Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan di dunia ini tidaklah seorang diri, melainkan juga ada
individu individu lain yang mendukung fungsi manusia sebagai makhluk sosial.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tiap individu tidak akan terlepas dari kehidupan
sosialnya dalam masyarakat. Dalam konteks ini, tiap individu akan melakukan
suatu proses berinteraksi sehingga menjadikan individu satu dengan yang lain
saling memiliki ikatan.
Tiap individu harus mampu beradaptasi dengan kehidupan sosialnya. Dalam
masyarakat terdapat individu-individu yang memiliki karakter yang berbeda.
Maka dari itu, peran keluarga sangatlah penting. Keluarga sebagai model
masyarakat kecil haruslah memberi suasana sosial yang mendukung tiap
anggotanya agar dapat bersosial di masyarakat. Maka dari itu, kita wajib
mempelajari ilmu-ilmu sosial, sehingga kita tahu bagaimana kehidupan
bermasyarakat itu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari individu, keluarga dan masyarakat?
2. Bagaimana proses pertumbuhan dalam individu?
3. Apa saja macam-macam pembagian kerja dalam masyarakat?
4. Apa saja pranata-pranata yang ada dalam masyarakat?
5. Apa perbedaan antara masyarakat desa dan kota? serta bagaimana
proses dan dampak urbanisasi.
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari individu, keluarga dan masyarakat.
2. Mengetahui proses pertumbuhan individu.
3. Mengetahui macam-macam pembagian kerja dalam masyarakat.
4. Mengetahui pranata-pranata yang ada dalam masyarakat.
5. Mengetahui perbedaan masyarakat desa dan kota serta proses dan
dampak urbanisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1

DEFINISI INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT


1

A. INDIVIDU
Individu berasal dari kata latin, individuum artinya yang tak terbagi.
Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai
suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang
terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan
khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta
pola tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil
pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan
Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek organik
jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial kebersamaan. Ketiga aspek
tersebut saling mempengaruhi, kegoncangan pada satu aspek akan membawa
akibat pada aspek lainnya.
Individu terdiri atas dua dimensi, yaitu fisik dan psikis. Sikap perbuatan,
emosi, dan sebagainya merupakan refleksi gabungan dari kedua dimensi ini. Tiap
dimensi pada dasarnya mempunyai potensi lahiriah dan potensi batiniah. Potensi
lahiriah yang mengacu pada potensi fisik dapat berupa gerakan anggota badan,
pancaindera, dan lain-lain. Sedangkan proses batiniah mengacu potensi psikis
dapat berupa inteligensi, emosi, dan lain-lain.
Hanya saja untuk mengenali individu lebih jelas, jangan hanya melalui
pendekatan terhadap naluri, tetapi juga harus melalui jalan yang lain. Penerusan
atau pelacakan individu dari pendekatan segi naluriah saja, boleh jadi
menyebabkan seseorang terperangkap dalam kesalahan yang tidak kecil. Untuk
itu, perlu diadakan pendekatan, paling tidak, dari segi fisik dan psikis.
a) Dilihat dari segi fisik
Kehadiran seseorang atau individu dalam kelompok keluarga ataupun
kelompok masyarakat ditandai dengan wujud fisiknya. Wujud fisik sebagian
dari alam selalu tunduk pada alam. Wujud fisik ini tersusun dan mempunyai
struktur fisika, seperti mempunyai berat, volume, dan sifat fisika lainnya.
Seorang lahir, kemudian tumbuh menjadi dewasa lalu meninggal, atau dari

kecil menjadi besar. Gejala semacam ini merupakan gejala kealaman, yang
terjadi sesuai dengan kondisi alamnya.
Namun makhluk hidup mempunyai cirri sendiri dan selalu mengalami
parubahan dan perkembangan. Faktor faktor ini biasanya disebut faktor
penunjang kelangsungan hidup antara lain pangan, sandang, dan papan.
b) Dilihat dari segi psikis
Wujud individu tidak pernah lepas dari wujud psikisnya. Wujud psikis ini
bersama-sama membentuk individu. Fungsi psikis sangat berpengaruh
terhadap gerak dan tingkah laku fisik, dalam arti tingkah laku dan perbuatan
individu merupakan refleksi psikisnya, sedangkan tingkah laku fisik
berpengaruh tehadap fungsi psikis.
Individu sebagai bagian dari alamnya hidup berdampingan bersama
lingkungan alamnya, baik lingkungan material maupun lingkungan sosial.
Kondisi alam yang berubah, seperti perubahan geografis, ekosistem, cuaca,
maupun perubahan yang terjadi pada masyarakat secara langsung ataupun
tidak menyebabkan perubahan terhadap individu, karena setiap individu harus
beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian diri ini dapat timbul dari
dalam, separti terwujudnya kreativitas atau gerak refleks, maupun timbul dari
luar karena meniru atau sebagai hasil dari latihan atau pendidikan. Proses
masuknya pengaruh dari luar ini disebut internalisasi.
B. KELUARGA
Keluarga diartikan sebagai satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia
sebagai makhluk sosial. Pendapat ini didasarkan atas kenyataan bahwa sebuah
keluarga adalah suatu satuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat
tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi dan mempunyai fungsi
untuk berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak dan menolong serta
melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua mereka yang telah
jompo.
Keluarga dapat dibentuk melalui persekutuan-persekutuan individu karena
adanya hubungan darah perkawinan ataupun adopsi. Keluarga dibentuk dari dua
orang individu yang berlainan jenis kelamin, yang diikat tali perkawinan.
Walaupun demikian, ada juga keluarga yang dibentuk tanpa diikat oleh tali
perkawinan, tetapi mereka menganut pola-pola yang dijalankan oleh suami istri.

Keluarga sebagai wadah kehidupan individu mempunyai peran penting


dalam membina dan mengembangkan individu yang bernaung di dalamnya.
Keluarga sebagai kelompok kecil dan bagian dari masyarakat. Selain itu, keluarga
sebagai tempat proses sosialisasi paling dini bagi tiap anggotanya untuk menuju
pergaulan masyarakat yang lebih kompleks dan lebih luas. Kebutuhan fisik seperti
kasih saying dan pendidikan dari anggota-anggotanya dapat dipenuhi oleh
keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan itu walaupun tidak secara tegas dan formal,
anggota keluarga telah memainkan peran dan fungsi mereka masing-masing.
Menurut William F. Ogburn, fungsi keluarga secara luas dapat berupa:
a. Fungsi pelindung
b. Fungsi ekonomi
c. Fungsi pendidikan
d. Fungsi rekreasi
e. Fungsi agama
Merstedt mengemukakan fungsi keluarga:
a. Mengatur dan menguasai implus-implus
b. Membantu
c. Menegakkan antar budaya
d. Mewujudkan status
C. MASYARAKAT
Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah societyyang berasal dari kata
socius yang artinya kawan, sedangkan kata masyarakat berasal dari bahasa Arab
yaitu Syirk artinya bergaul.
Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk masyarakat. Manusia selalu
hidup bersama dan berada diantara manusia lainnya. Dalam bentuk kongkretnya,
manusia bergaul, berkomunikasi, berinteraksi dengan manusia lainnya. Keadaan
ini terjadi karena dalam diri manusia terdapat dorongan untuk hidup
bermasyarakat disamping dorongan keakuan. Dorongan bermasyarakat dan
dorongan keakuan yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan dirinya
sendiri.
Dalam arti luas yang dimaksud masyarakat adalah keseluruhan hubunganhubungan dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa
dan lain-lain. Atau keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bermasyarakat.
Sedangkan dalam arti sempit, masyarakat adalah sekelompok manusia yang
dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, umpamanya yaitu territorial, bangsa, golongan
dan sebagainya. Maka ada masyarakat Jawa, Sunda, Minang dan lain-lain.
4

Berdasarkan arti di atas dapat ditarik satu definisi, Masyarakat adalah


kelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dan
mempunyai aturan (undang-undang) yang mengatur tata hidup mereka, untuk
menuju kepada tujuan yang sama.
Masyarakat memiliki unsur-unsur yaitu sebagai berikut :
a) Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia, bukan binatang dan harus
banyak jumlahnya.
b) Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah
yang tertentu.
c) Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk
maju kepada satu cita-cita atau tujuan yang sama.
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakkan
dirinya dalam berbagai bentuk, seprti berkoperasi, hubungan antar pribadi,
mengikatkan diri pada kelompoknya, dan sebagainya. Dorongan seperti ini akan
jelas wujudnya bilamana mendapatkan bimbingan dan latihan dari orang
sekitarnya. Karena tiap individu yang lahir di dunia ini telah memiliki atau
membawa dorongan kemasyarakatan, dengan sendirinya ia selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya.
Dalam kehidupan masyarakat yang dinamis dan selalu berkembang
menuju kemajuan, individu-individu yang bergabung di dalamnya mampu
mengembangkan potensi dan kemampuan berkreasi dan menemukan inovasi yang
tidak sama antara satu sama lain. Karena ketidaksamaan ini, individu yang kurang
mampu dapat meniru kemajuan yang dicapai oleh kelompok yang berprestasi dan
berkemampuan tinggi. Namun, untuk mewujudkan peniruan ini, diperlukan
pendekatan antar individu. Oleh karena itu, kecenderungan meniru ini dapat
membawa pada kehidupan bermasyarakat.
Eksistensi kehidupan manusia banyak ditandai dalam pergaulan. Dalam
banyak hal, keberhasilan seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya disebabkan
pandainya ia bergaul dengan orang lain. Teredamnya sifat keakuan dan timbulnya
sifat kemasyarakatan dalam diri seseorang dapat juga disebabkan adanya hasrat
tolong menolong dan simpati. Sifat simpati yang mendalam mengakibatkan ia
mau membantu atau menolong orang lain. Hasrat ini pulalah yang mengakibatkan
seseorang dapat berkumpul dan bermasyarakat.
Bentuk-bentuk masyarakat jika dilihat berdasarkan pengelompokannya
adalah sebagai berikut :
5

