Anda di halaman 1dari 97

6 HERO

& Ancaman Bom di Borobudur

Takdir mempertemukan mereka


Ditempa silat Nusantara
Inilah misi penyelamatan kocaknya

DANIERA

Untuk kemanusiaan. Dan bumi yang telah dengan luar biasa melahirkan
pahlawan pahlawan tangguhnya.

SINOPSIS
Grup Jengkol Pete Jaya
Jinny

: TKW Arab energik, bertenaga kuda, dan bergigi emas

Tarzan

: Raja Hutan Amazon, dewasa, tak pernah ganti celana


motif macannya

Jin

: Pemuda galau, ngebet nikah, gemar berkata BOS

Grup Bandot Terbang


Hanuman : Ksatria Kerajaan Ayodya loyal-tangguh, optimistik, meski
buntutnya buntung
Alladin

: Juragan si Jin berhati maskulin sekaligus sensitif

Jane

: Bunda Rimba pencemburu berat yang manja-butuh diperhatikan.

Candi Borobudur sebentar lagi lenyap. Seorang profesor ambisius-tak waras bikin
formula penghancur yang mengerikan. Enam Jagoan bertindak cepat menggagalkan
usaha tak berperikemanusiaan itu.
Mereka berguru silat di Padepokan Elang Bondol di Kota Jogjakarta. Jurus jurus
konyol-unpredictable-mematikan diajarkan oleh Guru Ki Lembu dan Nyi Kalem.
Berhasilkah misi penyelamatan candi Buddha terbesar peninggalan Dinasti Syailendra
itu?
Dimeriahkan oleh: Mbak Roro Kidul, Mbak Blorong, Malin Kundang,
Sri Rama, Dewi Shinta, Gatotkaca, Siti Nurbaya.

SEKADAR SAPA

Saya memastikan ketika menulis novel ini dalam keadaan tidak mabuk. Sadar
sepenuhnya. Berawal dari pesan singkat ibu saya di kampung halaman agar saya
menulis kisah kepahlawanan yang ksatria namun tetap menyentuh nurani, saya lantas
mengait ngaitkan kejadian masa lampau-kini-dan mendatang. Terwujudlah novel yang
menampilkan sebagian besar tokoh tokohnya berasal dari mancanegara.
Jujur, saya tidak sedang menghasut pembaca untuk lebih mencintai hero milik
negara lain. Tidak ada maksud seperti itu. Sebaliknya, saya mengajak para pahlawan itu
yang berjumlah enamHanuman, Alladin, Jin, Jinny, Tarzan, dan Janehadir untuk
melihat betapa Indonesia sangat kaya. Mereka berguru budaya, kebijaksanaan, seni, dan
semua kebaikan yang ada di tanah air kita tercinta. Di samping pula mereka menyoroti
berbagai permasalahan pelik yang tengah menantang bangsa ini untuk mencari solusi
terbaiknya. Komedi seolah kata yang tepat untuk menyampaikan semua itu.
Penulis mengucapkan beribu terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan novel ini. Teruntuk seluruh guru yang telah mendidik
saya dari kecil sampai sekarang, hanya Tuhan yang bisa membalasnya. Bapak ibu, adik
adikLia, Dik Agus, Angga, Okta, Belladan keponakan saya Arsya Munaf yang
sangat sabar menunggu kesuksesan saya. Semoga niat baik kita separuhnya terlimpah ke
Almarhumah Mak Pariyem. Terima kasih atas pelajaran ketangguhan dan kesabaran
dalam meraih segala impian.
Tak lupa, teman teman S1 Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
yang terus memberi semangat untuk saya berkarya di dunia penulisan kreatif. Sahabat

S2 Teknik Keairan Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada juga layak diberikan
ucapan matur nuwun karena bersama kalian semua karakter kita terbentuk menjadi
tak jelas, saling bercampur, bertukar, namun tidak saling merecoki. Para Ksatria
Pencocot; Nugie, Widi, Ichwan, Ayol, Aminullah, Wido, Penyo, terima kasih atas
dorongan bertangan besi kalian yang membikin saya tak cengeng. Kepada Renny
Aprilia Gunawan sahabat Tasikmalaya saya, Nuhun, Teh!.
Keluarga baru saya Capoeira Senzala Yogyakarta; Mas Lupis, Danu, Erva, Mas
Rounny, Bang Zico, Rori, Eugenie, Isa, Ivdal, Iqbal, dan seluruh Capoeirista di seluruh
Indonesia saya ucapkan terima kasih atas pelajaran solidaritas, kekompakan, dan
semangat yang terus menggedor pintu hati kita semua.
Tak ketinggalan, buat legenda komedi Nusantara yang selalu memberi panduan
bagi saya; Presiden Abdurrahman Wahid, Bang Benyamin Suaeb, Warkop DKI, seluruh
pemeran Mbangun Desa TVRI Yogyakarta, dan Basiyo. Semoga ruh keceriaan Anda
semua terus menggelora di bumi tempat kita bertemu. Dan yang spesial bagi Anda
pembaca novel saya ini. TERIMA KASIH. Selamat membaca.

DANIERA

TENTANG PENULIS

DANIERA berdarah Jawa tulen. Tapi ia


mengaku keturunan Tionghoa, Belanda, Prancis,
dan Zimbabwe-Afrika. Lahir di awal Agustus yang
berarti berzodiak Leo, namun ia lebih suka
menyebut dirinya sebagai Scorpio yang tenang tapi
menyengat sebagai bentuk sentuhan kasih sayang.

Menulis baginya adalah soul. Meskipun dasar keilmuannya teknik sipil, tak
menghalangi dirinya untuk bereksperimen menyusun puzzle kata yang menurutnya
ajaib. Ia tak segan menggabungkan teknik sipil, sastra, filsafat, bisnis, dan seni hiburan,
semuanya ia sajikan dalam bentuk komedi.
Komedi menurut penulis, usaha mengolok ngolok diri namun mencerahkan. Untuk
mendapatkannya, ia menggemari tertawa ngakak apapun keadaan hidupnya.
Saat ini penulis berprofesi pula sebagai tenaga ahli sumber daya air di sebuah konsultan,
pengusaha andal bidang konveksi dan bisnis informasi di internet, serta pemain
capoeira.

DAFTAR ISI

Bagian 1: Jagoan Kita


Hanuman Bertemu Rahwana ........................................................................

Alladin dan Lampu Wasiat ...........................................................................

16

Jinny si Molek .............................................................................................

23

Tarzan Raja Rimba Amazon ........................................................................

30

Jono dan Kasih Sayang Ortunya ...................................................................

45

Darah yang Sama .........................................................................................

60

Janda Cici yang Aduhai ................................................................................

66

Mengurus Visa ............................................................................................

76

Terbang di Udara .........................................................................................

83

Bagian 2
Patung Liberty Punya Indonesia? .................................................................

89

Mbak Roro Kidul, Kerajaan, dan Asmaranya ............................................... 103


Pertemuan yang Menegangkan ..................................................................... 110
Jono dan Pencak Silat .................................................................................. 116
Pertama Kalinya Tarzan Naik Pesawat ......................................................... 126
Kegalauan Prof. LL ..................................................................................... 137
Ampuhnya Formula Penghilang Raga .......................................................... 153
Kisah Cinta Begawan LL dan Mbak Roro Kidul .......................................... 161
Rujuk Mbak Roro dan Begawan LL ............................................................. 176

Bagian 3
Tarzan dan Jane Ber-Bollywood .................................................................. 182
Alladin, Jin, Hanuman, dan Jinny di Nusantara ............................................. 203
Bertemu Malin Kundang di Tanah Minang .................................................. 213
Jane Positip Hamil! ...................................................................................... 228
Surat Kaleng Misterius .................................................................................. 237
Kebakaran di Pasar Tanah Abang ................................................................. 249
Keguguran yang Menyakitkan ...................................................................... 263

Bagian 4
Usaha Pengeboman Borobudur .................................................................... 277
Koordinasi Lima Ajudan .............................................................................. 287
Perjalanan Dengan Kereta Api ..................................................................... 299
Selamat Datang di Jogjakarta! ...................................................................... 312
Padepokan Silat Elang Bondol ..................................................................... 321
Upacara Penerimaan .................................................................................... 331
Markas Bawah Tanah Purawisata ................................................................. 347
Bandot Terbang ke Awan ............................................................................. 360
Regu Tumbuhan yang Tangguh .................................................................... 371

Bagian 5
Kelas Pete dan Jengkol ................................................................................. 382
Bandot Terbang dan Jengkol-Pete-Jaya ........................................................ 393
Pencarian Jurus Andalan .............................................................................. 411
Karpet Merah untuk Simpanse Gembira Loka .............................................. 425
Bunga Mekar di Sarkem Kita ....................................................................... 435
Alan Si Kurir Bahan Peledak C4 .................................................................. 444

Pukulan Balik .............................................................................................. 452


Strategi yang Mengasyikkan ........................................................................ 460
Hari H Peledakan ......................................................................................... 467
Trofi Emas Kontes ....................................................................................... 484
Perburuan ke Laut Kidul .............................................................................. 492

1.
HANUMAN BERTEMU RAHW ANA

egeri Alengka di Hindustan dilanda banjir bandang. Panen padi gagal, rumah

warga terendam air setinggi atap, dan isi septik tank meluap hingga memuntahkan
isinya yang kuning kuning membludak dengan baunya yang sangat aduhai. Penyakit
kencing tikus menyerang warga. Raja Rahwana kelimpungan. Seluruh staf kerajaan tak
mampu mengatasi bencana nasional ini. Terpaksa ia mengirim surat ke Rama. Raja
Ayodya.
Raja Rahwana mengutus seekor merpati. Pigeon kalau orang Barat menyebut.
Burung itu belang belang. Hitam dan putih bergantian. Terbang puluhan kilo, ia hinggap
di jendela kerajaan Rama. Dengan paruhnya yang terbuka lebar, terengah engah dengan
butiran keringat menetes dari mukanya, si merpati berjalan geal geol dan menclok ke
bahu si penjaga kerajaan. Sontak si lelaki itu bangun.
Oh, ada surat! ucap si penjaga yang masih menguap nguap. Tongkat baseball
yang tadinya bersandar di kursi jatuh berguling.
Di Negeri Ayodya, tak ada senapan. Alat pembunuh tidak diperkenankan oleh
Raja Rama. Makanya, si penjaga hanya berbekal tongkat baseball untuk menghancurkan
muka pencuri atau perampok. Tapi dengan syarat tidak boleh mati. Hanya bikin wajah
para pembuat onar itu remuk redam. Sudah cukup bagus biar mereka jera.

Terima kasih wahai kau, Burung. Saya akan sampaikan ke buat siapa ini?
tambah si penjaga sambil memeriksa. Oh Baginda Raja Rama. Ucapkan salam ke
rajamu. Rahwana.
Si merpati memajukan sayap kanannya, seperti ingin mengucapkan: Sip, Bos!
Santai saja.
Matanya sayu. Paruhnya pucat. Jika dicermati, bulu bulu si merpati pun kusam.
Ia dimakan usia. Bertahun tahun bertugas sebagai tukang pos. Tidak ada kemajuan yang
berarti dalam hidupnya.
Udara kencang bertiup dan memontang mantingkan gorden. Si penjaga berjalan
dengan suara sepatu lars berketepak ketepok. Selanjutnya, si merpati terbang
meninggalkan Ayodya, kembali ke negerinya Alengka.

Rama tengah duduk di singgasananya. Memangku laptop keluaran terbaru.


Berkacamata minus tebal, ia mengecek bisnis online dirinya dengan senyum yang
mengembang. Selain mengatur negara, Sri Rama tak malu untuk berwirausaha di luar
kewenangan kerajaan. Gajinya sebagai raja ia berikan ke rakyatnya. Ia hanya meminta
dua puluh persen. Itupun Rama gunakan untuk makan sehari hari, beli perlengkapan
mandi, atau kalau kalau pengin ngangkring wedangan jahe bareng anak anak buahnya.
Bagi Rama, ia hanyalah kepanjangan tangan Dewata. Rakyatlah yang paling berhak
merasakan jerih payahnya mengatur kekayaan kerajaan.
Jadwal pembagian donasi telah dibikin oleh Menteri Sekretaris Kerajaan:
Bulan pertama teruntuk anak yatim, kedua panti jompo disantuni, yayasan
kanker pada bulan ketiga, penyandang cacat juga bergembira saat awal bulan keempat
tiba. Para istri veteran kerajaan pun tak luput. Bulan kelima mereka mendapat jatah

yang lumayan untuk sekadar dibuat beli makanan pencuci mulut. Dan seterusnya di
bulan berikutnya. Semua lapisan masyarakat mendapat kebahagiaan bersama. Bukan
berarti memanjakan warga negeri. Namun sudah selayaknya orang orang seperti mereka
diperhatikan raja sekelas Sri Rama.
Baginda, saya menyampaikan surat kepada Baginda Raja! ucap sang penjaga
dengan sangat sopan tanpa berjongkok.
Sini sini, Sri Rama memerintah tanpa menunjuk-kakukan jarinya. Dari siapa?
Dari raja Rahwana, Baginda.
Baiklah. Ke marilah. Sri Rama menutup laptop, menaruhnya di atas meja di
sebelah singgasana. Ia berucap terima kasih ke ajudan di depannya.
Tak terbayang saat Rahwana dan Rama dulu berseteru. Hanya karena Shinta
yang ternyata berperilaku buruk. Ia mengadu domba dua raja itu. Meski ia permaisuri
Rama, terbersit dalam diri Shinta untuk menguasai dua kerajaan sekaligus. Milik Rama
dan Rahwana. Ia pun menghasut Hanuman untuk makar. Untung, dua raja itu tanggap
jika telah dihasut. Tak berhasil mendapatkan ambisinya, Shinta jatuh depresi. Tiap
malam berteriak teriak, berhalusinasi, tak jarang pula menyobek nyobek pakaiannya
hingga bugil berlarian ke sana kesini.
Rama mengambil putusan: warga tak boleh tahu. Dan pasung adalah jawaban
bagi Shinta. Namun Rama tak mau dirinya dianggap Firaun. Ia menginstruksi seorang
dokter ahli jiwa untuk memantau Shinta. Jangan sampai istrinya yang tengah kacau
otaknya bunuh diri. Rama ingin Shinta kembali normal. Dan ampunan nanti akan
diterima oleh sang permaisurinya itu.
Surat dibuka oleh Rama. Ia membaca dengan takzim.

Dear Rama Kakandaku di manapun kau berada,


Sebelumnya, mohon maaf aku tak menyebutmu di singgasana empuk. Aku tahu
hobimu baca buku atau surat jongkok di WC. Tapi semoga kali ini kau berada di ruang
rapat berAC 18 derajat Celcius.
Whats up, Bro? Kabar Adinda di sini baik baik saja. Kuharap Kakanda sehat
tanpa kutu air menyerangmu. Obat yang kukirim manjur, kan? Syukurlah kalau iya.
Bagaimana si Shinta? Sudah jera dengan sifatnya yang suka selingkuh? Tukang kebun,
parkir, atau pelatih sepakbola ia embat. Untung Adinda tidak mempan dirayu sama dia.
Kabarnya Kakanda telah memasung si Shinta karena ia gila. Benarkah itu, Kakanda?
Adinda jadi sedih, karena waktu kecil kita bertiga sering main bersama. Kok jadi begitu
ya si Shinta? Capek deh!
Begini, Kakanda Rama. Negeriku sedang kondisi gawat darurat. Banjir, Bro. Di
mana mana air seketek. Ini memang gara gara got mampet. Tapi ya gimana lagi. Sudah
terlanjur. Terlalu luas dan parah banjir tahun ini. Staf di sini menyerah. Kami angkat
tangan serta kaki sebelah nih. Niat Adinda menulis surat ini, untuk meminjam jasa
Hanuman, abdi dalemmu Kakanda. Boleh tidak? Hanuman kan telah mendamaikan kita
berdua. Gara gara dia, kita kembali lagi bersahabat seperti masa kecil. Tidak
memikirkan lagi perebutan si Shinta. La wong, Shinta sudah gila.
Mohon jawaban sesegera mungkin darimu, Kakanda. Ditunggu, ya!

Salam super.
Dari Adindamu, Rahwana

Dewata Agung. Sahabatku sedang kesusahan! seru Sri Rama. Aku harus
mengirimkan Hanuman untuk membantunya. Eh, bentar. Aku juga harus menjelaskan
ke Adinda Rahwana kalau aku tidak membenci Shinta. Apalagi ingin menceraikannya.
Pasung itu sementara. Aku tetap sayang padanya.
Rama sangat berkenan dengan permohonan Rahwana. Tapi, Hanuman sekarang
tengah kurang ajar. Ini karena pengaruh seorang begawan licik yang Hanuman temui
beberapa hari lalu. Perangai si kera putih yang sudah tak punya buntut itu berubah
drastis. Pola pikirnya sering berlawanan dengan Sri Rama. Hanuman membangkang. Si
begawan telah merusak mental Hanuman.
Saat itu, Hanuman tengah melakukan perjalanan dinas ke satu desa terpencil di
Negeri Ayodya. Ia ditugasi untuk membujuk seorang lelaki bengis, dukun sakti, untuk
memberikan ceramah agama kepadanya agar insyaf. Si lelaki itu mahir meramu
minuman memabukkan. Berhasrat menghancurkan generasi muda desa, otak kotornya
hanya memikirkan duit mengalir deras ke brangkasnya. Ia pun memasok minuman
semacam ciu ke seluruh penjuru negeri. Anak buah Sri Rama satu persatu kedapatan
mabuk mabukan. Hanuman turun tangan. Ia memburu si pengoplos minuman keras itu.
Sebelumnya, isu berembus jika dusun sakti berasal dari Tanah Jawa, seorang peracik
jamu.
Hanuman pun bertemu dengan si begawan bengis.
Kau ke sini di utus rajamu, hah?! tanya si begawan yang ternyata bernama
Liwang Liwung. Karena saat berkata tadi ia sembari menyodorkan KTP ke Hanuman.
Kok Anda tahu? ujar Hanuman tak percaya.

Tampangmu khas BABU! pekik si begawan. Ia melecehkan Hanuman si kera


sakti . Aku tahu dari bau badanmu. Pasien pasienku yang menikmati minuman lezatku
tak setengik KAU! Aku tahu rajamu juga seperti kau.
Hanuman mulai panas. Jebakan si begawan bereaksi dengan fantastis, merasuk
tepat ke jantung dan otak Hanuman yang kacau. Pancingan masalah bau badan
menggerakkan utusan Rama itu untuk bertanya. Memang betul, Hanuman mengalami
krisis kepercayaan diri akibat tubuhnya yang terus terusan berbau tidak sedap.
Bau badan belum wangi, ya? tanya Hanuman galau.
Begitulah. Kurang sip!jawab Begawan Liwang Liwung. Apalagi kalau dekat
sama cewek. Bisa diketawain kau, Kisanak!
Wah, saya tidak mau itu terjadi. Kira kira, bagaimana ya biar bisa hilang? Atau,
minimal berkurang . Hanuman yang biasanya gagah perwira, mendadak melambai.
Ia tampak putus asa.
Mata si begawan menyipit, cuping hidung membesar mengecil. Asap rokok
mengepul dari bibir hitam aspalnya yang mengomat ngamitkan ucapan tak jelas.
Kau harus mengonsumsi jamuku. Begawan Liwang Liwung membujuk.
Ah, aku tahu minumanmu bikin mabuk! Haram! Jauhkan dari saya! Hanuman
berteriak.
Tenang. Jangan emosional. Cuma jamu lho. Kalau kau minum, badanmu jadi
segar. Ndak bau lagi. Selain itu, pagi sampai malam kau greng. Jos! kata si begawan
Liwang Liwung.
Hati Hanuman bimbang kembali.

Aku coba! si Hanuman meloloskan tawaran si peracik jamu di hadapannya.


Berapa harganya?
Untukmu, GRATIS. Minuman istimewa ini akan membuatmu semakin dicintai
banyak perempuan!
Si begawan naik dari tempat duduknya, menuju dapur dan kembali membawa
sebuah gelas di tangan kiri dan kanan memegang kendil. Duduk kembali sembari
menuangkan air ramuan, Begawan menatap sinis Hanuman yangharap harap cemas dan
mulai terhipnotis, berharap bau badannya lenyap saat ini juga.
Buatmu! ucap si begawan. Oya, namamu? Dari tadi kita ngobrol ngalor
ngidul, aku belum tahu namamu.
Numan. Hanuman. Si kera putih berkata sambil menyeruput cepat minuman di
tangannya.
Aku John. ucap Liwang Liwung asal. John LL tepatnya.
Apa itu LL? tanya Hanuman. Perutnya mulai melilit lilit.
Lambat Laun. Ibu bidan yang memberi kode nama itu ke ibuku. Waktu itu
ibuku sudah ngos ngosan kehabisan napas. Bapak merantau, nggak sempat balik
menemani persalinan ibu. Di atas ranjangnya, ibu pasrah. Dia berkata ke bu bidan: Bu
bidan mau kasih nama apa saja saya mau. Perih nih, Bu .Liwang Liwung berkata
dengan matanya yang menyiratkan penyesalan.
Oh begitu.
Eh, ngomong ngomong, menurut teori Darwin, itu si Charles Darwin, manusia
berasal dari monyet sepertimu.
Ucapan si Liwang Liwung mengagetkan Hanuman.

Dalam kondisi mabuk mungkin Mas Darwin mengatakan itu. kata Hanuman.
Mabuk? Tapi logis lho, Man. si begawan terus berkicau. Aku sih yakin juga
kalau manusia berawal sepertimu. Evolusilah yang menentukan berhasil tidaknya
monyet berubah jadi manusia. Ada yang lulus, tapi ada juga yang ogah. Tetap jadi
monyet.
Yang tetap jadi monyet, apakah moyangku? tanya Hanuman sedikit geram.
Mungkin juga. Tapi dengan sifat yang bagus. Justru manusia banyak yang
murka. Sombong. Berjiwa buruk.
Begitukah?

Betapa licin si begawan. Ia memengaruhi Hanuman yang terkenal sebagai


panglima tercerdas sepanjang masa Kerajaan Ayodya, hanya dengan ramuan konyol
bernama Jamu Jawa. Dan, sesampai di kerajaan Hanuman berlaku tidak terpuji untuk
sekelas ksatria tangguh. Ia berucap palsu melaporkan jika lobi ke sang begawan
berlangsung sukses. Sang begawan Liwang Liwung dikatakan telah takluk dan berjanji
untuk tidak meracuni generasi muda. Padahal kenyataan di lapangan, pemuda dan
pemudi terus menenggak berbotol botol jamu jahat itu. Banyak dari mereka yang mati
keracunan tanpa pernah ada laporan yang masuk ke telinga Raja Rama.
Kekuatan si begawan perlahan meraksasa merusak kerajaan tanpa tedeng aling
aling. Si Liwang Liwung merekrut anak anak muda, melatihnya dengan paham
pemikiran keras, dan merencanakan suatu hari akan membikin kejutan yang Sri Rama
pasti jantungan. Lepas menurunkan seluruh ilmunya, menyerahkan kuasa ke salah satu
kepercayaannya, si Liwang Liwung kembali ke tanah leluhurnya, Jawa.

***

Hanuman, ke sini! seru Sri Rama dari kejauhan.


Hanuman sedang jongkok di taman kerajaan. Makin hari ia bertingkah ganjil.
Tersenyum senyumlah Hanuman ke Sri Rama sembari menyekop tanah.
Kau ngapain?! Berak, ya! Sri Rama berteriak. Bergegas ia memanggil mbok
emban yang datang dan menggelandang Hanuman ke toilet. Dengan kepayahan, mbok
emban kembali ke Sri Rama dengan Hanuman meronta ronta.
Hentikan kekanak kanakanmu, Hanuman! pinta Sri Rama. Kalau kau bukan
anak Dewa yang dititipkan ke aku, kau pasti kukerangkeng di sebelah Shinta!
Hanuman meraung raung. Tak terkendali, seperti anak autis yang tak terkendali
bergerak.
Hentikan! Muka Sri Rama memerah. Aku tahu kau pura pura. Kalau kau
butuh apa apa, katakan!
Hanuman diam. Ia menangis sesenggukan.
Sri Rama jadi bingung.
Sinetron apa lagi yang kau mainkan? Panggil tabib, Mbok!
Mbok emban melepas cengkeramannya, membiarkan Hanuman ngesot ke sana
kemari. Seorang tabib perempuan datang dengan sari India berwarna emas
menyilaukan. Cuping hidung dan pusarnya bertindik perak. Pergelangan dua kakinya
bergemerincing oleh perhiasan dari tutup tutup botol. Tak bisa dibedakan lagi, apakah ia
tabib atau seorang hostes yang ingin memuaskan pelanggannya.

Bergerak maju mundur, si tabib menari nari berputar putar, dan melompat lantas
menjejak bumi. Istana seketika bergoyang. Teriakan para abdi dalem terdengar.
Mendadak di tangan si tabib muncul gada raksasa. Gada Rujakpala milik Werkudara.
Aku tahu yang kau mau, HANUMAN! seru si tabib.
Dihantamlah kepala si Hanuman. Si Kera Putih tersungkur, tak sadarkan diri.
Kau bunuh dia, Bib! Aku bisa kena murka Dewata dong! Sri Rama berkata
dengan suara parau.
Mohon maaf, Baginda .
Kelewatan!
Mohon sabar dulu, Baginda, si Tabib menggeolkan badannya manja. Dia
hanya pingsan. Sepuluh menit lagi dia sadar. Sembuh.
Oke, aku tunggu! Sri Rama sudah tak sabar.
Sepuluh menit jika dibuat dadar telur, gosong. Sri Rama kali ini sangat tidak
sabar. Ia ingin anak buahnya yang kini membujur di tanah sadar kembali.
Di mana aku? Hanuman bergerak gerak, mulai dari ujung kaki kanan. Dua
matanya ia kucek. Ia pun bangkit.
Syukurlah ..., Sri Rama menelangkupkan kedua tangannya seperti kebiasaan
Mother Theresa mendoakan warga di permukiman kumuh di Calcutta, India. Siapa aku
hayo?
Jojon! seru Hanuman. Paduka Raja. Rama lah.
Hampir saja aku mati berdiri. Selamat datang, Dude!
Nggak lebay, Paduka. Hanuman justru bernasihat.

10

Ya namanya juga senang. Kau telah kembali lagi. Youre back again.
Hanuman menatap mata tuannya. Ia mencoba menajamkan ingatannya. Aduh!
Saya dibohongin itu begawan, Paduka. Saya dikasih minum sama dia.
Sri Rama menggeliat. Tulangnya berkeretak. Sudah seminggu ia tidak masuk
kursus balet. Badannya pegal pegal semua. Lupakan dulu itu si begawan. Ada order
dari Raja Rahwana. Bantu negeri dia. Mereka kena banjir.
Paduka masih percaya dengan saya?
Sorot mata Sri Rama masih memancarkan rasa percaya yang tinggi dan tulus
pada Hanuman.
Semoga kau bisa mengemban tugas mulia ini. Kau bentuklah tim SAR.
Segeralah berangkat. Aku siaga di kerajaan. Ada POK, Pekan Olahraga Kerajaan, yang
tidak boleh kutinggalkan. Malam ini pembukaan, aku potong pita.
Siap, Paduka.
Oke. Fokuslah. Segera kukirim SMS saja ke Raja Rahwana. Biar cepat, tidak
usah pakai jasa merpati. Kasihan kalau si burung ketabrak pesawat China!
Tabib dan mbok emban kembali ke pos masing masing. Bekerja sesuai dengan
keahlian mereka secara profesional. Jika terjadi kendala, tak segan mereka berdua dan
pegawai kerajaan berkonsultasi dengan Sri Rama.

***

Negeri Alengka terletak di dataran rendah. Muka laut lebih tinggi daripada
permukiman warga. Ini yang menyebabkan kerajaan harus membangun tembok di
pantai. Namun tahun ini sungguh nahas. Terjadi kebocoran akibat salah desain; takaran

11

semen untuk beton dikurangi oleh kontraktor. Warga kalang kabut. Untung kepolisian
sigap bertindak, membunyikan kentongan sebagai sinyal bencana datang.
Kebocoran tembok berhasil ditangani, datang permasalahan baru. Hujan sangat
lebat. Got mampet. Air meluap masuk ke rumah warga. Air hujan tak mampu dialirkan
dengan cepat karena tersendat oleh sampah. Jangan salahkan bunda mengandung kalau
begini. Seorang ayahpun jika dituntut bertanggungjawab atas banjir ini, ia pasti lari
terkencing kencing. Banjir terus jadi momok Kerajaan Alengka saat musim penghujan.
Kerajaan bukannya tak melakukan tindakan. Sebelumnya, para ahli diturunkan
ke lapangan. Mereka memastikan semua prosedur penanganan banjir dijalankan.
Sepasukan jin direkrut untuk siang malam menjaga tembok laut. Juga, jika ada warga
yang membuang sampah sembarangan, para jin segera menendang bokong para pemalas
itu sampai tersungkur di tanah.
Warga Alengka sekalian, Suara berasal dari speaker sebuah pick up. Kerajaan
memutuskan untuk tegas menindak. Peraturan telah dibikin, yang bukan untuk
dilanggar. Dilarang keras membuang sampah di sungai dan got!
Di bak belakang, para ahli lingkungan membentangkan spanduk bertulis Go
Green for Alengka. Warga cuek. Malah ada yang beranggapan jika para ahli itu
kumpulan bodoh yang membuang buang waktu. Kesadaran belum dimiliki seluruh
warga kerajaan. Akibatnya, banjir.

***

Hanuman membawa satu batalion yang semuanya kera. Pasukan telah siap
menangani banjir di Negeri Alengka. Peralatan penumpas banjir sudah di tangan mereka

12

yang berotot. Sekop pengeruk sampah, jaring penangkap plastik yang mengambang di
sungai, atau mesin pendeteksi bersensor yang mampu menunjukkan tempat mana saja
tumpukan terbesar sampah, dibawa jauh jauh dari Negeri Ayodya. Hanuman
menyandang sempritan di mulutnya. Ia mengomando batalion keranya dengan semangat
menuju negeri tetangganya itu.
Satu tim lima orang, Hanuman memberi aba aba. Kita semua tiga tim, harus
kompak!
Siap! seluruh anggota berteriak lantang.
Hanuman mengangguk mantap. Kita naik helikopter. Pasang parasut masing
masing. Siapa yang mabok udara, tunjukkan jari!
Tak ada yang menunjukkan dirinya mabok udara. Secara sangat memalukan jika
kera, yang suka bergelantungan dan lompat antar pohon, takut ketinggian. Hanuman
meniup sempritannya. Suaranya memekakan telinga. Misi penyelamatan warga Alengka
segera dilakukan. Hanuman dan tim meluncur ke Tempat Kejadian Perkera.
Sampai di atas istana Alengka, sirine helikopter menyalak. Pasukan Hanuman
terjun menggunakan parasut dengan warna yang sama. Merah menyala, warna
kesayangan Sri Rama.
Di bawah, warga Alengka panik. Mereka yang berada di istana berhamburan ke
luar menyangka ada sepasukan asing yang menyerang Alengka saat kondisi bencana
nasional.
Perhatian Penghuni Istana, suara di speaker memberi penjelasan. Mereka
datang sebagai sahabat. Simpan lagi senjata kalian. Jangan tunjukkan. Mereka bukan
musuh.

13

Di halaman istana, Hanuman Cs. mendarat. Disambut sepasukan Alengka,


membunyikan bendera dua kerajaan, Paduka Rahwana berjalan menyambut tamunya.
Selamat datang, Hanuman! Rahwana mengulurkan tangan. Seperti artis,
mereka pun cipika cipiki dengan ekspresi datar datar saja.
Hanuman menjabat tangan Rahwana hangat.
Paduka Rahwana demam? Tangan Paduka hangat. Ucap Hanuman.
Tidak, Hanuman. Aku kalau bertemu dengan orang berhati baik, selalu suhu
badanku naik.
Sepertinya raja ini bercanda. Ngaku saja grogi. batin Hanuman.
Berurutan Paduka Rahwana memberi ucapan selamat datang ke pasukan
Hanuman. Senyumnya mengembang tulus tak dibuat buat.
Kami mengucapkan terima kasih. Tak ada jamuan dulu, kata Rahwana.
Mohon bantu menyelesaikan banjir negeri kami. Jika dalam dua hari tuntas, kami akan
memberi hadiah besar.
Siap, Paduka. Dapat salam dari Sri Rama. Hanuman berucap.

Benar adanya. Hanuman berhasil menyelesaikan tantangan. Banjir mulai


menyurut, warga kembali ke rumah masing masing tak lagi di pengungsian. Hanuman
tidak hanya menjalankan perintah dua raja dengan benar. Ia berinisiatif dalam dua hari
itu memberi contoh nyata bagaimana menjadi warga yang ramah lingkungan. Saat
bertugas, empati ia salurkan ke warga. Sentuhan bersahabat ia berikan, memberikan
penjelasan jika tindakan cuek warga selama ini tidak benar. Warga pun sadar, berjanji
membuang sampah pada tempatnya. Misi kini telah rampung.

14

Rahwana tak ingkar janji. Kado besar ia berikan ke Hanuman dan pasukan.
Terima kasih tak berhingga buat kalian. Bingkisan itu tolong dibuka sesampai
kalian di rumah. ucapnya.

Pelepasan Hanuman dan tim sangat meriah. Marching Band Alengka Raya
beraksi hebat. Cheerleader pun hebat beratraksi, bertumpuk tumpukan tanpa lelah
memamerkan gigi putih mereka. Helikopter melesat kembali ke Negeri Ayodya.

---000---

15

2.

ALLADIN

DAN JIN LAMPU WASIAT

lladin marah bukan kepalang. Si Jin di dalam lampu wasiat tak muncul ke
luar. Digosok dengan tangan, tak ada tanda asap berembus. Ujung baju

diusapkan ke badan lampu, si Jin tetap bergeming di dalam. Tak sabar, Alladin
memasukkan segenggam pasir, berharap mata Jin kelilipan dan bangun. Tetap tak ada
reaksi.
Alladin bertanya di dalam hati, ada apakah gerangan dengan si Jin? Selama ini,
anak buahnya itu sangat penurut. Segenting apapun, Jin selalu siap sedia membantu.
Ketika Alladin tak punya uang sepeser pun, Jin sanggup menghadirkan setumpuk uang.
Atau, saat Alladin sedih dan tengah dirundung rasa rindu mendalam ke Putri Jasmine,
Jin cepat bertindak membelikan dua manekin cantik buat bosnya itu.
'Apa aku punya salah ya sama Jin?' Alladin menggumam. 'Sepertinya nggak. Tiap
aku minta sesuatu, selalu aku beri makan enak dia.'
Seekor kadal padang pasir menyeringai ke Alladin. Merasa diolok olok, tangan
kanan Alladin menangkap si kadal dan mencekiknya. Alladin mendekatkan moncong si
kadal dengan dirinya.
Ketawamu buatku kan? Ayo jawab! Senang lihat orang kebingungan, hah?!
Muka kadal memucat. Oksigen tak bisa masuk ke paru parunya. Ia tidak pernah
punya niat menertawakan orang yang kini mencekiknya. Tadi ia sebenarnya ingin
bertanya: Jalan ke Mekkah lewat mana ya, Bang? Namun justru kekerasan yang ia
dapat.

16

Oke aku lepas kau. Tapi ingat, sekali lagi kutemui kau wajahmu percis seperti
tadi, pengacaraku akan menuntutmu dengan pasal Pelecehan Seksual. Paham?! Jangan
lagi kau lakukan!
Mendapat kebebasan, si kadal lari tunggang langgang. Ia berulang kali
meluncurkan sumpah anak turunnya semoga tidak seperti lelaki tak berperi-kebinatangpadang-pasiran, yaitu Alladin.

Rabu pagi. Awan sangat gelap. Tanda akan hujan lebat. Onta onta sudah
dimasukkan ke kandang oleh para pemiliknya. Musafir yang biasanya hilir mudik, tak
tampak. Ibu ibu Arab bertubuh bongsor mengangkat jemurannya uring uringan karena
masih basah. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai mesin cuci. Suami mereka
pelit. Terpaksa mereka menurut saja jika tidak ingin muka dan badan memar memar
dihajar sang suami.
Di lain pihak, undangan ke pesta pernikahan membanjir. Satu bulan ini sudah
empat acara. Ini berarti para ibu kudu merogoh kocek dalam dalam. Ada yang kreatif,
salah satu dari mereka memasukkan uang kertas monopoli ke amplop sumbangan. Setor
muka ke mempelai sudah cukup mewakili betapa sang tamu turut berbahagia dan
memberi dukungan berupa doa belaka.
Tanah Arab sudah berubah. Tak seperti dahulu yang dikabarkan panas terik dan
orang orangnya yang tinggi berbulu lebat bak hutan hujan tropis, berwajah sangar, dan
tak bersahabat. Zaman sudah berubah. Begitu pun hujan terjadi di mana mana. Banjir
juga ada di Arab sini.

17

Mangkel hatinya, Alladin melempar lampu wasiat sekuat tenaga mengarah batu
besar. Berkeping kepinglah lampu itu. Tampak si Jin berukuran setelunjuk masih
telentang tidur di antara puing puing. Alladin berjongkok.
'Jin, bangun!' sentak Alladin.
Tak ada respon. Jin mendengkur. Ingus berbentuk balon ke luar dari lubang
hidung sebelah kanannya.
'Jin, cepat bangun! Aku butuh kau!'
Sejurus kemudian Alladin beride berlari mencari air. Bersa'i seperti Siti Hajar,
Bunda Nabi Ismail, yang tak ingin anaknya kehausan dan mati dehidrasi.
Oke Jin, aku akan paksa kamuu bangun! Alladin berseru di dalam hati.
Jauh berlari, ia tak menemukan air. Warga di sekitar Alladin tak ada yang buka
toko kelontong yang menjual Aqua Danone. Mereka semua berjualan minyak. Secara
Arab terkenal sebagai pengekspor minyak.
Kalau ente mau air, sok silakan ambil air zam zam sendiri. Jangan minta minta ke
ane. Malu tahu ente! Kaya pengemis saja! ucap seorang yang ditanyai Alladin.
Tak hanya satu warga Arab yang bilang seperti itu ketika Alladin memohon
bantuan. Banyak yang mengatakan kalimat itu, meski berbeda intonasi. Ada yang
berbirama 4/4, kebanyakan 3/4 bernada dasar A Minor.
Alladin panik mencak mencak. Ingin mengumpat ke warga, tak ada gunanya. Bisa
bisa ia masuk penjara. Mentok berakal, Alladin berdoa:
'Tuhan, guyurkanlah hujan barang sepuluh menit. Aku sangat butuh buat
membangunkan si Jin. Agar dia mewujudkan segala keinginanku.'

18

Alladin bersimpuh. Suaranya menyayat. Baru kali ini ia berpasrah total dengan
masalah teramat berat ini. Sebelumnya ia asyik asyik saja. Shalat kadang kadang kalau
ingat. Bersedekah sekali setahun saat Lebaran karena berharap dilihat orang. Di dalam
pikirannya sekarang: membangunkan Jin agar keinginannya terwujud cepat. Karena
Alladin sudah sangat bergantung oleh Jin.
BLAR .
Kilat menyambar. Seekor domba menggonggong sangat keras. Saking kagetnya
karena bunyi guntur, si domba mengumpat laiknya anjing dengan menggonggong.
Tuhan menjawab tuntas. Hujan melanda gurun pasir. Tidak sepuluh menit seperti
yang diingini si Alladin. Sepuluh menit lebih 30 detik. Guntur menggelegar seperti bom
Nagasaki dan Hiroshima. Alladin basah kuyup. Namun ia girang. Pasti si Jin bangun
oleh air hujan. Berlari kencang, Alladin hampir saja tersandung karena sepatunya tidak
berSNI.
'Jin!' teriak Alladin gopoh gopoh.
Tak ada lagi Jin dan serpih lampu wasiatnya. Padahal, ini benar benar tempat
semula. Kepala Alladin berotasi tidak 360 derajat tapi 180. Ia mencari tahu apakah ada
perongsok yang memungut puing lampu wasiat beserta Jin.
JIN, KEMANA KAU!'
'Ho ho ho. Aku di sini, Bos!' jawab suatu suara. Dalam, dan tak asing lagi di
telinga si Alladin.
'Jin, untung kau tak apa apa. Kau hidup kembali!'
Jin yang telah berukuran besar mendekati tuannya. Saking gembiranya, Alladin
memeluk erat tubuh si Jin yang berbau balsem.
Kenapa baumu balsem? tanya Alladin mendorong badan Jin.

19

Di dalam lampu tadi saya kerokan sendiri, Bos. Maklum Bos, bujangan. Terus
minum pil tidur CTM. Jadi tidurku pulas banget, Bos!
Jin, kuberitahu.
Apa, Bos?
Pertama, mengonsumsi CTM terus terusan sama saja narkoba. Nyandu. Kau
hanya merasa tak bisa tidur sebelum minum pil itu. Mungkin galaumu kebablasan, jadi
susah tidur. Kedua, cara kamu kerokan kalau di punggung gimana?
Pakai cermin, Bos. Sebisanya saja, Bos. Jin berkata. Tentang CTM, Bos. Benar
begitu ya, Bos? Oke, Bos. Aku tidak minum lagi deh, Bos!
Jin telah kembali ke wujud semula. Itu artinya dia bisa kueksploitasi. Alladin
membatin.
Bos. Jangan melamun! Ada order pesanan apa sekarang?' tantang si Jin.
Alladin masih bengong. Jin menampar muka bosnya itu sampai sadar.
'Sori, Bos. Nggak sakit kan tamparan sayangku, Bos? kata Jin dibarengi gelengan
kepala Alladin. Oh ya, sebelumnya aku minta maaf Bos. Lampu wasiatku tolong
diganti ya, Bos. Aku nggak mau nggembel, Bos. Kena hujan kaya tadi, malam dingin
tidak ada tempat berteduh, Bos. Jadi pilek nanti, Bos!
'Santai saja Jin. Aku pasti ganti. Eh, kalau kuganti lampu petromaks gimana?
Aduh, Bos. Aku nggak mau dibilang ketinggalan zaman, Bos. Sekarang hanya
tukang suluh kodok saja yang pakai petromaks, Bos. Atau nelayan, Bos. Aku cowok
metro, Bos. Yang kita bicarain apa sih, Bos? Kok mau diganti lampu petromaks?
Loh, itu lampu wasiatmu! seru Alladin. Oh, berarti penamaan lampu wasiat itu
salah?!
Tempat boboku to, Bos? Jin baru paham. Teko ya, Bos, tepatnya?

20

Ya, teko! Kita sebut teko saja mulai sekarang!


Alladin menepuk nepuk punggung Jin dan langsung bersendawa.
Dulu, Alladin menemukan teko wasiat dan Jin saat ia bingung mau kasih kado
Putri Jasmine di ulang tahunnya yang ke 18. Sebagai seorang pacar yang berkelas,
Alladin harus memberikan tanda kasih buat Putri Jasmine. Berbulan bulan ia
mengumpulkan uang untuk membeli sesuatu yang istimewa. Menjelang hari H, Alladin
ke kota. Ke luar masuk toko kado, tak ada yang cocok. Menghadiahi boneka, bagi
Alladin itu terlalu kuno. Sejak zaman Ratu Cleopatra, hal itu sudah jamak dipraktikan.
Memberi bingkisan kompor gas, justru itu akan memancing kemarahan. Putri Jasmine
masih trauma saat mantan pacarnya terdahulu, tukang gas keliling, memutus dirinya.
Timbul ide lumayan brilian pada otak Alladin. Ia masuk ke toko Brangkas alias
Barang Bekas. Barangkali ada yang menarik, memorable, barang yang mempunyai
makna dalam di sana. Alladin tertarik dengan teko emas. Warnanya yang sangat
mengilat membuat hati Alladin kepincut. Dibelinya sudah. Di rumah, saat akan
menggosoknya sebelum dibungkus kado, muncullah JIN. Sejak itu, mereka bersahabat.
Dan tinggal serumah, tanpa ikatan pernikahan.
Nostalgia masa lalu membuat hati Alladin sendu.
Bos , Jin menggoyang goyangkan tubuh tuannya. Kenapa Bos resah sih? Ada
masalah apa, Bos? Marah sama aku ya, Bos? Tadi lempar tekoku kenapa, Bos?' tanya si
Jin.
'Aku lagi kesal Jin.'
Si Jin bingung. 'Kesal kenapa Bos? Sama siapa Bos? Aku bunuh orang itu apa
Bos? Kucincang biar jadi seperti kornet daging onta gimana, Bos?

21

'Jangan Jin. Bahaya. Ini masalah harkat martabat. Jangan buru buru memutuskan
pakai cara kekerasan.'
'Harkat martabat apa sih Bos. Aku nggak maksud, Bos!' ucap si Jin.
'Nanti aku jelaskan. Kita cari makan dulu. Biasa, di Warung Kopi Janda Cici.'
'Siap Bos. Manut saja. Yang enak ya, Bos.' Jin berkata. Bos, ada apa dengan Putri
Jasmine?
Mimik Alladin berubah. Jakunnya naik turun seperti bungie jumping. Jantungnya
berdegup kencang.
Atau, jangan jangan, bos Oedipus Complex. Penyuka yang lebih tua gitu. Tapi
ndak apa apa kok, Bos. Manusiawi, Bos. tambah Jin.
Sudah. Nanti saja ceritanya. Tadi marah marah sama lari lari bikin perutku lapar.
Mari kita kemon!
Alladin berjalan perlahan. Jin membuntuti dengan langkah terseret karena kaki
kanannya tiba tiba kram. Juga mata kanan yang kedutan. Warung Janda Cici telah
menunggu mereka berdua. Hiburan aduhai siap membawa Alladin dan Jin seolah berada
di nirwana yang kekal.

---000---

22

3.

JINNY SI MOLEK

inny ia bernama. Jin perempuan berbedak seinchi, energik, bergigi emas, dan
multitalenta. Ia berprofesi sebagai pembantu rumah tangga sekaligus calo tiket

kereta api dan pesawat. Bibirnya tebal berganti ganti warna, kadang ditambah hiasan
kerlip kerlip pengisap perhatian. Rambutnya panjang, seringnya dikepang. Postur
tubuhnya semampai, leher panjang berjenjang khas burung flamengo. Baju yang ia
kenakan eksotik, mengumbar pusarnya yang bodong. Otak kanan kirinya seimbang.
Oleh karenanya, jika bersepatu jinjit setinggi apapun, ia masih mampu menjaga
keseimbangan jalannya tanpa terjungkal ke selokan.
Bersolek adalah kegemaran Jinny yang menonjol. Make up-nya alami. Berasal
dari alam. Bedak, ia beli di pasar tradisional. Kata penjualnya seorang lelaki berjanggut
panjang, Mbak, bedak ini diformulasi dari bubuk merica, tumbar, alang alang, dan
kulit pohon aren. Dijamin cocok bagi kulit wanita tropis. Dan memang, Jinny cocok
dengan kosmetika lokal.
Jinny tidak punya kamar laiknya gadis remaja zaman sekarang. Ia tinggal di
sebuah botol. Botol parfum. Berada di dalamnya, memberi sensasi tersendiri buat si jin
cantik ini. Tak harus mandi, badan sudah wangi. Dulu, sebetulnya Jinny tinggal di botol
arak. Topi Miring, whiskey, atau wine. Tapi sejalan umur yang menua, ditambah ia
mengidolai Teh Nini istri Aa Gym yang sangat bersahaja, ia minta pindah sama bos
perempuannya. Jinny tak mau dirinya punya mental pemabuk.
Pembantu rumah tangga bukan berarti seorang pecundang. Jinny terus mendorong
dirinya sendiri untuk disiplin. Dalam bayangannya, obsesi jauhnya, ia bercita cita jadi

23

The Most Powerful Servant in the World sekelas Ratu Elizabet II atau Hillary Rodham
Clinton yang sangat cerdas itu.
Paras si Jinny bak seorang artis tak membuatnya keblinger. Ia tetap amanah.
Segala yang diperintahkan padanya, ia dengan sigap menuntaskannya. Sebagai contoh
begini:
'Jinny, pel lantai kotor itu!' perintah Tuan Putri dari sofa sembari menghitung
lembaran dinar.
'Baik Nyah. Siap laksanakan.' jawab semangat si Jinny.
Tapi kalau majikan menyuruh Jinny dengan perintah ambigu, serta merta Jinny
kritis bertanya.
Jinny Tuan Besar sudah kau layani berapa kali sehari ini?
Apakah ini jebakan si Nyonya? batin si Jinny. Kalau ia jujur menjawab telah
melayani tuan besar sebanyak empat kali, bisa bisa ia dilaporkan

ke kepolisian

Kerajaan Arab.
Maksud Nyonyah, melayani menyuguhkan makanan kan, Nyah? tegas Jinny.
Janganlah berpikir mesum, Ni. Kau tahu kan sifatku. Kalau aku marah, isi perut
bisa terburai. Setrika panas kena muka. Ya, kasih makan tuanmu dong! kata si Nyonya.
Saya kira apa, Nyah. Jinny menjawab tersenyum. Empat kali, Nyah. Beliau
suka sama sajian saya. Tambah.
Bagus! puji si Nyonya. Puaskan suamiku. Kalau aku ada shopping, dia minta
dibuatin apa apa, layani saja. Anggap saja dia orang tuamu sendiri.
Baik, Nyah. Dengan sepenuh hati.
Menjadi pembantu bagi Jinny harus tetap gaul. Tak boleh setiap waktu di rumah.
Tetap butuh hiburan. Setiap dua minggu sekali, ia musti menampakkan diri ke khalayak.

24

Ini untuk menahan anggapan orang jika pembantu bukanlah burung piaraan, yang selalu
di dalam sangkar.
Majikan perempuanlah yang menyuruh Jinny untuk bersosialisasi dengan teman
temannya. Meski sangat bawel, ia memberi dispensasi ke Jinny asal tidak kebablasan.
Cakrawala berpikirmu kudu luas, Ni. Aku tak bisa mengursuskanmu. Sekolah
salon, jahit. Ndak perlu itu. Kau cuma harus bekerja membantu keluargaku. Tapi, aku
beri kebebasan tiap bulan. Ikutlah arisan.'

Tiap tanggal 15, Jinny ikut arisan ibu ibu PKK. Ia mewakili majikan
perempuannya yang sangat sibuk. Uniknya, Jinny berlaku sebagai majikannya. Baju
nyonyanya ia kenakan, berikut jati diri yang ia perkenalkan ke anggota arisan.
'Jeng, pedicure di mana? Cantik benar kukunya . Hitamnya sungguh pas.
Kilatannya waktu kena lampu neon sampai nyeri di sunsum tulang belakang saya.
tanya seorang ibu genit. Ia memegang megang tangan si Jinny.
Ah biasa, Bu , jawab elegan si Jinny. Salon biasa. Kalau mau, saya antar.
Tidak hanya perawatan kuku, pedicure. Di situ juga ada manicure, bokongcure, dan lain
sebagainya.
Oh ya?! si ibu itu girang. Satu permasalahan dirinya akan teratasi. Ia sangat
antusias oleh tawaran Jinny untuk memermak bempernya.
Mereka aku kibulin. batin Jinny terkekeh.
Setiap akan berangkat arisan, Jinny memulas kuku kukunya dengan spidol
marker. Permanen. Setelah itu ia mencelupkannya ke minyak tinner. Hasilnya, luar
biasa.

25

Suatu saat di arisan, seorang ibu mengangkat tangannya. Gelangnya yang sesikut
tampak menyala nyala.
Gimana kalau arisan kita ganti Arisan Brondong? Jadi lebih asyik .
Ibu ibu arisan saling berbisik. Banyak yang tidak mengerti apa yang diusulkan si
ibu bergelang emas setangan. Tak sedikit yang menunduk, malu, atau malu malu kucing
setuju.
Jinny berdiri. Ia tegap seperti GI Jane. Kipas angin di ruangan arisan
menyibakkan cadarnya.
Saya tidak setuju! Mohon maaf, katanya. Brondong hanya nikmat kalau kita di
bioskop. Nonton film romantis sama pasangan, alangkah amboy!
Si ibu bergelang setangan ngakak. Ia pun berdiri, menatap Jinny bagaikan
mengajak duel.
Anda siapa? Aku tidak kenal! tanyanya.
Saya tidak butuh ibu tahu asal muasal saya.
Kembali si ibu bergelang setangan ketawa keras. Ibu ibu jadi tegang. Forum
arisan sebentar lagi berubah aksi jambak jambakan antara dua perempuan di depan
mereka. Si ibu meneruskan bicaranya:
Brondong kau tahu?
Jinny menggeleng. Mengangguk. Tapi merevisi menggeleng.
Arisan cowok muda. Kita kocok, nomor siapa yang ke luar, dialah yang berhak
dapat si brondong itu.
Astaghfirullah , teriak Jinny. Di mana rasa malu kita, Bu? Sebagai
perempuan, kita harus menghargai kerja keras suami kita.

26

Dalam hati Jinny, ia galau. Berkata seperti itu padahal dirinya masih perawan,
berarti omong bohong belaka. Tapi ilmu yang telah ia dapatkan dari membaca buku
agama telah mencerahkan dirinya. Waktunya memberi arahan ke si ibu bergelang
panjang yang ingin menghasut teman teman lain. Segala jurus diplomosi Jinny lakukan.
Alhamdulillah, berhasil. Si ibu itu sadar.

Pohon kurma Arab mulai ranum buahnya. Tingginya menjulang seolah ingin
menusuk angkasa. Suara azan perlahan terdengar. Dinyaringkan oleh lelaki santun
penuh dengan ridlo Tuhan Yang Maha Kuasa. Sangat teduh dan menentramkan. Jinny
tak harus menutup telinga. Ia tak akan terbakar oleh ayat ayat suci. Karena ia jin yang
baik hati. Tidak pernah membujuk manusia untuk berbuat jahat. Ia hanya abdi seorang
majikan Arab, yang menyelamatkan dirinya di pantai.

Saat itu, Jinny diombang ambingkan badai. Setahun mengabdi seorang juragan
beras di Indonesia, Jinny dituduh mencuri selusin celana dalam majikannya itu. Jinny
sempat diinterogasi polisi, mendekam di penjara satu malam. Si juragan yang jahat tak
dapat membuktikan kejahatan yang dituduhkan ke Jinny. Merasa malu, si juragan
melakukan segala cara agar Jinny pergi jauh, meninggalkan Indonesia. Jinny pun
disantet, badannya mengecil, dimasukkan ke botol dan dilarung ke Laut Kidul.
Seminggu Jinny berada di samudera. Suara suara aneh kerap ia dengar. Pernah
suatu ketika ada suara tembak tembakan. Seperti dua kapal tempur yang saling serang.
Jinny bangkit dari tidurnya. Ia melihat satu kapal kalah diterjang meriam tepat di
lambung. Kapal tenggelam. Jinny berhasrat mengontak tim SAR, tapi percuma tak ada
sinyal sekaligus hape tak ada di botol. Ia pun melanjutkan tidurnya.

27

Tuhan Maha Penyelamat. Jinny terdampar di pantai Arab. Seorang perempuan,


yang kini majikan perempuannya, menemukan botol yang di dalamnya Jinny tergolek
lemas karena kelaparan.

***

Di ruang tamu. Jinny tengah mengepel dengan berjongkok, tidak pakai tongkat
pel. Ia beranggapan, posisi itu akan menguatkan seluruh anggota tubuh. Terutama otot
pinggul berfungsi secara optimal. Beda dengan pakai tongkat pel, sendi tanganlah yang
paling berperan. Jinny tak mau ukuran lengannya sebesar Hulk si Perkasa.
Di meja tamu tampak sebuah majalah: Arabian Cosmopolitan. Jinny yang
berposisi memantati meja, berbalik cepat.
'Apa ini? Majalah apa ini!'
Jinny mengamati. Membaca sampulnya dengan nada keras.
Janda Cici, Imigran Indonesia Sukses.'
Jinny memperhatikan lekat lekat foto yang ditampilkan.
Kok ada tiga orang? Yang kulit ungu aku suka, neh !'
Janda Cici diapit oleh Alladin dan Jin. Meski rupawan, si Jinny tak tertarik dengan
paras si Aladdin. Justru ia tergoda oleh sosok Jin berkulit ungu.
'Wah, ini cowok idolaku!' girang si Jinny sembari mendekap erat majalah itu.
'Aku harus bertemu dengan dirinya,' tambahnya seakan si Jinny tersihir oleh
pesona Jin. 'Tapi di mana ya si Jin ini, ya? Oh, aku ingin berjumpa dengannya!'

28

Si Jinny membolak balik majalah. Ia mencari tahu siapa tahu ada nomor telepon
Jin yang ditampilkan di dalamnya. Menuju bifet lemari besar, Jinny mengangkat gagang
telepon. Ia ingin mengontak redaksi majalah.
Halo, Mbak. Jinny memulai pembicaraan.
Saya mas. Bisa saya bantu? jawab seorang lelaki.
Kok suara Anda lembut? Kebanyakan hormone progesteron, ya?

Bunyi celeguk terdengar di gagang telepon Jinny. Si mas operator tampak


menahan marahnya. Terjadilah komunikasi di antara mereka. Pihak redaksi tak bisa
memberikan informasi model di majalah mereka. Jinny merajuk mati matian. Namun,
peraturan adalah wajib dilaksanakan. Takluk sudah Jinny tak mendapatkan nomor
telepon Jin. Tapi, hasrat Jinny yang menggebu gebu menuntun cerita terus berlanjut.
Asmara adalah perburuan. Dan Jinny akan membuktikan semua itu.

---000---

29

4.

TARZAN RAJA RIMBA AM AZON

arzan penguasa rimba Amazon. Brazilia. Tak ada satupun binatang yang berani
padanya. Semua tunduk. Singgasananya di mana saja. Pucuk pohon besar,

itulah tempat Tarzan memerintah. Di bantaran sungai, ia pun tegas mengoordinir anak
anak buahnya, para hewan yang so cute. Gaya memerintah Tarzan setengah diktator a la
Hitler, separuhnya luwes bak Arjuna. Seluruh penghuni rimba nyaman oleh Tarzan.
Hewan adalah sahabat bagi Tarzan. Teman terbaik. Ia memimpin para binatang
bukan untuk melumpuhkan mereka. Tapi, mengajari makhluk bernama hewan untuk
lebih manusiawi. Prinsip Tarzan, janganlah para hewan saling memangsa untuk
mempertahankan hidup. Damai saja. Ia selalu memberi gambaran betapa gotong
royong khas Indonesia laik diterapkan di Hutan Amazon. Tarzan menganggap, bekerja
bersama sama di rimba akan sangat melesatkan produktivitas.
Mau tahu ketika Tarzan marah? Bayangan Anda bagaimana? Sangar wajahnya
atau gigi taringnya memanjang? Tidak. Jika ada satu anak buahnya yang bandel dan tak
menuruti perintahnya, Tarzan hanya bilang seperti ini:
Kalian mau celana saya menyumbat mulut kalian!
Semua tahu asal mula celana si Tarzan. Dari kulit macan. Dulu rimba diperintah
oleh macan yang bertabiat lalim dan jahat. Melihat banyak binatang yang kelaparan,
semena mena diperlakukan si raja rimba, akhirnya Tarzan mengajak duel.
Heh, Macan! seru Tarzan ke Raja Hutan. Sudah kuselidiki dirimu selama ini.
Laporan penghuni hutan sini memang benar. Kau sangat kejam. Hewan berpendapat,
kau bredel. Bensin solar kau naikkan seenak udelmu. Jadinya, harga harga meroket!

30

Si Raja Rimba mendengus. Ia tak terima dikatakan seperti itu.


Masalah buat LOH?!
Kuping Tarzan panas. Darahnya mendidih. Jika saja sebuah handuk basah
ditaruh di kepala Tarzan, semenit langsung kering.
Jelas jadi masalah dong, Abang Macan .
Tetap saja Macan Raja Hutan kekeuh dengan sikapnya. Terjadilah perseteruan
yang hebat sekali. Mereka pun bergulat. Berguling guling, saling cakar, serangan
bertubi tubi silih berganti. Sekujur tubuh Tarzan berdarah. Pun Macan kehilangan satu
matanya copot oleh cocolan jari si Tarzan. Satu pisau Swiss dihunuskan ke perut si
Macan. Dan matilah
Tarzan menguliti si Macan. Kulit eks raja rimba dijadikan celana, sebagai bukti
peralihan kekuasaan. Uniknya, celana itu tidak pernah dicuci. Tak bikin gatal gatal
selakangan Tarzan. Karena kutu celana pun manut sama si raja rimba baru. TARZAN.
Kepemimpinan Tarzan tidak mulus sepenuhnya. Ancaman kudeta memang tidak
ada. Tapi, gosiplah yang menyerang dirinya. Sekumpulan burung gagak yang gemar
bersolek, memoles tebal paruh mereka dengan lipstik Revlon, menyerang Tarzan.
Mereka mengembuskan fitnah jika celana macan yang Tarzan selalu kenakan hasil
mengutil punya seorang janda bahenol tetangganya. Namun, sang raja rimba baru itu
tetap bijak. Ia memberi peringatan:
Janganlah kalian berlaku seperti penghuni rumah bordil! Tarzan tegas memberi
peringatan. Harga diri kita terletak di mulut kita. Paruh kalian. Aku tak akan
menyusahkan kalian. Ucapkan apa keinginan kalian semua!
Gelar Raja Rimba sebetulnya kepercayaan bagi Tarzan. Secara formalitas,
Tarzan adalah Menteri Kehutanan Brazilia. Peraturan Menteri sudah pula diteken

31

Tarzan untuk menyelamatkan hutan Amazon. Hanya pohon berukuran besar, berusia
layak, boleh ditebang. Itupun harus diganti dengan menanam bibit baru yang cepat
tumbuh. Arahan Tarzan, Perlakukan hutan seperti istri atau suamimu. Jangan nikmat di
ranjang saja. Semuanya. Karena kalian sudah diikat oleh perjanjian suci, jagalah sampai
ajal datang.
Hanya satu yang bisa membikin Tarzan ketakutan: Jane. Istrinya lah yang
berhasil mengikat Tarzan. Tepatnya mengarahkan sang raja rimba itu menjadi disiplin
seperti sekarang ini. Salah berucap dan berperilaku, tak segan Jane mencambuk Tarzan.
Tentu cambukan yang memompa adrenalin menuju puncak asmara.
Hidup di Brazilia sangat mengagumkan. Budaya sepakbola indahnya, festival
tahunan Rio de Janeiro yang mendunia, dan keramahan warganya yang hangat,
memantapkan Brazilia sebagai negeri tropis nan eksotik. Yang tak kalah penting,
peranan Brazil dalam pelestarian hutan. Keberhasilan menjaga keperawanan Rimba
Amazon dicontoh banyak negara, termasuk Indonesia. Para peneliti berbondong
bondong berguru ke Brazilia. Mereka saling bertukar informasi tentang bagaimana
mempertahankan hutan, memperlambat kerusakan lapisan ozon, sehingga waktu kiamat
akan terulur.

Tarzan memegang andil besar dalam usaha harmonisasi hutan dan

manusia ini.

***

Pantai Copacabana di tepi Negeri Brazilia terus ramai oleh turis dan warga lokal.
Mereka menikmati liburan, berlari saling kejar, memainkan bola sepak atau voli dengan
sangat riang. Perempuan perempuan seksi berbikini warna terang seakan menambah

32

corak Brazilia yang memang penuh tenaga. Bola, pantai, dan pesta, tiga kombinasi
yang pantas disebutkan teruntuk orang orang Brazilia.
Kota Rio juga tak kalah heboh. Saat ini musim khitan. Anak anak yang siap
masuk ke dunia akil baligh gelisah saat mereka harus merelakan sekelumit dari burung
mereka untuk dipotong. Pesta semalam suntuk digelar. Muda mudi, tua tui berdansa
tanpa lelah. Mercon disulut, disambut ketawa yang berderai.
Pesta di Brazilia juga berarti pawai busana mahal nan moncer. Bukan rahasia
umum lagi jika pesta identik dengan ajang pamer martabat dan harga diri para ibu
eksekutif. Siapa yang berpenampilan buruk, ejekan teralamat kepadanya. Jane tak mau
suaminya Tarzan kehilangan muka. Dua hari sebelum pergi ke acara, ia menyiapkan
konsep dandanan yang mantap. Tak segan Jane mengundang ahli busana, penata rias,
tukang ledeng, psikiater, untuk mempermantap penampilannya. Di Brazilia tidak boleh
setengah setengah. Semua harus sempurna.
Ayo, Pa. Cepat! seru Jane. Kita telat nih. Bisa bisa kita ketinggalan momen
potong burungnya, Pa.
Tarzan tidak menjawab suara istrinya yang buru buru ke luar dari kamar.
Sanggul Jane tampak sangat tinggi. Ia mengenakan kebaya moderen Nusantara yang ia
pesan dari Toko Online Sri Rama asal Hindustan.
Ealah, Pa Pa! Jane berteriak. Kok masih tidur tiduran. Baca koran malahan.
Ganti cawat macanmu itu, Pa! Jijik aku Tapi seksi sih. Mama suka .
Meeting, Ma! Tarzan menjawab sekenanya sembari menyeruput secangkir
tehnya. Karena minumnya sambil tiduran, teh tumpah ke mukanya. Jadwal bentrok!

33

Kok bisa, Pa? sungut Jane. Kenapa semalam Papa nggak kasih tahu?! Kalau
bilang, Mama bisa bareng ibu ibu lain. Tuh lihat ibu ibu kompleks sudah berangkat
naik truk.
Lupa, Ma. Maafin aku, Ma. Tarzan merajuk. Capai banget pulang rapat.
Langsung tidur. Mama ngoroknya kenceng banget. Ya, nggak Papa bangunin lah.
Sebentar lagi Papa berangkat kantor, nerusin rapat semalam yang belum rampung.
Alasan?!
Eh, Mama nggak percaya?
Jane ngambek. Ia masuk kamar. Pintu ia banting. Foto pernikahan Tarzan dan
Jane yang berbingkai emas bergeser miring. Wajah mereka berdua di foto berubah
seperti orang stroke separuh di wajah.
SMS Bu Fransisca saja, Ma! Titip ke dia, sekalian Papa juga. seru Tarzan.
OGAH! Malu maluin. Istri menteri titip!
Tarzan cuek, berjingkat ia menuju dapur. Tumpukan gelas dan piring memenuhi
wastafel. Hati Tarzan mulai tergerak untuk segera memberesi. Namun, ia dikagetkan
oleh suara memekik.
TADAAA .
Jane telah berkostum rimba motif macan. Berbeda dengan suaminya, bakal baju
Jane terbuat dari sintetik. Ia tak mau mengulang kedua kali membunuh seekor macan.
Cukup suaminya saja. Namun risiko yang didapat bahan sintetik membuat badan dan
payudaranya lecet. Tak begitu bermasalah. Ketimbang nanti diprotes oleh Green Peace
dan aktivis penyayang binatang, Jane bermain aman saja.
Mama mau ngapain? tanya Tarzan bengong.
Ikut rapat. jawab Jane. Mama mau tahu, Papa benar benar rapat atau ndak.

34

Aduh. Berabe deh. Gimana nanti teman teman kerjaku, Ma?


Ya ndak masalah. ucap polos Jane. Daripada bete di kamar ndak jadi lihat
pesta khitan, Mama ikut Papa saja. Mama sudah transfer uang sumbangan ke rekening
Bu Fransisca. Beres deh, Pa!
Aduh, Ma. Malu, Ma . ucap Tarzan. Masa istri ikut rapat.
Pa, selama ini Mama belum pernah lihat Papa rapat. Boleh ya, Pa?
Tarzan masih berpikir apakah meluluskan atau menolak niat istrinya. Karena ia
tak pakai kemeja berkancing, Tarzan menghitung dari kata T-A-R-Z-A-N, Ya-TidakYa-Tidak-Ya. Diputuskan Jane ikut ke kantor.

***

Tepat jam 8 pagi, Tarzan dan Jane tiba di Kantor Kementerian Kehutanan
dengan menunggang kuda berponi tebal berbulu mata lentik. Senyum kuda milik Haji
Juned ini merekah, merasa tersanjung diberi kesempatan ditunggangi oleh sang maestro
hutan Brazilia. Kuda pribadi Tarzan tengah pilek. Terlalu banyak hujan hujanan.
Direntalah kuda poni bernama Fernando itu dengan potongan harga sewa yang lumayan.
Kantor kementerian sangat unik. Bukan bangunan beton, melainkan bambu
dengan taman yang asri penuh tetumbuhan dan pohon nan rindang. Didesain oleh
seorang arsitek kebanggaan Brazilia, NN, yang tak mau disohorkan namanya, konsep
kantor merepresentasikan jiwa Brazilia yang bebas menyatu dengan alam.
Masuk kantor, telah berkumpul orang orang yang berkostum nyeleneh. Jane
ternganga, bertanyalah dirinya kepada Tarzan:

35

Pa, apa Mama bermimpi, ya? Pak Menteri Tenaga Kerja pakai kostum
perempuan TKW? Darahnya ke mana mana seperti habis disiksa majikannya.
Begitulah. Tarzan menjawab sekenanya.
Lah itu! tunjuk Jane ke seseorang di meja runding.
Oh itu Pak Menteri Olahraga! jawab Tarzan.
Pak Menteri Olahraga yang berkumis tebal sekarang memakai baju renang
lengkap dengan penutup kepala dan kacamata google-nya.
Selamat pagi, Pak Menteri! sapa seorang yang berkostum onta.
Siapa Anda? tanya Tarzan.
Saya Menteri Agama, Pak Tarzan!
Jane ketawa ngakak. Tak pernah ia jumpai suasana rapat kenegaraan yang
ekstrim seperti di hadapannya sekarang ini. Bagaimana mungkin para menteri negara
berlaku tidak lazim. Jane berbisik ke Tarzan, bertanya kenapa ini bisa terjadi. Ternyata,
rapat rapat yang diadakan selalu mengejutkan. Tiap dua minggu sekali diputar
lokasinya. Setiap kementerian mendapat jatah. Tema tema yang diusung pun berbeda
beda. Kadang Dunia Mistik, Kuliner, Astronomi, dan masih banyak lagi. Masing
masing menteri dituntut untuk kreatif. Namun tentu saja, bahasan tidak boleh melebar.
Tetap harus fokus guna mencapai hasil.
Kesepakatan tak tertulis para menteri menyebutkan jika:
Membahas permasalahan tidak harus dengan wajah dan otak tegang. Solusi
hanya didapat dari wajah tersenyum, otak yang bebas, dan hati yang peka.
Bagaimana dengan sang pemimpin negara? Apakah Presiden berkostum aneh
saat memimpin sidang dua mingguan kali ini? Jika tahu satu menterinya, Tarzan,

36

membawa istri ke ruang rapat, apakah ia akan murka dan melempar sepatu sebelah
kanannya?
Ma, beraktinglah seperti sekretarisku! perintah Tarzan.
Kan memang sekretaris Papa secara lahiriah dan tentunya batiniah. Penghulu
lho yang memberi Papa SIM kepemilikan Mama ini. ucap Jane dengan geliat tubuh
yang mengular. Desisan yang biasanya muncul saat berahi di ubun ubun, Jane tahan. Di
ruang rapat ini, ia harus berlaku sopan dan elegan yang berbeda dari penghuni Gang
Dolly.
Tarzan tahu jika istrinya mulai kerasukan ruh Dewa Amor. Di saat genting
seperti ini, menunggu kehadiran sang Presiden, tatapan Jane aneh. Sangat menggoda.
Tarzan menahan diri.
Sudah. Sebentar lagi rapat dimulai. kata Tarzan berwibawa. Tetap buntuti aku,
Ma. Ke manapun aku jalan, umbar senyum. Kesankan kementerian kita berkarakter
murahan. Maksudku, murah senyum.
Sirine berbunyi. Rekaman suara seekor gajah yang melenguh saat bersalin
memecah keheningan. Para menteri dan masing masing staf mempersiapkan diri di
tempat mereka. Seorang protokoler berkostum ksatria zirah membacakan tata tertib.
Hadirin yang terhormat, Bapak dan Ibu Menteri. Kita sambut pimpinan rapat
kita!
Suara tepuk membahana mengisi ruangan. Suasana agak tegang. Kabar yang
berembus, Presiden tengah sakit gigi. Uring uringan beberapa hari ini. Bisa dibayangkan
arahan yang diberikan akan diselingi kata aduh.
Tirai terbuka. Presiden had Oh, bukan! Seorang perempuan renta
berperawakan mungil dan bungkuk lah yang menggantikan sang Presiden yang

37

diberitakan masuk ruang gawat darurat karena mulutnya bengkak parah. Masuk ke
ruangan dipapah dua ajudan di kanan kirinya, si pemimpin rapat substitusi tua
berpenampilan modis khas gadis gaul. Kacamatanya hampir menutupi seluruh mukanya
saking besarnya.
Si Renta duduk. Ia mengibaskan tangan kanannya mempersilakan seluruh
menteri duduk. Tampak ibu Menteri Urusan Perempuan dan Menteri Kesehatan mesem,
nyaris cekikikan.
Anda semua, pasti terkejut! suara nenek pimpinan sidang menggema dan
memantul dengan echo yang pas. Bapak Presiden mengutus saya.
Mengeluarkan sapu tangan bergambar sosok Arnold Schwazeeneger yang
berdekapan dengan selingkuhan yang juga pembantu rumah tangganya, si nenek
meneruskan ucapannya.
Memang lucu, rapat negara dipimpin nenek nenek. Akui saja!
Seluruh menteri menunduk, kuatir si nenek melaporkan ke presiden,
mengadukan jika para menteri tidak memiliki sopan santun. Mereka tak mau berita yang
masuk ke telinga sang presiden ditambahi atau dikurangi yang bisa berujung ke
pemecatan.
Tertawalah sepuas kalian! si nenek berkata. Negara adalah buku komik.
Gempar. Bagaimana bisa rapat berubah seperti ini? Ini seorang renta menyuruh
hadirin untuk tertawa seolah masalah negara tidak rumit.
Ayo, ngakak boleh! Karena fitrah kita sebagai manusia tertawa. Tertawalah
karena Tuhan menciptakan kita sempurna.
Seluruh menteri tertawa dengan terpaksa. Protokoler melanjutkan sesi acara
selanjutnya.

38

Hadirin yang terhormat, Bapak dan Ibu Menteri. Kita masuk sesi kedua. Mohon
bergilir, seluruh menteri melaporkan kemajuan program programnya. Dimulai dari
ujung sana, Pak Menteri Telekomunikasi. Silakan!

***

AC ruang rapat sangat dingin. Beberapa menteri mulai menggesek gesekkan


telapak tangan mereka. Bibir bibir mereka bergemurutuk yang ditahan tahan. Jika
kamera menge-zoom in tampak jelas betapa mereka manusia tropis tengah didera
siksaan hawa dingin. Beruntunglah mereka yang memakai jaket. Sesampai rumah,
mereka tak harus repot minta kerok istri atau suami.
Seorang hadirin yang entah menteri apa mendekat tuan protokoler membisikkan
sesuatu. Remote control akhirnya bertindak menurunkan hawa.
Tibalah jatah waktu untuk masing masing menteri memberi laporan. Menteri
komunikasi membacakan perkembangan departemen yang ia pimpin dengan sangat
percaya diri. Laporannya tidak berupa buku tebal. Tapi ditulis dalam bentuk gulungan
tisu toilet. Dua puluh menit Pak Menteri Komunikasi habiskan. Di akhir pelaporan, ia
memekikkan kata HORAS!.
Si nenek renta pimpinan sidang berstanding applause dan ngakak dengan suara
sangat lantang.
Saya setuju! suaranya melengking. Lanjutkan program Anda, Pak Menteri
yang caem. Saya teruskan laporan Anda lewat skype. Nih kalau Anda mau lihat dan
tega, Bapak Presiden sedang dibor giginya.

