Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Salah satu ciri industri jasa konstruksi di negara berkembang seperti di Indonesia

adalah penggunaan sumber daya manusia yang lebih intensif dibandingkan dengan
pemanfaatan teknologi. Dalam pelaksanan proyek konstruksi tentu tidak terlepas dari kendala
ataupun kegagalan konstruksi.
Produktivitas di industri konstruksi Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
peralatan (equipments), material serta metode pelaksanaan konstruksi (construction methods),
tetapi juga faktor tenaga kerja (labours). Produktivitas akan optimal bila ada perpaduan yang
baik antara sumber daya yang tersedia dengan manajemen yang terkendali.
Dalam pelaksanaannya masih banyak waste berupa kegiatan yang menggunakan
sumber daya tetapi tidak menghasilkan nilai yang diharapkan (value). Berdasarkan pada data
yang disampaikan oleh Lean Construction Institute, waste pada industry konstruksi sekitar
57% sedangkan kegiatan yang memberikan nilai tambah hanya sebesar 10% (Abduh, 2007).
Kegagalan konstruksi dapat disebabkan oleh kurangnya kinerja ataupun produktifitas
para tenaga kerja di proyek yang sedang dilaksanakan. Walaupun kegagalan tersebut tidak
dapat dilihat secara nyata, namun jika berlangsung dengan intensitas yang besar dan terus
menerus maka kegagalan tersebut dapat terakumulasi dan dampaknya akan terlihat pada
proyek akhir, misalnya keterlambatan pengerjaan proyek dari jadwal yang direncanakan dan
penambahan anggaran biaya dari yang semula direncanakan.
Waste (non value adding activity) juga diartikan sebagai kegiatan yang menggunakan
sumber daya tapi tidak menghasilkan nilai (value) yang diharapkan (Abduh, 2005).
Pencegahan terjadinya waste harus dimulai sejak awal proyek. Pada beberapa proyek
konstruksi di Indonesia, tingkat waste adalah signifikan meliputi seluruh proses konstruksi
baik pelakunya, aktivitas dan fasilitas-fasilitasnya. Masing-masing proyek adalah unique
dalam hal spesifikasi desain, metode konstruksi, administrasi dan pihak-pihak yang terlibat.
Waste adalah pergerakan pekerja yang tidak menambah nilai dan tidak diperlukan
dalam suatu proses (Ohno, 1988 dalam Formoso et al, 2002). Sedangkan menurut (Womack
dan Jones, 1996 dalam Formoso et al, 2002) waste dapat juga digambarkan sebagai segala
aktivitas manusia yang menyerap sumber daya dalam jumlah tertentu tetapi tidak
menghasilkan nilai tambah, seperti kesalahan yang membutuhkan pembetulan, hasil produksi
1

yang tidak diinginkan oleh pengguna, proses atau pengolahan yang tidak perlu, pergerakan
tenaga kerja yang tidak berguna, dan menunggu hasil akhir dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya.
Pada pelaksanaan proyek terdapat beberapa aktivitas sepanjang siklus proyek meliputi
beberapa tahap: desain/perencanaan, pengadaan material, penanganan material, operasi dan
aktivitas lainnya. Dari sejumlah aktivitas tersebut maka sangat besar kemungkinan terjadi
waste, misalnya: perubahan desain, pemesanan material tidak memenuhi kebutuhan proyek
pada dokumen desain, menunggu material, kerusakan material ditempat, perbaikan pekerjaan
finishing, penundaan jadwal, tukang lambat/tidak efektif, kurangnya pengawasan/kualitas
buruk, menunggu instruksi dan lain sebagainya. Oleh karena itu jika aktivitas diatas tidak
dikelola dengan baik maka berpeluang besar terjadinya waste.
Pelaksanaan proyek kegiatan pada bisnis jasa konstruksi dihadapkan pada tiga
kendala yaitu biaya, waktu dan mutu. Ketiga kendala ini dapat diartikan sebagai sasaran
proyek, yang didefinisikan sebagai tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu. Keberhasilan
pelaksanaan suatu proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi dikaitkan
dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Sehubungan dengan karakteristik
proyek yang dinamis diperlukan pengelolaan proyek yang baik agar ketiga sasaran tersebut
dapat terpenuhi.
Peneliti dan praktisi mengakui bahwa ada banyak kegiatan waste selama proses
desain dan konstruksi dengan memakan waktu dan usaha tanpa menambah nilai untuk klien
(Cinta, 1996 dalam Alwi, Hampson dan Mohamed, 2002). Dari awal proyek konstruksi,
manajer proyek harus berurusan dengan banyak faktor negatif yang dapat mempengaruhi
proses konstruksi, memproduksi berbagai jenis waste (Serpell et al, 1995 dalam Alwi,
Hampson dan Mohamed, 2002).
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan

waste pada proyek

konstruksi, seperti Alwi, Hampson, Mohamed (2010) telah melakukan beberapa penelitian.
Penelitian yang telah dilakukan antara lain bertujuan untuk: menyelidiki kejadian waste
dalam kontraktor perusahaan di Indonesia. Sebuah survey kuisioner digunakan untuk
pengumpulan data diikuti dengan wawancara dikirim ke perusahaan kontraktor berbeda di
Indonesia dan tanggapan diminta berdasarkan proyek-proyek yang sedang dikerjakan atau
proyek yang telah diselesaikan dalam lima tahun terakhir. Penelitian ini dianalisa
menggunakan Paired sample T-test dilakukan pada dua kelompok waste yaitu variabel waste
dan variabel penyebab waste.

Penelitian lainnya dilakukan Alwi, Hampson, Mohamed (2002) dengan tujuan


mengidentifikasi kejadian non value adding activities dalam industri konstruksi Australia dan
untuk menentukan perbedaan persepsi responden terhadap segala faktor non value adding
activities. Penelitian ini dianalisa menggunakan dua statistik utama yaitu regresi linier
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan persepsi responden terhadap waste dan t-test
dilakukan untuk peringkat pentingnya jenis waste dan penyebab waste.
Di dalam bisnis jasa konstruksi terdapat sifat-sifat unik sehingga diperlukan sejumlah
asumsi untuk memperkirakan data-data dan informasi yang belum tersedia selama proses
berjalannya proyek, sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Asumsi dan perkiraan yang
digunakan mendukung adanya ketidakpastian ini. Risiko yang dihadapi proyek tergantung
pada asumsi dan perkiraan yang digunakan. Risiko yang akan dihadapi dalam proyek lebih
berat sehubungan dengan sifat proyek hanya berjalan dalam satu jangka waktu pelaksanaan
yang tidak berulang. Selanjutnya akan dapat direncanakan penanganan untuk meminimalisasi
akibat buruknya sehingga dapat mendukung terwujudnya sasaran kegiatan.
Setiap manajer proyek memahami risiko yang melekat pada proyek, risiko tidak bisa
dipisahkan dari proyek. Dalam konteks proyek, risiko adalah suatu kondisi atau peristiwa
tidak pasti, yang jika itu terjadi mempunyai efek positif atau negatif terhadap sasaran proyek.
Sebuah risiko mempunyai penyebab dan jika risiko itu terjadi akan ada konsekuensi
(Gray&Larson, 2007).
Beberapa peristiwa risiko potensial dapat dikenali sebelum proyek dimulai seperti
kegagalan pemakaian peralatan atau perubahan persyaratan teknis. Manajemen risiko
berusaha mengenali dan mengelola masalah potensial dan tak terduga yang mungkin terjadi
ketika proyek diimplementasikan. Manajemen risiko mengidentifikasi sebanyak mungkin
peristiwa risiko (sesuatu yang bisa berlangsung salah atau menyimpang), memperkecil
dampak (apa yang dapat dilakukan pada peristiwa tersebut sebelum proyek dimulai),
mengelola respon terhadap peristiwa-peristiwa yang berdampak besar dan mengatasi
peristiwa risiko yang benar-benar terjadi.
Peristiwa risiko tersebut juga terjadi di beberapa proyek konstruksi di kota Jember.
Masyarakat Jember menilai beberapa proyek konstruksi di kota Jember belum memenuhi
harapan masyarakat. Itu karena kualitas proyek yang dikerjakan di kota Jember masih rendah.
Misalnya terjadi kerusakan pada beberapa bangunan (Kompas, 1 April 2003). Hal ini terjadi
karena kesalahan pekerja dan kurangnya informasi dalam gambar.
Pembangunan proyek X di kota Jember mengalami keterlambatan penyelesaian
proyek. Pelaksanaan pembangunan yang dikerjakan PT.X tidak selesai pada tanggal yang
3

telah ditentukan (Martin(Uday), 25 Desember 2007). Hal ini disebabkan karena penundaan
jadwal, perbaikan pekerjaan finishing, menunggu material, dan kinerja tukang lambat atau
tidak efektif.
Permasalahan yang sering dihadapi pada proyek konstruksi gedung di kota Jember
adalah terjadinya kerusakan bangunan dan keterlambatan penyelesaian proyek. Hal tersebut
merupakan efek dari beberapa aktivitas yaitu: terjadinya penundaan jadwal, menunggu
material, perbaikan pekerjaan finishing, kurangnya informasi dalam gambar, kesalahan
pekerja, dan kinerja tukang lambat atau tidak efektif. Hal ini terjadi disebabkan oleh inefisiensi pada proses berjalannya proyek yang disebabkan oleh banyaknya non value adding
activity atau sering disebut waste. Non value adding activity adalah semua aktivitas yang
tidak memberikan nilai tambah dimata customer pada suatu produk yang diproses. Aktivitas
ini bisa direduksi atau dihilangkan karena aktivitas ini murni waste yang sangat merugikan
(Hines dan Taylor, 2000).
Risiko kejadian seperti uraian diatas terjadi pada proyek konstruksi gedung di kota
Jember yang menyebabkan waste. Jika dari pihak kontraktor tidak bisa mengatur risiko
terjadinya waste dengan baik, maka akan sangat merugikan.
Melihat kenyataan bahwa masih banyak kontraktor yang belum memahami tentang
risiko terjadinya waste yang terjadi pada proyek, maka perlu dilakukan suatu penelitian
tentang risiko waste berdasarkan persepsi manajer proyek dan pelaksana, khususnya
konstruksi gedung di kota Jember.
Penelitian ini berusaha mengkaji dari aspek manajemen risiko dengan fokus pada
identifikasi waste dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas kontraktor yang berada
di kota Jember. Dengan mengidentifikasikan waste pada suatu proyek maka manajer dan
pelaksana proyek konstruksi dapat dengan mudah mengurangi risiko terjadinya waste.

1.2

Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

pokok yang mendasari perlunya dilakukan penelitian tentang analisa faktor risiko waste pada
proyek konstruksi gedung di kota Jember:
1. Variabel waste apa saja yang terjadi pada pengerjaan proyek konstruksi
gedung di kota Jember.
2. Faktor waste apa yang dominan (terbesar) yang terjadi pada pekerjaan proyek
konstruksi gedung di kota Jember.
4

1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aktivitas yang tergolong dalam waste pada proyek konstruksi
gedung di Jember.
2. Melakukan analisis faktor untuk memperoleh faktor risiko waste dominan
(terbesar) pada proyek konstruksi gedung di kota Jember.

1.4

Ruang Lingkup Penelitian


Batasan yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Penelitian dilakukan pada

beberapa manajer proyek dan pelaksana konstruksi

bangunan gedung di kota Jember pada kontraktor Jember gred 5 dan 6.


2. Pelaksanaan proyek konstruksi gedung periode tahun (2008-2010), dengan nilai
proyek diatas Rp. 1 Milyar.
3. Waste yang diidentifikasi adalah waste yang sudah terjadi selama pelaksanaan proyek
di lapangan.
4. Aktivitas waste yang diamati adalah Non value adding activity
5. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang mengisi
kuisioner adalah pihak yang expert dibidangnya (mengetahui kondisi sebenarnya).
6. Faktor dominan diartikan faktor yang mampu menjelaskan aktivitas waste terbesar
yang diperoleh dari total % variance hasil analisis faktor.
1.6

Sistematika Penulisan
Laporan tesis mengenai analisa faktor risiko waste pada proyek konstruksi gedung di

kota jember ini disusun dalam lima bab, antara lain:


Bab I, merupakan bab pendahuluan, memaparkan tentang latar belakang penelitian
yang dijelaskan melalui studi literatur dan data empiris kondisi proyek konstruksi di Jember.
Selain menjabarkan latar belakang penelitian, juga dijabarkan mengenai perumusan masalah,
tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, merupakan bab tinjauan pustaka memaparkan pengertian waste seven waste
Shigeo Shingo, waste construction, dan manajemen risiko. Selain itu dalam bab ini juga
dijabarkan keterkaitan antar masing-masing konsep tersebut dan kajian dari penelitian
terdahulu yang serupa. Dan konsep pemetaan waste construction yang terdiri dari: desain,
pengadaan, penanganan material, operasi, sisa, dan lainnya.
5

Bab III, merupakan bab metode penelitian memaparkan tentang konsep penelitian,
jenis penelitian, data penelitian, pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, variabel
penelitian, teknik analisa data, dan proses penelitian.
Bab IV, merupakan bab analisis dan pembahasan memaparkan tentang survei
pendahuluan, survei utama, pengujian instrumen penelitian, analisa risiko dengan probability
impact grid (PIG), analisis faktor, dan pembahasan.
Bab V, merupakan bab kesimpulan dan saran mamaparkan tentang kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian dan memberikan saran.

Anda mungkin juga menyukai