TUBERKULOSIS
TUBERKULOSIS
pada
penyakit
yang
sudah
lanjut,
yang
infiltrasinya
sudah
Hal ini jarang ditemukan. Nyeri dada dapat timbul bila infiltrasi radang
sudahsampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
pleurasewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya2.
III.1.5. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia ( tidak ada nafsu
makan),badan makin kurus, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringatmalam. Gejala ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
tidakteratur2.
III.2. PEMERIKSAAN FISIK
III.2.1. Keadaan Umum
Konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam
( subfebris ), badan kurus, berat badan menurun2.
III.2.2. Pemeriksaan Paru
Secara
anamnesis
dan
pemeriksaan
fisik,
TB
paru
sulit
dibedakan
Bila dicurigai ada infiltrat yang luas, maka didapatkan perkusi yang redup
danauskultasi suara nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan
sepertironki basah, kasar dan nyaring. Tetapi apabila infiltrat ini ditutupi oleh
penebalanpleura, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas
yang cukupbesar, perkusi dapat memberikan suara hipersonor atau tympani dan
auskultasi suaranafas amforik2.
Pada TB paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofidan
retraksi otot otot interkostal. Bagian paru yang sakit menjadi mengecil danmenarik isi
mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat akan menjadi lebihhiperinflasi. Bila
jaringan fibrotik amat luas, yakni > jumlah jaringan paru, akanterjadi pengecilan
yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa
bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma2.
Pada kavitas, bayangannya berupa cincin yang mula mula berdinding
tipis,lama kelamaan dinding menjadi sklerotik dan tampak menebal. Bila terjadi
fibrosis,akan tampak bayangan yang bergaris garis. Pada kalsifikasi, bayangannya
tampaksebagai bercak bercak padat dengan densitas tinggi. Pada atelektasis tampak
sepertifibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau satu
lobusmaupun pada satu bagian paru2.
TB milier memberikan gambaran berupa bercak bercak halus yang
umumnya tersebarmerata pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiologis lain
yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura ( pleuritis ), massa
cairan di bagian bawah paru ( efusi pleura atau empiema ), bayangan hitam
radiolusen di pinggir paru atau pleura ( pneumothoraks )2.
Biasanya pada TB yang sudah lanjut, dalam satu foto dada seringkali
didapatkan bermacam macam bayangan sekaligus, seperi infiltrat, garis garis
fibrotik, kalsifikasi, kavitas ( nonsklerotik atau sklerotik ) maupun atelektasis dan
emfisema2.
Karena TB sering memberikan gambaran yang berbeda beda, terutama pada
gambaran radiologisnya, sehingga tuberkulosis sering disebut sebagai the greatest
imitator. Gambaran infiltrasi dan tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia,
mikosis paru, karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis. Gambaran kavitas sering
diartikan sebagai abses paru2.
Pemeriksaan khusus yang kadang kadang diperlukan adalah bronkografi,
yakni untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh tuberkulosis.
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan bila pasien akan menjalani pembedahan paru.
Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah CT scan dan MRI. Pemeriksaan MRI
tidak sebaik CT scan, tetapi dapat mengevaluasi proses proses dekat apeks paru,
tulang belakang, perbatasan dada perut. Sayatan bisa dibuat transversal, sagital dan
koronal2.
III.4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
III.4.1. Darah
Pemeriksaan ini hasilnya tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada saat
tuberkulosis baru mulai (aktif), akan didapatkan jumlah lekosit yang sedikit meninggi
dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfositmasih dibawah normal. Laju
endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah lekosit kembali
normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah
normal. Hasil pemeriksaan laindari darah didapatkan : anemia ringan normokrom
normositer, gama globulin meningkat, kadar natrium darah menurun2.
Pemeriksaan serologis yang pernah dipakai adalah reaksi takahashi.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan proses tuberkulosis masih aktif atau tidak.
Kriteria positif yang dipakai di Indonesia adalah titer 1 / 128. Positif palsu dan negatif
palsu dari pemeriksaan ini masih besar2.
Akhir akhir ini terdapat pemeriksaan serologis yang banyak dipakai adalah
Peroksidase Anti-Peroksida (PAP-TB) yang nilai sensitivitas dan spesifisitasnya
cukup tinggi ( 85-95% ), tapi di lain pihak ada pula yang meragukannya. Walaupun
demikian, PAP-TB masih dapat dipakai, tetapi kurang bermanfaat bila dimanfaatkan
sebagai sarana tunggal diagnosis TB. Prinsip dasar uji PAP-TB adalah menentukan
ada antibodi IgG yang spesifik terhadap antigen tuberkulosis. Hasil uji PAP-TB
dinyatakan patologis bila pada titer 1:10.000 didapatkan uji PAP-TB positif. Hasil
positif palsu didapatkan pada pasien reumatik, kehamilan, dan masa 3 bulan
revaksinasi BCG2.
Uji serologis lain terhadap TB yang hampir sama nilai dan caranya dengan
ujiPAP-TB adalah uji Mycodot. Disini dipakai antigen Lipoarabinomannan (LAM)
yangdirekatkan pada alat berbentuk sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam
serumpasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir
akanberubah2.
III.4.2. Sputum
Pemeriksaan sputum penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Selain itu, pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Tidak mudah
untuk mendapatkan sputum terutama pada pasien yang tidak batuk atau batuk yang
nonproduktif. Dalam hal ini dianjurkan 1 hari sebelum pemeriksaan, pasien
dianjurkan minum air sebanyak 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dan
juga dengan memberikan tambahan obat obat mukolitik, ekspektoran atau dengan
inhalasi larutan garam hipertonik selama 20 30 menit2.
Bila masih sulit, sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi, diambil
denganbrushing atau bronchial washing atau Broncho Alveolar Lavage (BAL). Basil
tahan asam dari sputum juga dapat diperoleh dengan cara bilasan lambung. Hal ini
sering dikerjakan pada anak anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya2.
Kuman baru dapat ditemukan apabila bronkus yang terlibat proses penyakit ini
terbuka keluar sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah keluar.
Diperkirakan di Indonesia terdapat 50 % pasien BTA + tetapi kuman tersebut tidak
ditemukan dalam sputum. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang
kurangnya ditemukan ditemukan 3 kuman dalam 1 sediaan, atau dengan kata lain
diperlukan 5000 kuman dalam 1 ml sputum2.
Cara pemeriksaan sediaan sputum :
-Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa.
-Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan
khusus )
DNA
kuman
TBdalam
waktu
yang
lebih
cepat
atau
untuk
Indonesia
sulit
menerapkan
diagnosis
diatas
karena
fasilitas
diagnosis
tuberkulosis
paru,
karena
kekerapanM.
atipic di
karenaitu,
sebaiknya dicantumkan
status
Kasus kronik, yakni pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah
mendapatkan pengobatan ulang ( retreatment ) lengkap yang disupervisi dengan baik
yang
hanya
bersifat
bakteriostatik
dan
masih
berperan
untuk
streptomisin
menempati
urutan
yang
lebih
bawah.
Dalam
aktivitas
dari
106 basil
yang
ada.
Kemungkinan
terjadinya
resistensi
Obat
anti
TB
mempunyai
kemampuan
yang
berbeda
dalam
mencegah
terjadinyaresistensi terhadap obat lainnnya. Obat rifampisin dan INH merupakan obat
yangpaling
efektif,
etambutol
dan
streptomisin
dengan
kemampuan
penyembuhan
setelahperbaikan
gejala
penyakit
klinisnya,
membutuhkan
perpanjangan
pengobatan
lama
yang
pengobatan
baik
diperlukan
untukmengeliminasi basil yang persisten. Basil persisten ini merupakan suatu populasi
kecil yang metabolismenya inaktif. Pengobatan yang tidak memadai akan
mengakibatkan bertambahnya kemungkinan kekambuhan, beberapa bulan-tahun
mendatang setelah seolah tampak sembuh9.
