Anda di halaman 1dari 32

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

CRITICAL HYPERTENSION
Dosen : Ns, Arif Adi Setiawan, S.Kep.,C.PT

Disusun Oleh
NI PUTU GITA LEONTARI ADHI MERTA
04.11.3089

KONSENTRASI INSTRUMENTASI DAN OPERATOR BEDAH


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2014

LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial
(hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn
E. Doenges, dkk, 1999).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari
120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan
tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung
atau pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh
darah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan
darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas

160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki
batasan masing masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila
tekanan darah waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya
> 145/90 mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya
tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
B. Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini
terbagi 2 jenis :
a) Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan
darah melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan
fungsi organ, seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih
rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan
organ atas yang sudah nyata timbul.
b) Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg)
tetapi belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan
dalam hitungan menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan
hari dengan obat oral.
Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :
a) Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja
jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90

95%) penderita termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga


didapat terjadi karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.
b) Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit sistemik lainnya, misalnya seperti kelainan hormon,
penyempitan pembuluh darah utama ginjal, dan penyakit sistemik
lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22). Sekitar 5 10% penderita
hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1
2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
misalnya pil KB (Elsanti, 2009 : 114 ).
Kebanyakan pasien pada hipertensi primer tidak ada sebab spesifik
yang dikenal untuk peningkatan tekanan arteri. Pasien dengan hipertensi
sistemik yang penyebabnya tidak diketahui sekitar 95%. Sebagian besar
pasien hipertensi tidak mempunyai etiologi spesifik yang dapat dikenali.
Individu dengan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dapat dikatakan
menderita hipertensi esensial, suatu istilah yang sekarang dinamai sebagai
hipertensi sebab idiopatik.
Pasien dengan hipertensi sekunder 5-10% mengalami hipertensi
arterial, bisa diidentifiksi suatu sebab yang dapat dikenali/penyakit yang
dikenali. Orang ini dikatakan menderita bentuk sekunder dari hipertensi,
berbeda dengan pasien yang menderita apa yang dialami hipertensi
esensial/primer (Bustan, 1997).
C. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003)
Klasifikasi
Normal

Tekanan Sistolik (mmHg)


<120

Tekanan Diastolik (mmHg)


<80

Prehipertensi
Hipertensi
stage I
Hipertensi

120-139
140-150

80-89
90-99

>150

>100

stage II
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:
Kategori
Optimal
Normal
Tingkat I (hipertensi ringan)
Sub group: Perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi Berat)
Hipertensi Sistol terisolasi
Sub group: Perbatasan

Sistol (mmHg)
<120
<130
140-159
140-149
160-179
>180
>140
140-149

Diastol (mmHg)
<80
<85
90-99
90-94
100-109
>110
<90
<90

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia


Kategori
Sistol (mmHg)
Normal
<120
Pre Hipertensi
120-139
Hipertensi Tahap I
140-159
Hipertensi Tahap II
160
Hipertensi
Sistol
140

Dan/Atau
Dan
Atau
Atau
Atau
Dan

Diastol (mmHg)
<180
80-89
90-99
100
<90

Terisolasi
D. Etiologi
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen
d.
e.
f.
g.
h.

pembuluh darah
Meminum obat antihipertensi tidak teratur
Stress
Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
Obesitas
Merokok

i. Minum alkohol
E. Manifestasi Klinis
Gejala hipertensi dapat berupa sakit kepala yang parah, khususnya
bagian kepala dan samping kepala, ingatan yang lemah, bunyi-bunyi di
kepala, sesak nafas, insomnia, kegugupan, kepeningan dan kadang-kadang
ada darah dalam urine. Pembengkakan pergelangan kaki juga merupakan ciri
umum adanya tekanan darah tinggi. Gejala semacam ini hanya terjadi pada
penderita tekanan darah tinggi yang berkepanjangan.
Ada berbagai penyebab meningkatnya tekanan darah, antara lain
dalam bahaya, gairah, marah, dan stres, karena ini mekanisme alamiah untuk
menghasilkan penyediaan darah yang cukup bagi otak.
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi esensial dan tidak tergantung dari tinggi rendahnya
tekanan darah, gejala yang timbul kadang berbeda. Kadang-kadang hipertensi
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadinya komplikasi
pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala seperti
sakit kepala, epistaksis, pusing atau migren, sering ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi esensial. Gejala lain akibat komplikasi hipertensi seperti
gangguan penglihatan, gangguan neurology, gejala payah jantung, dan gejala
lain akibat gangguan fungsi ginjal sering dijumpai. Gangguan serebral akibat
hipertensi dapat berupa kejang, atau gejala-gejala akibat perdarahan
pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan
sampai koma .
F. Faktor Resiko Hipertensi
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol antara lain :

a) Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Orang tua dengan
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi (soesanto, 2001). Perubahan genetis dapat
menyebabkan perubahan pada membran sel sehingga terjadi kontriksi
fungsionil dan hipertrofi struktural, akibatnya terjadi peningkatan
tekanan darah.
b) Umur
Umur diatas 50 tahun terjadi perubahan fungsional dari sistem
pembuluh darah perifer terhadap perubahan tekanan darah, seperti :
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, penurunan relaksasi
otot-otot polos pembuluh darah, penurunan elastisitas pembuluh
darah, penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume darah,
penurunan volume darah sekuncup jantung, peningkatan tahanan
perifer, yang kesemuanya akan menimbulkan peningkatan tekanan
darah. Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Klien yang berumur di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyai
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang
bertambah usianya.

c) Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi
lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko lebih besar terhadap
morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50
tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita karena terjadinya
masa menopause dan menyebabkan Penurunan atau hilangnya kadar
estrogen menyebabkan peningkatan kolesterol. Peningkatan kadar
kolesterol pada wanita terjadi 10-15 tahun lebih lambat dari pada lakilaki. Peningkatan kadar kolesterol merupakan faktor utama dalam
penyebab

arterosklerosis

yang

juga

menyebabkan

terjadinya

hipertensi (medicastore, 2007)


2. Faktor resiko yang dapat dikontrol antara lain :
a) Merokok
Zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dapat merusak sel
endotel pembuluh darah sehingga terjadi jejas dalam pembuluh darah,
yang akan meningkatkan tahanan perifer dan menyebabkan naiknya
tekanan darah.
b) Makanan
Makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol sangat beresiko tinggi
terjadinya aterosklerosis yang merupakan pemicu meningkatnya
tekanan darah. Contoh makanan tinggi lemak : jeroan (hati, otak,
ginjal), selai, mentega, margarin.
c) Psikologis
Stres adalah

respon

seseorang

terhadap

sesuatu

hal

yang

menyebabkan stres (stresor) yang melibatkan semua sistem tubuh,


termasuk sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluha darah),

cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah. Dalam ilmu


psikologi stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak
terpenuhi

secara

adekuat,

sehingga

menimbulkan

adanya

ketidakseimbangan..Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh


darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas
syaraf simpatik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan karakteristik personal.
d) Aktifitas Fisik Tubuh
Semakin kurang melakukan olahraga maka kecenderungan seseorang
untuk menderita tekanan darah tinggi semakin meningkat.
e) Faktor Asupan Garam
Orang-orang yang mengkonsumsi makanan tinggi garam cenderung
menderita tekanan darah tinggi.
f) Alkohol
Akan merusak sel endotel pembuluh darah atau dapat juga
mengakibatkan peningkatan intake cairan terhadap sodium/natrium
sehingga pengurangan filtrasi(penyaringan) ginjal. Natrium akan
menahan cairan dan akan meningkatkan tekanan darah.
g) Kegemukan (Obesitas)
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat
badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun
normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan
seiring peningkatan umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah
sesuai peningkatan umur. Obesitas dapat meningkatkan tekanan darah

karena obesitas terjadi hiperinsulinemis yang dapat menyebabkan


hipertrofi structural dan dapat terjadi peningkatan tekanan darah.
h) Gaya Hidup
Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji (fastfood) yang
beresiko terhadap obesitas dan hipertensi.
i) Pil KB
Risiko meningkat dengan lamanya pakai yaitu meningkat lima kali di
bandingkan dengan pemakaian dalam jangka waktu 1 tahun (Bustan,
1997).
j) Geografis
Masyarakat daerah pantai lebih besar risiko menderita hipertensi dari
pada masyarakat pegunungan hal ini berhubungan dengan pola
kebiasaan makan tinggi garam (Bustan, 1997).
k) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula dalam darah sehingga menyebabkan diabetes kehilangan
kendali dalam menghasilkan insulin atau karena kelenjar pankreas
gagal berfungsi. Kadar gula yang tinggi dan berkepanjangan dapat
berakibat naiknya tekanan darah, kadang-kadang tanda pertama yang
tampak

pada

penderita

Diabetes

mellitus

adalah

hipertensi.

Konsentrasi gula yang tinggi dan konstan yang terserap dalam aliran
darah pada akhirnya tidak hanya menyebabkan tekanan darah tinggi
yang konstan, tetapi mungkin juga melemahkan kekuatan pankreas
dalam menghasilkan insulin (Leonard, 1992).
l) Kopi

Pengaruh kopi terhadap kejadian hipertensi belum ditemukan, tapi


kemungkinan besar disebabkan oleh cafeein yang ada dalam kopi
tersebut (Bustan, 1997). Minum banyak kopi dapat meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah (sample, 1992). Batas komsumsi
kopi yang aman belum dapat ditentukan, tetapi diperkirakan 1-5
cangkir sehari (Hull, 1997).
G. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula pada sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat


memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya
merangsang

sekresi

aldosteron

oleh

korteks

adrenal.

hormon

ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan


peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada
sistem perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya
elastisistas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan parifer (Bruner dan Suddarth, 2001).
H. Komplikasi
a. Kerusakan pembuluh darah
b. Stroke
c. Pembesaran dan kegagalan jantung
d. Retinopati hipertensi
e. Gagal ginjal
I. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan pasien hipertensi adalah untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan tingginya tekanan darah

(Chobanian, 2003). Penanganan hipertensi pada tahap awal dilakukan dengan


modifikasi gaya hidup dan tahap selanjutnya adalah farmakologi (Wade,
2003).
a) Nonfarmakologi
1. konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gram garam
dapur untuk diet setiap hari.
2. Menghindari kegemukan (obesitas)
Hindarkan kegemukan (obesitas ) dengan menjaga berat badan
normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika
berat badan lebuh dari 10% berat badan normal.
3. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol
darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi
dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam
dinding pembuluh darah yang dapat menyumbat pembuluh
nadi dan mengganggu peredaran darah.
4. Olah raga teratur
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap
atau menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi.
Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua
sendi dan otot tubuh seperti gerak jalan, perenang, naik
sepeda.

Tidak

dianjurkan

melakukan

olahraga

yang

menegangkan karena dapat menimbulkan hipertensi.


5. Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan
mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat
membantu menurunkan tekanan darah.
6. Tidak merokok dan tidak minum alcohol
7. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau


ketegangan

jiwa.

Relaksasi

dilaksanakan

dengan

mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil


membayangkan

sesuatu

yang

damai,

indah,

dan

menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan


mendengarkan musik, atau bernyanyi.
8. Berusaha membina hidup yang positif
Dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan isi hati dalam
memecahkan masalah, menyediakan waktu istirahat atau
waktu untuk kegiatan santai. Belajar berdamai, mencoba
menolong orang lain serta menghilangkan perasaan iri dan
dengki.
b) Farmakologi
Jenis obat anti hipertensi yang sering digunakan antara lain :
1) Diuretika
Diuretik adalah obat yang memperbanyak kencing,
mempertinggi pengeluaran garam (NaCL). Dengan turunnya
kadar natrium, maka tekanan darah akan turun dan efek
hipotensinya kurang kuat. Obat yang banyak beredar adalah
Spironolactone, HCT Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa blocker
Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa
dan menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan
darah karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek
sampingnya agak kuat. Obat yang termasuk dalam jenis Alfa
Blocker adalah Prazosin dan Terazosin.
3) Beta blocker

Mekanisme kerja obat beta blocker belum diketahui dengan


pasti. Diduga kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung
sehingga mengurangi daya dan frekuensi kontraksi jantung.
Obat yang terkenal dari jenis beta blocker adalah propanolol,
Atenolol, Pindolol dan sebagainya.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan
noradrenalin sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic
perifer dan turunnya tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu
memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang termasuk
dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine, dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding
arteriole sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan
tekanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam jenis ini
adalah Clonidine, Guanfacine, dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme obat antagonis kalsium adalah

penghambat

pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh


dengan efek fasodilatasi dan turunnya tekanan darah. Obat jenis
antagonis Kalsium yang terkenal adalah Nifedipin dan
Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan
cara menghambat angiotensin Converting enzyme yang berdaya
vasokonstriksi kuat. Obat penghambat ACE yang popular adalah
Captopril (Capoten) dan Enalapril.

Pendekatan utama terapi adalah dimulai dari dosis kecil dari


obat-obat yang kurang kuat dan kemudian maju kelangkah-langkah
berikutnya sampai pengendalian tekanan darah tercapai. Adapun
langkah-langkah yang dapat dipertahankan antara lain:

Langkah 1 : dimulai dari dosisi penuh, baik dari jenis


diuretik, thiazide atau beta bloker.

Langkah 2 : Tambah dosis kecil, baik jenis bahan inhibitor


adrenergik atau jenis diuretik thiazide diteruskan sampai
dosis penuh bila perlu, ganti dengan obat pengganti.

Langkah 3 : Tambah vasodilator.

Langkah 4 : Tambah guanethidine.

Pengobatan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip antara


lain:

Pengobatan

hipertensi

sekunder

lebih

mendahulukan

pengobantan kausal, berdasarkan hipertensi esensial ditunjukan untuk


menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan
mengurangi timbulnya komplikasi. Upaya menurunkan tekanan darah
dicapai dengan mengukur obat anti hipertensi, pengobatan hipertensi
adalah pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidup, pengobatan
dengan standard triple therapy menjadi dasar pengobatan hipertensi,
skema pengobatan dengan standard triple therapy tersebut terdiri dari:
diuretik, beta bloker atau golongan penghambat simpatetik dan
vasodilator.

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
5. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri. EKG juga dapat
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
6. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa, serta
mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
7. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
8. Foto dada dan CT scan
Foto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral,
encelopati
K. Komplikasi
Komplikasi hipertensi yang berlanjut tanpa terapi (Murwani: 2008:
76) yaitu
1) Pada ginjal terjadi kerusakan dan dapat menyebabkan hematuri.
2) Pada otak dapat terjadi kelumpuhan sebagian ataupun total.
3) Pada mata dapat terjadi kekaburan atau kebutaan
4) Pada jantung dapat terjadi pembesaran ventrikel kiri dengan / tanpa
payah jantung, infark jantung dan dapat terjadi gagal jantung diikuti
sesak nafas.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
I.
Identitas
a. Nama

b. Jenis kelamin

c. Umur

d. Agama

e. Status perkawinan :
f. Pendidikan terakhir:

II.

g. Pekerjaan

h. Alamat rumah

Riwayat Kesehatan
a. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini

b. Masalah kesehatan keluarga/keturunan

III.

Kebiasaan Sehari-Hari
a. Biologis
1) Pola makan
2) Pola minum
3) Pola tidur
4) Pola eliminasi ( Bak & bab )
5) Aktifitas sehari-hari
6) Rekreasi
b. Psikologis
Keadaan emosi
c.

Social
1) Dukungan keluarga
2) Hubungan antar keluarga
3) Hubungan dengan orang lain

d. Spiritual / cultural
1) Pelaksanaan ibadah
2) Keyakinan tentang kesehatan
e. Pemeriksaan fisik
1) Tanda- tanda vital (S,N,TD,RR)
2) Kesadaran
3) Tinggi badan

4) Berat badan
5) Kebersihan perorangan
a) Kepala ( Rambut, Mata, Hidung, Mulut, Telinga)
b) Leher
c) Dada/thorak (Dada, Paru-paru, jantung)
d) Abdomen
e) Musculoskeletal
f) Keadaan lingkungan

IV.

Data Dasar Pengkajian Klien


1. Aktifitas/istirahat
Gejala

: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup

monoton
Tanda

: frekuensi jantung meningkat, napas cepat

2. Sirkulasi
Gejala

: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner, penyakit pembuluh darah otak


Tanda

: kenaikan tekanan darah


hipotensi postural
Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis
perbedaan

denyut

seperti

denyut

femoralis

melambat sebagai respon kompensasi denyutan

radialis atau brachilis, denyut popliteal, tibialis


posterior, radialis tidak teraba atau lemah.
Denyut apikal: sangat kuat
Frekuensi atau irama : takikardi, disrimia
Bunyi jantung terdengar S2 pada apek, S4 pada
gagal jantung dini.
Mur-mur strenosis valvular.
Desiran vaskuler terdengar di atas karotis ,
femoralis atau epigastrium
Distensi vena jugularis
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin,
pengisian kapiler yang melambat, kulit pucat,
diaforesis, kemerahan.
3. Integritas Ego
Gejala

: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi

dan mudah marah, Stress multipel


Tanda

: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan

perhatian, tangisan yang meledak


Otot muka tegang, gerakan fisik cepat, sering menghela nafas,
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala

: Gangguan ginjal saat ini atau masa yang lalu

(infeksi atau obstruksi)

5. Makanan dan Cairan


Gejala

: Makanan tinggi lemak,makanan tinggi garam,


Makanan tinggi kalori, makanan tinggi kolesterol.
Mual, muntah
Perubahan

berat

badan

akhir-akhir

ini

(meningkat/menurun)
Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda

: Berat badan normal atau obesitas


Adanya edema, kongesti vena,kadar gula darah
tinggi di urin

6. Neurosensori
Gejala

: keluhan pening dan pusing


Berdenyut, sakit kepala saat bangun pagi dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam.
Adanya perasaan kebas dan lemah pada satu sisi
tubuh.
Gangguan penglihatan (melihat dua bayangan atau
kabur)
Hidung berdarah

7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala

: Nyeri pada dada


Nyeri hilang timbul pada tungkai.
Sakit kepala yang berpusat di kening

Nyeri pada perut


8. Pernafasan
Gejala

: Susah bernafas yang berkaitan dengan aktifitas


Sesak nafas terutama dalam perubahan posisi
Batuk dengan atau tanpa dahak.
Riwayat merokok

Tanda

: Otot pernafasan bergerak


Adanya bunyi nafas tambahan (krekels/Mengi)
Sianosis (membiru)

9. Keamanan
Gejala

: gangguan koordinasi/cara berjalan


Hipotensi postural/ tekanan darah rendah saat
perubahan posisi

V.

Informasi Penunjang
a. Diagnosa medis
b. Laboratorium
c. Terapi medis

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan pembuluh darah otak.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokontriksi.

3. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun.


4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium sekunder
penurunan GFR.

C. NURSING CARE PLAN


Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Keperawatan
Gangguan rasa

Rasa nyeri berkurang

nyaman : nyeri

setelah dilakukan tindakan

intensitasnya, lokasinya

ifikasi karakteristik

kepala berhubungan

keperawatan selama 2 X 24

dan lamanya.

nyeri merupakan

dengan peningkatan

jam dengan KH :

tekanan pembuluh
darah otak.

- Teliti keluhan nyeri, catat

Mengident

faktor yang penting


untuk menentukan

- Pasien mengatakan nyeri

terapi yang cocok

berkurang.

serta mengevaluasi

- Ekspresi wajah klien

kefektifan dari terapi.

rileks.
- Pertahankan tirah baring

Meminima

lkan stimulasi/

selama fase akut.

meningkatkan
relaksasi.
Minimalkan aktivitas

Aktivitas

vasokontriksi yang dapat

yang meningkatkan

meningkatkan sakit

vasokontriksi

kepala.

menyebabkan sakit

kepala pada adanya


peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
- Kolaborasi pemberian
analgetik.
- Pantau tekanan darah.

Menurunk

an/ mengontrol nyeri

Penurunan curah

TD dalam rentang normal

jantung berhubungan

setelah dilakukan tindakan

mengetahui derajat

dengan peningkatan

keperawatan selama 2 X 24 - Amati warna kulit,

hipertensi.

afterload

jam.

kelembaban dan suhu.

Untuk

Adanya

vasokontriksi.

pucat, dingin, kulit


lembab mungkin
berkaitan dengan
vasokontriksi/
mencerminkan
- Berikan lingkungan
tenang dan nyaman.

penurunan COP.
Membantu

menurunkan
rangsang simpatis,
meningkatkan
relaksasi.
- Pertahankan pembatasan
aktivitas dan anjurkan
teknik relaksasi.

Menurunk
an stress dan

ketegangan yang
mempengaruhi

- Kolaborasi pemberian

tekanan darah.

obat antihipertensi.

Resiko injuri

Resiko injuri berkurang

berhubungan dengan

setelah dilakukan tindakan

kesadaran menurun

keperawatan selama 2 X 24 - Batasi aktivitas.


jam dengan KH:

- Atur posisi pasien agar

Mengontro

l tekanan darah.
Menurunk

aman.

an resiko injuri.

- Bantu dalam ambulasi.

Pasien merasa tenang dan


tidak takut jatuh
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan - Kaji respon pasien

Mengetahui respon

berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24

terhadap aktivitas,

fisiologi terhadap

kelemahan tubuh.

jam dapat meningkatakan

perhatikan frekuensi nadi

stress aktivitas.

toleransi aktivitas pasien

lebih dari 20 kali per

dengan kriteria hasil :

menit di atas frekuensi

- Dapat
kebutuhan

memenuhi
perawatan

dan kelelahan.

selama/ sesudah aktivitas,


dispnea, diaforesis,

sendiri.
- Menurunnya

istirahat, peningkatan TD

kelemahan

pusing.
- Instruksikan klien tentang
teknik penghematan

Menguran
gi penggunaan energi

- Tanda vital dalam rentang

energi.

juga membantu

normal.

keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen.

- Berikan dorongan untuk

Kemajuan

aktivitas bertahap

melakukan aktivitas

mencegah

perawatan diri bertahap.

peningkatan kerja
Kelebihan

volume Setelah dilakukan tindakan - Pantau haluaran urin,

jantung tiba-tiba.
Haluaran urine

cairan berhubungan keperawatan selama 2 x 24

jumlah dan warna saat

mungkin sedikit dan

dengan

terjadi diuresis

pekat karena

natrium

retensi jam dengan kriteria hasil :


sekunder

penurunan GFR.

penurunan perfusi

- cairan dalam keadaan

ginjal.

seimbang.
- TTV

dalam

rentang

normal
- Tidak ada oedem.

- Hitung masukan dan

Menentuka

keluaran cairan selama 24

n kehilangan cairan

jam.

tiba- tiba /berlebihan.

- Kolaborasi pemberian
diuretik

Meningkat
kan laju urine dan
menghambat
reabsorbsi natrium

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aeusculapius


FK-UI, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta
Gunawan, L. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Kanisius
Herdman. T, Heathler.2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2009 2011. Jakarta: EGC
Hudak C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi
VIII, Volume II, EGC, Jakarta
Johnson, Marion. 2004. Nursing Oucomes Classifications (NOC). Philadelphia :
Mosby
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification
2001-2002, NANDA
MC. Closkey, C. Bulechek. 2004. Nursing Interventins Classificatins (NIC).
Philadelphia : Mosby
Nugroho, W.2000. Keperawatan Gerontik. Edisi- 2. Jakarta : EGC
Price S.A., Wilson L.M., 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6, Volume I, EGC, Jakarta.
Suddart and Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2
Jakarta : EGC

MAIND MAP
CRITICAL HYPERTENSION

Faktor Resiko

Etiologi

HT Primer
Hilangnya Elastistas
Jaringan ikat

HT Sekunder

Anterosklerosis Penurunan relaksasi


Mual muntah
Pembuluh darah
Intake inadekuat
otot polos PD
Resitensi PD
Koroner
Ketidakseimbangan
Vasokontriksi PD

Penurunan
Curah

nutrisi kurang dari

otak

jantung

Tek. PD otak

keb tubuh
Curah jantung

Tahanan perifer

menurun

meningkat

Jantung

vol. Extracell dan

Suplai O2 dan

perfusi renal

nutrien tdk max

Nyeri kepala

Nyeri dada

Gangguan
Kenyamanan
Nyeri Acute

menurun
Kesadaran

Renin
Angiotensin I
ACE
Angiotensin II
( Vasokontriktor)
Sekresi aldosteron

Sekresi aldosteron
Ion exchange di tubulus
ginjal

Miokard

Suplai darah ke jaringan

Iskemik ginjal
Angiotensinogen

Infark

Resiko Injuri

Metabolisme
lemah
Intoleransi
Aktivitas

Retensi Na dan Air


Peningkatan vol intraseluler Peningkatan TD

Odema
Gg. Keseimbangan cairan

Kelebihan vol cairan

ALOGARITMA PENANGANAN HIPERTENSI


Pengubahan gaya hidup
penurunan berat badan
pembatasan aktivitas asupan alkohol
Aktivitas fisik yang teratur
Penurunan asupan natrium
Mempertahankan asupan K+, Ca++, dan Mg ++ yang memadai
Penghentian merokok

Respon tidak memadai*

Lanjutkan pengubahan gaya hidup


Pilih pengobatan awal :
-

Diuretik atau penyekat lebih disukai karena terbukti menurunkan


morbiditas dan mortalitas

ACE inhibitor, kalsium antagonis, reseptor penyekat dan penyekat


belum pernah diuji maupun dibuktikan menurunkan morbiditas
dan mortalitas

Respon tidak memadai*

Tingkatkan dosis
obat

ATAU

Ganti dgn obat lain

ATAU

Tambah obat kedua


dari kelas yang
berbeda

Respon tidak memadai*

Tambahkan bahan kedua atau ketiga dan atau


diuretika bila belum diresepkan

Algoritme pengobatan hipertensi. Respon memadai* berarti pasien mencapai


tekanan darah yang diinginkan atau membuat kemajuan sesuai dengan yang
diinginkan. (Disalin dari sixth report of the joint nasional committee on
prevention, detection, evaluation, dan treatment of high blood pressure, NH
pub No. 98-4080, Nasional Heart,Lung, and blood Institute, Washington, DC,
1997, National Institute of Health).

Anda mungkin juga menyukai