Kelompok 9
Di susun oleh :
1. Imaningtyas Ridar
22020112120001
22020112140016
3. Sindi Melianasari
22020112140081
4. Nurul Hidayati
22020112140083
5. Ulya Hikmawati
22020112140021
6. Amanat Buya A
22020112140095
Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
2014
TERAPI OKSIGEN
3. Perdarahan
4. Gagal nafas
5. Gagal jantung
6. Anemia berat
7. Keracunan CO
8. Asidosis
9. Selama dan sesudah pembedahan
10. Klien dengan keadaan tak sadar
C. Kontraindikasi
Tidak ada kontra indikasi absolut :
1. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
2. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal.
3. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan
lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.
Kateter nasal
a. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu
dengan aliran 1 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
1) Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. Dapat digunakan
dalam jangka waktu yang lama.
2) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, teknik
memasukan kateter nasal lebih sulit daripada kanula nasal, dapat terjadi
distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran lebih
dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa
hidung, kateter mudah tersumbat.
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinu dengan
aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu
24 % - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada
pemberian oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan
pada pasien dengan pernafasan mulut.
a. Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang
bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1
cm, mengiritasi selaput lendir.
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
2) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Tidak memungkinkan
untuk makan dan batuk. Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah. Perlu
pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan
rasa phobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan.
atau
terputar,
menyekap,
perlu
segel
pengikat,
dan
tidak
memungkinkan makan, minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien
muntah terutama pada pasien tidak sadar dan anak-anak.
Biru : 2 : 24
Putih : 4 : 28
Orange : 6 : 31
Kuning : 8 : 35
Merah : 10 : 40
Hijau : 15 : 60
1) Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan
tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban
gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2
2) Kerugian
Kerugian sistem ini adalah dapat terjadi aspirasi bila muntah dan nekrosis
karena sungkup yang terlalu ketat. Harus diikat dengan kencang untuk
mencegah oksigen mengalir kedalam mata. Tidak memungkinkan makan atau
batuk, masker harus dilepaskan bila pasien makan, minum, atau minum obat.
b. Sungkup muka aerosol (Ambu bag) / Bag and Mask / resuscitator manual
Digunakan pada pasien :
Cardiac arrest
Respiratory failure
Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 15 liter, selama resusitasi
buatan, hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi dengan reservoir harus
digunakan untuk memberikan konsentrasi oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan
selang yang bengkok tidak digunakan sebagai reservoir untuk kantong ventilasi.
Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15 liter/menit telah ditunjukkan untuk
pemberian oksigen yang konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100 %. Penggunaan
kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan jaminan visual bahwa aliran oksigen
utuh dan kantong menerima oksigen tambahan. Pengetahuan tentang kantong dan
keterampilan penggunaan adalah vital :
Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan
apakah terjadi distensi abdomen.
Pembersihan
dan
pendauran
ketahanan
kantong.
dan
ventury
mask.
O2 (L/menit)
FiO2
Kanula hidung
1-2
0,21-0,24
0,23-0,28
0,27-0,34
0,31-0,38
5-6
0,32-0,44
4-6
0,24-0,28
8-10
0,35-0,40
8-12
0,50
5-6
0,30-0,45
7-8
0,40-0,60
0,35-0,75
10
0,65-1,00
4-10
0,40-1,00
Venturi
Simpel
Rebreathing
Non rebreathing
b. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse oksimetri untuk
menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil jika : Nilai PaO2
dan PaCO2 yang diharapkan tercapai : PaO2 = ( 4 5 ) x FiO2.
c. Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung , mukosa hidung
terhadap iritasi.
d. Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya terapi oksigen
yang lain.
e. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada pasien .
f. Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau berapa FiO2 yang
diberikan.
I. Komplikasi
1. Kerusakan pada paru : Tergantung konsentrasi oksigen yang diberikan ,
Tergantung pada lama pemberian
2. Efek neurologi : Kejang kejang karena tekanan intrakranial meningkat
3. Fibro plasia retrolental : Kebutan pada bayi prematur yang mendapat erapi
oksigen
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa Indonesia, Vol. 8.
Jakarta : EGC.
2. Muttaqin, Arif. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
3. Harahap, Ikhsanudin. 2004. Terapi Oksigen dalam Asuhan Keperawatan. Universitas
Sumatera Utara : Program Studi Ilmu Keperawatan.
4. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. Jakarta : FKUI.
5. Potter & Perry. 2000. Fundamental Keperawatan Edisi IV Vol. 1. Jakarta : EGC
6. Ganong, F. William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta : EGC.
7. Rogayah, R. 2009. The Principle Of Oxigen Therapy. Departemen Pulmonologi Dan
Respiratori FK UI. Jakarta : FKUI.