Regimen pada pengobatan sekitar tahun 1950-1960 memerlukan waktu 18-24bulan
untuk jaminan menjadai sembuh. Dengan cara pengobatan pada masa kini(metode
DOTS) yang menggunakan paduan beberapa obat, pada umumnya pasienTB berhasil
disembuhkan secara baik dalam waktu 6 bulan. Kegagalanmenyelesaikan program
masa pengobatan suatu kategori merupakan penyebabdari kekambuhan9.
V.4. SIFAT OBAT TB
Berdasarkan kedua prinsip di atas, program pengobatan TB dibagi menjadi 2
fase, yaitu: fase bakterisidal awal (inisial) dan fase sterilisasi (lanjutan)2.
Terdapat 2 macam sifat atau aktivitas obat terhadap tuberkulosis yakni:
Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh. Aktivitasnya
diukur dari kecepatan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga
pada pembiakan didapatkan hasil yang negatif ( 2 bulan dari permulaan pengobatan )
Rifampisin dan INH disebut bakterisid yang lengkap karena kedua obat ini dapat
masukke seluruh populasi kuman.
Pyrazinamid hanya bekerja di lingkungan yang asam sedangkan streptomisin
bekerja di lingkungan yang basa. Oleh karena itumasing-masing mendapat nilai
setengah.
Etambutol dan tiasetazon tidak mendapat nilai2.
Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat.
Aktivitasnya diukur dari kekambuhannya setelah pengobatan dihentikan2.
V.5. POPULASI BASIL TB DAN OBAT YANG DIGUNAKAN
Berikut adalah daftar efek obat yang digunakan untuk terapi jangka
pendekberdasarkan data dari laboratorium dan penelitian klinik untuk populasi basil
yangterbesar:
a)Basil yang metabolismenya aktif yang cepat terbunuh oleh obat berkemampuan
bakterisidal terutama H.
b)Basil yang dorman dan yang muncul berlipat ganda secara periodik. Basil ini
terutama sensitif terhadap obat R
c)Populasi lain, yang terdiri dari basil yang terdapat di lingkungan asam (basilintrasel
dan basil yang terdapat dalam lokasi perkejuan), yang terutama peka terhadapefek obat
Z.
d)Suatu populasi basil yang metabolismenya inaktif yang tidak dapat dipengaruhi
oleh obat apapun dan dapat di eliminasi oleh respons imun pejamu2
V.6. REGIMEN PENGOBATAN TB
Obat-obatan TB dapat diklasifikasi menjadi 2 jenis regimen, yaitu obat
lapispertama
dan
lapis
kedua.
Kedua
lapisan
obat
ini
di
arahkan
ke
luas
2. - Relaps
- Kegagalan Pengobatan
- Kasus Default
RHZE/1RHZE/ sesuai hasil uji resistensi atau
2 RHZES/ 1RHZE/ 5RHE
3-6
kanamisin,
ofloksasin,
etionamid,sikloserin/
15-18
ofloksasin,
Kasus Kronis
MDR TB
RHZES/ sesuai hasil uji resistensi ( min. OATyang sensitif) + obat lini 2 (
pengobatanminimal 18 bulan )
Sesuai uji resistensi atau mempertimbangkanmenggunakan obat- obatan barisan kedua
atauWHO : seumur hidup diberikan H saja
(dikutip dari 1)
1.Rifampisin
Rifampisin merupakan obat semisintetik derivat dariStretomy ces
mediteranei. Rifampisin memegang peranan utama dalam pengobatan
tuberkulosis. Selain itu, rifampisin juga memiliki spektrum yang luas,sehingga dapat
mengatasi baik bakteri gram positif, maupun bakteri gramnegatif, sepertiLegione
lla spp., M. kasasii, dan M. marinum. Rifampisinmemiliki aktiviti bakterisidal di
intraseluler
dan
juga
ektraseluler.
Rifampisinmenghambat
sintesaRNA dengan
oral,
obat-obat
Zidovudine
(ARV)
dan
jugakuinidin11.
