Anda di halaman 1dari 52

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


ILMU PENGETAHUAN ALAM
(SCIENCE EDUCATION DEVELOPMENT CENTRE)
JL. DIPONEGORO NO.12, TELP. (022) 4231191, FAX. (022) 4207922
BANDUNG 40115
2007

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

Daftar Gambar

iii

BAB I

Pendahuluan

BAB II

IPA Terpadu dan Pembelajarannya

2.1. IPA dan Manfaatnya

2.2. IPA Terpadu dan IPBA

2.3. Pembelajaran IPA Terpadu

IPA Terpadu dalam Pengamatan Lingkungan

11

3.1 Pembelajaran Sains di Lingkungan

11

3.2 Prinsip-prinsip Pengamatan Lingkungan

20

3.3 Tahap-tahap Pembelajaran Pengamatan Lingkungan

21

3.4 Tugas Pengamatan

22

3.5 Format Pengamatan Lingkungan Interaksi Terpusat

24

3.6 Pengisian Format Pengamatan Lingkungan Interaksi


Terpusat
IPA Terpadu dalam Pengamatan Teknologi di Masyarakat

26

4.1 Bahan Pengamatan

32

4.2 Metode Pengamatan dan Penafsiran

34

4.3 Pelaksanaan Pengamatan Teknologi di Masyarakat

35

4.4 Tahap-tahap Pembelajaran Pengamatan Teknologi di


Masyarakat

36

4.4.1 Pembelajaran Pengamatan Teknologi sebagai Motivator

36

4.4.2 Pembelajaran Pengamatan Teknologi sebagai Tugas


Projek

37

4.5 Format Pengamatan Teknologi di Masyarakat

38

BAB V

Rangkuman

46

BAB VI

Evaluasi

48

BAB III

BAB IV

Daftar Pustaka

32

49

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1

Diagram Peran IPA dasar, IPA terapan, dan Teknologi

Gambar 2

Interaksi antar objek-objek memadukan konsep-konsep

Fisika, Kimia, dan Biologi


Gambar 3

Diagram Pengamatan Lingkungan Interaksi Terpusat

13

Gambar 4

Sistematika Pembahasan Interaksi antar Objek

15

Gambar 5

Diagram Pengamatan Lingkungan Interaksi Berantai

16

Gambar 6

Contoh Pengamatan Lingkungan Interaksi Berantai

17

Gambar 7

Kompor Minyak Tanah

33

Gambar 8

Konstruksi Kompor Minyak Tanah

34

Gambar 9

Konstruksi Kompor Minyak Tanah

42

iii

BAB I
PENDAHULUAN
Alam semesta terbentuk dari objek dan interaksinya yang menimbulkan
fenomena. Fenomena tersebut tidak terkotak-kotak seperti disiplin ilmu-ilmu
dasar maupun terapan. Hanya keterbatasan kompetensi manusialah yang
menyebabkan ilmu mengenai alam terkotak-kotak dalam berbagai disiplin ilmu.
Upaya untuk memadukan berbagai disiplin ilmu dalam satu ilmu merupakan
upaya yang tidak mungkin. Setiap orang akan berada dalam disiplin ilmu yang
ditekuninya. Walaupun satu fenomena alam dapat ditinjau dari berbagai konsep
dari disiplin ilmu yang berbeda, tetapi peninjauan itu hanya dapat dilakukan oleh
beberapa pakar yang masing-masing menggunakan konsep-konsep dari disiplin
ilmu yang dikuasainya.
Berdasarkan uraian tersebut, keterpaduan konsep-konsep IPA hanya dapat
dilakukan dari segi objek yang akan dipelajari siswa dan penerapannya pada objek
yang sama, sedangkan pada saat siswa mempelajari konsep-konsepnya dilakukan
secara terpisah pada waktu yang berbeda. Oleh karena itu, untuk IPA terpadu
pembelajaran harus diorientasikan pada kegiatan siswa mempelajari objek dan
fenomena alam, bukan diorientasikan pada kegiatan siswa mempelajari konsepkonsepnya.
Disamping itu, perlu diperhatikan bahwa konsep-konsep IPA hanya akan
dipahami siswa jika objek dan fenomena untuk konsep-konsep itu dipahami,
siswa tidak mungkin memahami konsep-konsep IPA jika tidak memahami objek
dan fenomena dari mana konsep itu berasal. Oleh karena itu, pembelajaran yang
diorientasikan pada fenomena lebih

berhasil daripada pembelajaran yang

diorientasikan pada konsep-konsepnya. Perhatikan pembelajaran inkuiri yang


selalu disarankan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran IPA di seluruh dunia.
Dalam pembelajaran inkuiri, guru membelajarkan siswa untuk mempelajari
fenomena sebagai upaya pembentukan suatu konsep dari fenomena yang
diamatinya. Perhatikan juga literasi IPA yang pengujiannya dilaksanakan oleh
TIMSS (Trends in Mathematics and Science Studies) dalam program PISA (The

Programme International Students Assessment), pengujian PISA dilakukan untuk


menguji siswa dalam memahami fenomena dan memprediksi dari fenomena yang
dikajinya. Disadari atau tidak, perbedaan pembelajaran IPA di Indonesia dan di
negara-negara lain yang sudah maju dalam pendidikan IPA terletak pada
perbedaan orientasi pembelajaran yang mengakibatkan banyaknya perbedaan
dalam aspek pembelajaran. Perbedaan itu menyebabkan perbedaan hasil belajar
siswa dan ahirnya perbedaan kompetensi SDM.
IPA yang dipelajari siswa SD dan SMP masih berupa ilmu yang
disederhanakan, karena itu peninjauan objek/fenomena dari segi fisika, kimia, dan
biologi masih mungkin dilakukan oleh siswa-siswa SD dan SMP.

Walapun

demikian pada saat-saat mempelajari konsep-konsepnya dilakukan secara khusus


pada waktu yang berbeda, agar konsep-konsep itu dapat dipahami siswa dengan
siswa lebih baik.

BAB II
IPA TERPADU DAN PEMBELAJARANNYA
2.1. IPA dan Manfaatnya
Teknologi
Membuat
Konstruksi/Alat
Digunakan

Digunakan

Alam

Menjelaskan
IPA
Dasar

Mengendalikan

Digunakan

IPA
Terapan

Gambar 1. Diagram peran IPA dasar, IPA terapan, dan teknologi

Ilmu dalam bidang IPA dan pemanfaatannya dapat kita bedakan dalam
IPA dasar atau murni, IPA terapan, dan teknologi. IPA dasar, IPA terapan, dan
teknologi mengkaji bahan pokok yang sama, yaitu alam. Perbedaan ketiganya
terletak pada aspek yang dikajinya. Menurut Amor et al. (1988) ilmuwan IPA
dasar mencoba untuk memahami bagaimana alam bekerja. Sedangkan ilmuwan
IPA terapan mencoba mencari cara untuk mengendalikan bagaimana alam
bekerja. Ahli teknologi memanfaatkan penemuan IPA dasar dan IPA terapan
untuk membuat alat guna mengendalikan cara alam bekerja. Menurut White &
Frederiksen (2000) IPA dapat dipandang sebagai proses untuk membentuk
hukum, model, dan teori yang memungkinkan orang untuk memprediksi,
menjelaskan, dan mengendalikan tingkah laku alam.
Konsep-konsep IPA dasar terbentuk dari keingintahuan mengenai sesuatu
yang belum diketahui orang, keingintahuan itu menuntun ke arah mencari prinsip
atau teori yang dapat diperoleh dari hasil pengkajian, yaitu melalui percobaan.
Percobaan ini merupakan pengkajian yang tidak bermaksud untuk mencari kondisi

atau proses optimal yang diharapkan, melainkan hanya untuk memenuhi


penjelasan dari fenomena alam. IPA dasar mengkaji konsep-konsep IPA
mengenai kondisi, interaksi, dan peristiwa dari kondisi yang normal (biologi)
atau ideal (fisika). Dalam konsep-konsep IPA dasar, seringkali ada variabel
(parameter), yang dalam kenyataannya berpengaruh, tidak dimasukkan ke dalam
konsep-konsepnya. Konsep-konsep itu sengaja disusun secara ideal atau normal
agar berlaku umum, yang berarti dapat digunakan kapan saja dan dimana saja.
Keberlakuan umum konsep-konsep tersebut luas, sehingga berfungsi sebagai
konsep-konsep dasar bagi IPA terapan dan teknologi. Para ilmuwan menempatkan
IPA dasar sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu terapan dan teknologi.
Aplikasi konsep dalam IPA terapan ditujukan untuk mengendalikan cara
alam bekerja. Aplikasi konsep untuk menjelaskan peristiwa alam atau
memperhitungkan parameter secara ideal, bukan aplikasi konsep IPA terapan.
Karena konsep-konsep IPA dasar umumnya mengabaikan variasi yang terjadi di
alam, konsep-konsep tersebut belum dapat diaplikasikan secara langsung untuk
mengendalikan (mengelola) alam, karena di alam riil ada variasi-variasi yang
tidak dapat diabaikan. Untuk pengendalian alam diperlukan percobaan
(penelitian), agar aplikasi konsep yang tepat dapat diketahui. Dari percobaan
itulah konsep-konsep IPA terapan dibentuk untuk keperluan mengendalikan alam.
Alam yang dikendalikan ada yang

terdapat dalam alat-alat (produk

teknologi) dan ada yang terdapat di lingkungan. Alat-alat dibuat dari bahan-bahan
alam dari jenis dan kondisi yang sama serta digunakan pada kondisi dan situasi
lingkungan yang relatif sama, sehingga proses dan hasil pengendalian alamnya
pun relatif sama. Dengan demikian prinsip-prinsip IPA terapan dalam teknologi
dapat digunakan relatif tepat sama untuk setiap alat yang sama. Jika dalam
beberapa alat tidak ada variasi alam, karena dapat dibuat sama, di lingkungan
banyak variasi alam yang tidak dapat dihindarkan. Akibatnya prinsip-prinsip IPA
terapan yang digunakan di lingkungan pada suatu tempat dan waktu tertentu tidak
begitu dapat digunakan pada tempat dan waktu yang berbeda. Dengan demikian
pengendalian alam di lingkungan lebih bervariasi, karena prinsip-prinsipnya perlu
diuji pada setiap tempat dan waktu yang berbeda. Walaupun prinsip-prinsip IPA

terapan yang diperlukan untuk pengendalian alam itu sudah diuji melalui
penelitian, tidak berarti bahwa prinsip-prinsip IPA terapan dapat diterapkan secara
langsung dengan tepat di tempat dan waktu yang berbeda, karena variasi alam
dapat menyebabkan proses dan hasil penerapan itu berbeda. Oleh karena itu, di
lingkungan, bahkan juga dalam pembuatan alat, percobaan (penelitian) tetap
diperlukan untuk mencari perlakuan atau tindakan yang tepat dalam pengendalian
alamnya.
Umumnya pengkajian IPA terapan dilakukan untuk mencari perlakuan
atau susunan benda yang interaksinya dapat menimbulkan kondisi atau proses
optimal/maksimal seperti yang diharapkan. Pengkajian IPA terapan ditujukan
untuk mencari prinsip-prinsip dan tindakan pengendalian alam yang hasilnya
dapat memenuhi harapan pengkaji. Berbeda dengan hasil pengkajian IPA dasar
yang berlaku umum, hasil pengkajian IPA terapan kurang berlaku umum, karena
faktor-faktor yang dalam IPA dasar-dasar diabaikan sedangkan dalam IPA terapan
tidak dapat diabaikan. Sedangkan kondisi dan situasi di setiap lingkungan sangat
bervariasi. Pengkajian IPA terapan di lingkungan umumnya hanya digunakan
untuk keperluan di tempat pengkajian itu dilakukan. Karena hasil pengkajian IPA
terapan di lingkungan kurang berlaku umum, hasil pengkajian di suatu tempat dan
waktu tertentu hanya digunakan sebagai pembanding, penunjang, atau acuan
perkiraan untuk pengkajian yang sama di tempat dan waktu yang berbeda.
Teknologi dapat dibentuk dari IPA, tetapi dapat juga terbentuk tanpa IPA.
Teknologi tanpa IPA dapat diibaratkan sebagai mobil yang mesinnya hidup dan
bergerak maju, tetapi tanpa sopir. Betapa berbahayanya mobil itu, karena dapat
menabrak apa saja yang ada di depannya. Jika ada sopir di dalam mobil itu, sopir
akan mengendalikan mobil, sehingga mobil itu aman dan bermanfaat bagi
manusia.

Sopirnya itu adalah IPA. Jadi, IPA ada dalam teknologi dan

mengendalikan teknologi, sehingga teknologi aman dan bermanfaat bagi manusia.


Prinsip-prinsip dan teori-teori IPA dasar dan pengendalian alam dari IPA terapan
digunakan dalam teknologi untuk menyusun objek-objek, membuat konstruksi di
alam, dan membuat alat untuk mengendalikan cara alam bekerja.

Teknologi meliputi teknik menyusun objek dan membuat konstruksi alam


dan alat, sedangkan IPA mengenai properti (kondisi, kandungan, dan sifat objek),
interaksi, dan perubahan objek. Konstruksi alam dan alat mengatur bentuk, ukuran
ruang, ukuran objek, pergerakan dan interaksi objek. Objek dengan properti dan
interaksinya diatur oleh konstruksi atau alat, sehingga menimbulkan peristiwa
yang diharapkan oleh perancang teknologi.

2.2. IPA Terpadu dan IPBA


Konsep-konsep IPA dasar dibentuk dari hasil mengkaji bagian-bagian
yang sangat kecil dari alam. Karena sangat luasnya alam yang dipelajari, konsepkonsep IPA dibagi dalam 3 (tiga) ilmu dasar, yaitu fisika, kimia, dan biologi.
Walaupun demikian dalam praktiknya konsep-konsep dari ketiga disiplin ilmu itu
ada yang bersilangan (cross section). Walaupun ketiga disiplin ilmu itu berbeda,
tetapi dalam pembentukan konsep-konsepnya seringkali dibentuk dari objek yang
sama. Yang membuat ketiga disiplin ilmu tersebut berbeda adalah sudut
kajiannya. Contohnya air dikaji dalam fisika dari segi viskositas dan geraknya,
kimia mengkaji air dari segi unsur-unsur, molekul, dan kemampuannya dalam
melarutkan zat, sedangkan biologi mengkaji air dari segi kebutuhan makhluk
hidup terhadap air.
Dalam IPA terapan konsep-konsep dari fisika, kimia, dan biologi terpadu
dalam menjelaskan fenomena alam dan mengendalikan alam. Karena itu, IPBA,
yang merupakan ilmu terapan, memadukan konsep-konsep dari fisika, kimia, dan
biologi. Contohnya dalam ilmu tanah dikenal, fisika tanah, kimia tanah, dan
biologi tanah. Dalam praktiknya di lapangan pengelolaan tanah menggunakan
fisika tanah, kimia tanah, dan biologi tanah yang konsep-konsepnya merupakan
hasil pengembangan dari konsep-konsep dasar fisika, kimia, dan biologi.
Dalam suatu masalah fisika, misalnya masalah benda yang tergantung
pada pegas dan diam dalam air, beberapa rumus fisika dapat dipadukan, sehingga
membentuk rumus baru. Keterpaduan konsep-konsep dalam IPA terpadu tidak
mengandung arti membentuk konsep baru dari konsep-konsep dasar fisika, kimia,
dan biologi, melainkan terpadu dalam objek yang dipelajari, penyusunan

penjelasan ilmiah, pengendalian alam, dan penyusunan konstruksi di alam


(misalnya konstruksi teras pada tanah miring) dan konstruksi alat.
Dalam pembelajaran yang khusus mempelajari fisika, kimia, dan biologi
di kelas akan sulit untuk membentuk pembelajaran IPA terpadu, tetapi dalam
pembelajaran IPBA dapat dilaksanakan pembelajaran IPA terpadu, karena objek
yang dipelajari dalam IPBA dapat dijelaskan dengan menggunakan konsepkonsep dari ketiga disiplin ilmu tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran IPBA
tepat untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA terpadu.
IPA terpadu tidak selalu dapat memadukan konsep-konsep fisika, kimia,
dan biologi. Seringkali kita jumpai konsep-konsep fisika dan kimia atau konsepkonsep kimia dan biologi terpadu dalam suatu penjelasan ilmiah. Contohnya
penjelasan ilmiah mengenai cara kerja kompor minyak tanah hanya memadukan
konsep-konsep fisika dan kimia. Aliran minyak tanah dari tangki sampai ke
sumbu, diubah menjadi energi panas dalam bentuk api karena adanya lubanglubang kecil pada dinding kompor; hal tersebut dapat dijelaskan dengan
menggunakan konsep-konsep fisika, sedangkan nyala api yang berwarna biru oleh
uap minyak yang terbakar dijelaskan oleh konsep-konsep kimia.

Energi

Makhluk
Hidup

Benda Mati

Gambar 2. Interaksi antara objek-objek memadukan konsep-konsep fisika, kimia, dan


biologi.

Alam berubah secara dinamis oleh interaksi antara benda mati, makhluk
hidup, dan energi. Interaksi antara ketiga objek itu menimbulkan peristiwa alam
yang dipelajari oleh berbagai disiplin ilmu. Benda mati dan energi dipelajari
fisika, makhluk hidup dengan segala perubahannya dipelajari biologi, sedangkan

kimia mempelajari benda mati dan makhluk hidup secara molekuler. Energi dan
pengaruhnya dipelajari oleh fisika, kimia, dan biologi. Adanya interaksi (saling
mempengaruhi) antara ketiga objek itu menimbulkan terbentuknya IPA terpadu.
Sebagai contohnya daun-daunan memerlukan cahaya, CO2, dan air untuk
fotosintesis. Cahaya yang diperlukan untuk beberapa jenis daun adalah cahaya
merah dengan energinya sudah tertentu besarnya. Jika ditanyakan mengapa bukan
sinar ultraviolet untuk fotosintesis itu, kemungkinan jawabannya dapat diperoleh
dari konsep fisika yang menyatakan bahwa sinar ultra violet merupakan sinar
dengan frekuensi tinggi, sehingga memiliki energi yang tinggi sesuai dengan
persamaan E = h. F. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sinar ultra violet merupakan
sinar yang berbahaya mampu merusak jaringan. Untuk fotosintesis diperlukan
energi yang sesuai dengan keperluan proses fotosintesis itu. Dari segi kimia,
proses fotosintesis terjadi karena adanya reaksi antara air dan CO2 dengan bantuan
energi cahaya. Bagaimana reaksi itu membentuk amilum dijelaskan dengan
konsep-konsep kimia. Dari segi biologi disebutkan bahwa tempat terjadinya
fotosintesis itu pada hijau daun. Bagaimana bagian-bagian daun melakukan
proses, sehingga udara dapat masuk ke dalam daun, dan pada bagian mana serta
bagaimana air dari dalam tanah masuk sampai ke daun dijelaskan oleh biologi.
Contoh di atas menunjukkan bahwa keterpaduan konsep-konsep fisika,
kimia, dan biologi dapat merupakan keterpaduan terpusat pada suatu objek.
Keterpaduan terpusat adalah keterpaduan konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi
dalam menjelaskan sesuatu objek berdasarkan sudut pandang dari konsep-konsep
tersebut. Konsep-konsep tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan objek
tersebut tanpa harus mengikuti urutan tertentu. Disamping keterpaduan terpusat
dikenal pula keterpaduan berantai, yaitu keterpaduan konsep-konsep fisika, kimia,
dan biologi dalam menjelaskan interaksi atau proses yang bersambungan.
Sehingga setiap konsep dari fisika, kimia, dan biologi digunakan secara berurutan
mengikuti urutan proses tersebut.

2.3. Pembelajaran IPA Terpadu


Pembelajaran IPA terpadu tidak dimaksudkan untuk membelajarkan siswa
mempelajari konsep-konsep IPA secara khusus seperti yang tertulis dalam
kurikulum, melainkan mempelajari konsep-konsep yang terkandung dalam suatu
objek dan fenomena alam. Sehingga fokus pembelajaran tidak pada konsep,
melainkan pada objek dan fenomenanya. Perlu diperhatikan bahwa mempelajari
satu konsep fisika, kimia, atau biologi saja seringkali membuat siswa tidak
memahami konsep tersebut, apalagi kalau dipelajari sekaligus. Di negara yang
sudah maju pun, walaupun pembelajarannya disebut pembelajaran IPA, tetapi
konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi dipelajari tersendiri secara khusus, tidak
sekaligus. Keterpaduannya lebih banyak terdapat pada penerapannya. Karena
IPBA merupakan ilmu terapan yang konsep-konsepnya hasil pengembangan dari
fisika, kimia, dan biologi, pembelajaran IPA terpadu lebih mungkin dilaksanakan.
Karena keterpaduan konsep-konsep IPA terletak pada objek dan fenomena
yang dipelajari siswa, dalam merencanakan pembelajaran IPA terpadu kita harus
memperhatikan objek yang akan digunakan siswa untuk mempelajari konsepkonsep IPA.

Merencanakan pembelajaran IPA terpadu untuk mempelajari

konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi yang tercantum dalam kurikulum (IPA
dasar) relatif lebih sulit dibandingkan dengan penerapan konsepnya. Perencanaan
akan lebih mudah dilakukan jika konsep-konsep yang akan dipelajari itu
merupakan konsep-konsep yang bebas, yaitu tidak harus yang ada dalam
kurikulum. Oleh karena itu, pembelajaran IPA terpadu tidak akan selalu dapat
dilaksanakan pada setiap konsep yang akan dipelajari siswa. Pembelajaran IPA
terpadu untuk mempelajari konsep hanya mungkin dilakukan jika objek yang akan
dipelajari siswa

mengandung konsep-konsep dari fisika, kimia, dan biologi.

Pembelajaran IPA terpadu lebih mungkin dilaksanakan pada saat siswa belajar
menerapkan konsep-konsep IPA.
Merencanakan pembelajaran IPA terpadu diawali dengan menentukan
objek apa yang akan dipelajari siswa yang mengandung konsep fisika, kimia, dan
biologi. Perhatikan bahwa konsep-konsep yang akan dipelajari siswa akan lebih

banyak merupakan konsep-konsep yang merupakan pengembangan/penerapan


dari konsep-konsep dasarnya. Contohnya sebagai berikut ini.
Bahan pembelajaran: Struktur Tanah
Konsep-konsep IPA untuk mempelajari struktur tanah.
1. Ilmu Tanah: Pengertian struktur tanah.
2. Biologi: Penguraian bahan organik (sisa-sisa jasad makhluk hidup) oleh
mikro-organisme.
3. Kimia: Reaksi zat-zat hasil penguraian oleh makhluk hidup dan reaksinya
dengan misel (mikro sel) tanah dan pembentukan agregat (butiran) tanah.
4. Fisika: Kapilaritas pori-pori tanah diantara agregat-agregat tanah dan
penyimpanan air dalam pori-pori tanah

10

BAB III
IPA TERPADU DALAM PENGAMATAN LINGKUNGAN
3.1 Pembelajaran Sains di Lingkungan
Pembelajaran sains di lingkungan merupakan pembelajaran IPA terpadu
yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Pembelajaran ini
digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam mempelajari atau
menerapkan konsep-konsep IPA. Di lingkungan siswa hanya memperoleh data
mengenai keadaan atau proses yang terjadi pada saat siswa melakukan
pengamatan, siswa tidak memiliki data mengenai apa yang terjadi sebelumnya
atau apa yang akan terjadi kemudian. Dengan pengamatan lingkungan siswa
dilatih menggunakan pengetahuannya untuk menginfer (menduga apa yang terjadi
sebelumnya atau yang tidak teramati saat pengamatan dilakukan) dan
memprediksi (menduga apa yang akan terjadi) dengan menggunakan konsepkonsep yang telah dipelajarinya. Pembelajaran ini mendidik siswa untuk
melakukan metakognisi, yaitu mengenal apa yang sudah diketahui dan yang
belum diketahui, apa yang harus dipikirkan dan bagaimana memikirkannya, serta
mengevaluasi pemikirannnya.
Pengamatan lingkungan masih merupakan kegiatan awal yang merupakan
kegiatan survey. Kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan selanjutnya
yang berupa kegiatan penelitian, tetapi untuk pembelajaran di sekolah dapat tidak
dilanjutkan, jika waktu tidak memungkinkan. Pembelajaran sains di lingkungan
hendaknya agak sering dilakukan, karena pembelajaran ini benar-benar
menghadapkan siswa pada masalah yang real (nyata), meningkatkan kompetensi
siswa dalam keterampilan proses dan berpikir ilmiah, serta merupakan
pembelajaran yang melatih siswa ke arah kemampuan melakukan penelitian. Di
SMP dan SMA kegiatan belajar ini merupakan kegiatan yang melatih siswa dalam
keterampilan proses sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan
2. Mencari persamaan dan perbedaan
3. Menentukan objek-objek dan parameter yang perlu diamati

11

4. Mengamati/mengukur, menaksir
5. Menentukan variabel/parameter
6. Menerapkan konsep
7. Menafsirkan data/menyusun pembahasan
8. Menyimpulkan
9. Mengajukan hipotesis
Dari kegiatan tersebut siswa memperoleh pengetahuan yang dapat diterima
dan yang masih dalam dugaan. Kegiatan tersebut dapat ditindaklanjuti dengan
mengkaji informasi yang relevan dari media cetak atau elektronik untuk
memperkuat atau mengoreksi pengetahuan siswa yang masih merupakan dugaan,
atau ditindaklanjuti dengan percobaan yang direncanakan setelah pengamatan
lingkungan.
Agar pembelajaran di lingkungan dapat memberikan pengetahuan yang
nyata, siswa perlu mengetahui sedikit pengetahuan tambahan mengenai
lingkungan yang dapat dipelajarinya pada saat akan melakukan pengamatan di
lingkungan. Pengetahuan lingkungan yang ditambahkan untuk melengkapi
pengetahuan siswa dalam mempelajari lingkungan adalah: tanah, air, udara, dan
polutan. Pengetahuan tambahan ini bergantung pada topik lingkungan yang akan
dipelajari siswa dan tidak perlu dipelajari secara khusus seperti mempelajari
materi pelajaran yang ada dalam kurikulum, cukup diinformasikan saja.
Metode Pengamatan Lingkungan yang perlu dilatihkan kepada siswa dapat
dibedakan menjadi :
1.

Pengamatan Interaksi Objek


Berbeda dengan percobaan di laboratorium yang parameterparameternya banyak yang dapat dibuat sama, di lingkungan objek-objek yang
akan diamati mengandung banyak parameter yang berbeda. Hal itu
dikarenakan kondisi setiap tempat di lingkungan sangat bervariasi dan tidak
dapat menghindari variasi itu, karena variasi itu terjadi secara alamiah,
walaupun ada juga variasi yang dibuat oleh manusia. Variasi-variasi alam itu
kita manfaatkan untuk menyelidiki pengaruh-pengaruh yang berbeda dari

12

variasi alam. Oleh karena itu dalam pengamatannya kita hanya menggunakan
dua atau tiga parameter yang sama untuk menentukan objek utama dan objek
pembanding

yang

akan

diamati.

Begitupun

faktor-faktor

yang

membedakannya kita hanya menentukan satu faktor utama yang berbeda.


Pengamatan lingkungan digunakan terhadap indikator alam. Setiap
indikator alam mengindikasikan suatu pengetahuan berupa pengetahuan
mengenai kondisi, kandungan, atau sifat objek, prinsip atau teori mengenai
suatu interaksi atau proses alam. Pengamatan berguna untuk mengetahui apa
yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui siswa. Dari yang sudah
diketahui itu siswa menyusun pengetahuan baru, menyusun penjelasan, atau
perhitungan.
Dalam pengamatan lingkungan siswa tidak melakukan percobaan,
melainkan hanya melakukan pengamatan/pengukuran terhadap variabelvariabel yang ada di lingkungan yang akan dipelajari siswa. Objek dan
peristiwa yang akan diamati bergantung pada objek dan peristiwa yang akan
dipelajari siswa dan metode penafsiran objek dan peristiwa (pengolahan data).

2. Pengamatan Interaksi Terpusat


Pengamatan interaksi terpusat adalah pengamatan terhadap 1 (satu)
objek yang dipengaruhi atau mempengaruhi objek-objek di sekitarnya.
OS1

OS3
OU
OS4

OS2

Gambar 3. Diagram pengamatan lingkungan interaksi terpusat.

Keterangan:
OU = Objek Utama
OS... = Objek Sekitarnya yang mempengaruhi atau dipengaruhi objek
utama.

13

Pengamatan Interaksi terpusat menggunakan objek pembanding yang


digunakan sebagai korektor (kontrol) untuk meminimalkan kesalahan
penafsiran/pembahasan

terhadap

objek

dan

peristiwa

utama.

Objek

pembanding adalah objek yang parameter pokoknya sama, tetapi berbeda


dalam (satu) faktor. Satu faktor yang berbeda itulah yang menimbulkan
pengaruh yang berbeda terhadap objek utama dan objek pembanding yang
digunakan untuk membentuk penafsiran-penafsiran yang dapat diterima.
Contohnya jika mengamati perbedaan antara tanaman pada tempat yang
berbeda, tanaman yang menjadi objek utama dan pembanding harus sama
spesiesnya dan sama umurnya dan pada jenis tanah yang sama. Tempat yang
berbeda dipilih yang berbeda dalam 1 (satu) faktor utama, misalnya tanaman
yang satu di dekat tembok, satunya lagi agak jauh dari tembok, agar kedua
tanaman itu berada pada tanah yang jenisnya sama.
Pengamatan lingkungan dengan interaksi terpusat digunakan untuk
mencari pengaruh-pengaruh sebagai berikut.
1) Mencari pengaruh timbal-balik antara keadaan objek-objek di suatu
lingkungan terhadap suatu objek yang dipelajari.
2) Mencari pengaruh 1 (satu) perlakuan terhadap 1 (satu) atau beberapa
objek lain di sekitarnya.
Pengumpulan data untukk pengamatan interaksi terpusat dapat
menggunakan matriks berikut ini.
(Objek Utama)

(Objek Pembanding)

Objek Sekitarnya

Objek Sekitarnya

Pengisian matriks dilakukan sebagai berikut. Objek utama diisi


dengan objek yang menjadi pengamatan utama. Objek pembanding diisi

14

dengan objek yang dijadikan pembanding. Objek pembanding berfungsi untuk


mengoreksi pembahasan (penafsiran) objek utama. Kolom di bawah objek
utama diisi dengan parameter-parameter yang menunjukkan kondisi atau
kandungan objek utama. Parameter-parameter itu diperoleh dari pengamatan
objek utama. Kolom di bawah objek pembanding diisi dengan parameterparameter yang menunjukkan kondisi atau kandungan objek pembanding.
Parameter-parameter itu diperoleh dari pengamatan objek pembanding.
Kolom di bawah objek-utama atau pembanding diisi dengan objek-objek di
sekitar objek utama dan pembandingnya. Objek-objek di sekitarnya itu ditulis
dengan parameternya yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi objek
utama atau pembanding.

Parameter
Objek
Sekitarnya

Parameter
Objek
Sekitarnya
Dugaan

Parameter
Objek Utama

Parameter
Objek Utama

Konsep
(Prinsip/
Teori)

Mengoreksi

Pembahasan

Gambar 4. Sistematika pembahasan interaksi antar objek

Pembahasan dilakukan dengan cara menduga (menafsirkan) pengaruh


parameter objek-objek di sekitar objek utama terhadap parameter objek utama
atau sebaliknya. Hasil dugaan kemudian dibandingkan dengan pengaruh
parameter objek-objek sekitar objek pembanding terhadap parameter objek
pembanding atau sebaliknya. Dari perbandingan itu dapat ditentukan dapat
atau tidaknya dugaan itu diterima. Jika konsep sains yang dindikasikan oleh

15

indikator yang terkandung dalam objek dan peristiwa yang diamati itu
diketahui siswa, konsep itu digunakan oleh siswa untuk menjelaskan dugaan
itu, sehingga dugaan itu menjadi dugaan yang dapat diterima. Jika konsepnya
itu belum diketahui siswa, siswa menyusun dugaan berdasarkan konsepkonsep lain yang terkandung dalam objek dan peristiwa yang diamati.
Dugaan yang dapat diterima dituliskan dalam pembahasan. Pembahasan
dilakukan terhadap setiap parameter objek utama dan parameter objek-objek
di sekitarnya.

3. Pengamatan Interaksi Berantai


Pengamatan interaksi berantai adalah pengamatan yang dilakukan
terhadap beberapa objek yang bersambung dalam suatu rantai. Metode ini
biasa digunakan untuk mengamati peristiwa aliran (perpindahan) energi, rantai
makanan, dan perkembangan makhluk hidup, misalnya daur hidup suatu
spesies serangga.
O1
Parameter-1 dari O1
Parameter-2 dari O1
dll.

O2
Parameter-1 dari O2
Parameter-2 dari O2
dll.

O3
Parameter-1 dari O3
Parameter-2 dari O3
dll.

Gambar 5. Diagram pengamatan lingkungan interaksi berantai.

Pengamatan interaksi berantai dilakukan langsung terhadap setiap


objek yang berantai. Pengamatan objek pada interaksi berantai tidak
menggunakan objek pembanding. Perbandingannya dilakukan antara objekobjek yang berantai tersebut, yaitu objek-1 dibandingkan dengan objek-2, lalu
dengan objek-3, dan seterusnya. Kemampuan menafsirkan objek dan peristiwa
secara langsung dalam pengamatan interaksi berantai menuntut pengetahuan
dan keterampilan yang lebih luas dan lebih tinggi. Karena itu pengamatan
interaksi berantai sebaiknya digunakan dengan siswa mengkaji pustaka lebih
dahulu dari buku-buku teks atau artikel-artikel dari internet dan siswa sudah

16

pernah beberapa kali berlatih dalam kegiatan pengamatan lingkungan.


Pengamatan interaksi berantai digunakan untuk keperluan sebagai berikut.
1) Mencari hubungan sebab-akibat atau korelasi dari suatu aliran materi atau
energi.
2) Mengamati perkembangan alamiah suatu objek.

Contoh:
Kompos

Nitrogen
Fosfor
C-organik
dll.

Tanah

Tanaman

Rapat massa
Unsur hara N
KTK
dll.

Buah
Daun
Tinggi pohon
dll.

Gambar 6. Contoh pengamatan lingkungan interaksi berantai.

Kompos dibenamkan pada tanah. Kemudian setelah cukup lama beberapa


parameter (kandungan) tanah berubah (terpengaruhi) oleh parameterparameter (kandungan) pupuk kompos. Kandungan tanah yang berubah
menyebabkan perubahan pada parameter-parameter tanaman.
Matriks pencatatan data untuk pengamatan interaksi berantai dapat seperti
berikut.
Objek yang Diamati

Parameter

Kondisi

Objek-1
Objek-2
Objek-3
Objek-1, 2, 3, dan seterusnya merupakan objek-objek dalam suatu rantai.
Kolom kondisi diisi dengan parameter-parameter hasil mengamati objek-1, 2,

17

3, dan seterusnya. Pembahasan dilakukan dengan membandingkan setiap


parameter yang sama pada objek-1, 2, 3, dan seterusnya.
4. Pengamatan Interaksi Kompleks
Pengamatan interaksi kompleks adalah pengamatan yang dilakukan
dengan mengamati hubungan interaksi dari beberapa objek yang menyerupai
jaring-jaring hubungan antar objek-objek. Pengamatan ini dilakukan untuk
mempelajari hubungan antar objek-objek dalam suatu zona (daerah)
berdasarkan arus suatu jenis materi atau energi. Karena itu, pengamatan ini
merupakan pengamatan yang kompleks, siswa harus mengamati interaksi dan
menafsirkan hubungan yang beraneka ragam dari beberapa objek dalam suatu
zona. Contoh interaksi kompleks adalah jaring-jaring makanan dalam biologi.
Interaksi kompleks dapat kita bagi dalam beberapa interaksi berdasarkan apa
yang akan dipelajari siswa.
a) Pengamatan Kandungan dan Pengaruh Suatu Zona
Pengamatan objek pada suatu zona (daerah), misalnya mengamati
kandungan air pada suatu kolam, memerlukan sampel. Sampel yang
diambil merupakan sampel yang dapat mewakili berbagai bagian daerah
yang mewakili keseluruhan daerah yang diamati. Setiap sampel dapat
diamati dengan metode interaksi terpusat atau kombinasi. Format yang
digunakan dapat seperti berikut ini.
Objek Utama-1

Objek Utama-2

Objek Utama-3

Objek Utama-4

Objek Sekitarnya

Objek Sekitarnya

Objek Sekitarnya

Objek Sekitarnya

18

b) Pengamatan Persamaan dan Perbedaan Kandungan dan Pengaruh


Beberapa Zona
Suatu wilayah yang luas dapat kita bagi dalam beberapa zona
berdasarkan satu objek yang dominan pada zona-zona tersebut.
Pembagian zona ini akan menuntun kita dalam mempelajari pengaruh
objek yang dominan itu terhadap kondisi lingkungan pada zona-zona
tersebut dan terhadap wilayah lainnya yang bersinggungan dengan zonazona tersebut. Kegiatan pengamatan ini akan memerlukan waktu yang
lama, karena memerlukan kegiatan awal, yaitu kegiatan mengamati objek
dominan untuk membagi wilayah itu dalam beberapa zona, misalnya jenis
tanaman yang dominan di suatu wilayah.
Dari hasil pengamatan itu siswa dapat membahas karakteristik dan
manfaat zona-zona tersebut bagi kepentingan manusia, terutama yang
bermukim di sekitar zona itu. Pembahasan karakteristik dan manfaat zonazona dalam suatu wilayah dapat dilakukan oleh siswa dengan
menggunakan metode interaksi terpusat dengan objek dominan pada zona
tersebut sebagai objek utama dan objek-objek lainnya di dalam zona-zona
tersebut sebagai objek-objek sekitarnya. Jika mungkin pembahasan
dilakukan dengan menggunakan interaksi kompleks. Matrik yang
digunakan untuk pengumpulan datanya adalah sebagai berikut.

Objek Dominan
Zona-1

Objek Dominan
Zona-2

Objek Dominan
Zona-3

Objek Dominan
Zona-4

Objek Sekitarnya

Objek Sekitarnya

Objek Sekitarnya

Objek Sekitarnya

19

3.2 Prinsip-prinsip Pengamatan Lingkungan


1. Di lingkungan banyak objek yang dapat diamati untuk dipelajari, tetapi kita
tidak dapat mempelajari semua objek itu sekaligus. Pilihlah objek yang perlu
dipelajari.
2. Setiap objek yang bersinggungan akan berinteraksi timbal-balik (saling
menimbulkan akibat, saling mempengaruhi). Karena itu, siswa harus
menentukan 1 (satu) objek utama yang akan dipelajari dan objek-objek di
sekitarnya yang bersinggungan dengan objek utama untuk dipelajari
pengaruhnya. Pengaruh dari objek-objek yang dipelajari siswa diperoleh dari
besar variabel-variabel dari kedua objek itu yang saling mempengaruhi. Oleh
karena itu, yang diamati/diukur atau ditaksir adalah besar variabel-variabel
yang diperlukan dari objek-objek tersebut.
3. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan parameter. Karena itu,
siswa harus menjelaskan hasil pengamatannya dengan menggunakan
parameter-parameter yang diperolehnya dari hasil pengamatannya itu.
4. Parameter yang diamati sebaiknya diukur, agar mendekati kepastian. Jika
tidak ada alat ukur gunakan taksiran (perkiraan), misalnya kelembaban
dinyatakan dengan basah atau kering. Taksiran sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan 2 atau 3 tingkatan, jangan terlalu banyak tingkatannya, agar
penyimpangannya tidak terlalu jauh, misalnya basah, kurang basah, dan
kering.
5. Jika pengukuran langsung tidak dapat dilakukan, gunakan selisih antara objek
utama dan objek pembanding. Misalnya untuk mengetahui perbedaan
kelembaban dua tanah di tempat yang berbeda dilakukan dengan mengukur
massa kedua tanah itu dengan volume yang sama. Kemudian dicari selisih
hasil pengukuran itu. Selisihnya itu merupakan selisih kelembaban kedua
tanah itu.
Ada pengukuran-pengukuran yang caranya dapat disederhanakan, hasilnya
tidak begitu tepat, tetapi cukup memadai / baik sebagai latihan siswa SMP atau
SMA belajar. Contohnya untuk mengukur banyaknya humus dalam suatu massa
tanah dilakukan dengan memasukkan tanah itu ke dalam air dalam gelas, lalu

20

dikocok, sehingga humus-humusnya terpisah. Banyaknya humus yang terpisah itu


ditimbang. Hasil pengukurannya adalah massa humus per satuan massa tanah
yang dicoba itu ( gHumus/gTanah).
Alat-alat ukur yang diperlukan untuk pengamatan lingkungan bervariasi
bergantung pada objek dan parameter (variabel) yang akan diukur, diantaranya
sebagai berikut.
a. Mistar (mengukur luas, lebar, tebal objek)
b. Pengukur suhu udara, tanah, dan air (Termometer)
c. Pengukur intesitas cahaya (Luxmeter)
d. Pengukur kelembaban udara (Higrometer)
e. Pengukur kelembaban tanah
f. Pengambil sampel tanah untuk mengukur kerapatan tanah (Ring logam atau
pralon)
g. Cangkir plastik (bekas cangkir air minum)
h. Pengukur kekerasan tanah (kawat aluminium diameter 2 mm panjang 1,5
m)
i. Neraca (gram)
j. Tali plastik 1 atau 2 m
k. Linggis atau cangkul kecil

3.3 Tahap-tahap Pembelajaran Pengamatan Lingkungan


Pembelajaran Pengamatan Lingkungan ini memerlukan 4 tahap sebagai berikut.
1. Tahap Penjelasan dan Pemberian Tugas. Pada tahap ini guru menjelaskan
cara-cara melakukan pengamatan lingkungan dan cara mengisi format
pengamatan lingkungan. Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok, setiap kelompok tidak lebih dari 4 orang. Setiap kelompok siswa
diberi tugas untuk mengamati 1 (satu) objek utama yang dicarinya sendiri atau
ditetapkan guru dengan menggunakan format Pengamatan Lingkungan.
2. Tahap pelaksanaan pengamatan. Tahap ini tampaknya tidak memerlukan
waktu yang lama. Jika tidak ada alat siswa dapat menggunakan taksiran-

21

taksiran untuk memperoleh data hasil pengamatan. Dengan melakukan


taksiran-taksiran, pengamatan di lingkungan hanya memerlukan waktu antara
30 sampai 45 menit. Jika menggunakan alat-alat ukur memerlukan waktu yang
lebih lama.
3. Tahap pembahasan. Tahap ini dapat dilaksanakan di kelas atau di lingkungan,
siswa dalam kelompoknya menyusun pembahasan dari hasil pengamatan yang
telah dicatatnya.
Siswa perlu dilatih dalam menyusun pembahasan dengan berprinsip pada :.
a. Rinci: Pembahasan dibagi dalam beberapa nomor pembahasan. Setiap
nomor pembahasan hanya merupakan penjelasan mengenai
pengaruh 1 variabel objek terhadap 1 (satu) variabel objek yang
lain atau sebaliknya.
b. Lengkap: Setiap pembahasan harus mengandung unsur-unsur: kondisi dan
interaksi (interaksi antara apa dengan apa? dan kapan interaksi itu
terjadi?); proses interaksi; hasil interaksi (peristiwa yang
ditimbulkan atau perubahan yang terjadi, atau sesuatu yang
dihasilkan dari interaksi itu).
c. Ilmiah: Setiap pembahasan dijelaskan dengan menggunakan parameter dan
konsep-konsep sains yang berlaku untuk objek dan peristiwa dari
data yang diukur.
4. Tahap presentasi dan diskusi. Pada tahap ini setiap kelompok siswa
mempresentasikan hasil pengamatannya dan mendiskusikannya. Jika waktu
tidak

mencukupi,

presentasi

ditiadakan

dan

guru

memeriksa

dan

mengomentari hasil pengamatan lingkungan dan pembahasannya dari setiap


kelompok.

3.4 Tugas Pengamatan


Kita dapat memilih tugas pengamatan lingkungan bagi siswa sebagai berikut ini.
1. Tugas Pengamatan Bebas
Dalam tugas pengamatan bebas, siswa bebas mencari dan menentukan sendiri
lokasi, objek dan parameter yang ada di lingkungan untuk diamati.

22

2. Tugas Pengamatan Berdasarkan Lokasi


Dalam tugas pengamatan berdasarkan lokasi, siswa bebas menentukan objek
dan parameter yang akan diamati, tetapi lokasinya ditetapkan oleh guru.
Lokasi pengamatan dapat berbeda untuk setiap kelompok siswa. Untuk tugas
siswa ini, guru harus mengadakan survey untuk menentukan lokasi-lokasi
yang akan diamati siswa.
3. Tugas Pengamatan Berdasarkan Objek
Dalam tugas pengamatan berdasarkan objek, siswa mengamati objek yang
telah ditetapkan guru. Objek pengamatan dapat berbeda untuk setiap
kelompok siswa. Untuk tugas siswa ini, guru harus mengadakan survey untuk
menentukan objek-objek yang akan diamati siswa.
4. Tugas Pengamatan Berdasarkan Parameter
Dalam tugas pengamatan berdasarkan parameter, siswa mencari dan
menentukan objek yang parameternya harus diamati. Parameter yang harus
diamatai siswa sebaiknya lebih dari 1 (satu). Kegiatan pengamatan lingkungan
ini sebaiknya digunakan untuk mempelajari suatu parameter dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya dan dilaksanakan setelah siswa memahami pengertian
parameter tersebut.
Contoh:
Setelah memahami pengertian suhu dan kelembaban udara, serta cara
mengukurnya, siswa mengajukan dugaan (hipotesis) mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi suhu dan kelembaban udara. Selanjutnya siswa
melakukan pengamatan suhu dan kelembaban udara di kelas dan di luar kelas,
di bawah pohon dan di tempat terbuka; di atas kolam dan di atas tanah.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur, yaitu termometer
dan higrometer. Pengamatan pada satu tempat, misalnya di bawah pohon
diulang beberapa kali pada lokasi yang berbeda di bawah pohon tersebut.
Contoh yang lain adalah mempelajari hubungan antara debit air (kecepatan
aliran sejumlah volume air) tehadap pengikisan dinding sungai.

23

3.5 Format Pengamatan Lingkungan Interaksi Terpusat


JUDUL
Kelompok: .............................................................................................
Nama

: 1. .........................................................................................
2. .........................................................................................
3. .........................................................................................

Kelas/Semester: .....................................................................................
Sekolah

: .....................................................................................

I. Waktu dan Lokasi


1. Hari/Tanggal: .................................................................................
2. Jam

: .................................................................................

3. Lokasi

: .................................................................................

II. Alat dan Bahan


1. ......................................................................................................
2. ......................................................................................................
3. ......................................................................................................
III. Pengamatan
1. Objek Utama

: .......................................................................................

2. Objek Pembanding: ................................................................................. ...


3. Hasil Pengamatan:
Cuaca: .......................................................................................................
........................................................... ..................................................................
1. .....................................................

1. ..........................................................

2. .....................................................

2. ..........................................................

3. ....................................................

3. ..........................................................

Keadaan objek sekitarnya

Keadaan objek sekitarnya

1. ..................................................

1. ..........................................................

2. ...............................................

2. ..........................................................

3. ................................................

3. ..........................................................

24

IV. Pembahasan
1. ........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. ........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
3. ........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
V. Kesimpulan dan saran
a. Kesimpulan
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

b. Saran
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
VI. Tindak lanjut
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

25

3.6 Pengisian Format Pengamatan Lingkungan Interaksi Terpusat


JUDUL

: diisi dengan pernyataan yang menggambarkan apa yang


dipelajari siswa dari
pengamatan di lingkungan.

Kelompok : diisi dengan nomor kelompok siswa.


Nama

: diisi dengan nama-nama siswa dalam kelompok tersebut.

Kelas/Semester: diisi dengan kelas dan semester yang sedang diikuti siswa.
Sekolah

: diisi dengan nama sekolah.

1. Waktu dan Lokasi


Hari/tanggal: diisi dengan hari dan tanggal pengamatan.
Jam: diisi dengan jam pengamatan.
Lokasi: diisi dengan lokasi pengamatan.
2. Alat dan Bahan
Diisi dengan nama alat dan bahan untuk pengukuran yang diperlukan.
Alat dan bahan menggunakan apa yang tersedia di sekolah. Variabel objek
yang diamati dapat diukur dengan menggunakan alat-alat ukur yang
tersedia. Jika variabel objek yang diamati tidak dapat diukur, karena tidak
ada alat ukurnya, dapat digunakan taksiran (perkiraan).
3. Pengamatan
Topik Pengamatan:
diisi dengan konsep yang dipelajari dari objek dan peristiwa yang diamati.
Objek Utama:
Objek utama adalah objek yang akan dipelajari siswa.
Objek Pembanding:
adalah objek yang segala sesuatunya hampir sama dengan objek utama,
hanya berbeda 1 hal dari objek utama. Objek pembanding ini akan
digunakan untuk mengoreksi dugaan-dugaan yang dihasilkan dari hasil
menafsirkan variabel-variabel pada objek utama.
Hasil pengamatan:

26

Cuaca diisi dengan cuaca pada saat pengamatan dilakukan.


Kolom kiri atas (di atas keadaan objek sekitarnya):
diisi dengan objek utama yang diamati. Di bawahnya diisi dengan
ukuran/taksiran besar variabel-variabel pada keadaan objek utama.
Variabel-variabel ini yang akan dibahas oleh siswa.
Kolom kanan atas (di atas keadaan objek sekitarnya):
diisi dengan objek pembanding yang diamati. Di bawahnya diisi dengan
ukuran/taksiran besar variabel-variabel pada keadaan objek pembanding.
Variabel-variabel ini digunakan untuk mengoreksi pembahasan terhadap
variabel-variabel objek utama.
Kolom keadaan objek sekitarnya di bawah objek utama:
diisi dengan objek yang bersinggungan dengan objek utama dan
keadaannya

(besar

variabel

yang

mungkin

mempengaruhi

atau

dipengaruhi objek utama). Variabel-variabel ini digunakan untuk


menafsirkan pengaruh keadaan objek di sekitarnya terhadap keadaan
objek utama dan sebaliknya.
Kolom keadaan objek sekitarnya di bawah objek pembanding:
diisi dengan objek yang bersinggungan dengan objek pembanding dan
keadaannya

(besar

variabel

yang

mungkin

mempengaruhi

atau

dipengaruhi objek pembanding). Variabel-variabel ini digunakan untuk


menafsirkan pengaruh keadaan objek di sekitarnya terhadap keadaan
objek pembanding dan sebaliknya.
4. Pembahasan
Diisi dengan penjelasan yang merupakan hasil penafsiran data objek
utama dan objek di sekitar objek utama. Setiap variabel yang dicatat pada
kolom objek utama dan objek sekitarnya yang berada di bawah objek
utama dibahas satu per satu.

27

5. Kesimpulan dan Saran


Diisi dengan kesimpulan dan saran dari penjelasan-penjelasan dalam
pembahasan. Kesimpulan adalah pokok gagasan dari pembahasanpembahasan yang telah disusun dalam pembahasan. Sedangkan saran diisi
dengan petunjuk pengelolaan atau pemeliharaan lingkungan bagi
kesejahteraan masyarakat yang disusun dari pembahasan.

6. Tindak lanjut
Diisi dengan apa yang perlu dilakukan selanjutnya setelah pengamatan ini
dilaksanakan. Tindak lanjut dapat diisi dengan percobaan atau penelitian
yang diperlukan untuk menegaskan dugaan-dugaan dalam pembahasan,
sehingga dugaan-dugaan itu menjadi konsep yang dapat diterima.
Contoh pengisian format Pengamatan Lingkungan dari hasil pengamatan tanpa
menggunakan alat ukur.

HUBUNGAN TIMBAL-BALIK ANTARA TANAH YANG TELAH LAMA


DITUTUPI BATU DENGAN OBJEK DI SEKITARNYA
Kelompok: I
Nama

: 1. Amin
2. Iman
3. Aman

Kelas/Semester: VIII/1
Sekolah

: SMP 2 Mayavisi

I. Waktu dan Lokasi


1. Hari/Tanggal: 5 Agustus 2005
2. Jam

: 08.30 s.d. 09.00

3. Lokasi

: Sudut utara halaman belakang SMP 2 Mayavisi.

28

II. Alat dan Bahan


(Tidak ada, sekolah tidak memiliki alat dan bahan yang diperlukan)

III. Pengamatan
1. Objek Utama: Tanah berukuran 10 x 10 cm yang telah lama ditutupi batu
di tengah lapang rumput.
2. Objek Pembanding: Tanah berukuran 10 x 10 cm yang terbuka di tengah
lapang rumput.
3. Hasil Pengamatan:
Cuaca: Cerah
Tanah yang ditutupi batu

Tanah yang tidak ditutupi batu

1. Tidak tersinari cahaya matahari

1. Tersinari cahaya matahari

2. Basah

2. Kering

3. Lunak

3. Keras

4. Tidak mengandung liat

4. Tidak mengandung liat

5. Tidak dihuni semut

5. Dihuni 3 ekor semut

Keadaan objek sekitarnya

Keadaan objek sekitarnya

1. Tanah di sekitarnya agak basah

1. Tanah di sekitarnya kering

2. Rumput tegak dan hijau.

2. Rumput melengkung dan kekuningkuningan.

IV. Pembahasan
Objek Utama:
1. Tanah yang ditutupi batu keadaannya basah, sedangkan yang tidak
ditutupi batu kering. Diduga karena tanah yang ditutupi batu tidak pernah
dikenai cahaya matahari, sehingga air dalam tanah di bawah batu tidak
terpanasi cahaya matahari, akibatnya tidak terjadi penguapan air pada
tanah itu.

29

2. Tanah yang ditutupi batu keadaannya lunak, sedangkan yang tidak


ditutupi batu keras. Diduga karena tanah di bawah batu basah dan tidak
mengandung liat, sehingga butiran-butiran tanah tidak saling melekat.
3. Tanah yang ditutupi batu tidak dihuni semut, sedangkan yang tidak
ditutupi batu dihuni 3 ekor semut. Diduga karena tanahnya basah semut
tidak menempati tanah di bawah batu.
Objek Sekitarnya:
1. Tanah di sekitar tanah yang ditutupi batu agak basah, sedangkan tanah
disekitar tanah yang tidak ditutupi batu kering. Diduga karena tanah di
sekitar batu memperoleh air dari tanah di bawah batu. Pada saat
penguapan terjadi pada tanah di sekitar batu, air dari tanah di bawah
batu mengalir melalui pori-pori tanah ke tanah di sekitar batu.
2. Rumput di sekitar tanah yang tertutup batu keadaannya tegak dan hijau,
sedangkan rumput di sekitar tanah yang tidak ditutupi batu lemas dan
kekuning-kuningan. Diduga karena tanah dibawah rumput di sekitar
tanah yang ditutupi batu keadaannya cukup basah, sehingga rumput
memperoleh air dari tanah yang ditempatinya.

V. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1. Tanah yang sudah lama ditutupi batu keadaanya basah, lunak, dan tidak
ditempati semut.
2. Semut tidak menempati tanah yang basah.
3. Tanah yang ditutupi batu dapat menyimpan air.
4. Rumput pada tanah di sekitar tanah yang ditutupi batu keadaanya segar,
karena tanah yang ditempatinya memperoleh air dari tanah di bawah
batu.
b. Saran
Sebaiknya di antara tanaman rumput ditutupi batu-batu untuk penyimpanan
air bagi tanaman, terutama pada musim kemarau.

30

VI. Tindak lanjut


Jika dengan ditutup dengan batu tanah dapat menyimpan air, apakah
penutupan tanah dengan seresah juga dapat menyimpan air tanah? Jika
dapat, penutupan tanah dengan seresah dapat digunakan di kebun untuk
meningkatkan penyimpanan air oleh tanah, terutama pada musim kemarau.
Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan menutup tanah dengan seresah
untuk mengetahui sejauhmana, tanah yang ditutupi seresah itu dapat
menyimpan air.

31

BAB IV
IPA TERPADU DALAM PENGAMATAN TEKNOLOGI DI
MASYARAKAT
Pengamatan teknologi di masyarakat merupakan kegiatan pembelajaran
sains yang meningkatkan kemampuan siswa dalam mengamati dan menjelaskan
objek dan peristiwa alam dalam proses atau produk teknologi. Kegiatan ini
merupakan kegiatan pembelajaran siswa dalam sains, bukan pembelajaran siswa
dalam teknologi.
Pengamatan

teknologi

di

masyarakat

adalah

pembelajaran

yang

menghadapkan siswa pada alat-alat yang ada di masyarakat yang merupakan


produk teknologi. Pembelajaran pengamatan teknologi di masyarakat dapat
digunakan untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran sains di kelas. Untuk
tujuan tersebut pengamatan teknologi di masyarakat dilaksanakan di awal
pembelajaran, sebelum siswa mempelajari konsep sains yang terkandung dalam
teknologi tersebut. Pembelajaran ini dapat juga dilaksanakan sebagai tugas projek
untuk melatih siswa menerapkan konsep sains pada masalah real. Produk
teknologi di masyarakat tidak sulit ditemukan, karena siswa sendiri tinggal di
masyarakat. Produk teknologi yang dipelajari siswa dapat berupa alat-alat rumah
tangga yang biasa dijumpai siswa sehari-hari di rumahnya, yang dijumpai di
sesuatu tempat, misalnya batu bata dan alat-alat untuk membuatnya, atau produk
teknologi yang belum ada di tempat siswa, tetapi diperlukan, misalnya alat
penjernih air.
4.1 Bahan Pengamatan
Berbeda dengan pengamatan lingkungan, dalam pengamatan teknologi di
masyarakat, alat-alat yang merupakan produk teknologi tersebut banyak yang
dapat dibawa ke kelas untuk dipelajari siswa. Bagi sekolah-sekolah yang tidak
memiliki alat peraga, alat-alat yang ada di masyarakat dapat digunakan untuk
mengganti alat peraga.

32

Pada pembelajaran ini siswa belajar:


1. Konstruksi alat
2. Cara kerja dan fungsi alat
3. Menentukan objek-objek penting pada alat dan fungsinya.
4. Menentukan parameter-parameter yang harus dipertimbangkan untuk setiap
objek tersebut.
5. Menyusun penafsiran/pembahasan
4.2 Metode Pengamatan dan Penafsiran
Pengamatan

sains

dalam

produk

teknologi

dilakukan

dengan

memperhatikan objek-objek yang mengalami perubahan. Objek-objek ini kita


sebut sebagai objek pokok. Sedangkan konstruksi, yang merupakan produk
teknologi kita sebut sebagai objek pengendali. Objek-objek pokok ini gerakan dan
interaksinya diatur oleh konstruksi objek pengendali (produk teknologi).
Contohnya pada kompor minyak tanah, konstruksi kompor mengatur pergerakan
minyak, sumbu kompor, dan udara.

Gambar 7. Kompor minyak tanah.

33

Dinding tengah
berlubang

Ruang api
Dinding
berlubang

Sumbu kompor

Minyak tanah

Lubang udara

Gambar 8. Konstruksi kompor minyak tanah.

Minyak tanah di dalam tangki minyak merambat naik

dalam sumbu

kompor, kemudian terbakar di ujung atas sumbu. Pembakaran ini melibatkan


oksigen yang terdapat di udara. Dalam contoh ini sains membahas properti
minyak sebagai bahan bakar, perambatannya dalam sumbu kompor sebagai
pergerakan zat cair pada pori-pori sumbu, dan terjadinya api sebagai interaksi
antara minyak tanah dan oksigen dari udara dalam suhu yang tinggi. Konstruksi
kompor, seperti lebar ruang antara dinding kompor luar dan dalam, dan jumlah
serta ukuran lubang-lubang pada dinding kompor yang mengelilingi api,
mengendalikan pergerakan dan banyaknya udara dari luar ke dalam kompor yang
menyebabkan nyala api muncul pada bagian atas kompor, lebih tinggi daripada
ujung sumbu, dengan warna yang kebiru-biruan. Semua objek dan peristiwa
tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan parameter dan prinsip atau teori
sains. Contoh ini mengilustrasikan mengenai apa yang harus diamati dan
ditafsirkan dalam mempelajari sains dalam produk teknologi.
Umumnya pola interaksi objek dalam produk teknologi merupakan
interaksi kombinasi yang merupakan gabungan antara interaksi terpusat dan
interaksi berantai. Karena itu setiap bagian produk teknologi akan memiliki
hubungan dengan bagian-bagian lain produk itu. Seperti pada pengamatan
lingkungan, pengamatan interaksi berantai dimulai dari objek yang menjadi

34

sumber perubahan (yang diperlakukan), lalu dilanjutkan pada objek-objek yang


lain dalam suatu rantai interaksi.
Dalam pengamatan produk teknologi siswa berlatih mengamati dan
menafsirkan objek dan parameternya secara berurutan seperti berikut ini.
1. Mengamati konstruksi keseluruhan, bagian-bagian, dan sambungannya dalam
produk teknologi yang akan diamati. Siswa perlu mengetahui penampang
bagian dalam produk teknologi.
2. Membagi konstruksi objek keseluruhan kedalam bagian-bagian pengamatan.
3. Menentukan objek-objek pokok

(objek-objek dalam konstruksi yang

melakukan perubahan) yang perlu dibahas pada setiap bagian pengamatan.


4. Mengamati objek-objek pokok dan pergerakannya pada setiap bagian, serta
komponen-komponen konstruksi yang mengendalikannya.
5. Menentukan parameter dan prinsip atau teori pada objek pokok pada setiap
bagian pengamatan.
6. Menafsirkan objek dan peristiwa pada setiap bagian pengamatan dengan
menggunakan parameter dan prinsip yang berlaku pada perubahan objek di
setiap bagian pengamatan itu. Penafsiran dilakukan secara berurutan dari satu
bagian pengamatan ke bagian pengamatan

yang

selanjutnya

secara

berurutan.

4.3 Pelaksanaan Pengamatan Teknologi di Masyarakat


1. Di masyarakat banyak produk teknologi yang dapat diamati untuk dipelajari,
tetapi siswa tidak dapat mempelajari objek yang konsep-konsepnya di luar
jangkauan pemikirannya. Sesuaikan produk yang akan dipelajari siswa dengan
konsep-konsep yang dipelajari siswa di sekolah.
2. Setiap objek yang bersinggungan akan berinteraksi timbal-balik (saling
menimbulkan akibat, saling mempengaruhi). Karena itu, siswa harus
menentukan objek-objek yang akan dipelajari dan objek-objek di sekitarnya
yang bersinggungan dengan objek tersebut untuk dipelajari pengaruhnya.
Pengaruh dari objek-objek yang dipelajari siswa diperoleh dari besar
parameter-parameter dari kedua objek itu yang saling mempengaruhi. Oleh

35

karena itu, yang diamati/diukur atau ditaksir adalah besar parameter-parameter


yang diperlukan dari objek-objek tersebut.
3. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan parameter. Karena itu,
siswa harus menjelaskan hasil pengamatannya dengan menggunakan konsep
dan parameter yang diperolehnya dari hasil pengamatannya itu.
4. Parameter-parameter yang diamati sebaiknya diukur, agar mendekati
kepastian. Jika tidak ada alat ukur gunakan taksiran (perkiraan).

4.4 Tahap-tahap Pembelajaran Pengamatan Teknologi di Masyarakat


4.4.1. Pembelajaran Pengamatan Teknologi Sebagai Motivator
Tahap-tahap pembelajarannya sebagai berikut.
a. Tahap Pengamatan dan Pengajuan Masalah. Pada tahap ini guru meminta
siswa mengidentifikasi bagian-bagian alat dan parameternya. Misalnya tangki
kompor minyak tanah dengan masalahnya sebagai berikut. Mengapa bagian
dalam tangki dipasangi pipa yang menghubungkan bagian dalam kompor
dengan udara luar? Mengapa sumbu kompor dipilih yang jenis bahan dan
konstruksinya seperti yang teramati oleh siswa? Mengapa dinding kompor
dibuat berlubang-lubang?
b. Tahap Pengkajian Konsep. Pada tahap ini siswa secara berkelompok diminta
mempelajari konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah yang diajukan
guru. Setiap kelompok siswa dapat diberi tugas mempelajari konsep yang
berbeda. Misalnya kelompok 1 dan 2 mempelajari gas yang berkaitan dengan
pemuaian dan tekanan gas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru
mengenai pipa dalam tangki minyak tanah. Kelompok 3 dan 4 mempelajari
konsep pipa kapiler untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru mengenai
sumbu minyak tanah. Masing-masing kelompok 5 dan 6 mempelajari
pembakaran dan aliran udara, serta menjawab pertanyaan yang diajukan guru
mengenai lubang udara pada dinding kompor.
c. Tahap Presentasi dan Diskusi. Pada tahap ini setiap kelompok siswa secara
bergiliran presentasi dan diskusi menjelaskan konsep yang baru dipelajarinya
dan menjawab pertanyaan yang telah diajukan guru. Kelompok yang tidak

36

mempelajari konsep yang sama diwajibkan menanggapi atau mengajukan


pertanyaan. Kelompok yang mempelajari konsep yang sama diwajibkan
membantu kelompok yang presentasi

4.4.2. Pembelajaran Pengamatan Teknologi Sebagai Tugas Projek


Tahap-tahap pembelajarannya sebagai berikut.
a. Tahap Penjelasan dan Pemberian Tugas. Pada tahap ini guru menjelaskan
cara-cara melakukan dan mengisi format pengamatan produk teknologi.
Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
tidak lebih dari 4 orang. Setiap kelompok siswa diberi tugas untuk mengamati
1 (satu) objek utama yang dicarinya sendiri atau ditetapkan guru dengan
menggunakan format Pengamatan Produk Teknologi.
b. Tahap pelaksanaan pengamatan. Tahap ini tampaknya tidak memerlukan
waktu yang lama. Jika tidak ada alat siswa dapat menggunakan taksirantaksiran untuk memperoleh data hasil pengamatan. Dengan melakukan
taksiran-taksiran, pengamatan produk teknologi hanya memerlukan waktu
antara 30 sampai 45 menit. Jika menggunakan alat-alat ukur memerlukan
waktu yang lebih lama.
c. Tahap pembahasan. Siswa dalam kelompoknya menyusun pembahasan dari
hasil pengamatan yang telah dicatatnya.
d. Tahap presentasi dan diskusi. Pada tahap ini setiap kelompok siswa
mempresentasikan hasil pengamatannya dan mendiskusikannya. Pada saat 1
(satu) kelompok presentasi, 3 (tiga) kelompok yang lain memberikan
tanggapan. Jika waktu tidak mencukupi, presentasi ditiadakan dan guru
memeriksa

dan

mengomentari

hasil

pengamatan

lingkungan

dan

pembahasannya dari setiap kelompok.

37

4.5 Format Pengamatan Teknologi di Masyarakat


A. Format
JUDUL
Nama: 1. .............................................................................................................
2. ..............................................................................................................
3. ..............................................................................................................
Kelas/Semester: ....................................................................................................
Sekolah: .................................................................................................................
Lokasi dan Tanggal Pengamatan:
Lokasi: .............................................................................................................
Tanggal: ...........................................................................................................

Konstruksi dan Cara Kerja


1. Konstruksi Alat
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
2. Kegunaan dan Cara Mengunakan Alat
a. Kegunaan Alat
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
b. Cara Menggunakan Alat
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

38

Bagian Alat dan Cara Kerja Alat


1. Bagian Alat
Bagian

Objek

Parameter

2. Cara Kerja Alat


..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Pembahasan
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
2. Saran:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Tindak Lanjut
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

39

B. Pengisian Format
Judul: diisi dengan judul kegiatan siswa.
Nama: diisi dengan nama siswa yang melakukan pengamatan.
Kelas/Semester: diisi dengan kelas dan semester saat siswa melakukan
pengamatan.
Sekolah: diisi dengan nama sekolah siswa.
Lokasi dan Tanggal Pengamatan
Lokasi: diisi dengan nama desa/kelurahan yang masyarakatnya menggunakan
alat yang sedang diamati.
Tanggal: diisi dengan tanggal waktu pengamatan dilaksanakan.
Konstruksi Alat
1. Konstruksi Alat
diisi dengan gambar (skets) bagian dalam alat.
2. Penggunaan dan Cara Kerja Alat
a. Penggunaan Alat: diisi dengan cara menggunakan alat, misalnya cara
menggunakan alat untuk memasak.
b. Cara Kerja Alat: diisi dengan cara kerja alat dari hasil pengamatan.
Bagian dan Cara Kerja Alat
Bagian Alat: diisi dengan bagian/komponen alat yang penting untuk dibahas.
Objek diisi dengan objek-objek yang terdapat pada setiap bagian alat.
Parameter: diisi dengan parameter bagian alat tersebut yang terkait dengan cara
kerja alat.
Cara Kerja Alat diisi dengan cara kerja alat dari hasil pengamatan.
Pembahasan
Diisi dengan pembahasan (penafsiran) bagian alat dan cara kerjanya yang
dijelaskan dengan menggunakan parameter-parameter. Setiap bagian alat yang
dituliskan dalam matriks Objek dan Parameter Penting dibahas satu persatu

40

dari segi konstruksi, cara kerja berdasarkan tinjauan parameter, fungsi, dan
pertimbangan (perhitungan) besar parameter.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Diisi dengan kesimpulan dari hasil pembahasan.
2. Saran
Diisi dengan saran-saran yang diperlukan dalam penggunaan alat.
Tindak Lanjut
Diisi dengan tindak lanjut yang diperlukan setelah pengamatan.

3. Contoh Pengisian Format

KONSTRUKSI KOMPOR MINYAK TANAH


Nama: 1. Maya
2. Yama
3. Maryam
Kelas/Semester: IX/2
Sekolah: SMP Sagalawenang

Lokasi dan Tanggal Pengamatan:


Lokasi: Desa Sagalawenang Kabupaten Bangaden
Tanggal: 5 Agustus 2005

Konstruksi dan Cara Kerja

41

1. Konstruksi Alat
Dinding tengah
berlubang
Sumbu kompor

Minyak tanah

Ruang api
Dinding
berlubang

Lubang udara

Gambar 9. Konstruksi kompor minyak tanah.

2. Kegunaan dan Cara Menggunakan Alat


a. Kegunaan Alat
Kompor minyak tanah digunakan sebagai pemanas untuk menggoreng,
menanak nasi, mendidihkan air, dan sebagainya.
b. Cara Menggunakan Alat
1) Katup tangki minyak dibuka, lalu diisi dengan minyak tanah.
2)

Bagian yang berisi sumbu ditutupkan pada tangki minyak, kemudian


sumbu dibakar.

3) Dinding kompor penutup sumbu dipasang.

42

Bagian Alat dan Cara Kerjanya


1. Bagian Alat
Bagian
Tangki
minyak
Ruang
Pembakaran

Objek

Parameter

Minyak tanah
Udara di atas minyak
Pipa udara dalam tangki
Sumbu kompor

Volume dalam liter


Tekanan udara
Tinggi dan diameter
Kemudahan terbakar (titik
nyala)
dan
kapasitas
penyerapan minyak.
Ruang api (ruang udara pada Lebar dan tinggi
ujung atas sumbu kompor)
Lubang udara pada dinding Diameter
kompor

2. Cara Kerja Alat


Setelah sumbu kompor dinyalakan, warna api mula-mula merah dan berada
tepat pada ujung atas sumbu kompor. Setelah beberapa saat api naik dan
menyala di atas ruang sumbu dengan nyala api berwarna biru. Jika ujung
atas sumbu kompor dipenuhi arang, nyala api berwarna merah.

Pembahasan
1. Tangki Minyak:
a. Minyak tanah berfungsi sebagai sumber energi. Minyak tanah dari tangki
meresap naik di dalam sumbu kompor, karena sumbu kompor berpori-pori
(prinsip kapilaritas). Volume minyak tanah yang mengisi kompor dibatasi
oleh volume ruang dalam tangki yang dapat diisi oleh minyak tanah.
b. Kalor dari api berpindah sampi ke udara di atas minyak tanah. Karena
suhunya naik, tekanan udara di dalam tangki naik (Hukum Boyle-Gay
Lussac). Tekanan yang tinggi oleh udara ini dapat menyebabkan kompor
meledak.
c. Pipa udara di dalam tangki minyak tanah berguna untuk mengeluarkan
udara yang mengembang di dalam tangki, sehingga tekanan udara di dalam
tangki berkurang besarnya (hukum Boyle). Jadi, pipa udara berfungsi untuk
mengurangi tekanan udara. Tinggi pipa udara disesuaikan dengan tinggi

43

ruang dalam tangki dan membatasi volume minyak tanah yang diisikan
dalam tangki. Diameter pipa disesuaikan dengan banyaknya udara bebas
yang dapat keluar-masuk.

2. Ruang Pembakaran:
a. Sumbu kompor dipilih yang terbuat dari bahan mudah terbakar dan
berpori-pori, agar dapat menyerap minyak tanah, sehingga sumbu kompor
dapat terbakar lama. Ujung atas sumbu kompor tidak mudah habis
terbakar, karena bahan bakar minyak terus menerus mengisi ujung atas
sumbu tersebut.
b. Ruang api di atas sumbu kompor dibuat sempit, agar nyala api naik ke
atas kompor.
c. Lubang udara pada dinding kompor diperlukan untuk mengalirkan udara
dari luar ke dalam kompor untuk menyediakan oksigen yang diperlukan
untuk pembakaran. Udara dari luar kompor masuk melalui lubang-lubang
itu, dan menyediakan oksigen, sehingga pembakaran dapat berlangsung
terus. Banyaknya lubang pada dinding kompor menentukan banyaknya
udara yang masuk ke dalam ruang api. Diamater lubangnya menentukan
kecepatan udara yang masuk dalam ruang api (hukum Bernoulli). Makin
kecil lubang, makin tinggi kecepatan udara yang masuk dalam ruang api.
Karena udara dalam ruang api bergerak cepat, uap minyak pada ujung
atas sumbu kompor mengalir cepat dan terbakar di ujung atas ruang api.
Karena yang terbakar adalah uap minyak yang bergerak cepat dan
dengan udara yang lebih banyak, pembakaran terjadi lebih sempurna,
sehingga nyala api berwarna biru.

44

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan:
a. Pembakaran sumbu kompor dapat berlangsung lama, karena yang banyak
terbakar pada sumbu kompor adalah minyak tanah.
b. Tekanan udara di atas minyak tanah dalam tangki minyak dikurangi
dengan membuat pipa udara yang menghubungkan udara dalam tangki
dengan udara bebas di luar.
c. Udara yang diperlukan untuk pembakaran dialirkan melalui lubanglubang pada dinding kompor.
2. Saran:
Untuk keamanan penggunaan kompor, jika akan menggunakan kompor
pilihlah yang memiliki pipa udara di dalam tangki minyaknya.

II. Tindak Lanjut


Perlu dikembangkan konstruksi kompor yang aman dan awet dalam
penggunaan minyak tanahnya.

45

BAB V
RANGKUMAN
1. IPA dasar merupakan ilmu yang digunakan untuk mempelajari cara alam
bekerja, IPA terapan menggunakan konsep-konsep IPA dasar untuk
mengendalikan cara alam bekerja, sedangkan teknologi menggunakan konsepkonsep IPA dasar dan terapan untuk membuat konstruksi atau sesuatu produk
untuk mengendalikan cara alam bekerja.
2. Dalam kegiatan pembelajaran IPA dasar perlu diperhatikan syarat-syarat
keberlakuan konsep-konsep IPA dasar, agar konsep-konsep itu dapat
diterapkan dengan tepat.
3. Berikan contoh yang menunjukkan bahwa IPBA merupakan ilmu yang
memadukan konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi.
4. Dalam pembelajaran IPA terpadu yang menjadi pusat bahan ajar (yang
dipelajari siswa) bukan konsep atau prinsip, melainkan objek dan fenomena
alam.
5. Pembelajaran di lingkungan merupakan pembelajaran yang menerapkan
konsep-konsep IPA secara realistis.
6. Dalam pembelajaran di lingkungan ada 2 jenis interaksi yang dapat dipelajari
siswa, yaitu interaksi terpusat dan interaksi berantai. Dalam interaksi terpusat
siswa mempelajari interaksi suatu objek dengan objek-objek lain yang ada di
sekitarnya, sedangkan dalam interaksi berantai siswa mempelajari interaksi
yang berkesinambungan dari 2 objek pertama ke 2 objek yang berikutnya.
7. Setiap objek yang bersinggungan akan berinteraksi timbal-balik (saling
menimbulkan akibat, saling mempengaruhi). Karena itu, siswa harus
menentukan 1 (satu) objek utama yang akan dipelajari dan objek-objek di
sekitarnya yang bersinggungan dengan objek utama untuk dipelajari
pengaruhnya. Pengaruh dari objek-objek yang dipelajari siswa diperoleh dari
besar variabel-variabel dari kedua objek itu yang saling mempengaruhi. Oleh
karena itu, yang diamati/diukur atau ditaksir adalah besar variabel-variabel
yang diperlukan dari objek-objek tersebut.

46

8. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan parameter. Karena itu,


siswa harus menjelaskan hasil pengamatannya dengan menggunakan
parameter-parameter yang diperolehnya dari hasil pengamatannya itu.
9. Siswa perlu dilatih dalam menyusun pembahasan dengan berprinsip pada.
a. Rinci

: Pembahasan dibagi dalam beberapa nomor pembahasan. Setiap


nomor pembahasan hanya merupakan penjelasan mengenai
pengaruh 1 variabel objek terhadap 1 (satu) variabel objek yang
lain atau sebaliknya.

b. Lengkap: Setiap pembahasan harus mengandung unsur-unsur: kondisi dan


interaksi (interaksi antara apa dengan apa? dan kapan interaksi
itu terjadi?); proses interaksi; hasil interaksi (peristiwa yang
ditimbulkan atau perubahan yang terjadi, atau sesuatu yang
dihasilkan dari interaksi itu).
c. Ilmiah: Setiap pembahasan dijelaskan dengan menggunakan parameter dan
konsep-konsep sains yang berlaku untuk objek dan peristiwa dari
data yang diukur.
10. Pembelejaran teknologi di masyarakat merupakan pembelajaran IPA terpadu,
karena dalam teknologi konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi terpadu
dalam objek dan fenomena yang dikendalikan oleh teknologi tersebut.

47

BAB VI
EVALUASI
1. Digunakan untuk mempelajari apa, IPA itu?
2. Konsep IPA dasar berbeda dengan konsep IPA terapan, di mana letak
perbedaannya?
3. Dapatkah konsep-konsep IPA digunakan siswa dalam mempelajari teknologi?
Jelaskan.
4. Dapatkah siswa mempelajari konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi secara
terpadu sekaligus? Jelaskan.
5. Dari segi apa konsep-konsep IPA dapat dipadukan?
6. Bagaimana bentuk keterpaduan konsep-konsep IPA dari fisika, kimia, dan
biologi?
7. Apa yang harus menjadi bahan ajar dalam pembelajaran IPA terpadu?
8. Apa yang menyebabkan pembelajaran IPA di lingkungan dapat memadukan
konsep-konsep IPA dalam suatu penjelasan ilmiah?
9. Bagimana memadukan konsep-konsep fisika, kimia, dan biologi dalam
fenomena yang terbentuk dari interaksi berantai?
10. Berilah contoh suatu objek dan fenomena yang memadukan konsep-konsep
fisika, kimia, dan biologi?

48

DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcelo & Finn, Edward J. 1980. Physics. Massachusetts: AddisonWesley Publishing Company.
Amor, Adlai J., Icamina, Paul M., dan Laing, Mack. 1988. Wartawan dan
Penulisan IPA (Terjemahan: S. Maimun). Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Berg, Henk Van Den. 2001. Facilitating Scientific Method. Community IPM. Sri
Lanka: FAO Programme for Community IPM in Asia.
http://www.communityipm.org/docs/Facilitating%20Scientific%20
Method%20rev%20Nov%202001.doc
Diakses: 30 Agustus 2005.
Carin, Arthur A. & Sund, Robert B. 1985. Teaching Science Through Discovery.
Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company.
Davis, Mackenzie L., Cornwell, David A. 1991. Introduction to Environmental
Engineering. New York: McGraww-Hill, Inc.
Monk, Martin & Osborne, Jonathan. 2000. Good Practice in Science Teaching ,
What research has to say. Philadelphia: Open University Press.
Osborne, Roger & Freyberg, Peter. 1985. Learning in Science. Auckland:
Heineman.
Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Penerbit Jambatan.
Solomon, Joan. 1992. Science and Technology in Society, What is Technology?.
Harfield: The Association for Science Education, College Lane.
Trowbridge, Leslie W., Bybee, Rodger W., & Sund, Robert B. 1973. Becoming a
Secondary School Science Teacher. Ohio: Charles E. Merrill
Publishing Company.
Wellington, Jerry. 1989. Skills and Processes in Science Education. London:
Routledge.
White, Barbara Y., & Frederiksen, John R. 2000. Metacognitive facilitation: An
approach to making scientific inquiry accessible to all.
ThinkerTools project
http://thinkertools.soe.berkeley.edu/Pages/paper.html.
Diakses
tanggal 24 April 2006.

49

Anda mungkin juga menyukai