Anda di halaman 1dari 3

Guttae

Pada resep ini menggunakan zat aktif yaitu Efedrin HCl yang berkhasiat sebagai
simpatomimetikum yang artinya obat yang memacu saraf simpatis atau obat yang menyerupai
stimulasi saraf simpatis, agar bronkus terstimulasi sehingga menyebabkan relaksasi bronkus. Serta
mengandung Glukosa yang berkhasiat sebagai kalorigenikum yang artinya sebagai sumber energi.
Dan juga mengandung zat tambahan yaitu Aqua Destillata sebagai zat pelarut.
Pembuataan sediaan obat dalam bentuk guttae ini adalah dengan cara menara botol
terlebih dahulu, tidak menggunakan kalibrasi botol. Karena sesuai dengan permintaan resep yang
menggunakan satuan gram, sedangkan apabila satuan didalam resep mL maka harus dikalibrasi.
Dalam pembuatan resep ini tidak terdapat permasalahan yang cukup rumit, karena bahan langsung
dimasukkkan ke dalam botol. Permasalahannya cukup mengenai penaraan bahan agar berat sediaan
tepat pada ukuran 10 gram.
Hasil dari pembuatan sediaan obat dalam bentuk guttae ini adalah cairan jernih, tidak
berwarna. Yang semua partikel-partikelnya larut atau homogen, sehingga cirinya seperti air biasa.
Tujuan Penggunaan sediaan obat dalam bentuk guttae ini adalah sebagai guttae nassales
atau biasa disebut dengan obat tetes hidung, karena dilihat dari informasi didalam resep (m.f.gutt
nassals (campur dan buatlah obat tetes hidung) yang berkhasiat untuk melegakan saluran
pernafasan sesuai dengan kandungan zat aktifnya. Guttae termasuk larutan, maka keuntungan dan
kerugian penggunaan sediaan ini adalah
Keuntungan :
-

Merupakan campuran homogen


Dosis dapat mudah diubah-ubah dalam pembuatan
Dapat diberikan dalam larutan encer
Kerja awal lebih cepat karena obat cepat diabsorbsi
Mudah diberi pemanis, bau bauan dari warna, dan hal ini cocok untuk pemberian obat pada
anak-anak
Untuk pemakaian luar, bentuk larutan ini mudah digunakan

Kerugian :
-

Volume bentuk larutan lebih besar


Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan (Anief,1993).

Komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE) adalah obat diteteskan ke dalam rongga hidung,
diteteskan 3 kali sehari 2 tetes, pasien istirahat yang cukup, hindari minum air es atau yang
menyebabkan hidung tersumbat, jangan terkena debu. Obat dijauhkan dari jangkauan anak-anak,
dijauhkan dari sinar matahari secara langsung, disimpan ditempat yang sejuk dan kering.

Mixtura
Screening resep (kelengkapan resep) : resep tersebut belum dapat dikatakan lengkap karena
belum terdapat paraf dokter. Paraf dokter merupakan bentuk pertanggungjawaban dokter penulis
resep, jadi apabila tidak ada paraf dokter maka harus ditanyakan kepada dokter penulis resep

apakah resep tersebut benar atau tidak, dan dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Dalam resep
ini juga tidak terdapaat jenis kelamin dan berat badan pasien, Sehingga dosis atau banyaknya jumlah
obat yang dapat diberikan kepada pasien tidak dapat dihitung, namun ini tidak perlu
dipermasalahkan karena, dosis atau jumlah obat sudah tersedia dalam resep yang sudah ditentukan
oleh dokter penulis resep. Dalam resep ini terdapat nama dokter, SIP, dan alamat dokter, serta
tanggal penulisan resep, nama pasien, cara pemakaian, nama obat, jumlah obat, dosis obat, yang
dijelaskan secara jelas. Serta terdapat informasi tambahan berupa alamat pasien.
Dalam pembuatan resep ini terdapat 2 bahan yaitu bahan aktif dan bahan tambahan. Bahan
aktif terdiri dari Ammonia Chlorid yang berkhasiat sebagai ekspektoran yang artinya obat batuk
berdahak, serta Succus liquiritae yang berfungsi sama yaitu sebagai ekspektoran. Untuk bahan
tambahannya adalah SASA (Solutio Ammoniae Spriritousa Anisata) yang digunakan sebagai corrigen
odoris, dan Aqua (air) yang digunakan sebagai zat pelarut.
Cara pembuatan dalam sediaan mixtura ini adalah dengan menara botol, bukan kalibrasi.
Karena didalam resep dituliskan berat obat dengan satuan gram, bukan dengan mL. Kalau di dalam
resep menggunakan mL maka harus dikalibrasi untuk penimbangannya. Permasalahan kedua
didalam resep ini adalah perlakuan succus liquiritae yang harus dilarutkan terlebih dahulu di air
panas. Karena succus liquiritae larut ke dalam air panas. Selanjutnya yaitu penetesan SASA yang
berfungsi sebagai corrigen odoris untuk menutupi bau obat.
Hasil dari pembuatan sediaan obat dalam bentuk mixtura yang sesuai dengan resep adalah
cairan berwarna coklat, dengan bau agak menusuk di hidung.
Tujuan penggunaan obat dalam bentuk mixtura ini adalah digunakan sebagai obat batuk
berdahak, sesuai dengan zat aktif yang dikandungnya. Karena Mixtura termasuk kedalam larutan
maka keuntungan dan kerugiannya adalah sebagai berikut:
Keuntungan :
-

Merupakan campuran homogen

Dosis dapat mudah diubah-ubah dalam pembuatan

Dapat diberikan dalam larutan encer

Kerja awal lebih cepat karena obat cepat diabsorbsi

Mudah diberi pemanis, bau bauan dari warna, dan hal ini cocok untuk pemberian obat pada
anak-anak

Untuk pemakaian luar, bentuk larutan ini mudah digunakan

Kerugian :
-

Volume bentuk larutan lebih besar

Ada obat yang tidak stabil dalam larutan

Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan (Anief,1993).

Sediaan dagang atau brandname yang tersedia di pasaran adalah OBH, woods ekspektoran. Dan
KIE untuk sediaan ini adalah obat diminum 3 kali sehari 1 sendok makan, minum menggunakan air
hangat, istirahat yang cukup, jangan minum yang dingin-dingin (air es), serta jangan makan-makanan

yang berminyak. Obat diminum secara teratur, obat dijauhkan dari jangkauan anak-anak, dijauhkan
dari sinar matahari secara langsung, dan disimpan ditempat yang sejuk dan kering.
Kesimpulan:
-

Pengerjaan resep sesuai dengan cara kerja yang telah disebutkan,


Permasalahan dalam pembuatan sediaan ini adalah menara botol dalam penimbangannya,
serta pelarutan succus liquiritae kedalam air panas, karena succus liquiritae dapat larut
dalam air panas
Hasil pembuatan sediaan obat dalam bentuk mixtura yang sesuai dengan resep dokter yang
tertulis adalah cairan berwarna coklat tua, dengan bau menusuk hidung.

Daftar pustaka

Anief, Moh.1993.Farmasetika.Yogyakarta:UGM Press


Anief, Moh.1997.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta:UGM Press
Depkes.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta : Departemen kesehatan republik Indonesia
Syamsuni,A.2006.Ilmu Resep.Jakarta:Penerbit buku kedokteran

Anda mungkin juga menyukai