a) Masyarakat Paguyuban
Masyarakat paguyuban dapat diartikan sebagai suatu persekutuan manusia
yang disertai perasaan setia kawan dan keadaan kolektif yang besar. Ciri-ciri
masyarakat ini diantaranya:
- Rela berkorban untuk kepentingan bersama.
- Pemenuhan hak tidakselalu dikaitkan dengan kapasitas pemenuhan
kewajibannya.
- Solidaritas yang sangat kokoh dan bersifat permanen.
b) Masyarakat Patembayan
Bila dibandingkan dengan masyarakat paguyuban,

masyarakat

patembayan mempunyai pertalian yang lebih renggang. Ciri masyarakat ini di


antaranya:
- Pemenuhan hak seseorang didasarkan pada pemenuhan kewajiban.
- Solidaritas antar anggota tidak terlalu kuat dan hanya bersifat
sementara.
Dan ditinjau dari akibat perubahan dan perkembangan yang terjadi,
bentuk masyarakat dapat diklasifikasikan pada masyarakat tradisional dan
masyarakat modern.
a) Masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional

sebagai

bentuk

dari

kehidupan

bersama,

mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan lingkungan hidupnya, baik


yang berupa manusia maupun yang berupa benda. Hal ini dapat dimengerti
bahwa kehidupan masyarakat tradisional sangat bergantung pada manusia lain
dan kondisi alamnya. Mata pencahariannya berpusat pada sektor nelayan.
Dalam kehidupan yang serba sederhana ini, pekerjaan-pekerjaan seperti
bertani, mendirikan rumah, dan sebagainya dikerjakan bersama. Keadaan ini
membentuk sikap dan hubungan yang sangat erat antar individu. Oleh karena
itu, gotong royong atau tolong menolong merupakan ciri lain dari masyarakat
tradisional.
b) Masyarakat modern
Masyarakat modern

merupakan pola perubahan dari masyarakat

tradisional yang telah mengalami kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan.


Salah satu ukuran kemajuan dapat terlihat pada pola hidup dan kehidupannya.
Di bidang mata pencaharian, mereka tidak bergantung pada sektor pertanian
semata, tetapi merambat pada sektor lain seperti jasa dan perdagangan.
Dalam perdagangan, mereka telah memperhitungkan dan memanfaatkan
berbagai keadaan. Kegiatan ekonomi tidak hanya berorientasi pada kapasitas
6

produksi, tetapi juga berorientasi pada pasar. Kapasitas produksi dibatasi pada
tingkat atau kapasitas penyerapan pasar agar tidak terjadi gejolak harga.
Bahkan untuk kepentingan ini, diadakan aturan sebagai alat proteksionisme.
Untuk menembus pasar luar negeri yang ketat dengan persaingan biasanya
ditempuh dengan jalan konglomerat, untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.
2.2

PROSES PERTUMBUHAN INDIVIDU


Pertumbuhan adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada

manusia dalam mengenal suatu yang semula mengenal sesuatu secara keseluruhan
baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada. Manusia
sebagai makhluk yang sempurna diantara makhluk hidup ciptaan Tuhan, karena
manusia memiliki akal. Namun demikian sebagai makhluk biologis merupakan
individu yang memiliki potensi-potensi kejiwaan yang harus dikembangan. Dalam
rangka perkembangan individu ini diperlukan suatu keterpaduan antara
pertumbuhan jasmani dan rohani.
Faktor lingkungan yang sangat mendukung dan menolong kehidupan
jasmani dan rohani, menyebabkan individu dapat berkembang. Banyak ahli yang
menyatakan bahwa individu tidak mempunyai arti apa-apa tanpa adanya
lingkungan

yang

mempengaruhinya.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pertumbuhan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:


1) Pendirian nativistik
Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat, bahwa pertumbuhan
individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak
lahir.
2) Empiristik dan environmentalistik
Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik. Para ahli
berpendapat, bahwa pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada
lingkungan sedang dasar tidak berperanan sama sekali.
3) Pendirian Konvergensi dan interaksionisme
Kebanyakan para ahli mengikuti pendirian konvergensi dengan modifikasi
seperlunya. Suatu modifikasi yang terkenal yang sering dianggap sebagai
7

perkembangan lebih jauh berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa


interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan
individu. Nampak lain dengan konsepsi konvergensi yang perbandangan statis
yaitu menganggap pertumbuhan individu itu ditentukan oleh dasar (bakat) dan
lingkungan.
Tahap perkembangan biologis / fisik manusia menurut beberapa pendapat adalah
sebagai berikut : (Siswanto, 1988)
1. Pendapat Aristoteles
Perkembangan psikis manusia menurut Aristoteles terjadi pada setiap masa
tujuh tahun, artinya setiap kelipatan tujuh tahun terjadi perubahan.
Tahap I: 0 th -7 th
: masa anak kecil atau masa bermain.
Tahap II: 7 th 14 th
: masa anak, masa remaja atau masa
sekolah rendah.
Tahap III: 14 th 21 th

: masa remaja, atau pubertas masa


peralihan dari anak menjadi dewasa.

2. Pendapat Kretschmen
Kretschmen mengemukakan 4 tahap perkembangan yang terjadi pada fisik
manusia.
Tahap I: 0 th 3 th

: Fullung periode I anak kelihatan pendek

dan gemuk.
Tahap II: 3 th 7 th

: Stercking periode I anak kelihatan

langsing.
Tahap III: 7 th 13 th
Tahap IV: 13 th 20 th

: Fullung periode II, anak kelihatan pendek


dan gemuk kembali.
: Strecking periode II, anak kelihatan

langsing.
3. Pendapat Sigmund Freud
Freud mengemukakan 6 tahap perkembangan yang terjadi fisik manusia
antara lain:
Fase oral 1:

0 th 1 th

: mulut merupakan pokok aktivitas

dinamik.
Fase anak :

3 th 5 th

: dorongan dan tekanan terpusat pada

pembuahan kotoran.
Fase laten:
5 th - 12 th/13 th

: impuls cenderung untuk ada dalam

menyerap.
Fase pubertas: 12/13 th 20 th

: impuls menonjol kembali.

Tahap Pertumbuhan Individu Berdasarkan Psikologi :


Pertumbuhan individu sejak lahir sampai masa dewasa atau masa
kematangan itu melalui beberapa fase, sebagai berikut:
- Masa vital yaitu dari 0,0 sampai kira-kira 2,0 tahun.
- Masa estetik dari umur kira-kira 2,0 tahun sampai kira-kira 7,0 tahun.
- Masa intelektual dari kira-kira umur 7,0 tahun sampai kira-kira umur
-

13,0 tahun atau 14,0 tahun.


Masa sosial kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun sampai kira-kira
umur 20,0 tahun atau 21,0 tahun.

Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk


menemukan berbagai hal dalam dunianya. Menurut Freudtahun pertama
dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral, karena mulut dipandang
sebagai sumber kenikmatan dan ketidak nikmatan.
Pada masa estetik di anggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan.
Sebenarnya kata estetik di artikan bahwa pada masa ini pertumbuhan anak
yang terutama adalah fungsi panca indra. Dalam masa ini pula tampak
munculnya gejala kenakalan yng umumnya terjadi antara umur 3 tahun sampai
umur 5 tahun. Anak sering menentang kehendak orang tua, kadang-kadang
menggunakn kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar apa yang di larang
dan tidak melakukan apa yang seharusnya untuk dilakukan.
Adapun alasan anak berbuat kenakalan dalam usia-usia tersebut adalah
berkat pertumbuhan bahasanya yang merupakan modal utama bagi anak
dalam menghadapi dunianya maka sampailah anak dalam penyadaran
akunya atau tahap menemukan akunya yaitu suatu tahap ketika anak
menemukan dirinya sebagai subjek.
Masa Intelektual disebut juga masa keserasian bersekolah. Setelah anak
melewati masa kegoncangan yang pertama, maka proses sosialisasinya telah
berlangsung dengan lebih efektif, sehingga menjadi matang untuk di didik
daripada masa-masa sebelum dan sesudahnya.
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian masyarakat
karena mempunyai sifat-sifat khas dan yang menentukan dalam kehidupan
individu dlam masyarakatnya.karena manusia dewasa harus hidup dalamalam
9

kultur danharus dapat menempatkan dirinya di antara nilai-nilai(kultur) itu


maka perlu mengenal dirinya sebagai pendukung maupun pelaksana nilainilai. Pada dasarnya masih dirinci ke dalam beberapa masa, yaitu :1
1) Masa Pra remaja
Penggunaan istilah pra remaja ini hanya untuk menunjukkan satu masa
yang mebgikuti masa pueral yang berlangsung secara singkat. Masa ini di
tandai oleh sifat-sifat negatif sehingga disebut juga masa negatif. Beberapa
gejala yang di anggap negatif misalnya tidak tenang, kurang suka bekerja,
lekas lelah, kebutuhan untuk tidur besar, pesimistik. Terjadinya gejala-gejala
negatif itu umumnya berpangkal pada biologis yaitu muali bekerjanya
kelenjar-kelenjar kelamin yang dapat membawa perubahan-perubahan cepat
dalam diri remaja yan sering kali perubahan-perubahan yang ini belum mereka
fahami sehingga dapat menimbulkan rasa ragu-ragu, kurang pasti dan bersifat
malu.
2) Masa Remaja
Sebagai gejala pada masa ini adalah merindu puja.dalam fase ini (masa
negatif) untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak perna
dialaminya pada masa-masa sebelumnya. Kesejukan di dalam penderitaan
yang nampaknya tidak ada orang yang dapat mengerti dan memahaminya dan
menerangkannya. Sebagai reaksi pertama-tama terhadap gangguan ketengan
dan keamanan batinnya ialah protes terhadap sekitarnya yang dirasakannya
tiba-tiba bersikap menterlantarkan dan memusuhinya. Sebagai tingkah
berikutnya ialah kebutuhanakan teman yang dapat memahami dan
menolongnya serta yang dapat mersakan suka dan dukanya. Disinilah mulai
timbul dalam diri remaja itu dorongan untuk mencari pedoman hidup.
3) Masa usia mahasiswa
Pada masa usia mahasiswa banyak peristiwa-peristiwa yang perlu untuk
diperhatikan antara lain, bila di lihat dari segi pertumbuhan tugas
perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah pematapan pendirian hidup,
1

Ahmadi, Abu.1991.Ilmu Sosial Dasar. Hal. 83-85

10

yaitu pengujian lebih lanjut pendirian hidup serta penyiapan diri dengan
ketrampilan

dan

kemampuan-kemampuan

yang

di

gunakan

untuk

merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya.oleh karena itu mereka


mulai mempelajari aspek kehidupan. Sebagai remaja pimpinan dipelajari dan
dipersiapkan selama usia mahasiswa misalnya kebudayaan berkeluarga,
kemampuan memimpin, kemepuan mengambil keputusan, kemampuan
menyesuaikan diri secara sosial.
Dengan uraian-uraian ini diharapkan adanya suatu pemahaman mengenai
manusia sebagai individu. Manusia merupakan makhluk individul tidak hanya
dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiaptiap itu merupakan pribadi yang khas, menrut corak kepribadiannya, termasuk
kecakapannya sendiri.2
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang
menjadi latar keberadaannya. Kehadiran individu dalam suatu masyarakat
biasanya ditandai oleh perilaku individu yang berusaha menempatkan dirinya
dihadapan individu-individu lainnya yang telah mempunyai pola-pola perilaku
yang sesuai dengan norma-norma dan kebudayaan di tempat ia merupakan
bagiannya.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok
individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari
individu untuk menjadi pribadi, tidak hanya di dukung dan di hambat oleh dirinya,
tetapi juga didukung dan di hambat oleh kelompok sekitranya.
2.3 PEMBAGIAN KERJA DALAM MASYARAKAT
Mata pencaharian, kegiatan ekonomi, merupakan suatu aktivitas manusia
guna mempertahankan hidupnya dan memperoleh hidup yang layak. Sietem mata
pencaharian hidup dari suatu masyarakat semakin lama semakin bertambah
macamnya dan mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Perbedaan sistem ini
disebabkan adanya perbedaan sifat, bakat, dan kemampuan serta tingkat
kebudayaan setempat.
2

Ahmadi, Abu.1991.Ilmu Sosial Dasar. Hal. 86

11

Menurut Koentjaraningrat, urutan sistem mata pencaharian hidup adalah


sebagai berikut :
1. Berburu dan meramu
2. Perikanan
3. Bercocock tanam di ladang
4. Bercocok tanam menetap
Sedangkan menurut John dan Darkenwald adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan
2. Perburuan
3. Perikanan
4. Peternakan dan pertanian (farming)
5. Kehutanan
6. Kerajinan dan perusahaan rumah tangga (Manufacturing)
7. Industri, pertambangan dan pengangkutan
8. Perdagangan (trade)
Urutan-urutan di atas tidak lagi dapat dianggap sebagai urutan sistem mata
pencaharian dari masyarakat sederhana kebudayaannya ke tingkat yang lebih
maju. Hal ini pada masyarakat yang telah maju, para pemburu dan penangkap
ikan sudah memiliki alat-alat modern, sehingga area penangkapannya bertambah
luas dan hasilnya tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri tetapi sudah
diperdagangkan.
Selain itu, aktivitas dari kelompok manusia juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a) Kebutuhan sosial
b) Kebutuhan ekonomis dan politis
c) Keadaan tingkat kebudayaan penduduk
d) Keadaan lingkungan alam dan lingkungan sosial
Di dalam masyarakat modern ditunjukkan dengan meningkatnya
pembagian kerja dan spesialisasi. Tiap anggota masyarakat mempunyai jenis
pekerjaan tertentu dan mempunyai peranan berbeda dengan anggota masyarakat
lain. Misalnya adanya petani, buruh, guru, ulama, pegawai, pengusaha dan
sebagainya.
Konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan akibat bertambahnya jumlah
penduduk adalah lahirnya tenaga kerja. Besar kecilnya angkatan kerja sangat
tergantung pada tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas).
Semakin tinggi tingkat kelahiran dan rendahnya tingkat kematian maka
ketersediaan tenaga kerja semakin meningkat.

12

Untuk memecahkan tantangan tekanan angkatan kerja diperlukan usahausaha penciptaan kesempatan kerja yang lebih bervariasi dengan tidak melupakan
faktor pendukung dan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat ke
arah yang lebih baik.
Masalah kesempatan kerja tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
bidang lain, sehingga dalam pemecahannya harus dikaitkan dengan melihat latar
belakang semua bidang lain yang melingkupinya. Oleh karena itu, hambatan
perluasan kesempatan kerja ini harus dikaitkan dengan ketimpangan struktur
kependudukan dan ekonomi pada masa lampau. Demikian pula untuk masa-masa
yang akan datang, diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang situasi masa
lampau dan masa kini.
Adapun ketimpangan-ketimpangan yang mempengaruhi usaha-usaha
perluasan kesempatan kerja adalah :
1.
2.
3.
4.

Pola pemukiman penduduk antara pulau Jawa dan luar Jawa.


Ketimpangan pembangunan antar daerah.
Ketidakserasian laju pembangunan di daerah kota dan pedesaan.
Kurang berkembangnya informasi pasar tenaga kerja sehingga

menimbulkan kesenjangan permintaan dan penawaran tenaga kerja.


5. Kurang terdapatnya penyesuaian antara program pendidikan dengan
arah pembangunan.
6. Ketimpangan koordinasi di dalam pemilikan investasi padat modal dan
padat karya.
7. Ketimpangan tingkat produktivitas antara sektor pertanian dan non
pertanian.
8. Kekurangserasian perkembangan antara sektor formal dan sektor
informal.
9. Masalah pengangguran terbuka dan pengangguran terselubung.
10. Ketimpangan peranan pemerintah dan peranan swasta.
Akibat dari kelebihan tenaga kerja di daerah pedesaan dapat menimbulkan dua
kemungkinan, yaitu :3
1) Tetap tinggal di desa, sehingga menyebabkan disguised unemployment,
yakni jumlah tenaga kerja lebih banyak dari sumber daya alam dan faktor
3

Paul Naiola, Op-cit, halaman 232-238

13

produksi, sehingga kebanyakan tenaga kerja pertanian menjadi setengah


menganggur. Tenaga kerja itu telah diboroskan atau digunakan dengan
tidak rasional.
2) Mereka akan masuk ke dalam bidang-bidang yang masih bisa mendukung
pendapatan, yakni hutan di kota.
Kemungkinan kedua ini pendukungnya terhitung besar juga dimana
kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung di sekitar pertanian mencari usaha
lain di daerah perkotaan. Kelompok inilah pelaku proses urbanisasi, suatu arus
lintas perpindahan penduduk dari desa ke kota.
2.4 PRANATA PRANATA MASYARAKAT
Pranata masyarakat merupakan terjemahan langsung dari istilah asing
Social Institution karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk
dan sekaligus yang mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal
adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu.
Pemakaian istilah social institution membutuhkan perhatian yang khusus.
Institution mempunyai arti yang berbeda dengan institute. Institute berarti badan
organisasi yang bertujuan memenuhi suatu kebutuhan dalam berbagai lapangan
kehidupan masyarakat. Demikian misalnya penyelidikan sebagai suatu aktivitas
ilmiah disebut: institution, tetapi suatu badan untuk mengorganisasi penyelidikan
ilmiah dalam lapanagn ekonomi disebut institute. Dengan kata lain institution
adalah aktivtas-aktivitas kemasyarakatan/pranata, sedang institute/lembaga adalah
bentuk badan-badan yang mengorganisasikan/menjalankan aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan tersebut.
Koentjaraningrat (1974) menyatakan bahwa pranata sosial adalah suatu
sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitet-aktivitet untuk
memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Dr.

Koentjaraningrat

membagi

lembaga

kemasyarakatan menjadi 8 macam :4


1. Pranata kekeluargaan (domestic instutions)
4

Wahyu.1986.Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Hal. 48-49

14

sosial/pranata-pranata

Adalah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan


kekerabatan. Contoh : penglamaran, perkawinan, poligami, pengasuhan anakanak, perceraian.
2. Pranata ekonomi (economic institutions)
Adalah pranata yang bertujuan untuk memenuhi pencarian hidup,
memproduksi, menimbun dan mendistribusi harta dan benda. Contoh:
pertanian, peternakan, pemburuan, industri, koperasi, penjualan.
3. Pranata pendidikan (educational institutions)
Adalah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penerangan
dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Contoh: pengasuaha anak-anak, pendidikan rakyat, pendidikan menegah,
pendidikan tinggi dan pendidikan agama.
4. Pranata ilmiah (scientific institutions)
Adalah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah
manusia. Contoh: metodik ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah.
5. Pranata keindahan dan rekreasi (aesthetic and recreational institutions)
Adalah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia
menyatakan rasa keindahan dan untuk rekreasi. Contoh: seni rupa, seni suara,
seni drama.
6. Pranata keagaman (religius institutions)
Adalah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk
berhubungan dengan Tuhan dan ghaib. Contoh: masjid, gereja, kenduri,
upacara keagaman.
7. Pranata pemerintahan (political institutions)
Adalah pranata yang bertujuan untuk mengatur kehidupan berkelompok
atau bernegara. Contoh: pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian,
kepolisian.
8. Pranata kesehatan jasmaniah (cosmetic institutions)
Adalah pranata yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmaniah manusia.
Contoh: pemelikaraan kecantikan, kesehatan, kedokteran.
2.5 Masyarakat Desa dan Kota, Urbanisasi, Proses dan Dampaknya
a. Masyarakat desa / pedesaan
Masyarakat pedesaan sering disebut juga dengan istilah

rural

community, yang biasanya diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai


hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam pada masyarakat-masyarakat
lainnya. Ciri-ciri masyarakat desa menurut Paul H. Landis, yaitu:
15

Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal antar sesama.


Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap

kebiasaan.
Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum dan yang
sangat dipengaruhi alam, seperti: iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan yang bukan agraris yaitu yang bersifat sambilan.

b. Masyarakat kota / perkotaan


Masyarakat perkotaan disebut dengan istilah urban community, yang
berarti masyarakatnya lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannyan serta
ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ciri-ciri
yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
-

Kehidupan keagamaannya berkurang bila dibandingkan dengan

kehidupan keagamaan didesa.


Bersifat individualisme.
Pembagian kerja dikota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas

yang nyata.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih

banyak dikota daripada didesa.


Dikota ketelitian dalam membagi waktu dan menghargai waktu

sangatlah penting.
Perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan
dilihat dari beberapa aspek antara lain :
1. Lingkungan umum dan orientasi terhadap alam
Masyarakat pedesaan berhubungan kuat dengan alam, karena lokasi
geografisnya didaerah desa. Sedangkan masyarakat kota hidupnya bebas dari
realitas alam.
2. Pekerjaan / mata pencaharian
Pada umumnya mata pencaharian masyarakat pedesaan adalah bertani.
Sedangkan masyarakat kota, mata pencahariannya menjadi terspesialisasikan
dan dapat dikembangkan menjadi manager suatu perusahaan.
3. Ukuran komunitas
Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil daripada komunitas perkotaan.
4. Kepadatan penduduk
Penduduk desa kepadatannya lebih kecil bila dibandingkan dengan
penduduk kota. Hal ini mengakibatkan bahwa pembangunan perumahan di
kota cenderung ke arah vertikal akibat sempitnya tanah yang tersedia,
16

sedangkan di

pedesaan pembangunan

perumahan

cenderung

kearah

horizontal.
5. Homogenitas dan Heterogenitas
Homogenitas atau persamaan dalam ciri-ciri social dan psikologi, bahasa,
kepercayaaan, adat istiadat dan perilaku sering Nampak pada masyarakat
pedesaan bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan.
6. Differensial sosial
Kalau dipedesaan keadaan kemasyarakatan dan perekonomian boleh
dikatakan masih homogen, sedangkan di kota sebaliknya. Karena di kota
merupakan tempat berkumpul dan bertemunya aneka ragam kegiatan
ekonomi,

macam-macam

sukubangsa,

agama,

kepentingan,

sehingga

kemasyarakatannya sangat heterogen dan kompleks.


7. Interaksi sosial
Interaksi sosial di desa sangat sempit, hanya berkenalan dengan
tetangganya saja dan sifatnya akrab berhadapan muka. Sedangkan di kota,
orang berhubungan dengan banyak orang dan dengan berbagai macam
kepentingan.
8. Pelapisan sosial
Pada masyarakat kota aspek kehidupan pekerjaan, ekonomi atau sosial
politik lebih banyak sistem pelapisannya dibandingkam di desa.
9. Mobilitas sosial
Mobilitas sosial berkaitan dengan perpindahan atau pergerakan suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya. Terjadinya mobilitas sosial
disebabkan oleh penduduk yang heterogendan tingginya deferensiasi sosial.
Di kota, mobilitas sosial sering terjadi dibandingkan di daerah pedesaan. Di
kota banyak penduduk yang pindah rumah karena sistem kontra, dan di desa
masyarakatnya jarang yang melakukan sistem kontrak rumah.
10. Pengawasan sosial
Tekanan sosial oleh masyarakat pedesaan lebih kuat, sebab kontaknya
bersifat pribadi dan ramah tamah (informal) dan keadaan masyarakatnya yang
homogen. Sedangkan di kota pengawasan sosialnya lebih bersifat formal,
pribadiannya kurang terkena aturan yang ditegakkan dan peraturan lebih
menentukan pelanggaran.
11. Pola kepemimpinan
Menentukan kepemimpinan di daerah pedesaan cenderung banyak
ditentukan oleh kualitas pribadi dari individu dibandingkan dengan di kota,
keadaan ini disebabkan oleh luasnya kontak tatap muka dan individu lebih
17

banyak saling mengetahui daripada di kota. Misalnya,karena kesolehannya,


kejujurannya, dan jiwa pengorbanannya.
12. Standar kehidupan
Di kota berbagai alat yang menyenangkan di rumah, keperluan
masyarakat, pendidikan, rekreasi, fasilitas agama,fasilitas hiburan dan yang
lainnya dapat di penuhi. Sedangkan di desa kebutuhan-kebutuhan tersebut
jarang terpenuhi, karena pola pikirnya masyarakat desa itu sangat sederhana.
13. Kesetiakawanan sosial (social solidarity)
Di pedesaan kesetiakawanan sosial masih bisa dirasakan, walaupun telah
mulai banyak dipengaruhi oleh ideologis dan ekonomi ke pedesaan. Contoh
kegiatan yang masih ada yaitu seperti gotong royong, tolong menolong,
musyawarah, dan kegiatan yang lainnya. Dan di kota justru sikap
kesetiakawanan sangatlah kurang sekali, sebab perbedaan dalam pekerjaan
terbatas pada sifat formal.
14. Nilai dan sistem nilai
Nilai dan sistem nilai di desa dan di kota sangatlah berbeda. Hal itu dapat
diamati dalam kebiasaan,cara dan norma yang berlaku. Misalnya dalam nilainilai kekeluargaan, masalah pola bergaul. Dan nilai-nilai keagamaan di daerah
pedesaan masih dipegang kuat dalam bentuk pendidikan agama (madrasah)
dan aktivitas kegiatannya nampak hidup. Sedangkan di daerah kota
merupakan kebalikannya.
c. Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk daridesa kekota. Dan dalam arti
yang lain, urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, atau proses suatu
wilayah. Misalnya wilayah pedesaan yang menjadi daerah industri. Seperti yang
terjadi diPulau Jawa,yang sedang mengalami urbanisasi menjadi pulau kota.
Karena penduduknya semakin padat dan makin banyak pabrik yang didirikan di
pedesaan. Suatu proses urbanisasi ditandai dengan sebagai berikut:
a) Terjadinya arus perpindahan penduduk daridesa ke kota.
b) Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja nonagraria di sektor sekunder
(industri) dan sektor tersier (jasa).
c) Tumbuhnya pemukiman menjadi kota.
d) Meluasnya pengaruh kota di daerah pedesaan, mengenai segi ekonomi,
sosial, kebudayaan dan psikologi.
18

Sebab-sebab timbulnya urbanisasi:


a) Adanya pertambahan penduduk secara alamiah.
b) Terjadinya arus perpindahan dari desa ke kota.
c) Tertariknya pemukiman pedesaan kedalam

lingkup

kota,

dan

mengakibatkan perkembangan kota yang sangat pesat diberbagai bidang.


d. Proses urbanisasi
Proses urbanisasi ditandai dengan sebagai berikut:
a) Terjadinya arus perpindahan penduduk daridesa ke kota.
b) Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja nonagraria di sektor sekunder
(industri) dan sektor tersier (jasa).
c) Tumbuhnya pemukiman menjadi kota.
d) Meluasnya pengaruh kota di daerah pedesaan, mengenai segi ekonomi,
sosial, kebudayaan dan psikologi.
e. Dampak dari urbanisasi
Adapun beberapa dampak dari urbanisasi adalah :
a) Terbentuknya suburbanisasi, tempat-tempat pemukiman.
b) Makin meningkatnya tuna-karya, yaitu orang-orang yang tidak
mempunyai pekerjaan tetap.
c) Pertambahan penduduk kota yang pesat, menimbulkan masalah
perumahan.
d) Lingkungan hidup yang tidak sehat, dan ditambah dengan adanya
berbagai kerawanan sosial yang memberi pengaruh terhadap pendidikan
generasi muda.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
1. Individu adalah seorang yang tidak hanya memiliki peranan khas di
lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku pada dirinya.
2. Keluarga adalah suatu satuan kekerabatan yang juga merupakan satuan
tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi dan
19

mempunyai fungsi untuk berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik


anak dan menolong serta melindungi yang lemah khususnya merawat orangorang tua mereka yang telah jompo.
3. Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal di
suatu daerah tertentu dan mempunyai aturan (undang-undang) yang
mengatur tata hidup mereka, saling berinteraksi, yang memiliki prasarana
untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterkaitan untuk menuju kepada
tujuan yang sama.
4. Pertumbuhan individu sejak lahir sampai masa dewasa atau masa
kematangan itu melalui beberapa fase, yaitu : (1) Masa vital (2) Masa estetik
(3) Masa intelektual (4) Masa sosial.
5. Sistem mata pencaharian hidup dari suatu masyarakat makin lama makin
bertambah banyak macamnya dan mengalami perubahan dari zaman ke
zaman. Perbedaan dalam sistem mata pencaharian hidup ini disebabkan
adanya perbedaan sifat, bakat dan kemampuan serta tingkat kebudayaan
setempat.
6. Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang
berpusat kepada aktivitet-aktivitet untuk memenuhi kompleks-kompleks
kebutuhan

khusus

dalam

kehidupan

masyarakat.

Koentjaraningrat, pranata-pranata kemasyarakatan

Menurut

menjadi

Dr.

8 macam

yaitu : (1) Pranata kekeluargaan; (2) Pranata ekonomi; (3) Pranata


pendidikan; (4) Pranata ilmiah; (5) Pranata keindahan dan rekreasi; (6)
Pranata keagaman; (7) Pranata pemerintahan; (8) Pranata kesehatan
jasmaniah.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu.1991.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta: PT Rineka Cipta


Hartono dan Aziz, Arnicun.2001.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta: Bumi Aksara
Mawardi.2002.Ilmu Alamiah, Sosial dan Budaya Dasar.Bandung: Pustaka Setia
Soelaeman, Munandar.1987.Ilmu Sosial Dasar.Bandung: PT Redika Aditama

20

Wahyu.1986.Wawasan Ilmu Sosial Dasar.Surabaya: Usaha Nasional

21

Anda mungkin juga menyukai