TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medik Isolasi Sosial
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang
aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak ada didefinisikan sebagai penyakit
tersendiri, melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang
mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti halnya jenis kanker.
(Videbeck, 2008)
Salah satu jenis skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Skizofrenia
hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau balau yang ditandai
dengan gejala-gejala seperti inkoherensi, alam perasaan, perilaku atau tertawa seperti
anak-anak, waham tidak jelas, halusinasi, serta perilaku aneh. (Hawari, 2006).
Menarik diri merupakan salah satu gejala negatif dari skizofrenia dan juga
merupakan salah satu tanda dan gejala dari isolasi sosial. Dari uraian diatas
penulis akan menjelaskan tentang konsep isolasi sosial.
1.
tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang
lain. (Balitbang, dalam Fitria, 2010)
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. (Keliat dan Akemat, 2009)
Selain itu isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup berbagi pengalaman. (Yosep, 2009)
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial
merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam pertukaran
sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien yang
mengalami
kerusakan
interaksi
sosial
mengalami
kesulitan
dalam
Tugas
Masa Bayi
orang
lain
dan
menyebabkan
ansietas.
Faktor
pencetus
dapat
Berdasarkan bagan diatas respon sosial pada pasien dengan isolasi sosial
dibagi menjadi respon adaptif dan respon maladaptif :
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh normanorma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Menurut
Fitria (2009) yang termasuk respon adaptif adalah sebagai berikut:
a. Menyendiri, merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
b. Otonomi, merupakan kemampuan individu untuk menentukan dab
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama, merupakan kemampuan individu yang saling
membutuhkan orang lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
2. Respon Maladaptif
3. Respon yang diberikan individu menyimpang dari norma sosial. Yang
termasuk kedalam rentang respon maladaptif adalah sebagai berikut:
a. Menarik Diri
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan
Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
11
c. Manipulasi
Seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat menerima hubungan sosial secara mendalam.
d. Curiga
Seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya terhadap
orang lain.
B. Penatalaksanaan Isolasi sosial
Penatalaksanaan asuhan keperawatn pada pasien isolasi sosial terdiri dari
penatalaksanaan keperawatan dan penatalaksanaan medis
1. Penatalasanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial meliputi
metode pendekatan proses keperawatan dan terapi modalitas.
1.1. Metode Pendekatan Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan
yang sistematis dan rasional. (Kozier dalam Nurjannah, 2004, hlm. 29)
Menurut Stuart dan Sundeen dalam Nurjannah (2004, hlm. 30). Enam fase
atau langkah dari proses keperawatan tersebut meliputi pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, engidentifikasian outcame, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian Asuhan Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
12
5. Aktivitas menurun
6. Asupan makanan dan minuman terganggu
7. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan.
8. Tampak sedih, afek tumpul
2. Pohon Masalah
Skema pohon masalah isolasi sosial adalah sebagai berikut:
14
Isolasi sosial
2.
3.
4.
5.
6.
Malas beraktivitas
7.
8.
15
16
perawat:
mengimlementasikan
mempertimbangkan
aktifitas
perawatan,
sumber
yang
tersedia,
memunculkan
alternatif,
d. Terapi Kelompok
e. Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi (TAKS) adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial. Tujuannya agar meningkatkan hubungan sosial dalam
kelompok secara bertahap. (Keliat dan Akemat, 2004, hlm. 16)
f. Terapi Lingkungan
g. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulasi psikologis seseorang yang
akan berdampak pada kesembuhan. (Yosep, 2009, hlm. 325)
1.3. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk pasien dengan gangguan jiwa dibagi
berdasarkan dua metode, yaitu sebagai berikut:
a. Metode Biologik
Metode biologik yang digunakan pada pasien dengan isolasi sosial adalah
sebagai berikut:
1. Terapi Psikofarmaka
2. Terapi psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan
fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat dihilangkan
atau dengan kata lain skizofrenia dapat diobati (Hawari,2006, hlm.
96). Obat antipsikotik terpilih untuk skizofrenia terbagi dalam dua
golongan (Hawari, 2006, hlm. 97-99) yaitu antipsikotik tipikal
(Klorpromazim, Trifluferazin, Haloperidol) dan antipsikotik atipikal
(Klozapin, Risperidon). Antipsikotik golongan tipikal tersebut bekerja
dengan memblokir reseptor dopamin terpilih, baik diarea striatal
20
dengan
gejala
negatif
seringkali
menunjukkan
1. Psikoterapi
Psikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat diberikan apabila
penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri
sudah baik. (Hawari, 2006)
2. Terapi Psikososial
Dengan terapi psikososial ini dimaksudkan agar penderita mampu
kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu
merawat diri, mampu mandiri tidak bergantung pada orang lain
sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. (Hawari,
2006)
3. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan terhadap penderita skizofrenia ternyata mempunyai
manfaat. Diantaranya yaitu gejala-gejala klinis gangguan jiwa lebih
cepat hilang, lamanya perawatan lebih pendek, hendaya lebih cepat
teratasi, dan lebih cepat dalam beradaptasi dengan lingkungan. Terapi
keagamaan yang dimaksud adalah berupa kegiatan ritual keagamaan
seperti sembahyang, berdoa, shalat, ceramah keagamaan, kajian kitab
suci dan lain sebagainya. (Hawari, 2006)
22