39

Tak ada yang menerima tawaran si pimpinan rapat. Bergonta ganti laporan
menteri lain, suasana berubah membosankan. Pimpinan sidang mulai sadar jika
sebagian besar hadirin menguap nguap. Ada pula yang sibuk memain mainkan hape
tanda konsentrasi mereka sudah melemah.
Tarzan tampak tegang. Gilirannya masih jauh. Berkali kali ia melihat jam
tangannya. Sudah tak sabar ia untuk beraksi memamerkan kehebatan kementriannya.
Saya berhenti! ucap lantang Tarzan memotong laporan menteri yang lain.
Saya mengaku gagal.
Biasanya Tarzan sangat tegap. Berdiri gagah bak Monas. Kali ini ia lunglai. Jane
tampak tersentak, kaget bukan kepalang. Suaminya secara mandiri menyatakan lengser
dari jabatannya. Tapi Jane memahami sepenuhnya karakter suaminya. Sekali berkata,
pantang untuk ditarik kembali. Jane menjotos bokong Tarzan tanda setuju.
Jika saja Tarzan tidak punya profesi lain, Jane tentu akan berteriak teriak
meratapi masa depan dirinya dan suami yang nyata akan hancur. Beruntung Tarzan
selama ini juga menjadi kontributor majalah National Geography cabang Brazilia.
Si nenek renta mendongak, menatap Tarzan dari ujung kepala berhenti sejenak
di cawat lalu naik ke dadanya. Bunyi celeguk terdengar dari speaker si pimpinan
sidang itu.
Ada masalah apa, Manis? tanya manja si nenek.
Jane menjejak kaki Tarzan, menunjukkan cemburunya yang mulai menaik.
Tarzan meraih tangan kanan Jane dan menggenggamnya dengan hangat. Tarzan seolah
ingin menunjukkan jika dirinya akan terus menjaga ikatan pernikahan rimba yang
mereka ikrarkan.

40

Ibu pimpinan rapat yang saya hormati. ucap Tarzan dengan nada ditahan.
Anda menteri apa?
Kehutanan, Bu.
Panggil saya Mbak saja. Si nenek renta mulai ganjen.
Jane diam. Kepercayaan dirinya ke suaminya sangat besar. Ia tak terganggu oleh
rayuan nenek renta si pimpinan sidang yang ia anggap tak selevel dari segi kecantikan.
Mohon maaf, Mbak .
Stephanie. Panggil itu saja. ucap si nenek. Lanjutkan kisah Anda. Saya
menyimak kok.
Saya tidak akan berbasa basi, Mbak Steph. Eh, Mbak Anie .
Anie? tanya si nenek. Anie Yudhoyono? Atau, Anie Lennox penyanyi Inggris
itu?
Bukan, Mbak. Anie yang suaminya ketua RT sekalian penulis lagu lagu sedih.
kata Jane bermaksud berkelakar. Anie Andalah, Mbak.
Seluruh hadirin ngakak habis. Terpingkal pingkal hingga satu piring berisi
resoles, jadah, dan bungkusan kacang milik Menteri Agama jatuh di lantai.
Tarzan melanjutkan, Lahir saya di hutan. Tak mampu membaca, sampai
sekarang jadi menteri. Saya mengelola hutan hanya dengan perasaan. Saya mencintai
hutan. Dan tentu istri saya.
Anda sudah beristri?! Sialan! Ehm maaf, khilaf. Apa hubungannya dengan
istrimu, Zan? tanya Stephanie dengan nada agak tinggi. Seolah kans dirinya
mendapatkan perhatian si Tarzan telah pupus.
Tidak ada, Mbak Anie. Dua tahun terakhir ini hutan Brazil dibabat habis.
Cukong cukong menghancurkannya. Saya dan anak buah, binatang binatang tak

41

bersalah itu, sudah berjuang mati matian menghentikan aksi bejat mereka. Tapi
percuma, nihil hasilnya.
Kita cross check dengan menteri lain. Menteri Hukum, bagaimana ini? tanya
Stephanie.
Akan kita telusuri, Bu. jawab si menteri. Kami sudah .
Tarzan memotong pembicaraan, Mohon maaf sekali lagi. Saya sudah
mengontak pula teman teman menteri lain. Saya tidak mempersalahkan mereka. Ini
salah saya. Murni. Jadi saya bulat tekat mundur dari jabatan ini.
Baiklah jika itu keputusan Anda. Nenek Stephanie mendengus. Saya laporkan
ke Bapak Presiden. Segeralah buat surat pengunduran diri Anda sesuai prosedur.
Rapat berjalan selama lima jam. Tarzan telah mengeluarkan keinginannya yang
mengejutkan. Pasti media akan mengorek habis, warga Brazilia juga segera mengetahui
berita heboh ini.
***

Surat balasan resmi Presiden sampai ke rumah pribadi Tarzan. Diantar oleh
Nona Pos berseragam super ketat, Jane yang menerima surat dan meneruskan ke
suaminya.
Pa, akhirnya tugas kenegaraan kita selesai. ucap Jane sembari berjalan ke
ruang shalat keluarga. Tarzan dan Jane adalah mualaf.
Tidak masalah, Ma. Terima kasih atas pengertian Mama. Tarzan berkata sedih.
Kita rancang masa depan baru, Ma. Yang penting itu, Ma .
Tarzan menatap Jane yang usai berwudlu menampilkan kesegaran alamiah
dirinya.

42

Apa sih, Pa? Papa, shalat yuk!


Sendirilah dulu Mama shalat.
Jangan menunda kebaikan, Pa! tegur Jane diikuti Tarzan yang mengganti
bajunya jadi muslimin. Ia menuju tempat wudlu. Jadilah imam shalat.
Kita terlalu sibuk dengan urusan orang, Ma. ucap Tarzan setelah shalat.
Saatnya kita punya momongan. Jangan kera melulu yang kita urus. Kuda nil sakit kita
urus. Waktunya kita bikin anak, Ma!
Jane berbinar matanya. Selama ini kehamilan Jane ditunda atas permohonan
Tarzan biar ia fokus dalam pekerjaan. Tarzan terlampau keras bekerja dan melupakan
fitrahnya sebagai seorang Bapak. Jane girang dan bersyukur kepada Tuhan, Allah sang
pembolak balik hati manusia.
Kita berbulan madu yuk, Ma! Tarzan menawarkan kejutan itu.
Alhamdulillah, ucap Jane. Ke mana, Pa?
Indonesia. Kalimantan atau Papua. Tadi teman National Geography
menawarkan liputan ke sana.
Rezeki memang tidak ke mana ya, Pa? Asal ikhlas dengan keputusan dan
keyakinan kita, InsyaAllah akan ada jalan terbaik bagi kita.
Betul, Ma!
Jane mencium punggung tangan suaminya. Sekitar dua menit. Terlalu lama
memang untuk ukuran menunjukkan rasa kasih sayang. Tarzan sampai harus
melepaskan punggung tangannya dan bibir istrinya yang seolah dilem.
Sudah. Simpan kecupan itu, Ma! Tarzan berkata. Tolong buatkan minum
STMJ ya, Ma. Biar stamina Papa kuat sekarang dan selamanya!
Mama juga ikut minum lo, Pa. Biar sama sama fit.

43

Tarzan dan Jane bermetamorfosis kembali. Menjadilah mereka baru, berikut


harapan harapan yang lebih menantang. Mereka sementara meninggalkan Tanah
Brazilia untuk berbulan madu ke Indonesia. Kabarnya, hutan di negeri itu sama dengan
punya Brazilia. Wawasan Tarzan akan semakin luas. Saatnya mengembangkan
imajinasi yang tidak melulu di kotanya sendiri. Terbang melalang buana. Namun yang
lebih penting dari semua itu, Tarzan junior akan hadir di muka bumi!

---000---

44

5.
JONO

DAN KASIH SAYANG ORTU NYA

ono bernama asli Sardjono Supangat. Ia tumbuh dalam naungan kasih sayang
Emaknya Darmi. Hidup di pinggiran kota Jogja, Bu Darmi melek kesehatan. Ia

selalu memberi Jono asupan gizi yang lumayan. Sayur, karbo, ditambah susu kedelai,
membikin badan Jono melebihi ukuran sebayanya. Emak sangat menyayangi Jono.
Sampai besarpun si Jono tetap minta kelon sambil mengisap jempol kaki ibundanya itu.
Ayahnya Pak Supangat jarang sekali di rumah. Bekerja di luar pulau, ia ikut
saudagar Tionghoa jadi mandor proyek. Komunikasi dengan anak dan istri ia lakukan
lewat telepon. Kalau pas proyek di pedalaman, rasa kangennya sudah ingin meledak,
Pak Supangat sampai harus manjat manjat pohon kelapa biar dapat sinyal.
Emak dan Jono tinggal di rumah sederhana bercat hijau. Ada satu taman berair
mancur yang memancar kalau tidak menunggak listriknya. Jemuran baju di belakang,
lengkap dengan kursi malas untuk memanggang kulit. Emak selalu menjaga
kecokelatan kulitnya, karena suaminya sangat demen. Saat akan mudik rumah,
pertanyaan pertama meluncur dari mulut Pak Supangat adalah: Kulitmu masih seperti
yang dulu kan, Mak? Cokelat mengilap seperti kecoa tropis? But, I really love it!
Kumpul bertiga adalah momen spesial. Di Alun Alun Utara, Jono dan kedua
orang tuanya bercengekerama. Waktu itu, Jono menggiring bola amat lincahnya. Insting
Pak Supangat yang sepeka juri Indonesias Got Talent bermain.
Lionel Messi baru Mak anakmu! Kita push dia biar jadi pemain bola dunia!
Masukin ke SSB, Mak! seru Pak Supangat bersemangat.

45

Emak berpikir sebentar. Ia memandang seorang penjual burger yang tampan.


Mata kirinya mengedip sekali tanpa suaminya tahu. SSB itu apa to, Pak?
Sekolah Sepak Bola. jawab si bapak mantap.
Oh, Mak pikir Sekolah Sekolah Babu. canda Emak. Pelajaran di sekolah
sudah berat, Pak. Kita tambah lagi sama latihan bola. Apa tidak capek anak kita nanti?
Ya, ndak Mak, si bapak bercericit. Ini kebiasaan dirinya sejak kecil yang tak
mampu dihapuskan oleh sang waktu. Justru anak muda sekarang kita kasih kesibukan.
Biar ndak suka tawuran.
Oiya ya, Pak! Emak menyetujui, mengangguk sembari menggaruk garuk
ketiaknya yang lebat seperti Eva Arnaz, artis hebat masa lalu.
Besok tolong daftarin Joko ya, Mak! ucap bapak. Butuh berapa?
Ya belum tahu, Pak. Anggap saja seratus ribu daftarnya. Tapi .
Tapi apa, Mak?
Ongkos jalan emak juga dikasih loh. Kalau haus, ndak mungkin to emak
mampir mushola, minum di kran tempat wudlu!
Beres, Mak. jawab mantap si bapak sembari mengeluarkan uang dari dompet.
Ini. Yang dua puluh lima ribu buat Emak.
Matur nuwun ya, Pakne. Terima kasih, Bapak.
Sama sama, Mak. Pak Supangat tak mengelus rambut istrinya. Justru Emak
lebih suka suaminya mencabut satu atau dua bulu kakinya.
Ada telepon masuk. Pak Supangat mengangkatnya dan berulang ulang
mengatakan Siap, Pak!
Dari siapa, Pak? tanya Emak.
Bos. Disuruh cepat balik kerja.

46

Asyik!
Kok Emak malah bilang asyik? Pasti ada apa apa nih!
Emak balas mencabut bulu kaki suaminya.
Bukan, Pak. Pakne berangkat kerja kan ngumpulin uang. Buat Emak juga Jono.
Emak beri semangat buat Pakne! Biar kita cepat kaya.
Pak Supangat berbinar bola matanya. Betapa beruntung ia memiliki istri yang
sangat cantik, berakhlak mulia, dan berpikir masa depan keluarga mereka yang cerah
ceria.
Ayo kita balik, Mak! kata Pak Supangat.
Jono kemari, Nak! seru Emak.
Jono masih asyik dengan bolanya. Ia tendang sekuat tenaga. Malang, bola kena
wajah seorang kakek penjual gula gula. Gigi palsunya lepas mencolat jatuh ke tanah.
Astaghfirullah . teriak Emak sambil lari berburu dibuntuti Pak Supangat.
Mereka segera meminta maaf ke kakek penjual gula gula itu.
Itulah satu memori indah Jono bersama kedua orang tuanya. Sampai
dewasapun, Jono selalu menceritakan ke teman temannya jika bapak dan emaknya
orang terbaik di dunia. Mereka berdualah yang membentuk pribadinya.

***

Jono berusia tujuh tahun. Ia duduk di kelas satu SD Percobaan. Masuk ke


sekolah itu, seperti kutukan bagi Jono. Pertanyaan besar ada dalam dirinya: Apakah ia
nanti lulus jadi kelinci percobaan? Kekritisannya selalu berbenturan dengan jawaban
guru gurunya yang tidak memuaskannya.

47

Pak Guru . Jono berkata. Nada bicaranya lesu.


Uhm uhm . Jawab
Saya hendak bertanya, Pak Guru.
Jawabannya adalah sekolah ini bukan tempat ujicoba seperti yang kau pikirkan,
Jono.
Lalu? Jono memburu gurunya.
Awal muasalnya, sekolah ini bernama Sekolah Percobraan. Tempat untuk
mendidik pawang ulang kobra!
Jono kaget. Berarti, guru di hadapannya orang India. Tapi wajahnya sama sekali
tidak mirip Shahruh Khan. Hanya memang si bapak gemar nonton film Bollywood.
Apakah benar itu, Pak?
O tentu .
Buktinya apa, Pak? Jono bertanya terus. Gurunya mulai kewalahan.
Ini!
Pak Guru membuka bajunya. Badannya penuh tato bergambar ular kobra. Murid
murid perempuan bertepuk tangan. Mereka mengira gurunya sedang menghibur menjadi
pemain sirkus.
Sekarang saya baru percaya, Pak! seru Jono.
Anak bandel. Untung saja tatoku ular kobra. Coba kalau badanku ditato
macam macam binatang. Murid murid sini pikir ini sekolah atau kebun binatang! sang
guru membatin. Ia geram tapi juga sangat bersyukur punya murid murid yang cerdas.
Baiklah. Sekarang, kalian keluarkan satu lembar kertas untuk latihan ujian
semester!

48

Seluruh murid kebingungan. Mereka tidak siap. Semalam tidak belajar. Namun
beda dengan Jono. Ia selalu siap sedia baik ujian maupun tidak.
Apa yang kau keluarkan, JONO?! teriak pak Guru.
Jono menoleh ke teman temannya. Tak ada yang salah menurut dirinya.
Daster siapa itu, Jono! pak Guru kembali berteriak. Murid murid lain diam,
antara pengin ketawa dan takut.
Oh maaf, Pak , Jono memasukkan kembali daster ke tasnya. Daster ibu
saya. Tadi pagi ibu titip ke saya buat ngecilin dasternya di tukang jahit. Bapak tadi
menyuruh kami keluarkan daster bukan?
Pak Guru memukul jidatnya keras.
Latihan ujian semester, Jono! Se mes ter!
Saya pikir daster, Pak!
Pelajaran jadi tidak kaku lagi. Masalah sepele justru bisa bikin gelak tawa yang
menghibur. Jono selalu punya kejutan kejutan bagi guru dan teman temannya.

***

Saat terindah bagi Emak ketika Jono pulang sekolah. Dibela belain, Emak
berdandan habis habisan. Hanya untuk menyambut kedatangan Jono yang berseragam
merah putih. Ibu mana di dunia yang melakukan hal seperti itu? Emak melakukannya.
Lihat anakku pakai topi, seragam, sama sepatunya, bikin aku bergetar . ucap
Emak suatu ketika saat mengobrol dengan salah satu ibu teman Jono.
Kenapa itu, Bu? tanya teman Emak sembari membenarkan posisi tasnya. Ia
mendekap seolah tak ingin perempuan di hadapannya merebut tasnya.

49

Emak memutar kepalanya. Bunyi keretak terdengar.


Maklum, Jeng. Saya tidak sempat sekolah. Ibu saya orang tak punya. Nah, biar
lebih baik nasibnya dari saya, anak saya kudu sekolah sampai tinggi. Kuliah sampai
doktor kalau bisa. katanya.
Oh ya? tanya teman Emak. Wajahnya nyinyir. Ia membatin: Anaknya SD saja
sudah heboh. Apalagi betul anaknya nanti jadi doktor. Bisa mati berdiri dia!
Ya, sekadar cita cita, Jeng.
Harus, Jeng itu! balas teman Emak. Masa bodoh itu anakmu mau jadi apa?!
InsyaAllah, Jeng. Terima kasih, Jeng. kata Emak.
Ho oh. Teman Emak berucap.

Jono berlari menuju si Emak di pintu rumah yang memakai kebaya lengkap
dengan kondenya. Selembar kertas Jono acung acungkan.
Mak Dapat delapan Mak . seru Jono dari kejauhan.
Sontak Emak kegirangan. Ia meloncat loncat, mengucap kata yes! berkali kali.
Badannya membesar saking senangnya. Jono menubruk emaknya, namun emak berhasil
menahan hingga mereka tak terjatuh berguling di lantai.
Teman temanmu dapat berapa. Jon? tanya Emak.
Sepuluh, Mak! teriak Jono.
Loh berarti kalah dong kamu, Jon! Emak KECEWA .
Si Emak bersimpuh. Ia seperti dihantam kilat yang memecah batok kepalanya.
Bagaimana bisa Jono kalah dari teman temannya. Kecewa si Emak.
Cup cup, Mak . Jono menarik narik konde emaknya. Ini pelajaran
matematika. Susah Mak. Emak sih, kalau dimintai ajar, bilangnya Pusing, pusing .

50

Emak bangkit. Ia mengelap ingusnya yang nyaris menetes.


Tenang, Mak. Ini olahraga aku dapat sepuluh! seru Jono mengambil kertas
ujian lain dari tas. Aku yang tertinggi, Mak .
Langsung didekaplah Jono oleh Emak. Sangat erat. Saking eratnya, Jono tak bisa
bernapas, mulutnya megap megap seperti ikan yang menggelepar di daratan.
Lepaskan aku, Mak .
Oiya, Emak tersadar. Berlebihan kah? Tuhan, ampuni Emak Jono ini ya
Tuhan. Serius Tuhan.
Tapi silat, Mak .
Wah, Mak pikir bola. Bapakmu sudah gadang gadang kamu jadi pesepakbola
besar, Jon.
Jono mundur selangkah. Ia menendang Emaknya sekuat tenaga.
Kau APAIN Makmu ini?! teriak Emak. Sakit tahu, Jon!
Emak meringis kesakitan.
Okelah, Mak. Daripada Bapak kecewa. Jono mau juga diajarin bola.
Nah gitu dong, Jon. Bapakmu tahu kalau kau berbakat juga main bola. Ayo kita
berangkat daftar. Kau ganti baju dulu.
Oke, Mak! Emak pakai kebaya?
Tentu dong Lagi tren nih.
Jono menghormat. Siap, Mak. Tunggu sebentar.

Jalanan Jogja sesak oleh pengendara motor. Emak dan Jono naik ojek. Abang
ojek lincah berzigzag menembus macetnya beberapa ruas jalan Jogja. Emak nyaris

51

merosot waktu di tanjakan. Tapi Alhamdulillah, tidak jadi. Jono yang duduk di antara
Emak dan Pak Ojek malah suka dan terbahak bahak.
SSB lumayan dekat. Cuma dua puluh menit dan sepuluh ribu saja ongkos
perjalanannya dari rumah Jono. Di kantor SSB, Emak dan Jono disambut satu lelaki
bertubuh gempal di meja sekretaris.
Selamat siang. ia menyapa. Suaranya lembut. Tak sepadan dengan badan
kekarnya yang menjulang tinggi.
Saya mau mendaftarkan anak saya kursus bola. kata Emak. Ini anak saya.
Jono.
Si sekretaris memandang lekat lekat Jono dari ujung rambut ke kaki. Jono
langsung bersembunyi di belakang Emak. Ia ketakutan berpikir lelaki di depannya
seorang phedophil, pemangsa anak anak kecil.
Ehm . Posturnya oke. Sepertinya legit kalau dipoles. ucap si lelaki itu.
Emak menarik dadanya ke belakang. Jono mengintip dari balik tubuh emaknya.
Legit? tanya Emak.
Lincah-Energik-Menggigit. Itulah tiga karakter pesepakbola yang akan kami
bentuk, Bu.
Emak bernapas lega. Ternyata SSB yang ia masuki bukan sarang orang jahat.
Moto menunjukkan segalanya. Legit memberi bukti jika tempat latihan ini akan
menghasilkan pesepakbola hebat.
Saya titip anak saya. Latihlah dia. Anggap seperti anak sendiri. Emak berkata.
Jono, salim sama, Om!
Ya, Mak. Jono maju mendekat ke lelaki sekretaris SSB.

52

Pendaftaran rampung. Jono seminggu sekali berlatih sepakbola. Ia berusaha


menyerap ilmu ilmu yang diajarkan pelatihnya. Namun sayang, Jono cedera engkel
parah akibat ditackling, disikut, sekaligus diinjak teman SSBnya yang kesurupan
mengaku dirinya pegulat WCW yang kecanduan apotas ikan.
Emak kecewa. Apalagi Pak Supangat. Jono dibawa ke Pengobatan Alternatif
Sangkal Putung. Cedera berhasil ditangani, namun Jono sudah trauma tidak mau gabung
kembali ke SSB. Ia pengin mendalami pencak silat yang lebih soft dan mencerminkan
dirinya. Pak Supangat sangat terpukul. Di tanah rantau, ia mulai sakit sakitan.

***

Pak Supangat tertekan jiwanya dan mati nelangsa. Tepat di ulang tahun Jono yang
ke sembilan. Sejak obsesinya dua tahun lalu terenggut karena anaknya enggan kembali
ke SSB, Pak Supangat kalap mulai uring uringan. Makanan tak terkontrol. Walhasil, ia
meninggal mungkin dalam keadaan Khusnul Khotimah. Tapi, siapa yang tahu rahasia
Illahi. Jika pun tidak, semoga Pak Supangat di surga bertemu Mbak Khusnul Soimah.
Dua orang polisi bertandang ke rumah Emak. Mereka memberi kabar tentang
kematian Pak Supangat.
Selamat pagi, Bu! satu polisi beruluk salam. Apakah benar ini rumah Bapak
Supangat?
Benar, saya istrinya. jawab si emak, geliat tubuhnya menunjukkan kekhawatiran.
Kedua tangannya meremas remas seperti membuat santan kelapa. Atau mengucek BH
dekilnya?

53

Polisi itu melepas topi dan menangkupkannya ke dada. Temannya mengikuti,


seperti pudel yang takzim mengadopsi seluruh aksi tuannya.
Pak Supangat meninggal di proyek. Kami turut berbelasungkawa!
Emak langsung meraung. Menuju kamar, menutup keras dengan getaran yang
membuat Jono tersentak. Jono mendekat ke dua polisi, bertanya, dan meski hatinya juga
hancur ia mengucapkan terima kasih atas kabar yang telah didapat.
Ini surat kematian dari kepolisian. ucap si polisi.
Terima kasih, Pak Polisi. ucap Jono.
BAPAK , kencang sekali tangisan emak. Siapa yang kasih aku uang lagi!
Dua polisi saling berpandangan. Agak mengherankan, saat sang suami meninggal
di proyek, masih sempat si emak memikirkan uang. Emosi yang memuncak membuat
logika berpikir emak kacau dan diisi hal duniawi.
Lepas kematian Pak Supangat, Emak hilang kendali. Ia sempat menikah kembali
sebanyak dua kali. Dua suaminya ini juga meninggal. Ada yang kena sengat ubur ubur
waktu melaut dan mati karena tidur kebablasan. Warga sudah menuduh macam macam
teralamat Emak.
Bu Darmi dukun! Suaminya buat tumbal kecantikannya.
Gosip menyebar sangat cepat. Tapi Emak tak menggubrisnya. Ia tak henti
hentinya berdoa semoga mereka yang memfitnahnya tersadarkan. Semua ini karena
perawakan Emak yang tinggi, tegap dicirikan tanpa punuk, dan kulitnya mulus dengan
wajah yang memesona. Itu membuat iri ibu ibu lain. Rumor semakin santer. Yang lebih
mengherankan, Jono juga ikut menjadi sasaran empuk berita buruk ini. Selentingan
kabar menyebutkan Jono sebentar lagi akan bernasib sial sama. Mati oleh emaknya

54

sendiri. Masih banyak lagi cerita menyudutkan yang membikin Bu Darmi depresi. Tak
kuat deraan, Emak meninggal. Jono sekarang yatim piatu. Hidup sebatang kara.

***

Matahari di atas kepala. Pasar Beringharjo Jogja sesak manusia dari berbagai ras.
Lelaki perempuan berkumpul; bertransaksi batik, menukar uang dengan barang. Di
lantai atas, para kuli panggul perempuan menawarkan jasanya ke pembelanja. Di sisi
lain, ibu ibu pedagang bergosip hebat memperbincangkan artis terkenal yang tengah
naik daun tapi bertabiat buruk; beradegan mesum yang diumbar ke khalayak.
Di pasar ini, hampir tak ada teriakan Copet ... Tolong dompetku! dari
pengunjung yang kena jambret. Pasar aman aman saja. Satpam bekerja bak detektif
James Bond. Mata mereka bak elang, hidungnya laksana anjing pengendus, telinga
seperti kelelawar, yang membuat pencopet tak berkutik.
Jono kini sudah dewasa. Ia tak lulus SMA. Meski begitu, ia tak terus menyerah.
Berpikirlah dirinya bagaimana bertahan hidup. Sepenuhnya ia sadar belum bisa
mewujudkan cita cita si Emak. Belajar pada alam adalah niat besar Jono Dewasa.

ANDA TERDESAK?
NIKMATI SETIAP SENSASINYA, KELUARKAN JURUS JURUS
MEMATIKAN ANDA!

Sebuah papan reklame menampilkan satu pepatah yang benar mewakili Jono saat
ini. Ia terpantik untuk terus berusaha. Tuhan menjawab tuntas seketika membukakan

55

jalan rezeki. Kursus potong rambut Madura Jono ikuti. Saat pertama memegang
gunting, hati Jono bergetar. Ia sudah membayangkan bagaimana jika suatu waktu
menemui satu pelanggan yang super cerewet.
Mas, gimana sih potonganmu?! Kanan kurang tipis. Kiri malah ketebalan, Mas
Mas tukang potong rumput, ya? Aduh aku salah masuk tempat nih. Jono
membatin pelanggannya seperti ini.
Jono pun gelisah saat mentor potong Madura-nya mengajari teknik pijatan.
Sekalipun ia belum pernah memegang kepala orang. Pertama kali Jono disuruh memijit
mijit kepala percobaan, seorang pelanggan setengah mati berteriak teriak:
Mas! Lu pikir ini kepala martabak! Bayar murah, nggak harus kepala jadi kram
otak kan, Mas?!
Mental Jono sangat tangguh. Ia pun membuka Barber Shop sendiri bernama
Alakazam. Pengalamannya menghadapi pelanggan ia jadikan bekal pelayanan
terbaiknya. Prinsipnya, semua pelanggan harus ia puaskan tanpa kecuali.
Namun yang membuat Jono kaku hati adalah ada orang syirik yang berusaha
mengganggunya. Usahanya yang terus melesat membuahkan kecemburuan di antara
para pelaku bisnis potong rambut. Banyak yang menggunjingkan atau terang terangan
mendatangi Jono untuk mengajak duel satu lawan satu. Tapi Jono berhasil meredakan
serangan itu.
Pernah, seorang lelaki besar, berkepala plontos, dengan kumis yang panjang
masuk ke barber shop milik Jono. Mukanya sangat seram. Jika saja banteng Spanyol
bertemu dengannya, pasti ia memohon ampun agar lelaki itu tak jadi matador
musuhnya. Kejam adalah kata yang pas disematkan pada lelaki itu. Seluruh isi pasar

56

tunduk kepadanya. Apa yang ia minta, harus diwujudkan. Dan kali ini Jono harus
menghadapinya.
POTONG RAMBUTKU!' teriak lelaki itu.
Jono bingung. Bagaimana mungkin seorang lelaki tak berrambut menyuruh
dirinya untuk mencukurnya
'Hei! kau tuli ya!' seru sekali lagi lelaki itu.
'En ... en dak. Bag bag gaimana ...,' jawab kelimpungan Jono.
Lelaki itu mendengus. 'Aku penging DI-CU-KUR rambutku! Paham!'
Orang orang yang lewat di depan barber shop menatap dengan heran. Mimik
mereka antara takut dan penasaran. Dalam batin mereka bertanya, Ada apa lagi sama
si botak?.
'Maaf Bang.' ucap Jono
'Maaf apa?!' sentak si lelaki.
'Rambut mana yang dicukur Bang?'
Serius, Jono gemetaran. Tapi ia berhasil menahan dirinya untuk tidak ngompol.
'Ya rambut ini!' jawab lelaki besar bertato bunga mawar di lengan kanannya
sembari mengelus botaknya. Kau pikir rambutku yang mana lagi?
'Kan ndak ada rambutnya, Bang!'
'Kau ngelawan ya! Lakukan saja. Jangan banyak cingcong. Mau lepas itu kepala
dari lehermu?!'
Jono harus berpikir keras. Tidak melakukan perintah si preman, berarti lapaknya
akan diobrak abrik. Melaksanakan titahnya, sama saja konyol. Nama baik barber shop
milik Jono akan menukik tajam. Orang akan menertawakan sepuasnya, mengatakan si
Jono adalah tukang cukur gila. Akibatnya, tempat cukurnya akan bangkrut karena tak

57

ada yang percaya lagi. Sepertinya ini trik si lelaki untuk menjatuhkan pasar barber shop
milik Jono.
'Kenapa diam! Ayo lakukan.' Si preman terus berteriak.
'Oke Bang.' jawab Jono lirih.
Jono maju beberapa langkah mendekat si preman. Belum sampai mengambil
gunting dan sisir, Jono mendapat ide segar. Ia bergerak ke lemari DVD player berada.
Tombol on ia tekan, muncullah penyanyi dangdut seksi di layar monitor TV. Suara
biduanitanya sangat mendesah desah. Siapa yang mendengarnya, otomatis terhasut
untuk ikut bergoyang. Konsentrasi si Abang Preman berhasil dipecah.
Saat si preman goyang goyang, merem melek, Jono menuangkan air panas ke
waskom.

Handuk

kecil

ia

masukkan.

Diremas

dan

dibentangkan,

lalu

menelangkupkannya di kepala si preman. Jono memijitnya.


'Apa yang kau lakukan!'
'Tenang Bang. Ini creambath, Bang. Nikmati saja.' ucap Jono.
Lima belas menit si Preman menikmati pijitan. Dalam keadaan mulai mengantuk,
Jono mengeluarkan cermin bulat yang telah ia tempel foto Ariel Peterpan.
Ini, Bang! Jono menunjukkan cermin ke si preman. Rambut abang sudah
cakep.
Si Preman menelengkan kepala ke kanan dan kiri melihat cermin di hadapannya.
Ia pun menyentakkan kepala ke belakang seolah memperbaiki poni rambutnya. Oya,
ya. Benar sekali! Aku puas. Ganteng banget aku jadinya. Berapa aku harus bayar?
Gratis, Bang.

58

Thank you, Bro! jawab si preman sembari berdiri dan terus terusan menatap kaca
di depannya. Aku langganan di sini, Bro! Jangan digratisin. Aku bayar, tapi kasih
diskon ya. Kita soulmate sekarang, Bro!

Tak disangka tak diduga. Seorang preman yang ditakuti seantero pasar luluh oleh
Jono. Mereka bersahabat. Siapa yang berani mengganggu Jono, si Abang Preman yang
kini sudah jinak akan membela Jono sepenuh hati. Bisnis Jono berjalan lancar. Pundi
pundi uang Jono kumpulkan dengan penuh kesabaran.

---000---

59

6.

DARAH YANG SAMA

in, Jinny, dan Jono sejatinya saudara sekandung. Satu ibu, Bu Darmi, namun
bapak berlainan. Ini bukan berarti sang ibu melakukan praktik poliandri. Ia

bersuami tiga tidak dalam satu waktu. Ditinggal mati ketiga suaminya yang berujung Bu
Darmi digosipkan macam macam hingga meninggal karena depresi tak ketulungan.
Jono belum pernah bertemu dengan dua saudaranya itu. Sang ibu pernah berpesan pada
Jono saat Jogja diterjang badai di suatu malam:
Jika Emak nanti mangkat, carilah dua saudaramu, Jon. Jinny sama Jin.
Apa apan, Mak! seru Jono. Emak itu loh. Kaya mau apa ke mana saja Mak.
Mangkat itu buat raja atau ratu yang meninggal, Mak .
Emak tersenyum sangat manis. Memangnya Emak ini bukan ratu? Minimal
buat bapakmu, dua bapak tirimu, dan kamu, Jon. Juga dua saudaramu. Emak pengin jadi
ratu di hati kalian, walau orang orang berkata buruk pada kita.
Sudah Mak Emak terlalu banyak pikiran. Bobo saja yuk, Mak. Jono pengin
kenyot jempol kaki Emak. Kaya biasanya .
Jono Jono. Kau sudah mulai dewasa. Tidurlah di kamarmu sendiri. Nanti
kalau Emak mangkat, kamu gimana?
Jangan ucapkan itu lagi, Mak. Jono ngantuk .
Ya sudah. Emak kelonin.
Dua hari setelah ucapan itu, Emak benar benar meninggalkan dunia. Ia menuju
Tuhan. Jono sangat terpukul waktu itu. Kenangan senang maupun susah bersama Emak
terus melekat dalam jiwanya. Wasiat terakhir agar Jono mencari dua saudaranya harus

60

diwujudkan segera. Bagaimanapun caranya, pelik atau mudah, Jinny dan Jin harus
ditemukan.

Di Kantor Kelurahan. Puluhan warga lelaki dan perempuan mengantre duduk


tertib. Mereka mengurus kartu keluarga, KTP, beberapa mengurus surat perceraian yang
sangat menyakitkan tapi musti dilakukan. Tampak pula, seorang ibu berwajah muram
duduk di pojok belakang. Ia mengenakan baju hitam simbol duka yang mendalam.
Anehnya, ia bengong tak berhasrat untuk membuat surat apapun. Diam membisu tanpa
daya.
Jam di atas meja sekretaris desa menunjukkan pukul 8.45. Di atasnya, seekor
Garuda Pancasila didampingi foto berpigura emas sang Presiden di sebelah kiri dan
Wakil Presiden kanannya. Mereka berdua tampak sumringah menunjukkan gigi gigi
yang rapih. Baris Presiden, Garuda Pancasila, Wakil Presiden percis satu regu Cerdas
Cermat SD.
Pak Pak. Saya penasaran. seorang ibu bertanya pada bapak tua di
sampingnya. Mereka suami istri.
Ada apa sih, Bune? tanya sang suami mesra.
Saya bingung, Pakne. Kenapa burung garuda noleh ke kiri, ke arah presiden?
Mau tahu jawabannya, Bune?
Mau mau mau .
Sang suami mengeluarkan laptop, menghidupkannya, dan memasang modem.
Internet siap menjawab pertanyaan kritis si istri itu. Google telah ready. Kata kata kunci
dimasukkan. Enter.

61

Google menampilkan jawabannya: Its not my capacity to answer your


question. Actually, Im in America. United States. So, its not wise to search why your
President, Garuda Pancasila, and Vice President are in one line. And why is the bird
looking your President tightly? Please ask your friends at your country. They really
know indeed!

Bune, saya ndak tahu maksud jawaban google. Bahasa Belanda, Bune!
Gimana dong, Pakne?
Tenang, Bune. Saya masih punya cadangan .
Sang suami mengeluarkan Primbon. Ia sangat antusias.
Kok primbon, Pakne? tanya sang istri.
Bune pikir primbon ndak berguna di zaman sekarang? ujar sang suami rada
sinis. Salah, Bune. Mari kita cari jawabannya.
Mereka berdua sangat serius. Membolak balik primbon sampai suaranya
terdengar di dalam ruangan kelurahan.
Nah dapat, Bu! seru sang suami.
Apa, Pak?
Karena Garuda cerdik. Kalau pertanyaan juri tidak bisa dijawab, ia menoleh ke
presiden. Dia akan bilang, Heh pendampingku, menyanyi kau. Atau pura pura sedih.
Aktinglah, buat iba juri. Kita akan menang.
Betul juga ya, Pak!
Tentu dong, Bune. Warisan moyang neh!

62

Sekretraris belum hadir. Apalagi Pak Lurah. Satu pegawai perempuan yang
sudah hadir. Ia sibuk mempersiapkan sesuatu. Itupun dengan wajah yang kurang
bersemangat. Di dalam ruangan, lemari lemari baru berjajar dengan buku yang diatur
asal asalan. Jono masuk ke ruangan. Ia duduk di sebelah seorang ibu berjilbab.
Assalamaualaikum. Semoga dosa dosa Mas diampuni oleh Allah Swt. Mohon
maaf jika saya mengganggu kepentingan, Mas. Kita bukan muhrim ya, Mas. Kita
sepakat untuk saling menghargai. Mengurus apa, Mas? tanyanya.
Jelas Jono hilang akal saat disapa seperti itu. Sangat aneh dan tak biasa
dikatakan oleh seorang pun di dunia.
Ehm ini, Bu. Jono menjawab. Saya tidak mengurus surat. Hanya mencari
tahu di mana saudara saya sekarang tinggal.
Loh, kok dicari? Memangnya hilang? si ibu membelalakkan mata.
Kami tidak pernah saling kenal. jawab Jono. Wasiat emak saya mengharuskan
saya mencari dua saudara saya.
Si ibu menetekan air matanya. Selembar tisu diusapkan untuk menahan rasa
sedihnya. Ia teringat saat dua saudaranya mati terlindas satu mobil milik anak penggede
kepolisian. Kasus diusut namun mentok, tak ada penyelesaian.
Mas saya permisi. ucap si Ibu ke Jono.
Ada apa memangnya, Bu? tanya Jono.
Aura Anda hitam. Duduk di sebelah Anda, bikin saya sedih. Saya jadi ingat
saudara saya juga yang .
Si ibu berlari meninggalkan ruangan. Sejuta pertanyaan menggantung di pikiran
Jono. Jono berpikir apakah dirinya telah melakukan tindakan asusila di ruangan
kelurahan?

63

Selamat pagi, Semua! ucap sebuah suara.


Seorang lelaki gendut hadir. Perutnya buncit seperti kantung kanguru. Kumisnya
astaghfirullah sangat tebal melingkari mulutnya. Ia menenteng tas kresek yang
menjuntai satu unting kacang panjang. Tampaknya ia baru pulang dari belanja sayur
mayur buat istrinya di rumah. Suami teladan. Langkahnya diseret. Dua kakinya tidak
sejajar. Melihat antrean warga, ia mendongakkan kepalanya seperti Batara Narada.
Angkuh.
Hanya beberapa warga yang membalas salam si bapak.
Oke, di antara kalian ada yang membenci saya. Ngaku saja, deh . ucap si
lelaki yang ternyata sekretaris desa bernama Ngadiman.
Tak ada jawaban dari warga.
Mas yang di sana, silakan maju! perintah Pak Ngadiman.
Pak, saya dulu! teriak seorang bapak. Saya datang lebih pagi!
Saya di sini Sekretaris Kelurahan! Kalian semua warga! seru Pak Ngadiman.
Bebas saya menunjuk siapa yang duluan.
Mendadak warga yang mengantre diam. Sunyi, tak ada perlawanan. Mas itu,
monggo. Pak Ngadiman mempersilakan.
Seorang ibu setengah baya mengangkat tubuh dari kursi, berdiri dan ia berseru:
Sekretaris tak tahu diuntung!
Muka Pak Ngadiman memerah. Ia dipermalukan. Warga yang tadinya tertunduk,
mengangkat wajah dan menunggu kata kata apa yang akan diluncurkan lagi ke seorang
sekretaris kelurahan di hadapan mereka.
Anda perangkat kelurahan. Sudah telat, sembarangan saja kasih saya urutan!
ucap si ibu seperti guntur di pagi hari. Anda paham tidak, warga di ruangan ini punya

64

kepentingan masing masing. Yang datang paling cepat, layani cepat juga. Tidak kaya
gini! Si bapak tadi, anaknya mungkin kritis di rumah sakit!
Maaf Bu. si bapak yang tadi menyanggah urutan berdiri. Anak saya tidak
sakit.
Loh, lalu apa? ucap si ibu menyembunyikan wajah malunya. Dalam batin ia
bergumam Sialan, ini Bapak bapak. Sudah dibela, malah kebanyakan cingcong.
Saya di sini mau menawarkan produk produk hebat saya. Terutama ke bapak
Sekretaris. Produk herbal pelangsing perut juga ada! ucap sekenanya si bapak yang
ternyata pemasar MLM.
Sudah sudah! Ibu Bapak, saya di sini sekretaris desa. Urusan guwe dong mau
kasih siapa paling cepat. Oke si Mas itu urutan satu. kata Pak Ngadiman menunjuk
Jono.
Saya paling terakhir, Pak! seru Jono.
Anda mau ndak? tanya Pak Sekretaris. Mau saya pecut?
Si bapak sekretaris desa mengeluarkan pecut. Secara ia juga berprofesi sebagai
tukang kusir delman.
Baik, Pak!
Warga lain pasrah oleh prosedur bikinan Pak Ngadiman. Kesannya memang
tidak tertib. Semua memahami. Jono mencari jejak informasi ke mana Jinny dan Jin
pergi. Pak Ngadiman tidak tahu soal itu karena ia perangkat kelurahan yang baru dua
tahun berkerja di sini. Jono harus berusaha keras mencari jalan bagaimana menemukan
keberadaan dua saudaranya itu.

---000---

65

7.

JANDA CICI YANG ADUH AI

arung Kopi Janda Cici di Arab. Ia menawarkan aneka penganan dan


minuman Nusantara yang ajip. Pelanggannya datang dari berbagai

kalangan. Tak hanya migran Indonesia yang mengerubungi, warga Arab sekali sekali
datang. Mereka tahu lewat mulut ke mulut, masakan Janda Cici sangat dahsyat. Banyak
orang bilang Lumer di mulut, bikin kelejotan di puser!. Kuliner yang luar biasa. Jika
onta diberi secuil saja, dijamin mabuk kepayang dan menagih juragannya untuk kembali
berkunjung.
Janda Cici segelintir potret pekerja keras tanah air. Ia bukan TKW, melainkan
pengusaha tanah air yang resmi tinggal di Tanah Arab. Surat suratnya lengkap; paspor,
visa, KTP, NPWP, bahkan surat cerai. Polisi Arab tak berhak menangkap apalagi
mencambuknya. Janda Cici punya izin buka resto dengan karyawan lima orang asli
Sukabumi Jawa Barat. Status jandanya, sempat jadi buah bibir di kalangan ekspatriat
Indonesia. Dikata ini dan itu, tak mau menikah karena penganut seks bebas, atau yang
lebih pahit ini hanya rekaan untuk menarik minat dan rasa penasaran para pengunjung.
Warung buka tiap jam 4 sore, tutup jam sepuluh malam. Lebih dari jam itu,
petugas keamanan semacam Satpol PP berperawakan tinggi besar, berjanggut lebat,
hidung bak paruh elang, dan pentungan sebesar terung Arab akan memberi peringatan.
Janda Cici Cs. taat hukum. Mereka mengikuti aturan yang sangat ketat di Tanah Arab.
Sukron, selama enam jam buka warung, hidangan selalu tak bersisa.

66

Di depan warung tampak tiga onta diparkir dengan tali kekang diikatkan ke
pagar. Satu mobil berplat aksara Arab juga baru saja berhenti menderu. Pengendaranya
masuk warung terburu buru. Dua pohon kurma menambah kesan romantisme yang ajip
dengan siluet jingga di langit Arab.
Karpet terbang di rem mendadak di depan Warung Janda Cici. Alladin dan Jin
berkulit ungu lah yang hadir. Mereka melompat, debu padang pasir mengepul kecil di
kaki mereka. Si Jin menggulung karpet dan mengikatkannya ke batang pohon kurma
dengan tali rapia. Ia meniup karpet sebanyak tiga kali, berharap tak ada orang jahat
mencurinya.
Bos, ayo kita masuk, Bos. seru si Jin tak sabar. Perutku lapar banget, Bos!
Tenang saja. Makan sepuasnya kau. kata Alladin. Warung ini favoritku dari
dulu.
Menu enaknya apa, Bos?
Lihat saja nanti. Yang pasti, bukan mengandung babi atau anjing. Halalan
thoyiban.
Hape menyalak. Raungannya mantap, ringtone lagu milik Lady Gaga. SMS
masuk, Alladin membukanya. Dari Putri Jasmine, mantan kekasihnya yang memutus
Alladin tepat di Tahun Baru Hijriyah karena alasan pekerjaan Alladin yang tidak jelas.
Bunyi SMS: Apa kabar, Abang? Dinda kangen nih!
Ah, wanita ini lagi! seru Alladin.
Ada apa, Bos? Ada yang mengganggu lagi ya, Bos? Aku piting nanti, Bos! Si
Jin meninju ninju udara. Ia sigap menawarkan jasa pukulnya.
Cuma orang iseng. Nggak penting.
Tetap saja tangan Alladin gatal untuk membalas SMS Putri Jasmine.

67

Lagi di kepolisian. Disel dua bulan!


Benar saja, Putri Jasmine terpancing. Hape Alladin diberondong puluhan SMS
balasan. Alladin mengeset dengan nada silent, memasukkan hapenya ke saku, mengajak
si Jin masuk Warung Janda Cici.
Ayo, Jin. Makan! perintah Alladin. Tunjukkan dirimu manusia, bukan jin.
Biar orang orang nggak ketakutan.
Siap, Bos!
***

Satu lelaki dan perempuan menyambut kedatangan Alladin dan Jin di pintu.
Mereka menyapa dengan senyum, berbusana batik, mempersilakan kedua tamunya itu
menuju meja 13. Daftar menu disodorkan oleh pelayan perempuan, si lelaki temannya
mendampingi.
Menu barunya apa, Mbak? tanya Alladin. Yang bikin keringatan.
Semur jengkol asam pedas untuk hari ini, Pak. jawab si pelayan.
Si Jin membelalakkan matanya. Apa itu semur jengkol, Bos?
Sudah, kita tunggu saja. Nanti kau rasakan. ucap Alladin.
Si pelayan memperhatikan percakapan kedua tamunya. Tamu lain tampak
tengah menikmati hidangan khas Sesundaan dengan muka memerah kepedasan.
Seorang ibu bercadar dengan seorang anaknya menyesap segelas minuman berwarna
cokelat.
Bos, ibu sama anak kecil itu minum apa, Bos? tanya si Jin.
Maaf, itu cendol, Bapak. jawab tangkas si pelayan. Mau pesan itu juga
minuman, Pak?

68

Ya dua. Alladin berkata dengan spontan.


Jadi Bapak pesan; dua semur jengkol, sekalian nasi. Dua cendol. Mohon
ditunggu, Pak. Si pelayan menuju dapur untuk mempersiapkan pesanan Alladin dan si
Jin.
***

Musik mengalun lembut. Perlahan iramanya masuk ke telinga seluruh


pengunjung warung. Gendang telinga seakan disejukkan oleh bunyi seruling yang
membuai. Menentramkan. Musik Sunda bernuansa persawahan diputar di Warung
Janda Cici. Pengunjung merasakan saraf sarafnya relaks. Nafsu mereka langsung
meningkat. Hidangan di atas meja disikat tanpa babibu. Kontras di luar warung, hawa
sangat panas. Pasir berterbangan diputar putar oleh angin.
Televisi kabel berada di atas seorang kasir yang tak lain dan tak bukan Janda
Cici sendiri. Kabelnya nglewer. Dua hari yang lalu Janda Cici sudah menginstruksi ke
anak buahnya, namun karena pelanggan banyak jadi kabel belum bisa ditangani.
Seorang presenter cantik di kotak monitor melaporkan kerusuhan warga di Jawa.
Aduh, rusuh lagi . gerutu Janda Cici sembari mengganti channel.
Iklan tampil. Seorang bintang tambun sedang mengoleskan salep peluntur
lemak. Ia berkata, Kalau setelah saya pakai salep ini saya tidak langsing, Anda bisa
menggorok sutradara iklan ini. Garansi seumur hidup!
Wah, hebat! Luar biasa. Iklannya asoy . Janda Cici berkomentar lagi.

69

Channel pun diganti lagi. Lelaki berbeskap berbahasa Jawa halus menyajikan
satu acara wisata: Jogjakarta, Keindahan nan Elegan di Tanah Jawa.
Borobudur, candi Buddha terbesar sejagad diulas tuntas pada acara itu. Tim
kreatif acara meluncur ke Prambanan. Desain candi di perbatasan Jogja dan Klaten itu
menjulang anggun. Sekilas juga ditampilkan pesona Keraton Jogja yang menyimpan
sejuta misteri spiritualitas Jawa yang tetap bertahan hingga saat ini. Eksotika kuliner tak
luput dari teropongan; bakpia dan gudeg.
Di akhir acara, sekelompok penari Bedoyo berbaju unik menari lemah gemulai.
Seorang reporter pria bersuara berat menjelaskan jika tarian ini sangat sakral sebagai
penyambut tamu tamu kehormatan kerajaan. Tak sembarangan orang yang boleh
menarikan. Gadis gadis pilihan yang telah melewati rangkaian prosesi meliuk liuk
penuh makna. Pemandangan elok ini membikin mulut Jin ternganga. Matanya tak
berkedip.
Cantik sekali, Bos! ucap si Jin. Tapi kok pelan sekali mereka jogetnya, Bos.
Kalau penari perut kaya kejang kejang gitu, Bos!
Kapan kau lihat tari perut? tanya Alladin.
Si Jin tertawa malu. Wajahnya yang berwarna ungu menghitam. Antara malu
dan bangga, hobinya kedapatan sama tuannya, Alladin.
Nggak sering sih, Bos. Si Jin berkilah. Bos bosku yang dulu kasih longgar
untuk nonton, Bos. Bos saja yang ketat ke aku.
Ketat gimana? tanya Alladin.
Bos, tapi jangan marah ya, si Jin merajuk. Bos terlalu cengeng. Tidak seperti
bosku yang dulu dulu.

70

Katakan saja, buat perbaikanku, Jin!


Dugaan Jin salah. Ia sebelumnya berpikir Alladin tuannya anti kritik, tertutup
oleh perubahan, atau ujungnya marah marah lantas memecat dirinya. Semua itu buyar
ketika Alladin bersikap welcome. Setelah hubungan cintanya dengan Putri Jasmine
menemui deadlock alias jalan buntu, Alladin merombak jiwanya total. Ia jadi lebih
dewasa dan realistis menyikapi kejadian yang tiap hari silih berganti menyambanginya.
Jin sudah seperti orang ambeien, tak tahan untuk segera berkata lagi.
Bos, Jin bernada pelan. Dua tahun ini aku mengabdi pada Bos. Cengeng yang
aku sebut tadi hanya waktu putus sama Putri Jasmine, Bos.
Kau menutup nutupi sesuatu, Jin. ucap Alladin.
Tidak, Bos. Bos sudah sangat baik menjadi tuanku, Bos.
Lalu, cengengku di mana, Jin?
Jin bersedekap. Matanya menatap kembali TV kabel di atas Janda Cici.
Tidak ada lagi, Bos. Cuma, kalau lagi putus cinta, jangan kaya orang sakit jiwa,
Bos. Masuk kamar, ngurung sampai tiga hari. Itu kan cengeng, Bos.
Bagaimana lagi, Jin. Sebetulnya Jasmine sudah masuk ke relung hatiku yang
paling dalam. Ibarat badai tornado, ia sudah meluluh lantahkan diriku. jawab Alladin
bernada sedih.
Semangat, Bos! Kita cari cewek lagi, Bos. Bagi ilmu dong, Bos! seru Jin.
Ilmu apa, Jin? tanya Alladin.
Cara gaet cewek dong, Bos. Masa ilmu santet sama ngepet. Ndak mungkin kan,
Bos .
Alladin mendekatkan tubuhnya ke Jin. Kau mau, Jin?

71

Jelas lah, Bos! Jin berucap dengan tertawa lebar.


Kalau mau, aku akan kasih kau trik supaya dapat cewek muslimah. Baik di hati
dan perilaku.
Bos berarti bilang Putri Jasmine nakal, Bos?
Hush. Sembarangan! seru Alladin. Dia baik. Cuma kita lagi di persimpangan.
Ah, sudah Nanti kukasih resep supaya kau oke masalah percintaan, Jin. Kesalahanku
yang dulu jangan sampai terjadi padamu.
Asyik, Bos. Terima kasih, Bos.
Seorang pelayan mendekat meja Alladin dan si Jin. Ia membawa menu yang
telah dipesan dan mempersilakan kedua tamunya itu disertai geliat tubuhnya yang
hangat khas bersahabat.
Silakan, Bapak .
***
Leker, Bos! Jin berucap dengan mulutnya yang masih penuh dengan makanan.
Itu enak versi Negeri Belanda, ya? Ajip, kan? tanya Alladin yang juga tengah
menikmati sensasi semur jengkol. Tapi jangan lupa, nanti minum kopi biar napas sama
pipismu nggak bau.
Bikin bau ya, Bos? Waduh, gimana nanti, Bos? Cewek cewek nggak mau dekat
sama aku, Bos!
Ya itu minum kopi!
Sebentar Bos aku tajamkan inderaku, Bos!
Muka Jin berkerut kerut. Ia jadi sangat serius beberapa detik. Bersendawalah dia
dalam volume yang sangat keras.

72

Apa yang kau lakukan, Jin?! seru Alladin. Jaga martabatmu di sini. Kita
bukan Arab tak tahu adat, kan?
Jin menyembah nyembah tuannya. Ia tak bermaksud apa apa.
Maaf, Bos. Tadi aku cari informasi gimana cara ngilangin bau setelah makan
jengkol, Bos.
Ya boleh. Tapi yang sopan dong .
Oke oke, Bos.
Alladin kembali memasukkan sendok berisi nasi ke mulutnya.
Jadi apa yang kau dapat? katanya.
Habis makan jengkol diharap kayang lima belas menit, Bos. jawab Jin.
Siapa yang bilang? Aneh . ujar Alladin.
Katanya biduan dangdut Indonesia selalu gitu, Bos. Makan jengkol bikin
goyangnya kaya setan. Kayang, koprol, ngangkang. Setelah joget kaya gitu, napas sama
pipis mereka nggak bau lagi, Bos.
Ah, ada ada saja. Itu berita tidak jelas itu.
Dua oranng masuk ke Warung Kopi Janda Cici. Beretnis Arab, seorang lelaki
memanggul kamera, satunya perempuan memegang mikrofon menuju kasir. Mereka
dari stasiun televisi setempat Al Arabiyah. Dari pembicaraan yang terdengar, dua
orang tadi tengah meliput imigran Indonesia yang sukses berbisnis di Negeri Arab.
Janda Cici sibuk menjawab pertanyaan si reporter dengan wajah yang berseri seri
karena akan ditonton oleh banyak warga Arab. Pamor warungnya naik, rating dirinya
sebagai janda juga ikut meroket. Barangkali dia segera dapat suami asli Arab yang
tinggi dan panjang kakinya.

73

Wawancara rampung, kru televisi memohon pengunjung yang berkenan untuk


berfoto bersama pengusaha Cici.
Ayo, Bos. Kita foto sama pemilik warung ini. Siapa tahu muncul di TV atau
majalah! pinta si Jin ke tuannya.
Siapa takut. Tak masalah!
Alladin dan Jin sementara meninggalkan meja. Kesempatan langka yang harus
diambil. Dan memang benar, seminggu setelahnya wajah Alladin, Jin, dan Janda Cici
muncul di televisi dan majalah Arabian Cosmopolitan. Usai mengabadikan momen,
Alladin dan Jin kembali ke meja dan menuntaskan santap mereka.
Bos, aku pengin kawin! seru si Jin.
Wah sama siapa, Jin? tanya Alladin. Sudah siap kau?
Siap sih sudah dari ribuan tahun lalu, Bos. gelak si Jin. Tapi gagal terus. La
aku dikurung di lampu wasiat melulu. Sampai jadi batu, Bos!
Apa yang jadi batu, Jin?
Kembali Jin ngakak. Seolah apa yang diucapkan Alladin adalah kekonyolan
gaya baru, terlalu lugu, dan cenderung tak moderen.
Keburu aku semakin tua dan tak ada yang mau sama aku, Bos! jawab spontan
Jin.
Kau pengin gadis seperti apa?
Gadis atau janda, aku manut saja, Bos!
Alladin berpikir sejenak, Dengan Janda Cici itu bagaimana?
Nggak mau, Bos. Kelihatannya dia judes, Bos. Maniak kerja pula, Bos. Yang
seperti penari Jawa tadi di TV lho, Bos.

74

Jauh, Jin. Arab sama Jawa ribuan kilo. Alladin bernasihat.


Tapi hatiku bergetar waktu lihat mereka tadi, Bos.
Kita bahas nanti, ya. Alladin memotong pembicaraan. Aku bayar dulu. Nanti
aku ajak kau ke suatu tempat. Biar kau bisa dapat itu gadis Jawa kaya di TV tadi.
Benarkah, Bos?
Aku pernah bohong padamu, Jin?
Jin menggeleng. Alladin selalu berusaha jadi tuan yang baik bagi Jin.

---000---

75

8.

MENGURUS VISA

rab sekarang berubah total. Kesan padang pasir yang terik meyengat kulit,
sekarang mulai menghijau berkat teknologi penumbuh pohon pohon

rindangnya. Air laut juga mudah diubah jadi air minum dengan teknik destilasi tingkat
tinggi. Bangunan menjulang banyak menghias kota. Warga sangat kece menunggang
Ferrari dan mobil mewah lain memamerkan strata mereka yang tinggi. Ibu ibu
berparfum menusuk hidung berbusana sangat wah. Mereka tak sungkan lagi menjinjing
belanjaan yang sangat banyak. Ini semua karena minyak. Banyak warga Arab kaya yang
tidak bisa lagi mengurus rumah mereka.

Buruh migran asinglah yang membantu

mereka.
Di Kedutaan Indonesia di Arab. Tenaga kerja baik lelaki dan perempuan
menunggu permohonan perpanjangan visa mereka rampung. Para petugas sibuk
memasukkan data. Tak boleh ada nama yang saling bertukar. Bisa berabe nanti
urusannya. Negeri Arab terus membangun. Mereka butuh tenaga kerja luar negeri yang
tangguh. Indonesia lah yang sangat cerdas memanfaatkan peluang ini dengan
mengirimkan ksatria terampilnya ke sini.
Di pintu masuk kedutaan ada keributan. Sejumlah orang menarik koper mereka
dengan tergesa gesa. Satpam bermaksud menahan mereka untuk diperiksa jangan
jangan rombongan teroris yang bermaksud mengebom kedutaan. Para tamu bergumam
dan menggerutu, mengatakan jika tidak harus ada tetek bengek protokoler buat tamu
spesial sekelas mereka. Utusan Kementerian Agama-lah mereka.

76

Assalamualaikum, Bapak Ibu dari Kementerian Agama.


Suara cempreng terdengar dari corong pengumuman. Bapak dan ibu bermuka
tegang, langsung ngeloyor ke kantor utama. Kabar yang berembus, sebuah investigasi
tengah dilakukan oleh mereka. Lobi juga siap digeber untuk meluluhkan hati raja atas
kasus seorang TKI yang terancam hukuman gantung karena dituduh membunuh
majikannya. Rombongan Kemeterian Agama sudah masuk ruang utama. Kondisi tenang
kembali.

***

Alladin dan Jin mengendara karpet terbang menuju Kedutaan Indonesia. Laju
karpet agak seret. Sudah enam bulan karpet tidak dicuci. Terbang kepayahan, karpet
menabrak awan dalam goncangan hebat. Rem pun aus. Sempat tadi mau nabrak
helikopter. Sang pilot sudah meluncurkan kata kata kasar ke Alladin dan Jin.
Woi mata kalian di mana?! bentak sang pilot.
Di tumit, Bos! balas Jin. Mau minta apa, Bos? Nih .
Jin menyemburkan ludahnya. Kena kulit sang pilot. Seluruh tubuhnya gatal
gatal. Ucapan ampun berulang ulang dikatakan.
Jin, jangan kasar! perintah Alladin.
Emosi aku, Bos. kata Jin.
Ya, emosi dilawan emosi, jatuhnya apa?
Emosi kuadrat, Bos!
Alladin terkekeh. Ia menonjok lengan anak buahnya itu.
Karpet ditingkatkan kecepatannya. Jin memegang pinggang Alladin.

77

Kau kaya biniku saja, Jin! Lepaskan tanganmu! Alladin menyuruh.


Alah, Bos. Pinggul lemak doang, Bos .
Alladin menyipitkan matanya. Ia fokus melihat ke bawah.
Oh, itu sudah dekat kedutaan. Kencangkan ikat pinggangmu, Jin!
Jin mempererat sabuk celananya. Padahal yang dimaksud Alladin karpet seolah
sebuah pesawat udara.

Karpet menukik. Melaju lambat, sebentar lagi sampai depan kedutaan. Alamat
seorang nenek sopir truk tronton mendadak muncul di hadapan Alladin dan Jin.
Mereka nyaris tertabrak.

Si nenek meninju udara, lantas jari tengah tangannya ia

acungkan. Alladin sempat kaget. Tapi ia cuek saja.


Kedutaan kini sudah di depan mata. Jin menggulung karpet dan menaruhnya di
tempat agak jauh dengan kantor kedutaan.
Jin, kau sulap dirimu dulu! perintah Alladin.
Si Jin menguap lebar bak kuda nil Mesir, Memang kenapa, Bos?
Kau mau disangka teroris? lanjut Alladin. Ubah muka dan badanmu seperti
King Abdul Aziz.
Lah, dia kan sudah wafat, Bos! Itu raja lho, Bos. Kualat kita nanti, Bos.
Alladin berpikir ulang. Ia tak mau azab lima generasinya nanti jadi gelandangan
karena melecehkan almarhum raja Arab.
Ya sudah. Artis Arab mana yang kau suka? miripkan dirimu.
Banyak, Bos. Maher Zain? Lita Zein? Atau, Alzhemeir?
Mulut Alladin mengecak. Terserah kau. Pilih satu saja!
Oke oke, Bos. jawab Jin.

78

Jangan lupa, pakai baju khas Arab. Sekali lagi Alladin berpesan. Kita pasti
dilayani dengan sempurna.
Si Jin membungkuk, menampar bokongnya sendiri sebanyak tiga kali. Bunyi
grok grok ke luar dari hidungnya.
BLING .
Berubahlah Jin jadi perawakan Arab yang gagah, tinggi besar.

Tulisan selamat datang dalam bahasa Arab di atas pintu masuk kedutaan sudah
memanggil manggil.
Ganteng nggak, Bos? tanyanya.
Alladin membenarkan kupluk kecilnya, berjongkok mengelap sepatunya, dan
mengangguk tanda mengiyakan.
Ayo Jin kita masuk! Jaga perilakumu, jangan norak.
Oke, Bos.
***

Bos, ceweknya manis manis! seru si Jin.


Alladin menyikut si Jin, berkata lirih. Sudah aku bilang, jangan kampungan.
Kamu bisa diamankan satpam!
Lupa, Bos.
Mengambil nomor antrean, Alladin agak tidak nyaman dengan mata Jin yang
jelalatan. Tapi ia memaklumi jika si Jin selama ini benar benar terkungkung di dalam
lampu wasiat. Ia butuh napas baru dalam hidupnya, bersosialisasi dengan manusia.
Alamak , kata Alladin.

79

Ada apa, Bos? tanya Jin.


Paspor, KTP, kartu keluarga kita belum punya.
Jin tak mengerti. Ia tak paham kartu kartu itu.
Kita mau bikin apa sih, Bos, di sini? tanyanya.
Visa, buat kita ke Jawa. Cari istri buatmu. Katanya kau ngebet?
Oya, ya. kata Jin.
Bisa kau sulap Jin biar kita cepat punya KTP, Paspor, sama kartu keluarga?
Ehm Gimana ya, Bos? Bisa sih, Bos. Tapi, kalau aku sulap di sini, orang
orang pasti kaget, Bos.
Terserah di mana. Di toilet, boleh. Cepat, tinggal dua nomor lagi giliran kita.
Bentuknya kaya apa, Bos? Itu surat surat?
Tanyalah petugas itu di sana, Alladin menunjuk. Bikin percis.
Oke. Tunggu, Bos.

Alladin membuka hape. Baru sadar jika rentetan SMS datang dari Putri Jasmine.
Pesan kangen, pertanyaan posisi Alladin sekarang, rasa kuatir kalau kalau Alladin sakit,
atau niat sang putri untuk balikan dengan iming iming akan membelikan Alladin sebuah
motor sport. Alladin menjawab dengan bijaksana:
Jasmine, kasih kesempatan diriku untuk berpikir ulang. Aku sementara turun
mesin. Mengoreksi diriku. Sekalian jalan jalan dong buat ngilangin penat. Nanti aku
kasih kabar.
Putri Jasmine tak membalas. Entah itu suatu strategi atau apa tidak tahu. Alladin
mengembuskan napas lega, untuk saat ini ia tidak merasa diburu dan ditekan. Jin
kembali dengan dua berkas yang sudah siap, milik Alladin dan dirinya.

80

NOMOR 32 dan 33 SILAKAN MAJU!


Nomor giliran Alladin dan Jin. Mereka maju.
Persyaratan Anda lengkap semua, kata seorang petugas memeriksa berkas
Alladin dan si Jin. Anda berdua hendak pergi ke mana?
Indonesia, ucap mantap Jin. Jawa.
Senyum Alladin mengembang mendengar jawaban anak buahnya yang percaya
diri.
Keperluan Anda?
Alladin buru buru menyahut, Untuk bersekolah, Pak!
Sebelum Jin membuat masalah, Alladin menyatakan jika dirinya dengan Jin
adalah mahasiswa berprestasi yang saling ditukar oleh dua negara, Arab dan Indonesia.
Mengambil jurusan apa? tanya petugas.
Konservasi Hutan dan Penangkaran Kera. Jin menjawab.
Dua duanya Anda ambil? Atau Konservasi Hutan Anda dan Penangkaran
Anda? petugas menunjuk Alladin dan Jin bergantian.
Si Jin kelabakan menjawab, Dua duanya kami ambil .
Bukan, Pak. Kami mengambil jurusan Bahasa Jawa untuk saya, teman saya
Teknik Perdagangan a la Minang. Alladin meluruskan.
Kok berubah? Tapi, baiklah. Sudah banyak yang ngantre, si petugas
menandatangani selembar kertas dan menstempel dengan keras. Silakan menuju ruang
sidik jari dan foto.
Sangat mudah mengurus visa. Tidak ada pungutan liar. Calo tak ada, semua
berjalan tertib dengan pelayanan petugas yang memuaskan. Alladin dan Jin merasa
sangat puas mengurus visa. Beberapa hari mendatang mereka akan melancong. Menuju

81

Tanah Jawa, berburu perempuan perempuan cantik, yang terkenal lemah gemulai,
berbudi luhur, sopan, dan peduli terhadap lingkungan.

---000---

82

9.

TERBANG DI UDARA

dara Arab mendukung kepergian Alladin dan Jin. Hangat, tidak menyengat,
seakan mempersilakan mereka untuk berwisata ke negeri nun jauh di timur.

Gelombang unjuk rasa Arabic Spring yang menumbangkan rezim rezim di Mesir,
Libya, Yaman, dan Suriah, tak membendung niat Alladin untuk membantu Jin
menemukan cinta sejatinya. Sebetulnya, ia juga galau dengan asmaranya sendiri.
Namun Jin lebih mendesak ketimbang diri Alladin. Bulatlah sudah. Tanah Jawa bersiap
menyambut mereka.
Alladin berjalan ke luar kedutaan. Jin terbirit birit di belakangnya.
Bos, naik apa kita? tanya Jin. Kata Bos, Jawa jauh. Nggak mungkin kita naik
karpet, Bos!
Justru kita naik karpet.
Atau, aku pakai sulapku, Bos? Biar kita cepat sampai ke sana?
Buat apa?! seru Alladin. Ilmumu nggak mempan kalau sudah lewat batas
negara. Antar kerajaan.
Oh begitu ya, Bos! seru Jin dengan ekspresi murung. Kita naik pesawat saja,
Bos!
Sudah jangan bawel kaya ibu ibu kompleks. Cepat kita balik rumah. Persiapkan
dulu bekal.
Alladin tahu, jika maskapai penerbangan di Arab penuh masalah. Sama dengan
juragan juragan minyak, rewelnya minta ampun. Jadwal terbang kacau, telat tak
tanggung tanggung. Anehnya maskapai seolah tak mau ambil pusing.

83

Dua bulan lalu, dua pesawat jatuh di Lautan Atlantik. Kotak hitam belum
ditemukan. Sebulan sebelumnya, radar bandara terganggu operasinya menyebabkan
beberapa pesawat tak mendarat di landasan pacu melainkan nyungsep di padang pasir.
Musafir musafir beronta melaporkan ke kepolisian. Coba kalau mereka tidak kasih
berita, para penumpang pesawat nahas itu tak terselamatkan.
Alladin sepenuhnya yakin jika mengendarai karpet terbang akan lebih aman dan
nyaman. Meski ancaman masuk angin karena perjalanan sangat jauh sudah jelas
membentang, ini tak menggentarkan hati Alladin. Selain itu, masalah performa karpet
sewaktu datang ke kedutaan yang tidak memuaskan, reparasi dengan sentuhan Alladin
akan membikinnya yahud kembali.
Sampai di rumah, Alladin berpikir keras supaya perjalanan jarak jauhnya
berhasil cemerlang.

Ia menghitung jarak Arab - Jawa menggunakan peta dan

kalkulator. Alat navigasi tinggalan moyangnya yang sudah lumayan buluk ia cek.
Alladin juga memperkirakan segala hambatan yang mungkin terjadi dengan presisi yang
tinggi.
Inilah daftar yang ia tulis di buku agenda andalannya. Alladin selalu disiplin
mencatat detail perlengkapan yang ia butuhkan dalam perjalanan.
a. Makanan dan minuman, elemen paling pokok yang musti disediakan.
Jajan sembarangan tidak menjamin tingkat kebersihan. Alladin tidak suka
menghambur hamburkan uang. Makan bagi dirinya sederhana saja. Tidak
neko neko.
b. Baju ganti, perlengkapan mandi, dan dua bungkus deterjen musti ada.

84

Alladin sadar jika selama perjalanan ia dan Jin akan bertemu dengan banyak
orang dari banyak negara. Kesan gagah, wangi, dan menawan harus
dilejitkan semaksimal mungkin.
c. Uang akomodasi.
Jin kalau bete selalu makan banyak. Hitung hitungan persediaan konsumsi
Alladin bisa jadi ludes sebelum sampai Tanah Jawa. Jika ini terjadi, tak bisa
dihindari harus singgah ke warung buat beli makanan dan minuman. Juga
untuk melepas lelah. Tapi Alladin sudah mewanti wanti agar Jin tidak
merengek minta mampir di tempat karaoke, panti pijat, atau klub malam
pengumbar aurat.
d. Alat keamanan diri; payung, jas hujan, jaket tebal agar tak masuk angin.
Pisau Swiss masuk ke tas sebagai alat pertahanan jika saja penjahat
mengancam jiwa mereka. Teknik tusukan sudah dipelajari Alladin juga Jin.
Kalau perampok menghadang, pisau dihunuskan cepat, ditahan di dalam
perut perampok itu, dan goyang goyangkan untuk mendapatkan efek nikmat.
e. Kamera untuk mengabadikan kejadian penting baik di udara dan darat.
f. Tanda pengenal pribadi; paspor dan visa yang utama.

Siap semua, Jin? tanya Alladin.


Sip, Bos! jawab Jin mengacungkan jempolnya.
Kita berangkat sekarang! seru Alladin bersemangat seakan kepenatan dalam
dirinya mulai menguap. Kau ubah dulu dirimu seperti semula. Kulit ungumu akan bikin
takut penjahat!

85

Terbang sambil goyang, Bos! Jin berseru keras.


Alladin dan Jin tertawa. Kedua tangan mereka saling beradu. Toast. Aura
petualangan seru nan menyenangkan sudah terasa sangat kuat. Mereka pun cekikikan
membayangkan nanti berfoto narsis di tempat tempat wisata keren, bergaya bak
selebritis yang isi dokunya jutaan petrodolar.

***
Hanuman di Udara
Hanuman dan pasukannya sudah siap terbang kembali ke Alengka. Namun
mendadak Paduka Sri Rama menelepon. Sinyal kurang bagus. Suara Sri Rama putus
putus. Hanuman mencari tempat yang agak tinggi. Tetap saja suara padukanya itu tidak
bisa diterima dengan jernih.
Halo halo Paduka Halo! Hanuman berteriak teriak. Suara tidak jelas,
Paduka!
Kesal, Hanuman menelepon dengan nungging. Aneh tapi nyata, suara Sri Rama
jernih.
Hanuman, ucap Sri Rama di ujung telepon sana. Gerombolan pengacau
Liwang Liwung mulai bikin onar.
Dia lagi, Paduka? tanya Hanuman. Suaranya menahan nahan sakit.
Anak buahnya merangsek kita. Sementara aku di sini melumpuhkan anak
buahnya, kau buru dan tangkap itu Begawan Liwang Liwung. Dia ada Jawa.
Titah Paduka adalah tugas kami!

86

Hanuman memerintah pilot helikopter: Tarik, Mang!. Pasukan kera tampak


masih bugar. Namun ada satu kera yang murung. Seketika Hanuman berusaha
menaikkan mental pasukannya a la Mario Teguh.
Menuntaskan misi negara wajib bagi kita, seru Hanuman. Surga imbalannya!
Hanuman terus memberi instruksi di tengah putaran baling baling helikopter
yang memekakkan telinga. Ia menunjuk satu anak buahnya yang bertampang lesu tadi.
Kau, istirahat dulu! Tidur. Perjalanan kita akan jauh. Jawa ribuan kilo dari sini.
Yang lain, siap siaga!
Yes, Sir!

Sepanjang perjalanan, Hanuman dan anak buahnya bercakap seru. Hubungan


mereka sangat cair. Jika mereka terlintas ide ataupun kritik, Hanuman dengan senang
hati mendengarkan. Bagi mereka, kepercayaan tim mutlak dibangun. Inilah kunci
kemajuan bersama.
Hanuman menawarkan roti ke pilot helikopter, Ini buatmu! Makanlah!
Terima kasih, Ndan. ucap si pilot.
Helikopter transit di beberapa negara untuk mengisi bahan bakar. Hanuman dan
pasukannya belajar sekilas adat dan kebiasaan warga yang disinggahi mereka.
Cakrawala berpikir Hanuman Cs. semakin berkembang.

Memasuki samudera yang sangat luas, tiba tiba musibah terjadi.


Bos, kita tertembak! teriak si pilot mengendalikan helikopter yang mulai oleng.
Apa?! teriak Hanuman.

87

Kita diserang perompak! satu anak buah berseru. Tidak jelas di mana
mereka!

Di Lautan Hindia, helikopter menukik. Pilot masih pontang panting berusaha


menyelamatkan seluruh awak. Berondongan tembakan perompak terus menembus
badan helikopter. Anak anak buah Hanuman ada yang tertembak. Sebagian menembak
ke bawah asal asalan. Kabut membuat pasukan Hanuman tak bisa memberi perlawanan.
Baling baling helikopter berhenti bergerak. Hanuman Cs terjun bebas ke samudera.

---000---

88

Anda mungkin juga menyukai