Rifampisin
supplemental
jarangmenimbulkan
drugs)
efek
yang
toksik,
juga
seperti
memiliki
etambutol
efektivitas
dan
tinggi,
streptomisin7.
namun
Pada
yang
dapat
menyebabkan
disfungsivestibular
dan
atau
hilangnya
pendengaran7. Selain itu yangberbahaya dari streptomosin adalah sifatnya yang toksik
bagi ginjal(gagal ginjal non-oliguri)7.
Obat Anti Tuberkulosis Golongan 2 (second-line antituberculosis drugs)
Obat anti-tuberkulosis golongan 2 digunakan jika terdapat resistensi obat
ataujika OAT golongan 1 tidak tersedia. Dari sebuah penelitian pada pasien yang
resistenterhadap OAT golongan 1 atau terdapat keadaan multi-drug resistant, dapat
diatasidengan pemberian rifabutin, obat-obat golongan quinolon, para-aminosalicylic
acid(PAS), ethionamide, cycloserine, amikacin dancapreomyc in7.
Obat-obat antituberkulosis golongan 2 kurang efektif jika dibandingkan denganOAT
golongan 1 dan dapat menimbulkan efek samping yang berat7, 11. Obat-obat inijarang
digunakan dalam pengobatan tuberkulosis
Quinolon
Obat-obat golongan quinolon digunakan jika terdapat resistensiterhadap OAT
golongan 1 atau pada pasien-pasien yang tidak dapatmenggunakan OAT golongan 1.
Obat-obatan
yang
termasuk
golonganquinolon
adalah ofloxacin,
levofloxacin,
dosisnya
diturunkan
menjadi
dalam
atau
Sama
seperti
rifampisin,
pemakaian
rifabutin
juga
dapat
akan
dijumpai
neutropeni,
trombositopeni
dan
telah
menerapkan
strategiDOTS dimana
terdapat
petugas
digunakan
untuk
TB
yang
mengenai
SSP
(meningitis)
danperikarditis namun tidak dianjurkan untuk diberikan sebagai tambahan terapi pada
TBjenis lainnya. Pengobatan TB pada pasien denganHIV positif pada dasarnya
sama.Hal yang perlu diperhatikan adalah adalah rifampisin tidak diberikan pada pasien
HIV positif yang menggunakan obat protease inhibitor ( kecuali obat ritonavir) atau
obat non-nucleoside
reverse
transcriptase
inhibitor/NNRTI (kecuali
obat
kematian
),
ikterus,
hipersensitivitas,
mulut
kering,
nyeri
like
syndrome,
Syndrom
Redman(
akibat
dosis
yang
berlebihan,terdapat kerusakan hati yang berat , warna merah terang pada urin , air
mata, ludahdan kulit), nyeri epigastrik,reaksi hipersensitivitas, supresi imunitas
ETAMBUTOL
Neuritis optic, Gout ( pirai ), gatal, nyeri sendi, nyeri epigastrik, nyeri perut,
malaise, sakit kepala, sempoyongan, linglung, halusinasi, bingung.
PYRAZINAMID
Gangguan hati, Gout ( pirai )
Pada tabel berikut ini dapat kita lihat beberapa OAT yang mempunyai sifat
hepatotoksik13.
Pemeriksaan ini hasilnya tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada saat
tuberkulosis baru mulai (aktif), akan didapatkan jumlah lekosit yang sedikit meninggi
dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfositmasih dibawah normal. Laju
endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah lekosit kembali
normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah
normal. Hasil pemeriksaan laindari darah didapatkan : anemia ringan normokrom
normositer, gama globulin meningkat, kadar natrium darah menurun2.
Pemeriksaan serologis yang pernah dipakai adalah reaksi takahashi.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan proses tuberkulosis masih aktif atau tidak.
Kriteria positif yang dipakai di Indonesia adalah titer 1 / 128. Positif palsu dan negatif
palsu dari pemeriksaan ini masih besar
Akhir akhir ini terdapat pemeriksaan serologis yang banyak dipakai adalah
Peroksidase Anti-Peroksida (PAP-TB) yang nilai sensitivitas dan spesifisitasnya
cukup tinggi ( 85-95% ), tapi di lain pihak ada pula yang meragukannya. Walaupun
demikian, PAP-TB masih dapat dipakai, tetapi kurang bermanfaat bila dimanfaatkan
sebagai sarana tunggal diagnosis TB. Prinsip dasar uji PAP-TB adalah menentukan
ada antibodi IgG yang spesifik terhadap antigen tuberkulosis. Hasil uji PAP-TB
dinyatakan patologis bila pada titer 1:10.000 didapatkan uji PAP-TB positif. Hasil
positif palsu didapatkan pada pasien reumatik, kehamilan, dan masa 3 bulan
revaksinasi BCG2.
Uji serologis lain terhadap TB yang hampir sama nilai dan caranya dengan
ujiPAP-TB adalah uji Mycodot. Disini dipakai antigen Lipoarabinomannan (LAM)
yangdirekatkan pada alat berbentuk sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam
serumpasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir
akanberubah2.
III.4.2. Sputum
Pemeriksaan sputum penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Selain itu, pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Tidak mudah
untuk mendapatkan sputum terutama pada pasien yang tidak batuk atau batuk yang
nonproduktif. Dalam hal ini dianjurkan 1 hari sebelum pemeriksaan, pasien
dianjurkan minum air sebanyak 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dan
juga dengan memberikan tambahan obat obat mukolitik, ekspektoran atau dengan
inhalasi larutan garam hipertonik selama 20 30 menit2.
Bila masih sulit, sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi, diambil
denganbrushing atau bronchial washing atau Broncho Alveolar Lavage (BAL). Basil
tahan asam dari sputum juga dapat diperoleh dengan cara bilasan lambung. Hal ini
sering dikerjakan pada anak anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya2.
Kuman baru dapat ditemukan apabila bronkus yang terlibat proses penyakit ini
terbuka keluar sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah keluar.
Diperkirakan di Indonesia terdapat 50 % pasien BTA + tetapi kuman tersebut tidak
ditemukan dalam sputum. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang
kurangnya ditemukan ditemukan 3 kuman dalam 1 sediaan, atau dengan kata lain
diperlukan 5000 kuman dalam 1 ml sputum2.
Cara pemeriksaan sediaan sputum :
-Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa.
-Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresens (pewarnaan
khusus )
Pemeriksaan dengan biakan (kultur). Setelah 4 6 minggu penanaman,
koloni kuman mulai tampak. Bila setelah 8 minggu tidak tampak, biakan
dinyatakan negatif.
-Pemeriksaan terhadap resistensi obat2.
Kadang kadang dari hasil pemeriksaan mikroskopis biasa terdapat kuman
BTA ( + ), tetapi pada biakan hasilnya negatif. Ini terjadi pada fenomenaDeath
bacilliatau nonculturable bacilli yang disebabkan keampuhan panduan obat antituberkulosis jangka pendek yang cepat mematikan kuman BTA dalam waktu singkat2.
Pemeriksaan penunjang lainnya :
Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalamberbagai tahap sehingga
dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1mikroorganisme dalam spesimen. Dapat
mendeteksi
DNA
kuman
TBdalam
waktu
yang
lebih
cepat
atau
untuk
TUBERCULOSIS
Definisi dan Etiologi
Tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, tahan asam
dalam pewarnaan, disebut sebagai basil tahan asam
(BTA). Kuman ini mati dengan sinar matahari langsung
tetapi dapat bertahan hidup di tempat gelap dan
lembab. Cara penularanny melalui droplet (percikan
dahak). Kuman dapat menyebar secara langsung ke
jaringan sekitar, pembuluh limfe, dan pembuluh darah
(Anonim, 2008; Tim Field Lab, 2008).
Klasifikasi
1. Infeksi primer. Infeksi yang pertama kali terjadi
pada tubuh yang belum memiliki reaksi spesifik
terhadap basil TB tersebut.
PENDAHULUAN
Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kuman mikobakterium tuberkulosa. Hasil ini ditemukan
pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882.
Penyakit tuberkulosis sudah ada dan dikenal sejak zaman
dahulu, manusia sudah berabad-abad hidup bersama
dengan
kuman tuberkulosis. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya
lesi tuberkulosis pada penggalian tulang-tulang kerangka di
Mesir. Demikian juga di Indonesia, yang dapat kita
saksikan
dalam ukiran-ukiran pada dinding candi Borobudur.
12
7
8 9 10
a) Gejala sistemik
Sesak napas : Jarang, biasanya terjadi pada kelainan parenkim yang Was, efusi pleura atau penyakit kardiopulmoner
yang mendasari.
1.
Tuberkulosis paru.
2.
Tuberkulosis paru tersangka.
3.
Bekas tuberkulosis paru.
PENGOBATAN.
Tujuan pengobatan.
Tujuan pengobatan/kemoterapi terhadap penyakit tuberkulosis paru adalah membuat lesi menjadi steril secara
cepat dan
menyeluruh, sehingga terhindar dari kemungkinan
kegagalan
pengobatan akibat adanya resistensi kuman dan mencegah
timbulnya kekambuhan.
13
Dasar pengobatan.
Cermin Dunia Kedokteran No. 62, 1990
4
a)
Faktor farmakologik.
OAT harus diberikan sebagai dosis tunggal dan pada saat
yang sama, supaya tercapai kadar yang tinggi di dalam
darah dan
bekerja secara sinergis.
b)
Faktor lingkungan
Keadaan lingkungan di dalam set pada tubuh manusia
adalah
asam, di luar set lingkungannya adalah alkalis atau netral.
Sebagian besar kuman tuberkulosis hidup dan lebih aktif di
luar sel.
INH dan rifampisin mempunyai kegiatan bakterisidal di
dalam dan di luar set. Obat-obat yang demikian disebut
sebagai
one complete bactericidal drug.
Streptomisin, etambutol dan PAS bekerja hanya di luar sel.
Sedangkan pirazinamid bekerja hanya di dalam sel. Obatobat
yang dapat bekerja pada lingkungan asam atau alkali/netral
saja
disebut sebagai one half complete bactericidal drug.
c)
Faktor "lag phase".
Lag phase adalah waktu saat kuman tuberkulosis tidak
dapat
berkembang biak setelah tersentuh oleh obat anti
tuberkulosis.
d)
OAT yang banyak digunakan saat ini ada yang bersifat
bakterisid dan ada yang bersifat bakteriostatik. Yang
bersifat
bakterisid adalah streptomisin, isoniazid, rifampisin dan
pirazinamid. Sedangkan yang bersifat bakteriostatik adalah
etambutot, PAS dan lain-lain.
19
e)
Faktor kegiatan sterilisasi.
Yaitu kegiatan melenyapkan secara tuntas kuman tuberkulosis yang ada di dalam tubuh selama jangka waktu
pengobatan tertentu.
Pirazinamid dan rifampisin termasuk mempunyai kegiatan
sterilisasi paling aktif, INH kurang aktif sedangkan
streptomisin dan etambutol sedikit atau sama sekali tidak.
Cara pemberian.
Cara pemberian pengobatan tuberkulosis paru pada orang
dewasa terdiri dari ritme pemberian, fase pengobatan dan
periode pengobatan.
18
20
Ritme pemberian.
Setiap hari atau berkala 2 atau 3 kali seminggu.
Fase pengobatan
Pengobatan dapat diberikan dalam satu fase (fase tunggal)
atau dua fase (fase ganda).
a)
Fase tunggal : Pengobatan dari awal hingga akhir diberikan
dengan ritme yang sama, yaitu setiap hari atau berkala 23
kali seminggu.
b)
Fase ganda : Pengobatan terdiri dari fase permulaan (initial
phase) dengan pemberian setiap hari selama 13 bulan, dan
fase lanjutan (continuation phase) dengan pemberian secara
berkala 23 kali seminggu (intermittent) sampai akhir pengobatan.
Periode pengobatan