Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selulosa adalah polimer dari -glukosa dengan ikatan -1-4 antara unit-unit
glukosa. Selulosa terdapat pada kayu, kapas, rami dan tumbuhan lainnya. Selulosa
pertama kali diisolasi dari kayu pada tahun 1885 oleh Charles F. Cross dan
Edward Bevan (Pardosi, 2008).
Derivat selulosa merupakan eksipien yang penting dalam farmasi. Salah
satu turunan selulosa adalah selulosa mikrokristal (Fechner, et al, 2003; Gohel
dan Jogani, 2005). Selulosa mikrokristal diperkenalkan pada awal tahun 1960-an
merupakan eksipien

terbaik dalam pembuatan tablet secara cetak langsung

(Bimte dan Tayade, 2007). Selulosa mikrokristal dibuat dengan cara hidrolisis
terkontrol alfa selulosa, suatu pulp dari tumbuhan yang berserat dengan larutan
asam mineral encer (Rowe, et al., 2009).
Selulosa mikrokristal
kualitas dan merek

dapat diperoleh secara komersial dari berbagai

dagang. Salah satu produk selulosa mikrokristal di

perdagangan dikenal dengan merek dagang Avicel. Ada beberapa macam jenis
avicel, salah satunya avicel PH 102 (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Pada awalnya, selulosa mikrokristal dibuat dari tumbuhan berkayu dan
kapas. Produk komersial selulosa mikrokristal yang ada di pasaran bersumber
dari tumbuhan berkayu,

misalnya konifer

(Bimte dan Tayade, 2007;

Ohwoavworhua dan Adelakun, 2005). Beberapa laporan penelitian menunjukkan


bahwa selulosa mikrokristal dapat dihasilkan dari kulit kacang kedelai, sekam

Universitas Sumatera Utara

padi, ampas tebu, kulit kacang tanah, tongkol jagung, bambu India dan lain-lain
(Ejikeme, 2008).
Ada beberapa masalah selama produksi produk selulosa. Masalah ini
mencakup polusi yang terjadi selama proses pulping dan bleaching selama
pemurnian serat selulosa dan sejumlah besar residu cair serta toksin yang
dilepaskan dari selulosa (Chen, et al., 2010). Selain itu, penggunaan kayu sebagai
sumber pembuatan selulosa mikrokristal dapat mengurangi ketersediaan kayu
dan menyebabkan penebangan hutan secara besar-besaran. Hal ini dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan ekologis. Oleh karena itu, perlu dicari sumber
nonkayu sebagai sumber alternatif untuk mengurangi masalah lingkungan yang
disebabkan oleh penggunaan kayu dalam pembuatan selulosa mikrokristal (Behin,
et al., 2008).
Berdasarkan masalah di atas, digunakan nata de coco sebagai alternatif
sumber selulosa mikrokristal

karena nata yang merupakan

selulosa bakteri

mempunyai keunggulan antara lain kemurnian, daya regang dan daya serap air
yang lebih tinggi daripada selulosa tumbuhan (Chawla, et al., 2008).
Tablet dibuat dari bahan aktif dan bahan tambahan yang meliputi bahan
pengisi, penghancur, pengikat dan pelicin. Salah satu bahan aktif yang digunakan
dalam pembuatan tablet adalah klorfeniramin maleat. Klorfeniramin maleat
kurang menguntungkan jika dibuat secara granulasi basah karena pada granulasi
basah diperlukan adanya air serta pengeringan. Pembuatan tablet klorfeniramin
maleat

secara granulasi kering juga kurang mendukung karena pada proses

tersebut diperlukan tekanan yang relatif besar yang akan mempengaruhi


kestabilan klorfeniramin maleat. Oleh sebab itu, metode kempa langsung

Universitas Sumatera Utara

merupakan metode pembuatan klorfeniramin maleat yang menguntungkan


(Hastuti, 2008).
Menurut Yanuar, dkk., (2003) selulosa mikrokristal dapat digunakan
sebagai bahan pembantu pembuatan tablet. Namun, belum ada publikasi atau
penelitian mengenai pembuatan tablet secara cetak langsung menggunakan
selulosa mikrokristal dari nata de coco. Oleh karena itu, penulis tertarik
melakukan

penelitian

mengenai

pembuatan

klorfeniramin maleat menggunakan

tablet

dengan

bahan

aktif

selulosa mikrokristal yang diperoleh dari

isolasi nata de coco sebagai pengisi dengan metode cetak langsung.


1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah

tablet klorfeniramin maleat yang dibuat menggunakan

selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi nata de coco


memenuhi persyaratan evaluasi tablet?
2. Apakah pemakaian selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi
nata de coco memberikan hasil yang sama dengan avicel terhadap
laju disolusi tablet klorfeniramin maleat?
1.3 Hipotesis
1. Tablet klorfeniramin maleat yang dibuat menggunakan selulosa
mikrokristal yang diperoleh dari isolasi dari nata de coco memenuhi
persyaratan evaluasi tablet.
2. Pemakaian selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi nata de
coco

memberikan hasil yang sama dengan avicel terhadap laju

disolusi tablet klorfeniramin maleat.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini ialah :
1. Untuk mengetahui apakah tablet klorfeniramin maleat yang dibuat
menggunakan selulosa mikrokristal yang diperoleh dari isolasi dari
nata de coco memenuhi persyaratan evaluasi tablet.
2. Untuk mengetahui pengaruh selulosa mikrokristal yang diperoleh dari
isolasi dari nata de coco dibandingkan dengan avicel terhadap laju
disolusi tablet klorfeniramin maleat.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai nata
de coco sebagai sumber alternatif selulosa mikrokristal dan penggunaannya
sebagai bahan pengisi dalam pembuatan tablet secara cetak langsung sehingga
menjadi nilai tambah nata de coco, tidak hanya sebagai bahan makanan dan
minuman tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber eksipien alternatif di
bidang farmasi umumnya dan pembuatan sediaan tablet khususnya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai