Anda di halaman 1dari 38

CONTOH KASUS

M.Djamaludin MG
Bagian Farmakologi
FK-UNJANI

Sasaran Belajar setelah mengikuti kuliah


Farmakologi Obat Sistem Respirasi mahasiswa
mampu:
1. Memahami Klasifikasi OSR
2. Memahami farmakokinetika OSR
3. Memahami farmakodinamika OSR

Kasus 1.
Seorang pasien perempuan usia 25
tahun,datang kepada saudara sebagai dokter
jaga UGD disuatu RS Swasta, dengan keluhan
sesak nafas disertai wheezing, kadang-kadang
batuk yang disertai pengeluaran lendir
berwarna putih bening.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:

Kesadaran compos mentis,mucosa agak


sianosis,suhu badan subfebril, nadi 88/menit.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan sel eosinofilia.
Pada pemeriksaan Radiologis: Lapang
pandang kedua bel
ah paru bersih.

Pertanyaan :
1. Apa diagnosa penyakit yang diderita pasen
tersebut diatas?
2. Swebutkan klasifikasi obvat yang digunakan
pada pasen tersebut? Beri contoh !
3. Bagaimana pencegahan penyakit tersebut?

Kasus ke 2
Seorang pasien laki-laki, usia 40 tahun bekerja di
pabrik pemintalan benang,pasien sering bekerja
hingga larut malam (kerja lembur).
Pasien datang ke Bagian Pulmonologi suatu RS
terbesar di ibu kota provinsi tempat ia tinggal,
dengan keluhan sejak 1 tahun yangg lalu ia sering
mengalami sesak nafas. Sejak 4 hari yang lalu
sesak nafas disertai batuk , dan demam tinggi.

Pada pemeeriksaan fisik ditemukan:


Kesadaran compos mentis,wheezing,suhu
38,5o C.
Pada pemeriksaan lab: ditemukan:
Leukosit 112.500 /mm3.
Eosinofil :
Foto Rontgent paru: Terdapat bercak di hillus
kedeua belah paru.

OBAT-OBAT ANTI ASMA


M.Djamaluddin
Laboratorium Farmakologi
Fakulyas Kedokteran UNANI

KLASIFIKASI.
I. Simpatomimetik =Adrenergik agonis
II. Golongan methylxanthine
III. Kortikosteroid
IV. Antimuskarinik
V. Ketotifen
VI. Anti histamin.
VII. Na-Kromolin.

Simpatomimetik=Adrenergik
Contoh obat golongan ini yang sering digunakan
untuk terapi asthma:
I. Alfa adrenergik = adrenoceptor alfa.
1. Epinephrine
2. Nor-epinephrine
3. Ephedrine
4. Isoproterenol

Adrenoceptor beta-2.
1. Albuterol
2. Terbutalin
3.Metaproterenol
4. Pirbuterol
5. Salmetero;
6. Formoterol

FARMAKOKINETIK
Epinephrine dan nor-epinephrine absorpsinya
tidak baik melalui saluran cerna.
Epinephrine diabsorpsi baik setelah
pemberian s.c. sedangkan NE sebaliknya.
Ephedrine absorpsinya melalui baik
saluranmelalui sauran cerna , sehingga efektif
pada pemberian oral.
Isoproterenol tidak efektif melalui po,
pemberian dianjurkan per-inhalasi.

Albuterol,terbutaline,metaproterenol,pirbuter
ol. salmeterol dan formoterol diberikan
secara inhalasi.
Albuterol dan terbutaline dapat juga diberikan
secara oral.
Walaupun adrenoceptor agonist dapat
diberikan melalui inhalasi, atau per oral atau
parenteral namun per-inhalasi menghaasilkan
efek lokal yang paling besar.

PREPARAT
- Abuterol :Inhalasi 90 ug/puff.
Oral: Tablet 2,4 mg., sirup 2 mg/5 cc
Tablet sr: 4,8 mg.
- Albuterol/Ipatropium:
Inhalant:(103 ug alb+ 18 ug iptr)/puff
- Ephedrine: Oral 25 mg/kapsul.
Parenteral 50 mg/cc.

- Epinephrine : Inhalant 1,10 mg/cc ,nebulizer.


P.e : 0,1 mg/cc dan 1mg/cc.
- Isoproterenol: Inhalant 0,5,1 % & 80,113ug/p.
- Formoterol : 0,65 mg/puff, 0,4.,0,6 % neb.
- Pirbuterol : Inhalant 0,2 mg/puff
- Salmeterol : Inhahalant 0,25 ug., 100,25,500
futicasone+59 ugsameterol.
- Terbutaline : Inhalant 0,2 mg/puff.
Oral 25 dan 5 mg /tablet.

Methylxanthine

Klasifikasi:
1.Theophylline (1,3 dimethylxanthine).
Theobromine (3,7 dimethylxanthine).
3. Caffeine (1,3,7 trimethylxanthine).
Dari theophylline terdapat derivat atau
analognya yaitu: aminophylline & diphylline.

Farmakokinetik
Methylxanyhine
ceat diabsorpsi setelah
pemberian
oral,rektal,atau
parenteral.
Sediaan bentuk cair atau tablet tidak bersalut
akan secara lengkap dan cepat.Demikian jua
untuk
sediaan lepas lambat.Sediaan
theophylline parenteral atau perretal tetap
menimbulkan nyeri saluran cerna,mual dan
muntah.Gejalaq ini berhubungan kadar
theophylline dalam darah.

Iritasi saluran cerna dapat dihindarkan dengan


pemberian bersama makanan,tetapi akan terjadi
penurunan absorpsi theophylline.
Kecepatan maupun jumlah absorpsi bervariasi
pada setiap pasien tergantuing pada
adan/tidak adanya makanan dan waktu
pemberian obat. Pada umumnya adanya
makanan akan memperlambat absorpsi tapi tidak
mempengaruhi derajat besarnya absorpsi.

Diphylline : Oral : 200,400 mg/tablet; 33,3 dan


53,3 mg/5 cc.
Oxtriphylline: Tablet dan elixir.
Pentoxyphylline: Oral: 400 mg/tablet.
Aminophylline : Oral :100,200 mg/tablet; 105
mg/ 5 cc.sirup; 250,500 supp.
Injeksi : 250/10 cc (iv).
Theophylline: Oral:100,125,200,250,300 mg/tablet;
100,200 mg/kapsul; & sirup.

Antimuskarinik
Ipatropium bromide: Merupakan sintesis
merthylatropine.
Farmakokinetik: Diserap melalui mukosa
saluran nafas dan langsung bekerja opada otot
polos bronchus sehingga terrlihat efeknya
setelah 30-90 menit. Obat yang tertelan ketika
disemprotkan
umumnya kana ditemukan
kembali dalam feses.

Kortikosteroid
Obat ini telah diunakan sejak th. 1950.
Farmakokinetik:Kortisol dan analog sintetiknya
diabsorpsi dari saluran cerna setelah
pemberian oral. Untuk mencapai kadar tinggi
dengan cepat dalam cairan tubuh, ester
kortisol dan derivatnya diberikan secara
iv.Untuk mendapatkan efek yang lama kortisol
dan esternya diberikan secara im.

Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit,


sakus konjungtiva dan ruang sinovial.
Metabolisme teroid terjadi didalam dan diluar
hati.Metabolitnya merupakan senyawa inaktif
dan berpotensi rendah.
Ekskresi terjadi merlalui urine.
Waktu paruh : 1,5 jam.

Preparat aerosol.

Beclamethasone: 40,80 ug/puff dalam 200 dosis.


Budesinude : powder 160 ug/activation.
Flunisonide :250 ug/puff dalam 1200 dosis
Fluticasone :4,110, 220 ug/puff / dalam 120
dosis
Fluticasone/Salmeterol :100,250,500 ug +50 ug
Tramsinolone: 100 ug/puff dalam 240 dosis.
Methylprednisolon : Oral 4,8,16 mg/tablet.

Cromolyn & Nedocromil


Sodium cromolyn :
Obat ini hampir tidak diabsorpi dari saluran cerna
karena itu obat ini dierikan secara inhalasi dalam
bentuk powdern atau aerosol.
Nedocromil:
Obat ini bioavailibilitasnya sangat rendah dan hanya
tersedia dalam bentuk aerosol.
SC: 800 ug/puff/200 dosis.
NC: 1,75 ug/puff dalam 112 dosis

Dosis : Zileuton 600 mg/4 kali pemberian


Zafirlukast 20 mg, 2 kali sehari.
Montelukast 10 mg, sekali sehari
Zileuton makin sedikit diresepkan karena
membutuhkan 4 kali pemberian dan
menimbulkan intoksikasi hati.

Obat asma lainnya


1. Anti IgE Monoclonal Antibodi (Omalizumab).
2. Calcium Channel Blocker (Nifedipine).
3. Nitric oxiddonors
Dosis dan pemberian Omalizumab: 202,5 mg
powder untuk injeksi SC.

ANTITUSIF
Klasifikasi:
A. Antitusif yang bekerja sentral.
1. Opiate
-Codein
-Dextrometorphane
-Hydrocodone
2. Non-Opiate.
-Carbetaphene
-Caramiphene

Pipazethate
Silomat

Antitusif yang bekerja perifer


Anestesi terhadap reseptor pulmonal
- Benzonathate

ANTITUSIF
-

Codeine
Merupakan analgetik antipiretik, sebagai antitusif
Efektif untuk batuk non produktif, batuk iritatif
Dosis :
> Anak : 1 mg/ th, 3-4 X sehari
> Dewasa : 10-20mg 3-4 X sehari
- Efek samping : mual, muntah, odiosinkrasi, pusing,
ketergantungan, sembelit
- Kontraindikasi : asma bronkiol, emfisema paru, trauma
kepala, tekanan tinggi intrakranial, alkoholoisme akut,
paska oprasi empedu
- Preparat : tablet 10, 15 dan 20 mg.

DEXTROMETORPHAN
- Merupakan senyawa d-3-methoxy-N-Methilmorphinan
- Isomer

codein,

sinetik,

bekerja

dengan

cara

meningkatkan ambang batas batuk, efektifitas serupa


codein

- Tidak memiliki efek analgetika


- Tidak menimbulkan efek samping seperti codein

- Preparat : tablet 2.5, 5, 7.5, 15 mg dosis 3 4 X sehari

NOSCAPINE
- Antitusif operatif
- Bukan merupakan analgetik
- Dosis 15 30 mg
- Tidak menimbulkan adiksi

MUKOLITIK-EKSPEKTORANT

GlisGeril guajakolat
- Dosis : 100 mg

KI
-

Merupakan ekspektoran
Dosis : 300 600 mg

BROMHEKSIN
- Merupakan derivat sintetik dari zat aktif vasicine
- Pada penelitian pra-klinis meningkatkan sekresi serus dari bronchus,
memperbaiki
transportasi
mucus,
mengencerkan
mucus,
mengaktifkan epitel bersilia
- Memiliki efek sekretolitik dan sekretomotor
- Kontraindikasi : hipersensitif terhadap obat ini
- Efek samping : Alergi
- Interaksi obat : meningkatkan kadar amoksisilin, sefuroksin,
eritromisin dan doksisiklin bila diberikan bersama bromheksin
- Penelitian kedokteran menyatakan bahwa bromheksin merupakan :
antitusif, bronkhodilator, expektoran, mukolitik

ASETILSISTEIN
- Memiliki efek pengenceran mucus melelui aktifitas gugus sulfidril
bebas pada secret mucoid.
- Indikasi :
>penyakit dalam :bronkhitis, emfisema
>penyakit bedah : profilaktis dan pengobatan komplikasi
bronkopulmoner dengan mucostasis
>Pulmonologi : kataral bronkial yang menyertai tbc paru
Efek samping : efek minimal pada saluran cerna
Preparat : kapsul (200 mg), kantung (100/ 200 mg yang
ditambahkan eksipien q.s 3 / 5 gram )

AMBROKSOL
- Memiliki efek mukolitik dan sekrtolitik
- Meningkatkan pembersihan sekresi yang tertahan pada sluran nafas
dan menghilangkan mucus statis
- Indikasi : Penyakit saluran nafas akut dan kronis disertai sekresi
bronkus abnormal pada bronkhitis kronik
- Efek samping : Alergi, efek samping terhadap saluran cerna
- Peringatan : pemakaian pada wanita hemil trimester 1 tidak
dianjurkan
- Kontraindikasi : hipersentifitas terhadap ambroksol
- Interaksi obat : dapat terjadi interkasi obat dengan glikosida jantung,
kortikosteroid, bronkhospasmik, diuretik dan anbiotik.

Antihistamin
( H1 receptor Antagonist)
Antihistamin petama kali idemontrasikan pada tahun
1937 leh Bovet, kemudian pada tahun 1944 Bovet dan
kawan-kawan mulai meresepkan untuk pertama kali
pyrilamine maleat.

Farmakokinetik:
H1 antagonist diabsorpsi darisaluran cerna setelah
pemberian oral.Konsentrasi plasma tercapai dalam 2
sampai 3 jam sedangkan lama kerhja obat
berlangsung antara 4 sampai 6 jam atau lebih lama
dari itu tergantung golo
ngan dan jenis
obat.Metabolisme terjadi dalam hati . Ekskresi terjadi
melalui urine sebagian preparat diekskresi juga
melalui feses.

Anda mungkin juga menyukai