Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Alloh, dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah Alloh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan-
jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Alloh mengeluarkan orang-orang itu dari
gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya menunjuki mereka
ke jalan yang lurus . (5:1516)
Kesempurnaan sistem Islam tersebut terlihat pula dalam sistem pendidikan Rasulullah
dalam mendidik para shahabat yang telah menghasilkan generasi yang tak ada duanya.
Generasi yang disebut-sebut sebagai generasi terbaik yang pernah muncul di muka bumi ini.
Tak ada yang mampu menandinginya baik sebelum dan sesudah generasi shahabat tersebut.
Namun bukan berarti sepeninggal Rasulullah, kita tak akan merasakan dan tak mampu
melaksanakan pendidikan Islam. Sebab beliau telah meninggalkan dua kurikulum yang
dapat kita pakai acuan dalam mendidik manusia yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Islam bermula dari pendidikan dan puncak keberhasilannya juga berupa berkembangnya
pendidikan. Di dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Rosululloh, bertebaran istilah
yang merupakan unsur esensi bagi pendidikan: iqro’,Rabb, insaan, ‘allama, dan qalam.
Istilah Rabb menjadi sumber dalam aspek pendidikan Islam, sehingga pendidikan yang
dilahirkan oleh ajaran Islam adalah pendidikan yang mengacu kepada kebenaran Allah,
Rabb semesta alam (Tarbiyah Rabbaniyah).
Inilah konsep dasar pendidikan Islam yang terus-menerus disosialisasikan Rasulullah SAW
dengan berbagai aspek yang menunjangnya. Dan konsep ini pulalah yang seharusnya
melandasi setiap proses pendidikan di dunia kaum muslimin hingga detik ini.
Bagaimanakah sistem pendidikan masyarakat modern kini ? Tak dapat dipungkiri bahwa
pendidikan masyarakat modern kini jauh dari hakekat pendidikan Islam. Pendidikan modern
memang melibatkan sarana-sarana yang hebat dan canggih namun bukan berarti tanpa
kelemahan. Tidak dipungkiri kemajuan manusia di bidang iptek melonjak jauh. Hampir
disemua lini tersentuh teknologi mutakhir. Namun dari pendidikan modern ini kita tidak
menemukan kesempurnaan akhlak dan ruhani. Fenomena-fenomena yang kita temukan
adalah penindasan antar manusia dan merosotnya moral.
Tampaknya, tujuan pendidikan modern adalah tercapainya tujuan material yang berkembang
menjadi rasa cinta terhadap pekerjaan dan produksi dengan mengesampingkan nilai-nilai
dan norma-norma kemasyarakatan. Sehingga sekolah-sekolah modern telah mengalami
kemerosotan mutu pada setiap skala dalam dua dimensi, yaitu dimensi syar’iyyah dan
dimensi ilmiyah paedagogis.
Artinya, sekolah-sekolah itu bukan sekedar tidak islami tapi juga tidak mampu berfungsi
sebagai salah satu sarana pendidikan.
Karena problem serius inilah umat Islam perlu segera mengembalikan orientasi sistem
pendidikannya, yaitu pendidikan dan pembinaan Islam yang dilaksanakan dalam konteks
kehidupan modern. Untuk mengatur kembali iptek dan menggunakannya bagi manfaat
manusia dan kehidupan secara luas, dan yang lebih penting lagi, untuk mengembalikan
penghambaan manusia hanya kepada Allah semata.
1. Pengertian
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas individu sedemikian rupa,
sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan begitu
pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan diatur oleh nilai-nilai etika Islam
yang sangat dalam dirasakan.
Dengan pendidikan Islam itu mereka akan terlatih dan secara mental sangat berdisiplin
sehingga mereka ingin memiliki pengetahuan bukan saja untuk memuaskan rasa ingin tahu
intelektual atau hanya manfaat kebendaan yang bersifat duniawi, tetapi juga untuk tumbuh
sebagi makhluk yang rasional, berbudi dan menghasilkan kesejahteraan spiritual, moral dan
fisik keluarga mereka, masyarakat dan umat manusia.
Pendidikan Islam yang memiliki tujuan besar dan universal ini, bukan berlangsung
temporal, tapi dilakukan secara berkesinambungan. Artinya tahapan-tahapannya sejalan
dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas-batas tertentu, terhitung sampai dunia ini
berakhir.
Pendidikan yang memiliki makna demikian ini adalah menjadi tujuan terpenting dalam
kehidupan, baik secara individu maupun keseluruhan. Kita telah memahami, sasaran
pendidikan dan pembinaan ini adalah kemaslahatan umat. Dengan demikian asas yang
paling hakiki dari sebuah pendidikan adalah mencapai keridhaan Allah SWT, seperti
termaktub dalam firman Allah :
“ Tidak wajar bagi seorang manusia yang Alloh berikan kepadanya Al Kitab, hikmah, dan
kenabian, lalu ia berkata kepada manusia, `hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku, bukan penyembah Allah.` Akan tetapi (dia berkata), `Hendaklah kamu
menjadi orang-orang Robbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya”.(3: 79).
c. Pendidikan Fisik
Pendidikan Islam sangat memperhatikan fisik tiap-tiap muslim. Apabila kita bicara tentang
fisik dalam pendidikan, yang dimaksud bukan hanya otot-ototnya, panca inderanya dan
kelenjar-kelenjarnya, tetapi juga potensi energik yang muncul dari fisik dan terungkap
melalui perasaan.
Islam mendidik umatnya dengan memberikan rangsangan yang baik sebagaimana dalam
sabda Rasulullah saw. : “ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada mukmin
yang lemah.” Islam juga mengajarkan aturan -aturan yang sehat dalam makan, minum, dan
tidur. Mendidik untuk menjaga kesehatannya, dengan selalu menganjurkan olah raga dan
menjauhkan diri dari penyebab-penyebab kelemahan.
d. Pendidikan intelektual
Maksud pendidikan intelektual adalah pembentukan dan pembinaan berpikir individu
dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu pengetahuan, hukum, peradaban ilmiah dan
modernisme serta kesadaran berpikir dan berbudaya. dengan demikian ilmu, rasio dan
peradaban individu tersebut benar-benar dapat dibina.
Akal adalah kekuatan manusia yang paling besar dan merupakan pemberian Allah yang
paling berharga. Dan al-Qur’an memberikan perhatian yang sangat besar terhadap
perkembangan akal ini. Al-Qur’an mendidik akal dengan begitu banyak ayat-ayat alam
semesta untuk jadi bahan perenungan. Tapi bukan perenungan itu yang menjadi tujuannya,
melainkan mendidik akal agar cermat, cerdas dan akurat dalam berpikir dan bersikap serta
menempuh jalan hidup. (67:4 / 35:40 / 53:28 / 17:36)
e. Pendidikan Psikhis
Maksud pendidikan psikhis adalah mendidik individu supaya bersikap berani, berterus
terang, merasa sempurna, suka berbuat baik terhadap orang lain, menahan diri ketika marah
dan senang kepada seluruh bentuk keutamaan psikhis dan moral secara keseluruhan.
f. Pendidikan Sosial
Maksud pendidikan sosial adalah mendidik individu agar terbiasa menjalankan adab-adab
sosial yang baik dan dasar-dasar psikhis yang mulia dan bersumber pada aqidah Islamiyah
yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bisa
tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan
yang bijaksana.
g. Pendidikan seksual
Yang dimaksud pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan
tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada individu, sejak ia mengerti
masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan. Sehingga, jika anak
tumbuh menjadi seorang pemuda, dia dapat memahami masalah yang dihalalkan dan yang
diharamkan. Bahkan mampu menerapkan tingkah laku Islami sebagai akhlak, kebiasaan,
dan tidak akan mengikuti syahwat dan cara-cara hedonisme.
Diantara pendidikan ini adalah mendidik adab-adab meminta idzin, adab memandang,
keharusan menghindarkan diri dari rangsangan-rangsangan seksual, mengajarkan tentang
hukum-hukum pada masa pubertas dan masa baligh, Perkawinan dan hubungan seksual,
isti’far (mensucikan diri) bagi orang yang belum mampu menikah, dll.
Selain syamil, pendidikan Islam juga memiliki keistimewaan lain yaitu, Berdimensi
manusiawi dengan paket pembinaan yang bertahap dan tawazun (penuh keseimbangan
dalam segala sisi kehidupannya). selain juga terus mengikuti perkembangan jaman serta
tetap menjaga orisinalitasnya.
Kadang-kadang Nabi menyuruh para sahabatnya menemui utusan-utusan yang datang dari
berbagai suku. Pengiriman guru ke wilayah-wilayah yang berdekatan merupakan ciri khas
kebijaksanaan pendidikan Nabi.
Pada zaman Nabi terdapat 9 buah masjid di Madinah. Setiap Masjid juga berfungsi sebagai
sekolah, yang kadang-kadang diadakan kuliah malam. Kuliah ini diikuti oleh banyak siswa,
lebih dari 70 orang. Selain itu Nabi juga mengajarkan spesialisasi. Mereka yang ingin
belajar Al-Quran harus pergi kepada orang-orang tertentu, dan mereka yang ingin
mendalami tajwid atau syariah harus belajar kepada orang-orang lain yang mendalam benar
pengetahuannya tentang bidang studi tersebut.
Pendidikan bagi kaum wanita juga tak kalah pentingnya. Nabi menyediakan satu hari
khusus untuk memberikan kuliah-kuliah kepada kaum wanita. Nabi juga mengajarkan
bagaimana cara memanah, berenang, dan meramu obat-obatan, mengajarkan astronomi,
geneologi dan fonetika praktis yang diperlukan untuk membaca Alquran.
Satu hal yang perlu dicatat, meskipun perhatian dipusatkan kepada Al Quran dan Ilmu-ilmu
keislaman ,namun pengajaran semua bidang studi yang dinilai membantu pengembangan
kepribadian setiap individu atau masyarakat secara sehat dimasukkan sebagai bagian atau
paket dalam sistem pendidikan Islam kala itu. Pendidikan untuk anak laki-laki dan
perempuan juga sama-sama diutamakan. Orang-orang dewasa diberi tanggung jawab untuk
mengajar yang muda, baik mengenai agama maupun pengalamannya. Hal ini mendorong
berdirinya beberapa buah sekolah dan lembaga pendidikan.
Jadi dengan kepemimpinan Nabi yang dinamik itu, tujuan akhir dalam hidup manusia bukan
saja ditunjukkan, tetapi juga diterjemahkan dalam kegiatan praktis, suatu sistem dan
organisasi untuk mencapai tujuan itupun dibentuk.
Tidak mengherankan jika anak-anak dan wanita pada jaman Rasulullah tumbuh menjadi
manusia yang berani. Mereka mengerti kapan bersuara dan kapan berdiam diri. Pribadi-
pribadi yang tertarbiyah oleh tangan Rasulullah tumbuh menjadi pribadi yang sehat, tahu
persoalan ummat sekaligus ahli dalam bidang yang diminati.
Pendek kata hampir semua sisi kebutuhan manusia dipenuhi oleh pendidikan Rasulullah,
sehingga mereka tumbuh menjadi insan kamil ( manusia sempurna).
Sebagai bukti keberhasilan pembinaan Rosululloh adalah ungkapan Sayyid Quthb sebagai
berikut, “ Muhammad saw. telah menang pada hari beliau menjadikan para shahabatnya
sebagai gambaran-gambaran hidup dari keimanannya yang memakan makanan dan berjalan
di pasar-pasar, pada hari beliau membuat tiap kepala di antara mereka sebagai Al-Qur’an
yang hidup merayap di permukaan bumi, pada hari beliau menciptakan tiap individu
diantara mereka sebagai contoh yang menjelma bagi Islam, yang dapat dilihat oleh manusia,
sehingga mereka benar-benar dapat melihat Islam. Muhammad saw. telah berhasil merubah
gagasan-gagasan yang termuat dalam Al-Qur’an menjadi manusia-manusia yang dapat
disentuh oleh tangan dan dapat dilihat oleh mata”.
“Muhammad bin Abdillah saw. dalam posisi menang ketika berhasil menginternalisasikan
Al-Islam, merubah keimanan manusia kepada Islam sampai pada tingkah laku dan
mencetak puluhan, ratusan dan ribuan naskah mushhaf. Bukan sekedar mencetak dengan
tinta diatas lembaran-lembaran kertas, tetapi mencetak dengan cahaya di atas kepingan-
kepingan hati untuk bergaul dengan manusia, mengambil dari mereka, memberi dan berkata
kepada mereka dengan ihwal sesuai dengan maksud Al-Islam yang dibawa oleh Rosululloh
dari sisi Alloh SWT.”
Apakah dunia mengetahui ada orang yang lebih mulia, terhormat, pengasih, penyayang,
agung, luhur atau lebih pandai dari mereka ?!
Cukuplah bagi mereka untuk dikatakan sebagai orang-orang mulia dan agung, apabila Al-
Qur’anul Karim telah mengatakan tentang hak mereka. (48:29 / 59:9 / 33:23)
KESIMPULAN
Di dunia ini tidak banyak orang yang memilki kepedulian begitu tinggi terhadap agamanya.
Semua orang tahu bahwa dunia modern yang ditandai dengan corak pemikiran materialis-
kapitalistik telah banyak menggelapkan hati nurani manusia, sehingga banyak manusia yang
kehilangan nilai-nilai kemanusiaannya, bahkan nilai-nilai ketuhanannya. Orang modern
cenderung mengganggap bahwa apa yang telah mereka lakukan selama ini adalah semata
sebagai puncak dari keberhasilan mereka dalam mendayagunakan seluruh potensi yang
dimilikinya. Mereka lupa bahwa ada Tuhan yang telah memberikan dan menjadi penyebab
utama atas apa mereka anggap sebagai suatu keberhasilan.
Dengan tetap istiqamah dalam pendiriannya, dan tidak tertipu oleh kemajuan semu
peradaban modern. Hidup ditengah kemajuan semu dunia modern yang telah banyak
meracuni pikiran umat manusia membuat Nasr semakin sadar bahwa apa yang menjadi
realitas yang selama ini dilihatnya harus segera diluruskan, dan terutama ia harus
membentengi umat Islam sebelum racun peradaban barat meracuni umat Islam. kemudian
menggelorakan semangat pembaharuan (tajdidd), yaitu seruan agar umat Islam tidak tertipu
oleh peradaban barat, dan kembali pada nilai-nilai tradisi Islam, yang dilandasi oleh Al-
Qur’an dan al-Hadits. Nasr berkeyakinan bahwa hanya jalan itulah yang mampu
mengembalikan jati diri manusia terutama umat Islam untuk menyadari hakikat keberadaan
dirinya. Semangat pembaruan atau tajdidd ini kemudian kita yang kenal dalam bahasa Islam
sebagai tradisi.
Islam tradisi tidak berarti menutup diri terhadap kemajuan, malahan Islam merupakan
agama yang menyuruh umatnya untuk maju dan mengelola segala potensi yang telah
diberikan Tuhan untuk manusia. Karena manusia adalah khalifah Tuhan dimuka bumi.
Namun manusia juga harus menyadari hakekat keberadaan dirinya di muka bumi ini yaitu
untuk beribadah dan menghambakan dirinya pada Tuhan. Karena hakekat dan tujuan hidup
manusia adalah untuk Tuhan, jadi segala apa yang manusia lakukan dam manusia dapatkan
seharusnya hal itu bisa lebih menambah rasa keimanan pada Tuhan. Kita patut
mengacungkan jempol atas gagasan yang cukup brilian ini. karena umat Islam tidak akan
menjadi umat yang beruntung ketika ia meninggalkan atau tercerabut dari tradisinya. Ketika
orang-orang barat meninggalkan tradisinya, maka mereka berhasil mencapai kemajuan.
Namun ketika umat Ilam meninggalkan tradisinya, maka yang akan didapatkan hanyalah
kenistaan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Badri Yatim. M.A.
2000, Sejarah Peradaban Islam, PT. Raja Garafindo Persada, Jakarta.
Dr. Muhammad Husein Haekal
1993, Gerakan-gerakan Mengguncang Islam, Pustaka Progresif, Surabaya.
K.H. Munawar Cahlil
2001, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Gema Insani, Jakarta.
Drs. H. Munzeir Suparta. M.A,
2003, Metode Dakwah, Fajar Interpratama Offset, Jakarta.
Drs. H. R. Abuy Sodikin
2002, Metodologi Studi Islam, Insan Mandiri, Bandung.
sumber : http://makalah-artikel.blogspot.com/2007/11/urgensi-pendidikan-dalam-membina-
muslim.html
www.halaqah-online.com/.../dakwahkampus.jpg