Anda di halaman 1dari 15

Terapi Oksigen

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat

Kelompok 9
Di susun oleh :
1. Imaningtyas Ridar

22020112120001

2. Linda Riana Putri

22020112140016

3. Sindi Melianasari

22020112140081

4. Nurul Hidayati

22020112140083

5. Ulya Hikmawati

22020112140021

6. Amanat Buya A

22020112140095

Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
2014

TERAPI OKSIGEN

A. Pengertian Terapi Oksigen


Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. (Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005)
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi
oksigen dalam ruangan adalah 21 %, (Brunner & Suddarth,2001)
Tujuan diberikannya terapi oksigen adalah :
1. Memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya
bernafas dan mengurangi stres pada miokardium
2. Untuk mengatasi keadaan klien yang mengalami hipoksemia (kekuragan oksigen)
3. Untuk menurunkan kerja pernafasan
4. Untuk menurunkan beban kerja otot jantung (miokard)

B. Indikasi diberikannya terapi oksigen


Berdasarkan tujuan diberikannya terapi oksigen yang telah disebutkan diatas, maka
indikasi diberikannya terapi oksigen adalah sebagai berikut :
1. Pasien hipoksia
2. Klien dengan kadar oksigen arteri (PaO2) menurun
3. Kerja pernafasan meningkat (laju nafas meningkat, nafas dalam, bernafas dengan otot
tambahan)
4. Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)
5. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
6. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal
7. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.
8. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.
9. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah
Sesuai dengan indikasi utama, maka terapi oksigen cocok diberikan kepada klien dengan
gejala :
1. Sianosis
2. Hipovolemi

3. Perdarahan
4. Gagal nafas
5. Gagal jantung
6. Anemia berat
7. Keracunan CO
8. Asidosis
9. Selama dan sesudah pembedahan
10. Klien dengan keadaan tak sadar

C. Kontraindikasi
Tidak ada kontra indikasi absolut :
1. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
2. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal.
3. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan
lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.

D. Syarat-syarat pemberian terapi oksigen


Syarat-syarat pemberian terapi oksigen adalah :
1. Konsentrasi oksigen udara inspirasi dapat terkontrol
2. Tidak tejadi penumpukan karbondioksida
3. Mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah
4. Efisien dan ekonomis
5. Nyaman untuk pasien

E. Metode Pemberian Oksigen


Metode pemberian oksigen dapat dibagi atas 2 teknik, yaitu :
1. Sistem aliran rendah
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe
pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian oksigen sistem aliran
rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen tetapi masih mampu
bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml
dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali per menit.

Contoh sistem aliran rendah ini adalah :


Low flow low concentration :

Kateter nasal

Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong.

Low flow high concentration

Sungkup muka sederhana.

Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

a. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu
dengan aliran 1 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
1) Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. Dapat digunakan
dalam jangka waktu yang lama.
2) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, teknik
memasukan kateter nasal lebih sulit daripada kanula nasal, dapat terjadi
distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran lebih
dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa
hidung, kateter mudah tersumbat.

Gambar. Kateter nasal

b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinu dengan
aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu
24 % - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada
pemberian oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan
pada pasien dengan pernafasan mulut.
a. Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang
bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1
cm, mengiritasi selaput lendir.

Gambar. Kanula Nasal

c. Sungkup muka sederhana (simple mask)


Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan alat
pemberian oksigen jangka pendek, kontinu atau selang seling. Aliran 5 8
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 60%. Masker ini kontraindikasi pada
pasien dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran
O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari masker.
1) Keuntungan

Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
2) Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Tidak memungkinkan
untuk makan dan batuk. Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah. Perlu
pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan
rasa phobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan.

Gambar. Simple Mask

d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing (rebreathing mask)


Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35 60% dengan
aliran 6 15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Udara ekspirasi
sebagian tercampur dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong akan
terisi saat ekspirasi dan hampir menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke
pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong
dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang kapas kering
pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit.
1) Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana dan tidak
mengeringkan selaput lendir.
2) Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen bisa
terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran yang

rendah dapat menyebabkan pasien akan menghirup sejumlah besar


karbondioksida. Pasien tidak memungkinkan makan minum atau batuk dan
menyekap, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat.

e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing (non-rebreathing mask)


Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi mencapai 90
% dengan aliran 6 15 liter/mnt. Pada prinsipnya udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi, udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui
satu atau lebih katup, sehingga dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi.
Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang
antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang
kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk
mencegah iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes dengan total.
1) Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100% dan tidak mengeringkan
selaput lendir.
2) Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong oksigen bisa
terlipat

atau

terputar,

menyekap,

perlu

segel

pengikat,

dan

tidak

memungkinkan makan, minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien
muntah terutama pada pasien tidak sadar dan anak-anak.

Gambar. Non Rebreathing Mask

2. Sistem aliran tinggi


Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh
tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang
lebih tepat dan teratur.
Adapun contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu :
a. Sungkup muka venturi (Ventury mask)
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi
yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga
memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah
ditetapkan. Masker venturi menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara
seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan
oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa
gas tersebut bersama karbondioksida yang dihembuskan. Prinsip pemberian O2
dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang
kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan
negatif, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih
banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14 L/mnt dengan konsentrasi 30
55%.
Menurut Standar Keperawatan ICU Dep.Kes RI. tahun 2005, estimasi FiO2 venturi
mask merk Hudson
Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )

Biru : 2 : 24

Putih : 4 : 28

Orange : 6 : 31

Kuning : 8 : 35

Merah : 10 : 40

Hijau : 15 : 60

1) Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan
tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban
gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2
2) Kerugian

Kerugian sistem ini adalah dapat terjadi aspirasi bila muntah dan nekrosis
karena sungkup yang terlalu ketat. Harus diikat dengan kencang untuk
mencegah oksigen mengalir kedalam mata. Tidak memungkinkan makan atau
batuk, masker harus dilepaskan bila pasien makan, minum, atau minum obat.

Gambar. Ventury mask

b. Sungkup muka aerosol (Ambu bag) / Bag and Mask / resuscitator manual
Digunakan pada pasien :

Cardiac arrest

Respiratory failure

Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 15 liter, selama resusitasi
buatan, hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi dengan reservoir harus
digunakan untuk memberikan konsentrasi oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan
selang yang bengkok tidak digunakan sebagai reservoir untuk kantong ventilasi.
Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15 liter/menit telah ditunjukkan untuk
pemberian oksigen yang konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100 %. Penggunaan
kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan jaminan visual bahwa aliran oksigen
utuh dan kantong menerima oksigen tambahan. Pengetahuan tentang kantong dan
keterampilan penggunaan adalah vital :

Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT ).

Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi

Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak.

Hal hal yang harus diperhatikan :

Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan
apakah terjadi distensi abdomen.

Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru.

Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau


spasme bronkus yang memburuk.

Syarat syarat Resusitator manual :

Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi akut.

Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi


terhadap muntah / darah yang dapat mengakibatkan aspirasi.

Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut.

Pembersihan

dan

pendauran

ketahanan

kantong.

Large Volume Aerosol Sistem.


Bahaya : Penumpukan air pada aspirasi bila muntah serta nekrosis karena
pemasangan sungkup muka yang terialu ketat.

Gambar. Ambu bag

Gambar. Perbedaan simple mask,


rebreathing mask, non-rebreathing
mask,

dan

ventury

mask.

F. Cara Menentukan Kebutuhan Konsentrasi Oksigen


Menentukan kebutuhan konsentrasi oksigen:
PAO2 = {(PB PH2O) x FiO2} (1,25 x PaCO2 astrup)
= (713 x x FiO2) (1,25 x PaCO2 astrup)
Alat yang digunakan

O2 (L/menit)

FiO2

Kanula hidung

1-2

0,21-0,24

0,23-0,28

0,27-0,34

0,31-0,38

5-6

0,32-0,44

4-6

0,24-0,28

8-10

0,35-0,40

8-12

0,50

5-6

0,30-0,45

7-8

0,40-0,60

0,35-0,75

10

0,65-1,00

4-10

0,40-1,00

Venturi

Simpel

Rebreathing

Non rebreathing

G. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan


a. Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan pengetahuan,
penurunan kelemahan, penurunan frekuensi nafas, perubahan warna kulit,
peningkatan saturasi oksigen.

b. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse oksimetri untuk
menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil jika : Nilai PaO2
dan PaCO2 yang diharapkan tercapai : PaO2 = ( 4 5 ) x FiO2.
c. Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung , mukosa hidung
terhadap iritasi.
d. Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya terapi oksigen
yang lain.
e. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada pasien .
f. Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau berapa FiO2 yang
diberikan.

H. Resiko Pemberian Oksigen


Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan
efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klien dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,
membukan alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik
tanpa Ground.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada
klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
3. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu
relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi
dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.
Tanda dan gejala keracunan oksigen :
a. Terjadi penurunan vital capacity (Vc)
b. Paraesthesia, sakit sendi, mual dan muntah
c. Atelectesia
d. Perubahan mental dan ganguan penglihatan

I. Komplikasi
1. Kerusakan pada paru : Tergantung konsentrasi oksigen yang diberikan ,
Tergantung pada lama pemberian
2. Efek neurologi : Kejang kejang karena tekanan intrakranial meningkat
3. Fibro plasia retrolental : Kebutan pada bayi prematur yang mendapat erapi
oksigen

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa Indonesia, Vol. 8.
Jakarta : EGC.
2. Muttaqin, Arif. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
3. Harahap, Ikhsanudin. 2004. Terapi Oksigen dalam Asuhan Keperawatan. Universitas
Sumatera Utara : Program Studi Ilmu Keperawatan.
4. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. Jakarta : FKUI.
5. Potter & Perry. 2000. Fundamental Keperawatan Edisi IV Vol. 1. Jakarta : EGC
6. Ganong, F. William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta : EGC.
7. Rogayah, R. 2009. The Principle Of Oxigen Therapy. Departemen Pulmonologi Dan
Respiratori FK UI. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai