Lele dumbo dapat dibudidayakan pada lahan dengan luas yang terbatas ;
2.
Lele dumbo memiliki kemampuan hidup dan berkembang dengan baik meskipun dipelihara
dengan kepadatan tinggi ;
3.
Jenis lele ini tidak mengalami kesulitan jika budidaya dilakukan dengan sumber air yang minim
karena tidak membutuhkan pergantian air secara rutin ;
4.
Teknologi budidaya mudah dipelajari dan diaplikasikan, meskipun oleh orang awam sekalipun ;
5.
Modal usaha relatif rendah karena dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia ;
6.
Pemasaran benih maupun ikan lele untuk ukuran konsumsi relatif mudah.
Budidaya lele dumbo semenjak saat itu menjadi primadona, namun memasuki era tahun 2000-an terjadi
penurunan kualitas. Penurunan ini akibat kurangnya pengawasan dari sisi biologi. Pengawasan terhadap
konsistensi dalam mempertahankan kualitas induk dan benih secara genetik tidak dilakukan secara ketat,
salah satunya adalah seringnya dilakukan inbreeding atau perkawinan sekerabat antar induk lele yang
masih dalam satu keturunan.
Penurunan kualitas dapat diamati dari karakter pertama ikan lele tersebut. beberapa indikator
menunjukkan rendahnya laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih yang pada akhirnya
produksi lele dumbo menjadi tidak optimal.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi, yang sekarang
menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT), melakukan usaha perbaikan mutu
genetik. Prinsip yang dilakukan adalah melakukan silang balik terhadap induk lele dumbo yang ada di
Indonesia. Jenis baru ini pada tahun 2004 diperkenalkan dengan namaLele Sangkuriang.
Berikut tabel perbandingan Lele Sangkuriang dan Lele Dumbo :
Kondisi Air
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air
hujan yang sudah terlebih dahulu dikondisikan. Air hujan perlu dikondisikan, terutama pH-nya, air hujan
rata-rata memiliki pH asam sehingga perlu dikondisikan dulu agar pH tidak terlalu asam.
Penebaran Benih
Proses ini dilakukan 4-5 hari (beberapa peternak sampai 10-12 hari) setelah pemupukan.
1.
Kondisi benih yang akan ditaburkan harus dalam kondisi sehat, tidak cacat, dan berukuran relatif
sama besar atau panjang (ukurannya seragam)
2.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah, yaitu pada pagi atau sore hari
menjelang malam
3.
Bila benih berasal dari tempat yang jauh dari kolam pemeliharaan, lakukan penyesuaian atau
aklimatisasi agar ikan lele tidak stress dengan cara, kantong plastik atau wadah tempat benih
atau bibit dibiarkan terapung dulu di permukaan kolam selama 10-15 menit
4.
Selanjutnya kantong plastik dibuka, dan ditambah air kolam sedikit demi sedikit sampai
diperkirakan kondisi air sama dengan air kolam. Selanjutnya biarkan bibit atau benih keluar
dengan sendirinya dan masuk ke dalam kolam
Pemeliharaan
1.
2.
Untuk minggu ke-1 sampai ke-2, pakan yang diberikan berupa pakan buatan, yaitu pelet. Pelet ini
dapat dibeli atau membuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada, sehingga anda
dapat menekan biaya operasional. Mengenai pembuatan pelet lele dengan cara HCS dibahas di
bagian selanjutnya dari tulisan ini
3.
Pakan diberikan 3 kali per hari, pagi, sore, dan malam hari. Bahkan menurut para ahli, pemberian
pakan dapat dilakukan secara ad libitum, yaitu jumlahnya tidak dibatasi sampai lele yang
dipelihara kenyang
4.
Pada minggu berikutnya dapat pula ditambahkan pakan alternatif, misalnya berupa daging
bekicot, keong mas atau limbah dari pemotongan hewan
Cara Pembuatan :
1.
Setelah didapat ukuran bahan baku yang pas tersebut di atas, campur semua bahan baku sampai
tercampur benar.
2.
Larutkan SOC 1 tutup (untuk 10 kg bahan) ke dalam air secukupnya dan tambahkan gula pasir
sebanyak 2 sendok makan, lalu diamkan selama 15 menit
3.
Lalu campurkan ke semua bahan sampai rata (gunakan semprotan/sprayer agar lebih merata)
4.
Campur bahan sampai benar-benar merata dan dalam keadaan mamel , kemudian diteruskan
proses fermentasi selama 24 jam.
5.
6.
Agar lebih awet cetak pelet dengan menggunakan gilingan daging dan dijemur sampai kering
pada hari itu juga.
Semua bahan dalam bentuk tepung dan kering kecuali ampas tahu/bungkil kedelai harus dalam kondisi
basah yang berguna sebagai perekat. Ampas tahu dan tepung bulu ayam ini juga berguna agar pelet bisa
mengapung. Tambahkanlah tepung kepala udang untuk membuat ikan lele menyukai pelet tersebut,
karena aroma tepung kepala udang sangat disukai oleh ikan lele. Jika akan menggunakan tepung ikan,
jangan memakai ikan asin tapi pakailah ikan biasa yang dikeringkan untuk kemudian dibuat tepung
Oke cukup sekian dulu tulisan kali ini. Analisa usaha dan jenis serta penanggulangan penyakit pada ternak
ikan lele mudah-mudahan bisa kita bahas pada tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka :
- Pelet Apung Pola HCS anonim
- Lele Sangkuriang, Khairuman & Khairul Amri, Gramedia 2008
- Pertenakanikan blogspot com