GIGITIRUAN CEKAT
Gigitiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada
gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis
restorasi ini telah lama disebut dengan gigitiruan jembatan.5
2.1.1 Komponen-komponen Gigitiruan Cekat6
Gigitiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik,
retainer, konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang.
Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahanbahan ini.
Beberapa macam bentuk pontik :
a. Tidak kontak dengan mukosa
dasar mukosa bagian labial atau bukan saja atau bagian palatal
atau lingual menggantung
Conical pontik
perlekatan
intracoronal
yang
memungkinkan
derajat
pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya atau gigi
kecil
c. Cantilever bridge
Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment.
Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan.
gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi atau
penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung ini dapat dari berbagai
panjang, tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi
yang hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi
pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan
satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.
e. Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu
menjadi suatu kesatuan.
2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pemakaian GTC.1
2.2
JARINGAN PERIODONTAL
2.3
Desain gigitiruan yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan pengaruh buruk pada
beberapa jaringan di rongga mulut, terutama pada jaringan gingiva, misalnya :
a. Tidak adanya rest, dan rest yang jelek atau patah karena preparasi yang tidak cukup,
umumnya dapat mengakibatkan migrasi dari komponen-komponen logam ke apikal
sehingga terjadi gingivitis hiperplasia. Jika migrasi dibiarkan berlanjut, maka dapat terjadi
dehiscence dan penetrasi akar..11
b. Celah antara lengan cengkram dan tepi gingiva menyebabkan makanan terperangkap dan
meningkatkan kemungkinan besar pembusukan makanan dan gingivitis.11
Gingivitis
Gingivitis adalah penyakit yang paling sering terjadi, baik dalam bentuk akut maupun
kronis, dan biasanya disebabkan oleh plak bakteri. Peradangan jaringan periodontal yang disebut
periodontitis dapat disebabkan karena masuknya kuman melalui tepi gingiva langsung atau
merupakan kelanjutan dari peradangan gusi yang tidak dirawat. Selain dari peradangan gingiva,
trauma oklusi, atropi periodontal dan manifestasi penyakit sistemik juga dapat terjadi. Trauma
oklusi hampir selalu terjadi bersamaan dengan peradangan gusi. Trauma oklusi menghasilkan 2
macam gejala klinis, yaitu meningkatnya pergerakan gigi dan melebarnya ruang periodontal.
Poket periodontal merupakan suatu penyakit unit perlekatan periodontal yang disebabkan oleh
pembesaran jaringan gingiva dan pergerakan perlekatan epitel ke arah apikal sampai kehilangan
perlekatan jaringan ikat dan kadang-kadang sampai kehilangan dukungan tulang alveolar.3
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan
penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi tiruan sebagian dapat
dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh
pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen).
Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan
bridge.
Crown Prosthetic adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang penggantian gigi
asli sebagian atau seluruhnya dengan satu crown pengganti. Crown adalah suatu restorasi berupa
crown penuh atau sebagian dari satu gigi yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau
kombinasi.
Bridge / Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu prothesa (geligi
tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu,
dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar
gigi yang telah dipersiapkan.
Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi dengan rontgen
Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara fisiologis
perawatan gigi
Kondisi Periondisium
Indikasi khusus:
1. Gigi penyangga:
-
2. Gigi antagonis:
-
Oklusi normal
3. Gigi tetangga :
-
PROSEDUR PEMBUATAN
Tahap I
1.
Rencana Awal
Gigi 46 : dilakukan penambalan jaringan karies, tujuannya untuk melindungi dentin dan pulpa &
mencegah pemotongan dinding aksial yang terlalu besar di daerah karies menggunakan bahan tambalan
semen ionomer kaca. Semen ionomer kaca melekat secara kimiawi pada jaringan gigi dan dapat diasah
setelah kira-kira setengan jam.
Gigi 45 : missing, dibuatkan gigi tiruan
2.
Rencana akhir
Gigi 45 yang missing diindikasikan untuk dibuatkan 3 unit fixed-fixed bridge dengan menggunakan
abutment pada gigi 46 dan 44 dari bahan porselen fuse to metal.
Pada gigi 46 : setelah penambalan , akan dibuatkan full crown extra corona retainer dengan bahan
porselen fused to metal
Pada gigi 44 : keadaan gigi migrasi, oklusi normal, akan dibuatkan full crown extra corona retainer,
dengan mengambil sedikit bagian mahkota yang mengarah ke distal dan melebihkan bagian mahkota ke
arah mesial untuk mengkoreksi diastema.
-
Jenis pontik yang akan digunakan adalah ridge laps pontik dengan bahan porselen fused to metal
Tahap II :
Preparasi gigi 46 untuk dibuatkan full crown extra korona
Lagkah-langkah preparasinya yaitu :
Mengurangi permukaan mesial dan distal, gunakan bur intan untuk membuat chamfer,
dimulai pada marginal ridge. Jurusan pemotongan harus sesuai dengan arah jurusan masuk mahkota.
Penggerindaan ini menghasilkan suatu permukaan dinding yang lurus rata sampai ke permukaan gusi.
Untuk mendapatkan retensi gesekan (trictional retention) yang cukup. Permukaan-permukaan tersebut
sebaiknya memiliki kemiringan 5 derajat ke arah permukaan oklusal
Tahap III:
Preparasi gigi 44 (keadaan migrasi ke distal) untuk dibuatkan full crown extra corona retainer
Langkah I : Anestesi Lokal pada gigi 44
Pengurangan permukaan distal lebih banyak karena bagian distal migrasi, bertujuan untuk
mendapatkan ruangan yang cukup untuk pontik dengan menggunakan bur intan. Penggerindaan ini
menghasilkan suatu permukaan dinding yang lurus rata sampai ke permukaan gusi. Untuk mendapatkan
retensi gesekan (trictional retention) yang cukup.
Langkah II : Mengurangi permukaan bukal, menggunakan bur turpedo ,
Langkah III : Pengurangan permukaan lingual , gunakan bur turpedo sampai diperoleh bentuk chamfer.
Langkah IV: Mengurangi permukaan oklusal dengan bur intan bentuk buah pir pada airotor dan buang
substansi gigi 0,5 mm dari permukaan oklusal. Lingir tepi dihilangkan seluruhnya tapi bila tidak
permukaan yang dipreparasi sebaiknya mengikuti konfigurasi tonjol aslinya.
Tahap IV :
Pengecekan hasil preparasi, Paralisme dinding aksial :
-
Bila sudut < 5 pada waktu penyemenan semen tidak dapat keluar
Tahap V:
Teknik Pencetakan / retraksi gingiva: periksa keadaan gigi & karingan lunak sekitarnya harus sehat,
bebas dari radang tepi preparasi harus rapi. Retraksi gingiva adalah Usaha pendorongan gingiva gigi
penyangga ke arah lateral dengan maksud agar tepi akhir preparasi gigi dapat tercetak dengan baik.
Cara Retraksi gingiva:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tahap VI :
Pembuatan cetakan dari gigi yang telah dipreparasi untuk mendapatkan model kerja
Caranya:
1.
Bahan cetak double impression dengan tenik one stage/ phase (direct)
Putty (kotak) : aduk bahan putty, letakkan didasar sendok cetak yang tujuannya untuk
menstabilkan kedudukan sendok cetak didalam mulut, ambil perbandingan 1:1 rubber base : katalis lalu
aduk hingga warna berubah hijau, lalu letakkan pada dasar sendok cetak dan pada daerah yang telah
dipreparasi harus dicekungkan untuk menyediakan bahan yang kedua.
Aduk light body, setelah homogen, masukkan kedalam injeksi kemudian injeksikan ke gigi yang
telah dipreparasi pada mulut pasien, sisanya pada bagian yang dicekungkan tadi.
-
2.
Aduk bahan putty sampai homogen letakkan ke sendok cetak, setelah rata masukkan ke dalam
mulut pasien tanpa melepas crown sementara. Pada bagian anterior gigi yang dipreparasi tidak perlu
dicekungkan. Setelah mengeras ambil sendok cetak tersebut dari mulut pasien, kemudian aduk light
body yang terdiri dari basa dan katalis, setelah homogen masukan ke dalam injeksi kemudian injeksikan
ke gigi yang telah dipreparasi tadi. Masukkan cetakan putty tadi ke dalam mulut. Setelah keras
keluarkan dari mulut pasien.
Tahap VII :
Pemilihan warna gigi : sesuai dengan warna gigi tetangga dengan bantuan pedoman warna (shade
guide) untuk menentukan value (tingkat warna gelap ke terang), chroma(kepekatan warna), hue (merah
atau kuning)
Tahap VIII :
Temporary bridge (Mahkota sementara)
Dilakukan wax up pada work model untuk proses Bridge. Setelah preparasi selesai, maka pasien
dipasangkan mahkota sementara. Selanjutnya lakukan wax up pada model kerja untuk proses bridge,
kemudian dilakukan pemilihan warna gigi yang sesuai dengan gigi asli.
Jembatan sementara yang baik adalah mampu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.
Pelindungan pulpa
2.
Stabilitas kedudukan
3.
Fungsi oklusal
4.
Mudah dibersihkan
5.
6.
7.
Cetak gigi sebelum preparasi, kemudian di preparasi, isi cetakan 1 dengan self curing akrilik, masukkan
catakan 1 ke dalam mulut (pada gigi yang dipreparasi)
2.
Cetakan 1 isi dengan gips (model) , lalu preparasi , cetakan 2 (isi dengan gips/model 2) , lalu masukkan
cetakan 1 pada model 2.
3. Penyemenan jembatan sementara : dengan semen zinc oxide eugenol yang cukup tebal. Dicampur
sedikit vaselin untuk mengurangi kekuatan semen dan akan mempermudah pembongkaran kembali
nantinya. Setelah penyemenan selesai, sisa-sisa semen dihilangkan sebab dapat mengiritasi jaringan
lunak.
Tahap IX :
Proses laboratorium
Pembuatan Die : bagian dari model kerja yang slicing untuk dapat dibuka dan dipasangkan lagi pada
model yang bertujuan untuk membuat mahkota terutama bagian proksimal
Alat :
-
Strock tray
Lekron
Pin
Jarum pentul
Gergaji triplek
Bur bulat
Kuas kecil
Pencil
Bahan :
-
Gips keras
Vaselin
Wax merah
Cara Kerja :
1.
Pencetakan gigi yang telah dipreparasi dengan bahan rubber base (silicon).
2.
Tusukkan jarum pentul pada posisi bukkal atau labial dan palatal atau lingual gigi yang telah
dipreparasi dengan posisi tegak lurus, tandai lebar gigi (bagian proximal).
3.
4.
linggir alveolar).
lingkaran).
Setelah gips keras, tanamkan pin. Posisi harus sejajar dengan jarum pentul.
Gips mengeras, lepaskan jarum pentul dengan menggunakan bur bulat, buat lekukan setengah
lingkaran.
-
5.
6.
Buat pola : garis dengan pensil pada model di sisi mesial dan distal gigi yang diperbaiki
7.
-
Trimming die
Menggunakan bur bulat, trimming tepat di bawah servikal dengan kedalaman 1 mm.
1.
2.
Pengurangan dimensi buko-palatal untu mengurangi beban kunyah (long span bridge)
Pembuatan pontik : dengan jenis ridge lap pontik dengan bahan kombinasi metal keramik
(porselen fused to metal), lalu siapkan kontak bentuk garis antara logam dengan mukosa labial/bukal
berbentuk cembung atau lurus, sifatnya self cleansing
Cara kerja :
1.
Oleskan permukaan preparasi pada die dengan air sabun, tunggu sampai kering.
2.
Panaskan malam.
3.
4.
Pada bridge bentuk pola pontik sesuai dengan bentuk anatomis gigi yang digantikan.
5. Lepaskan pola malam dari dai, letakkan pada model kerja. Pada bridge, dengan bantuan sonde,
sambungkan pontik dengan gigi penyangga.
6.
Periksa hubungan dengan gigi tetangga, pola malam harus mencapai kontak yang baik.
7.
Jika pola malam berkontak berlebihan maka untuk koreksinya taburkan bedak.
Cara kerja :
Model malam atau die ditanamkan di tengah kuvet bawah yang telah diisi gips putih dengan
bagian labial menghadap ke atas.
-
Permukaan gips dan model malam diolesi vaselin sebagai separating medium.
Pasang kuvet atas dan isi dengan gips, dipres agar tidak lepas.
2.
Cara kerja :
Kuvet direbus utnuk mengeluarkan malam atau kuvet yang dipres dan gips sudah mengeras,
dibuka lalu wax dihilangkan dengan mengalirkan air panas.
-
Setelah kuvet dibuka, wax harus sudah tidak ada lagi dalam permukaan gips.
3.
Ruangan cetakan model malam (mould) dan sekitarnya diolesi Could Mould Seal (CMS) tunggu
kering.
-
Tutup bagian atas aklirik dengan selopan atau plastic, tutup dengan kuvet atas, press lalu buka
dan potong kelebihan aklirik dengan pisau model.
4.
5.
1 jam
Keluarkan model (dai) dengan tang potong gips atau gergaji kecil.
6.
Finishing
7.
Membersihkan sisa aklirik dengan bur protesha (cardide bur, disc bur) dan kertas pasir.
Polishing
Menghaluskan, melicinkan, dan mengkilatkan mahkota (stone bur, rubbercup, wool bur dengan
bubuk pumis)
Tahap X:
Pemasangan / insersi dan penyemenan
1. Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan bentuk), kontak
proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi sebelahnya dan tidak boleh menekan gingiva serta
pemeriksaan kontak oklusal dan kontak marginal.
2.
Penyemenan Bridge
a.
Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan , gigi yang akan dipasangi mahkota
bridge juga dikeringkan
b.
Aduk sengan semen spatel, powder mencapai liquid sedikit demi sedikit hingga homogen
Siap masuk ke dalam crown apabila semen ditarik sudah terbentuk benang dan tidak putus
Semenkan ada gigi penyangga dengan ditekankan dan pasien disuruh menggigit kapas
3.
-
Pemakaian dental floss, oral irigating & alat pembersih lainnya yangberfungsi untuk
membersihkan daerah yang sukar terlihat (daerah interdetal/ dasar pontik)
Tahap XI :
Kontrol dilakukan jika terjadi kesalahan atau kegagalan dalam pembuatan bridge
Kegagalan sementasi
2.
3.
4.
5.
Karies
6.
Nekrosis pulpa
BAB V
PROGNOSA
Prognosa baik karena tidak ada kelainan atau penyakit sistemik , dan penyakit alergi lainnya pada
pasien, tidak ada kelainan periapikal, kelainan periodontal, pasien kooperatif dan komunikatif
BAB VI
KESIMPULAN
Pada gigi 45 yang missing, dimana tidak ada kelainan periodontal yang terlihat dari hasil rontgen
diindikasikan untuk dibuatkan fixed-fixed bridge dengan gigi penyangga (abutment) 46 dan 44 karena
berdasar hukum ante (seluruh luas ligamen periodontal gigi penyangga harus sama atau melebihi luas
ligamen periodontal gigi yang hilang.
Pada gigi 46, setelah dilakukan foto rontgen bite wing terlihat perluasan karies sampai dentin
didiagnosa karies media kemudian dilakukan penambalan terlebih dahulu dengan tambalan semen
ionomer kaca.kemudian dibuatkan fullcrown extra corona berbahan porselen fused to metal.
Pada gigi 44 gigi migrasi ke arah distal (ke arah ruang gigi yg missing) dianggap kecondongan tidak terlalu
banyak, sehingga pada preparasi sisi gigi bagian distalnya dibuang tidak lebih dari 50% ketebalan
enamel. Lalu dibuatkan full crown extra corona berbahan porselen fused to metal, bentuk mahkota
disesuaikan bentuk anatomis giginya sehingga mampu menutupi bagian yang diastema dengan gigi 43.
Porselen fused to metal sebagai bahan bridge pada kasus ini karena dinilai lebih baik estetisnya dan kuat
serta diharapkan memunyai prognosa yang baik. Pada kasus ini jenis pontik yang digunakan adalah ridge
laps pontik untuk mendapatkan self cleansing dan estetis baik.