Universitas Indonesia
1
Nancy K. Kubasek. Environmental Law, (New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2005), hal. 32.
Page | 1
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .
Universitas Indonesia
mengurangi lebih banyak jumlah emisi daripada negara-negara Annex II atau Annex III.
Target pengurangan emisi gas rumah kaca di seluruh dunia ialah 5,2 persen disamakan
dengan tahun 1990. Batas reduksi masing-masing negara berbeda-beda tergantung dari
tingkat emisi yang mereka keluarkan. Protokol Kyoto ditandatangani pada tanggal 11
Desember 1997 dan mulai diterapkan pada tanggal 16 Februari 2005. Hingga kini, Salah satu
negara besar yang paling signifikan pengaruhnya untuk mewujudkan misi Protokol Kyoto
dengan mengurangi emisi dunia adalah Amerika Serikat (AS). Amerika Serikat, selaku
penyumbang emisi terbesar dunia 2 , hingga kini belum meratifikasi Protokol Kyoto.
Menanggapi penolakannya ini, mantan Presiden AS, Presiden Bush mengatakan, Kyoto
Protokol hanya akan membahayakan kondisi perekonomian dan kondisi perburuhan mereka 3.
Pemaksaan pengurangan emisi akan menyebabkan produktivitas industri Amerika Serikat
menurun, di mana penurunan produktivitas ini kemudian akan mengakibatkan munculnya
penurunan upah buruh, yang lantas berdampak pada buruknya standar kehidupan rakyat
Amerika secara keseluruhan. Sehingga dapat disimpulkan alasan pertama Amerika Serikat
tidak mau meratifikasi Protokol Kyoto adalah karena Protokol Kyoto dinilai akan
menghancurkan kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial rakyat Amerika Serikat. Penolakan
AS tersebut juga terjadi pada beberapa negara lain yang juga menolak untuk meratifikasi
Protokol Kyoto, seperti misalnya Cina yang juga beralasan Protokol Kyoto akan
membahayakan kehidupan perekonomian Cina. Banyaknya penolakan yang terjadi ini
menyebabkan Protokol Kyoto menjadi tidak efektif karena tidak berhasil mewujudkan
tujuannya untuk mengurangi tingkat emisi di dunia, sehingga kemudian diadakanlah
pertemuan UNFCCC berikutnya pada tahun 2007 di Bali, masih dalam rangka menyatukan
komitmen negara-negara dunia untuk bersama-sama mengurangi tingkat emisi karbonnya.
Sebagai negara yang menjadi host penyelenggara pertemuan UNFCCC tahun 2007
lalu, Indonesia tentunya memegang peranan penting. Sejak pertemuan UNFCCC di Bali
2
Steve Corner, Scientists Condemn US as Emissions of Greenhouse Gases Hit Record Level.
http://www.independent.co.uk/news/science/scientists-condemn-us-as-emissions-of-greenhouse-gases-hit-reco
rd-level-474742.html, diakses pada 17 Desember 2008, pukul 22.01.
3
Cabel News Network. Bush Firm Over Kyoto Stance, http://edition.cnn.com/2001/US/03/
29/schroeder.bush/index.html, diakses pada 17 Desember 2008, pukul 22.11.
Page | 2
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .
Universitas Indonesia
tersebut, Indonesia telah menunjukkan komitmennya yang besar dalam mengurangi tingkat
emisi karbon dunia. Secara nasional, Indonesia menargetkan mengurangi emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) sebesar 26% pada tahun 2020. Komitmen Indonesia itu dimuat dalam dokumen
Second National Communication (SNC) yang ditandatangani di Hotel Borobudur, Jakarta
pada 23 November 2009 lalu. Adapun, komitmen tersebut sekaligus menegaskan pernyataan
Presiden SBY pada pertemuan G-20 di Pittsburgh, USA beberapa waktu lalu. SNC sendiri
adalah dokumen yang memuat kegiatan Adaptasi dan Mitigasi yang akan dilakukan
Indonesia untuk mengantisipasi perubahan iklim. 4 SNC inilah yang akan dibawa oleh
Indonesia ke Kopenhagen untuk dilaporkan ke UNFCCC. Dalam SNC, Indonesia
menyebutkan bahwa target Indonesia untuk menurunkan emisi GRK adalah sebesar 26%
dalam kondisi business as usual (BAU). Artinya, Indonesia akan melakukan pengurangan
emisi GRK dengan upaya sendiri melalui program mitigasi dan adaptasi yang dilakukan.
Dalam SNC juga disebutkan bahwa Indonesia dapat menurunkan emisi GRK sampai 41
persen dengan skenario ada bantuan teknologi dan pendanaan internasional.5 Proposal inilah
salah satu yang akan diperjuangkan Indonesia di Copenhagen. Lebih lanjut lagi, perjuangan
Indonesia yang lebih besar adalah menggolkan Bali Road Map menjadi sebuah kesepakatan
internasional yang bersifat mengikat (legally binding agreement). Adapun, penurunan emisi
GRK sebesar 26 persen termasuk angka yang sangat optimistis. Dari 26 persen itu,
rencananya 14 persen adalah penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan. 6 Angka ini
rencananya dapat dicapai dengan asumsi bahwa pada tahun 2010, penebangan ilegal bisa
ditekan menjadi nol; di mana hal ini merupakan asumsi yang sangat ambisius mengngingat
konon saat ini dari total produksi hasil hutan Indonesia, 50% masih termasuk kasus
penebangan ilegal.7 Akan tetapi, Indonesia optimis penebangan ilegal bisa ditekan. Menurut
Kepala Negara, perbaikan iklim dan pengurangan emisi di Indonesia kuncinya terletak pada
pembenahan hutan nasional yang memang merupakan hutan terluas dan strategis bagi dunia.8
Masih terkait pengendalian emisi GRK, Indonesia menargetkan program pembangunan
4
Togar Silaban, Amunisi Apa yang Dibawa Indonesia ke Copenhagen (COP 15)? http://www.togarsilaban.com/
2009/11/24/amunisi-apa-yang-dibawa-indonesia-ke-copenhagen-cop-15/, diakses pada 15 Desember 2009,
pukul 19.44.
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid.
8
Irsad Sati, Anggota APEC Konsolidasikan Copenhagen Summit. http://web.bisnis.com/umum/sosial/
1id146854.html, diakses pada 16 Desember 2009, pukul 18.09.
Page | 3
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .
Universitas Indonesia
pembangkit listrik 10.000 MW yang menggunakan batu bara akan dikurangi sebesar 25%. 9
Sebagai gantinya, pembangkit listrik tersebut akan menggunakan sumber energi geotermal,
mikro hidro dan energi arus laut (tidal wave energy).
karbonnya pada usaha-usaha reforestasi dan penghijauan hutan. Adapun, Indonesia akan
menunjukkan keberhasilan proyek REDD di Jambi, Kalimantan Tengah, dan Jawa Timur
13
untuk menunjukkan komitmennya menyelamatkan lingkungan, serta mengajak
negara-negara lain agar turut mempraktikkan proyek REDD di wilayahnya masing-masing.
13
Hal tersebut disampaikan Hadi Haryanto, delegasi Indonesia pada Copenhagen Summit, lihat Ibid.
Page | 5