interdependensi antara kegiatan ekonomi pelaku ekonomi yang satu dengan kegiatan
ekonomi pelaku ekonomi lainnya. Dunia yang nyata menunjukkan adanya hubungan
interdependensi tersebut. Teori ekonomi mikro yang dalam usaha menerangkan
pembentukan harga, penentuan kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan dan yang
dikonsumsi, dan sebagainya seperti yang telah diuraikan di atas, mengikut sertakan ke
dalam analisa unsur saling pengaruh-mempengaruhi di antara pelaku pelaku ekonomi
tersebut, biasa disebut ana/isa keseimbangan- umum atau general equilibrium
analysis.
6. 6.) Ekonomi Kemakmuran atau Welfare Economics. Teoni-teoni ekonomi mikro
sepertiyang kita uraikan di atas, dan butir ke 1 sampai dengan butir ke 5, tidak
satupun yang memperhatikan skala preferensi masyarakat. Di lain fihak cabang ilmu
ekonomi mikro yang disebut welfare economics, dalam mencoba menerangkan
perilaku konsumen, produsen, harga dan sebagainya mernperhatikan norma-norma
etik masyarakat.
Metodologi Ilmu Ekonomi
Seperti telah disinggung di atas, ilmu ekonomi mencoba menerangkan perilaku umat manusia
dalam menggunakan alat-alat pemuas kebutuhan yang adanya terbatas untuk memenuhi
kebutuhan mereka yang bisa dikatakan jumlahnya tidak terbatas. Untuk mengetahui
bagaimana tugas tersebut dilaksanakan, dalam bab mi kita sajikan beberapa fasal yang
menyangkut masalah metodologi.
Gambar dibawah ini mengikhtisarkan secara garis besar urutan langkah langkah kegiatan
dalam ilmu ekonomi, khususnya yang menyangkut bidang teori. Pertama-tama kita
perbincangkan sedikit mengenai dunia nyata. Menurut kenyataan dunia yang nyata amat
sangat kompleks. Perbuatan seseorang demikian juga gejala-gejala yang terjadi dalam suatu
perekonomian banyak faktor yang ikut mempengaruhi atau bahkan menentukannya. Faktorfaktor seperti misalnya politik, sosial, psikologi dan sebagainya lagi juga besar pengaruhnya
terhadap perilaku seseorang atau suatu masyarakat. Teori ekonomi pada azasnya hanya
menelaah salah satu dan sekian banyak aspek kehidupan seseorang ata suatu masyarakat,
yaitu aspek ekonominya. ini berarti bahwa kita dapat membedakan aspek-aspek ekonomi dan
aspek-aspek lainnya, sekalipun kita tidak dapat memisahkannya.
Oleh karena yang menarik perhatian kita hanyalah aspek ekonomi, maka aspek-aspek lainnya
kita abaikan. Inilah yang kita sebut sebagai tin dakan abstraksi.
Meskipun semua aspek yang bukan ekonomi, telah kita kesamping kan, namun masalahnya
juga sering masih terlalu kompleks untuk bisa di peroleh gambaran yang jelas dan
kesimpulan yang berarti, oleh karena pada umumnya tidak sedikit jumlah macam variabel
ekonomi yang secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai hubungan dengan
masalah masalah yang kita persoalkan. Oleh karena itu kita terpaksa memilih di antara
variabel-variabel tersebut mana yang kita perkirakan mempunyai peranan yang besar, dan
yang bisa dipakai dalam model analisa ekonomi yang akan kita bentuk. Model analisa
ekonomi atau economic model oleh Robert Y. Awh didefinisikan sebagai konstruksi teoritik
atau kerangka analitik yang terdiri dan satu rangkaian asumsi-asumsi dan mana kesimpulankesimpulan kita turunkan. Di dalam menyusun model analisa ekonomi tersebut kita
menentukan asumsi-asumsi mengenai hubungan-hubungan di antara variabel-variabel yang
kita pilih tersebut.

Langkah selanjutnya ialah, dari asumsi-asumsi yang kita pilih dan kita susun sebagai model
ekonomi tersebut kita turunkan kesimpulan kesimpulan teoritik. Menurunkan kesimpulankesimpulan dan hal yang umum ke hal yang khusus biasa disebut melakukan analisa deduksi.
Yang dilakukan oleh teori ekonomi mikro pada umumnya hanya sampai dengan langkah ini.
Kesimpulan-kesimpulan teoritik ini nantinya dapat pula dipergunakan untuk menyusun
model-model analisa ekonomi lainnya.
Kesimpulan-kesimpulan teoritik yang dihasilkan tersebut apabila diturunkan secara betul
dikatakan berlaku secara abstrak universal, yaitu berlaku di manapun juga dan bilamanapun
juga, asalkan dipenuhi syarat bahwa kenyataan dalam dunia nyata sejalan dengan asumsiasumsi yang terbentuk dalam model analisa ekonomi yang kita pakai. Apabila ternyata
asumsi yang kita pakai tidak sesuai dengan dunia yang nyata, maka hasil kesimpulan yang
kita turunkan tendensinya juga menjadi kenyataan. Sebagai contoh misalya saja, Dengan
menggunakan asumsi bahwa rumah tangga perusahaan selalu berusaha memaksimumkan
keuntungan, kita sampai pada kesimpulan bahwa meningkatnya permintaan akan produk
yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan akan mengakibatkan bertambah besarnya
keuntungan yang diperoleh atau bertambah kecilnya kerugian yang diderita oleh perusahaan
bersangkutan.
Bisa saja terjadi bahwa karena sesuatu hal sebuah rumah tangga perusahaan tidak bersikap
rasional; hingga meningkatnya permintaan akan produk yang dihasilkannya tidak
mengakibatkan meningkatnya keuntungan, hal mana misalnya disebabkan tambahan hasil
penjualan dipergunakan untuk membiayai bertambahnya jumlah karyawan perusahaan.
Apabila banyak kesimpulan-kesimpulan teoritik yang menyimpang dan kenyataan, maka
kalau kita tidak hati-hati, kita dapat mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang hasilnya
justru berlawanan dengan yang kita harapkan. Oleh karena itu kita perlu menguji validitas
daripada teori dengan cara membandingkan kesimpulan-kesimpulan teoritik.
dengan dunia empirik. Pengujian teori tidak semudah yang kita ungkapkan, oleh karena
sekali lagi dunia yang nyata sangat kompleks. Pada umumnya buku teks ekonomi mikro tidak
mempersoalkan hal ini. Akhirnya dapat disebutkan di sini bahwa metode-metode yang
banyak dipakai dalam melaksanakan pengkajian teori ekonomi secara empirik dapat
diperoleh dalm literatur di bidang statistik ekonomi dan di bidang ekonometrika.
Asumsi-Asumsi Yang Dipakai Teori Ekonomi Mikro
Di atas telah disebutkan bahwa teori ekonomi, khususnya teori ekonomi mikro, bekerja
dengan menggunakan asumsi-asumsi. Dan asumsi-asumsi tersebut ada yang berlaku sangat
umum dalam arti dipakai oleh teori ekonomi, baik teori ekonomi mikro maupun teori
ekonomi makro; ada yang hanya dipakai oleh teori ekonomi mikro saja atau oleh teori
ekonomi makro saja; dan akhirnya ada pula yang hanya dipakai untuk bagian-bagian tertentu
ekonomi mikro maupun bagian-bagian tertentu ekonomi makro. Di bawah mi disajikan
sedikit uraian mengenai beberapa asumsi yang mendasari kebanyakan teori-teori ekonomi
mikro.
A. Asumsi Umum. Asumsi-asumsi di bawah ini dipakai baik oleh teori ekonomi mikro
maupun kebanyakan teori ekonomi lainnya

1. Asumsi Rasionalitas. Asumsi ini berlaku untuk semua teori ekonomi. Pelaku ekonomi
yang diasumsikan bersikap rasional biasa disebut juga homo ekonomikus atau
economic man. Penggunaan asumsi mi pada teori konsumen terwujud dalam bentuk
asumsi bahwa rumah tangga keluarga senantiasa berusaha memaksimumkan
kepuasan; yaitu yang dalam literatur terbiasa dengan sebutan utility maximization
assump tion. Sebaliknya dalam teori rumah tangga perusahaan, asumsi yang sama
terjelma dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga perusahaan senantiasa berusaha
inemperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Asumsi ini dalani literatur dikenal sebagai
profit maximization assumption.
2. Asumsi Ceteris Paribus. Sebutan lain untuk asumsi ini ialah asumsi other things being
equal atau lain-lain hal tetap sama atau lain-lain hal tidak berubah. Yang dikehendaki
oleh asumsi mi ialah bahwa yang mengalami perubahan hanyalah variabel yang
secara eksplisit dinyatakan berubah, sedangkan variabel-variabel lain yang tidak
disebutkan berubah, sepanjang dalam model analisa tidak diasumsikan sebagai
variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain harus dianggap tidak berubah.
3. Asumsi Penyederhanaan. Meskipun abstraksi sudah banyak sekali mengurangi
kompleksnya permasalahan, agar supaya permasalahan nya lebih mudah dianalisa dan
difahami, sering-sering kita perlu menyederhanakan persoalan lebih lanjut. Misalnya
saja menurut kenyataan jumlah macam barang dan jasa yang clihadapi rumah tangga
keluarga tidak terhitung banyaknya. Akan tetapi, nanti akan kita saksikan misalnya
pada Bab X, penggunaan analisa indiferen un tuk menerangkan teori permintaan,
jumlah macam barang yang bisa termuat dalam grafik paling banyak hanya dua. mi
memaksa kita menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya menghadapi dua macam
barang atau jasa.
Asumsi Khusus Ekonomi Mikro
Sebetulnya tidak banyak asumsi yang hanya dipergunakan oleh teori ekonomi mikro, dalam
arti tidak dipergunakan sama sekali oleh teori ekonomi makro. Hal ini kiranya mudah
difahami kalau kita ingat hahwa yang membentuk perilaku perekonomian sebagai suatu
keseluruhan tidak lain adalah perilaku para pelaku ekonomi itu sendiri, dengan demikian
tidaklah mengherankan kalau kita jumpai bahwa teori ekonomi makro banyak menggunakan
teori-teori atau kesimpulan-kesimpulan teoritik ekonomi mikro sebagai dasar analisanya.
Oleh karena itulah maka yang kita maksud dengan asumsi khusus teori ekonomi mikro,
hanyalah terbatas kepada asumsi-asumsi yang banyak dipakai oleh ekonomi mikro akan
tetapi tidak selalu dipakai oleh teori-teori ekonomi yang lain. Dengan menggunakan batasan
ini kita dapat menyebut beberapa contoh asumsi khusus teori ekonomi mikro. Antara lain
yang penting ialah asumsi ekuilibrium parsial dan asumsi tidak adanya hambatan atas proses
penyesuaian
1. Asumsi ekuilibrium parsial. Untuk sebagian besar model-model analisa ekonomi
mikro, seperti juga halnya dengan seluruh isi buku ini, didasarkan kepada asumsi
berlakunya ekuilibrium parsial, yang mengasumsikan tidak adanya hubungan timbalbalik antara perbuatan-perbuatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku
ekonomi dengan perekonomian di mana pelaku-pelaku ekonomi tersebut berada.
Misalnya saja, sebagai akibat berubahnya cita rasa, para konsumen tiba-tiba
mengurangi pengeluaran konsumsinya. Kalau tidak dipergunakan asumsi ekuilibrium
parsial, maka dalam kita membuat analisa kita harus memperhitungkan pengaruh
penurunan pengeluaran konsumsi tersebut terhadap pendapatan nasional, yang

seterusnya juga terhadap pendapatan mereka, dan yang selanjutnya akan berpengaruh
juga terhadap pola pengeluaran para konsumen tersebut. Dengan menggunakan
asumsi ekuilibrium parsial unsur pemantulan semacam itu tidak kita perhatikan.
2. Asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian. Kelak kita akan
menyaksikan misalnya, apabila harga suatu barang mengalami perubahan, maka
berapapun kecilnya perubahan tersebut, selalu diasumsikan bahwa konsumen
melaksanakan penyesuaian atau adjustment. Menurut kenyataan banyak hambatanhambatan yang menyulitkan pelaksanaan penyesuaian tersebut. Faktor-faktor, seperti
misalnya faktor psikologi, sosiologi, politik dan sebagainya, dapat merupakan
penghambat terhadap penyesuaian tersebut. Misalnya, meskipun kita tahu bahwa
dengan menurunnya harga barang Z, tingkat kepuasan akan meningkat dengan cara
mengurangi kortsumsi barang Y dan meningkatkan konsumsi barang Z, namun tidak
dapat dijamin bahwa kita akan melaksanakan penyesuaian tersebut. Misalnya saja
dikarenakan toko langganan kita tidak menjual barang Z, mungkin kita enggan untuk
mengadakan penyesuaian tersebut. Dalam teori ekonomi mikro kita mengasumsikan
bahwa hambatan hambatan terhadap penyesuaian tersebut tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai