Anda di halaman 1dari 4

Budidaya Kakao: Tiap Hari Bisa Panen

Oleh: Ahmad Cahyanto

Pohon kakao, merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Bayangkan saja, kakao yang merupakan bahan baku cokelat ini bisa berbuah sepanjang tahun, tanpa
mengenal musim. Tak perlu menunggu waktu lama untuk memanen kakao dari pohonnya, proses
pemanennya pun bisa dilakukan tiap hari, jika sudah ada kakao yang tua atau siap panen.
Cokelat saat ini sudah hampir menjadi kebutuhan banyak orang. Setiap makanan dan minuman yang
kita santap sehari-hari, sedikit banyak mengandung cokelat. Tak hanya makanan dan minuman, cokelat
juga mulai merambah dunia farmasi dan kosmetik atau kecantikan. Karena inilah saya yakin prospek
budidaya kakao ke depan bisa dibilang sangat cerah. Ujar Wijianto, salah seorang petani kakao asal
Desa Segulung, Dagangan.
Kakao atau dalam nama latin Theobroma Cacao L, merupakan salah satu tumbuhan yang cocok dengan
kultur tanah serta iklim yang ada di Indonesia. Karena inilah, kakao di berbagai daerah di Indonesia,
termasuk wilayah Dagangan, tepatnya di kaki bukit pegunungan Wilis, mampu menjadi produk unggulan
masyarakat.
Masyarakat di Segulung, biasanya memperdayakan tanah-tanah kebun yang berbukit-bukit, dengan
menanami tanaman kakao serta cengkeh. Biasanya mereka menanam secara tumpang sari, menginggat
lahan kurang bagus untuk tanaman padi. Uniknya, jika cengkeh hanya bisa dipanen sekali dalam
setahun, atau bisa dinikmati hasilnya setelah satu tahun, maka pohon kakao ini bisa dipetik hampir tiap
hari, jika pohon sudah mencapai umur 3 tahun ke atas. Ungkap pria yang memiliki 1 hektar kebun
kakao dan cengkeh ini.
Pohon kakao sangat bagus, jika dikembangkan bersamaan pohon tegakan atau pelindung. Menurut
Wijiyanto, masyarakat desa Segulung biasanya membudidayakan kakao bersama pohon cengkeh. Pohon
cengkeh yang tinggi dan besar, menjadi salah satu pohon tegakan yang ideal. Selain cengkeh, pohon
naungan yang bisa digunakan antara lain pohon lamtoro, gleresidae, serta albasia. Wijianto
menambahkan, pohon kakao sangat ideal dikembangkan di daerah perbukitan, dimana itensitas cahaya
mataharinya tidak terlalau banyak. Jika matahari terlalu banyak, tanaman kakao akan mengecil, daun
menyempit, sehingga tanaman relatif mengkerdil.
Untuk memulai proses penanaman sebetulnya tidak sulit, pertama-tama yang perlu kita lakukan adalah
membuat membersihkan alang-alang dan gulma. Setelah kebun bersih, baru membuat lubang dengan
ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk benih pohon kakao. Lubang ini kemudian ditimbun pupuk kompos dan
kotoran sapi, lalu dibiarkan beberapa hari. tambahnya.

www.wartawirausaha.com

Jika sudah, benih kakao yang sudah memiliki tinggi 1 1,5 meter dimasukkan ke dalam lubang. Agar,
benih kakao tidak dirusak hewan liar, sebaiknya disekeliling lubang diberi pagar bamboo. Setelah selesai,
tinggal perawatan dan pemupukan.
Pemukan dilakukan setelah umur pohon kakao 6 bulan. Pupuk yang biasa saya gunakan adalah organic
dan juga urea. Pada usia 8 12 bulan, dilakukan pemangkasan cabang pohon kakao yang lemah. Pada
umur 18 24 dilakukan kembali pemangkasan, dengan membuang tunas yang tidak diinginkan. Secara
berkala dilakukan pembuangan cabang yang melintang serta rating yang menyebabkan tanaman terlalu
rimbun dibuang. Pemangkasan dilakukan juga untuk mengurangi kelebatan daun pada tanaman kakao.
Ungkap Wijianto.
Pada usia 3 tahun, biasanya pohon kakao sudah berbuah lebat dan mulai bisa dipanen. Buah kakao yang
bisa dipanen, adalah buah yang sudah tua, dan sudah mengalami perubahan kulit buah. Wijiantao
menyarankan, begitu buah sudah masak, bisa segera dipetik, karena jika terlalu masak, kadar gula dalam
buah menurun, sehingga dalam proses fermentasi kurang begitu baik.
Pohon kakao yang sudah berumur 3 tahun, biasanya akan berbuah terus menerus tanpa mengenal
musim. Biasanya, kalau kami panen, kami kumpulkan dulu buah kakao ke tempat khusus. Lalu buah
tersebut kita pisahkan atau kelompokkan sesuai dengan kelas kematangannya. Setelah itu, buah kakao
di pecah dengan menggunakan balok kayu. Ujar pria yang juga menjadi perangkat desa tersebut.
Menurut Wijianto, dari pohon kakao, yang diambil hanyalah biji buah kakao saja. Biji tersebut, setelah
diambil dari buah kemudian di peram atau difermentasi selama kurang lebih satu minggu. Wijianto
menjelaskan, proses fermentasi hanyalah memasukkan biji buah kakao ke dalam kotak kayu tebal yang
dilapisi oleh alumunium dan dibawahnya diberi lubang kecil untuk pembuangan lender.
Sebenarnya selain biji, dulu pernah ada sosialisasi pembuatan nata de kakao dari lendir biji kakao dan
pembuatan pakan untuk hewan peliharaan seperti kambing dan sapi dari kulit kakao yang kebanyakan
dibuang. Namun, semua kurang maksimal, karena pemerintak sendiri kurang begitu maksimal dan
konsisten dalam memberdayakan masyarakat petani kakao. Ungkap Wijianto.
Untuk pemasaran biji-biji kakao yang sudah kering menurut Wijianto tidak ada kendala yang berarti.
Bahkan, Wijianto yakin jika masa depan kakao atau cokelat ini sangat cerah jika dibanding cengkeh. Jika
suatu saat cengkeh akan berkurang seiring pemerintah yang akan mengurangi kuota rokok, maka kakao
justru akan naik, karena komoditas ini sangat penting.
Harga biji kakao kering ke pengepul saat ini antara 20 25 ribu perkilogramnya. Saat ini sudah banyak
pengepul yang datang untuk mengambil biji kakao kering dari petani. Bahkan, beberapa pengepul sudah
berani memberikan uang sebagai panjer, meskipun barang atau biji kakao belum ada. Uajrnya.
Kendala yang dihadapi adalah kurangnya perhatian dari pemerintah setempat mengenai potensi kakao
yang dikembangkan masyarakat. Menurut Wijianto, pemerintah masih setengah hati dalam membina
masyarakat agar terus menghasilkan biji kakao berkualitas terbaik. Saat ini penyemprotan dan sosialisi
penangulangan hama juga sudah sangat jarang dilakukan.

www.wartawirausaha.com

Saat ini petani kerap mendapat serangan hama yang dibawa oleh lalat buat. Serbuan lalat buat ini
membuat buah kakao tidak bisa dipanen secara maksimal, karena biji dalam buah kakao kerap rusak dan
banyak ditemukan belatung kecil. Berbagai cara sudah kami lakukan untuk menanggulangi ancaman
hama ini, namun kami masih belum bisa menemukan cara yang tepat. Karena inilah kami berharap
mendapat support dan bimbingan pemerintah agar Segulung bisa tetap menjadi wilayah penghasil
kakao terbaik. Ucap Wijianto.
Jika dulu Wijianto mampu memanen biji kakao sebanyak 20 kg perhari, kini dia terpaksa gigit jari, karena
untuk pemanenan setiap seminggu sekali. Hasil yang didapat juga jauh berbeda dengan apa yang
didapat beberapa tahun dulu.
Untuk mengantispasi ini, kami meremajakan semua pohon kakao yang sudah terserang lalat buah.
Selain itu pohon kakao yang sudah berumur 20 tahun juga kami remajakan, agar produktivitas buahnya
kembali normal. Selain itu, kami juga rutin memberikan semprotan untuk menjaga pohon agar terhindar
dari serangan lalat buah. Tutupnya.

www.wartawirausaha.com

Analisa Usaha Budidaya Pohon Kakao


(di atas lahan 1 hektar, selama 3 tahun atau satu kali panan)

A. Investasi
- Lahan 1 hektar
B. Biaya Produksi
- 1000 Benih pohon kakao @5.000/batang
Rp 5.000.000
- Peralatan pertanian
Rp 500.000
- Kebutuhan pupuk organik dan kompos
Rp 1.500.000
- Kebutuhan pupuk urea
Rp 1.500.000
- Perawatan dan tenaga kerja (selama 3 tahun)
Rp 10.000.000
Total
Rp 18.500.000
C. Hasil Panen
Lahan 1 hektar mampu menghasilkan kurang lebih 3 ton biji kakao kering dalam sekali masa
panen. Harga perkilo biji kakao kering adalah Rp 25.000
Jadi, 25.000 x 3000 kg = Rp 75.000.000
Laba Kotor
Rp 75.000.000 18.500.000 = 73.150.000
Catatan:
- Setelah 3 tahun, pohon kakao akan berbuah sepanjang waktu dan tidak mengenal musim.
Hal ini proses pemanenan bisa dilakukan hampir tiap hari. Masa produktivas kakao juga
panjang, hingga 20 tahun lebih.
- Selain biji, jika dikembangkan lender kakao bisa digunakan untuk membuat nata de kakao
sedangkan kulit buah kakao bisa diolah menjadi campuran bahan pakan ternak.
- Proses penanaman pohon kakao sebaiknya dilakukan dengan tumpang sari, seperti pohon
cengkeh, albasia dan lain-lain

www.wartawirausaha.com

Anda mungkin juga menyukai