PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar pada masotiditis ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan mastoidits ?
3. Bagaimana klasifikasi dan kriteria mastoiditis berdasarkan skenario kasus
pada masing-masing pasien ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memahami bagaimana konsep dasar dan proses asuhan keperawatan
pada klien mastoiditis.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui diagnosa
keperawatan
yang terjadi
pada klien
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi klien
Mengetahui faktor-faktor resiko penyakit dan gejala dari penyakit
mastoiditis sehingga dapat mengetahui cara pencegahan dan
pengobatannya.
b. Bagi institusi pendidikan
Memperbanyak informasi dan pandangan terhadap masalah kesehatan dan
penyakit yang sering timbul terutama penyakit mastoiditis.
c. Bagi masyarakat umum
Memberikan informasi pada masyarakat luas tentang faktor yang
mempengaruhi timbulnya mastoiditis
pada seluruh tingkatan usia
sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanggulannya.
d. Bagi penulis
Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai konsep dasar penyakit
mastoiditis pada anak maupun dewasa serta dapat menjadi pedoman
asuhan keperawatan pada saat praktik di Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
Anatomi dan fisiologi telinga menurut (Syaifudin, 1997) adalah :
1. Telinga Bagian Luar (Auris Eksterna)
a. Aurikula (Daun Telinga)
Menampung gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam
telinga.
b. Meatus Akustikus Eksterna
Saluran penghubung aurikula dengan membrane timpani, panjangnya
2,5 cm terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini
mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
khususnya menghasilkan sekret-sekret berbentuk serum.
c. Membrane Timpany
Antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang
telinga yang disebut membrane timpany.
Gambar 2.1
(Sumber : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/155, 7 Mei 2007)
Cavum Timpany
Rongga di dalam tulang temporalis terdapat tiga buah tulang
b.
Antrum Timpany
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak di bagian
bawah samping dari cavum timpani. Antrum timpany dilapisi oleh
mukosa merupakan lanjutan dari lapisan mukosa cavum timpany,
rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut
sellula mastoid yang terdapat di belakang bawah antrum di dalam
tulang temporalis. Dan adanya hubungan ini dapat mengakibatka
menjalarnya proses radang.
c.
Gambar 2.2
Anatomi telinga
(Sumber
:
http://www.kalbe.co.id/f
iles/cdk/files/155, 7 Mei
2007).
B. DEFINISI
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu
infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang
diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat
terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya
berasal dari kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang
berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid
berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan
terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang
makin banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah
biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum.
C. ETIOLOGI
Menurut Reeves (2001) etiologi mastoiditis adalah:
-
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari mastoiditis antara lain:
1. Akut mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari
otitis media akut suppurative.
2. Kronik mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan
penyakit telinga kronis.
3. Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian
mastoid.
4. Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari
infeksi di organ tubuh yang lain.
E. PATOFISIOLOGI
Infeksi dimulai dari infeksi telinga tengah yang kemudian menjalar
mengenai tulang mastoid dan sel-sel di dalamnya, hal ini mengakibatkan
terjadinya proses nekrosis tulang mastoid serta merusak struktur tulang.
Bila tidak segera dilakukan pengobatan terhadap infeksinya maka dapat
mengakibatkan terjadinya abses sub peritoneal pada mastoid. Apabila
2.
3.
4.
5.
Luka
dibuka
dan
nervus
fasialis
didekompresi
untuk
F. WOC TEORI
G. WOC KASUS
H. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:
1. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan
lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada
pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi.
Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada
besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
2. Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam
telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa
pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.
3. Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga
tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal
perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian
antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.
4. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di
dalam telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.
5. Hilang pendengaran
6. Nyeri tekan pada tulang mastoid dan pembengkakan pada area tulang
mastoid
7. Sakit kepala (Adam, 2000).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Mastoid tampak kemerahan pada kompleks mastoid.
2. Kultur Bakteri Telinga tampak Kumpulan jaringan mati dan nanah
3. CT Scan terlihat bahwa sel-sel udara dalam prosesus mastoideus terisi
oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan melebar.
4. Radiologi menujukkan koalesens mengungkapkan adanya opasifikasi
sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabekulasi normal dari
sel-sel tersebut.
5. Audiometric akan menunjukkan tuli konduktif.
6. Rontgenogram akan memperlihatkan sklerosis nyata pada prosesus
mastoideus dan sering dapat terlihat kolesteatoma.
J. PENATALAKSANAAN
1. Terapi
Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per
oral
dalam
dosis
mungkin Streptococcus
besar,
karena
organisme
penyebabnya
-hemoliticusatau Pneumococcus.
.influenza. Tetapi harus juga sesuai dengan hasil test kultur dan hasil
resistensi.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi
diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama
beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total yang sederhana atau yang
dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan
ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan
pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga
infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain.
Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi
belum dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari
struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga te-ngah. Komplikasi
mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial
wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan
klien untuk melihat ke arah sam-ping/lateral (syaraf kranial VI) dan
menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial
VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses
otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.
3. Mastoidektomi
a. Mastoidektomi Sederhana
mastoidektomi
dibutuhkan
simple
mastoidektomi
untuk
simple
OMSK,
jarang
sekali
lengkap,
cukup
hanya
b. Mastoidektomi Superfisial
Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea
temporalis, spina Henle, segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada
tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor yang paling besar.
Sebelum pengeboran, permukaan tulang diirigasi lebih dahulu agar
serbuk tulang tidak bertebangan. Irigasi juga berguna untuk
meredam panas yang ditimbulkan gesekan mata bor dengan tulang.
c. Mastoidektomi dalam
Antrum Mastoid
Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus
dituju pada setiap mastoidektomi karena ruangan ini berhubungan
dinding
runtuh
(canal
wall
down
timpanoplasti
dinding
runtuh,
seperti
pada
mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulangtulang pendengaran dipertahankan setelah proses patologis
dibersihkan
sebersih-bersihnya.
Tuba
eustachius
tetap
tidak
secara
drastic
memperbaiki
pendengaran
seseorang.
K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik
adalah:
1. Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah
peforasi gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.
2. Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan
kehilangan pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema.
3. Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran
pelindung sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme.
4. Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam
jaringan otak.
Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum
dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain
diluar mastoid dan telinga tengah. Komplikasi mastoiditis meliputi
kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf
kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah
samping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong,
seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain
meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang kronis
dan luka infeksi. (Reeves, C.J.2001).
keperawatan.
Keberhasilan
proses
keperawatan
sangat
b. Umur
: Rata-rata
usia
mastoiditis
yang
terkena
penyakit
antara
6-13
bulan.
bisa
terkena
penyakit
mastoiditis.
2) Keluhan utama
:-
o B2 Blood
: sekresi nanah
o B3 Brain
: pusing
o B4 Bladder
:-
o B5 Bowel
: mual
o B6 Bone
2. Analisa Data
a. Data Subyektif
Tanda dan gejala utama infeksi telinga adalah nyeri dan hilangnya
pendengaran. Data harus disertai pernyataan mulai serangan, lamanya,
persepsi/
sensori
auditoris
berhubungan
kerusakan pendengaran.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
5. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi
6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.
dengan
Rasional
2.
3.
lingkungan
Mengurangi nyeri
tenang
4
Kolaborasi
mengurangi
peradangan
sehingga
mempercepat penyembuhan
(360-370C)
Kriteria Hasil
No Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
Ajarkan kompres hangat dan Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti
banyak minum
4.
Kaji
Rasional
tentang
ketajaman Menentukan
pendengaran
2.
Diskusikan
seberapa
baik
tingkat
pendengaran klien
tipe
alat
Observasi
Rasional
keadaan
Anjurkan
pentingnya
tangan
3.
Ajarkan
prosedur
telinga luar
4.
profilaksis
terjadi cidera
Kriteria Hasil : pasien tidak mengalami cidera fisik
No Intervensi
Rasional
1.
2.
Meminimalkan
upaya
keamanan
4.
dari jatuh
Antiemetika
ansietas
berkurang
Kriteria Hasil : a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping.
b.
efektif
No Intervensi
1.
Informasikan
Rasional
pasien
peran advokat perawat intra rasa takut akan kehilangan kontrol pada
operasi
2.
Identifikasi tingkat rasa takut Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan
yang mengharuskan dilakukan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan,
penundaan
pembedahan
3.
diperlukan
pemindahan
ataupun
pada kontrol
tulang operasi
4.
5.
6.
Berikan obat sesuai petunjuk, Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum
misal; zat-zat sedatif, hipnotis
BAB III
TINJAUAN KASUS
An. C Umur 10 tahun dibawa ke RS oleh keluarganya dengan keluhan demam,
gelisah, rewel, sakit kepala, anoreksia, nyeri telinga,dan mengeluh ganguan pada
pendegaran dan keluar cairan cokelat dari telinga saat bangun tidur. Pada saat
pemeriksaan fisik tampak kemerahan dan bengkak dibagian belakang telinga
sehingga mendesak telinga kebagian depan. Riwayat kesehatan sebelumnya klien
pernah
mengalami
otitis
media
akut.
TD
(110/80),
RR
Identitas
Nama : An. C
Umur : 10th
d. Integritas/ego
ekonomi.
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital :
-
TD (110/80)
RR (18x/menit)
HR(80x/menit)
suhu (38,50C).
4. Penatalaksanaan
-
5. Analisa Data
No Data
Etiologi
Masalah
Keperawatan
Ds:
Klien
demam,
Proses inflamasi
mengeluh
gelisah,
rewel
Do:
suhu (38,50C)
Hipertermi
Ds:
Klien
mengeluh mastoid
Do:
tampak
kemerahan
dan
bengkak
dibagian
belakang
telinga
sehingga
mendesak
telinga
kebagian depan. .
TD (110/80)
3
Ds:
Gangguan
Klien
mengeluh
ganguan
pendengaran
sensori
pendengaran
pada
pendegaran
dan
telinga
saat
bangun tidur.
Do:
Tampak kemerahan
dan
bengkak
dibagian
belakang
telinga
sehingga
mendesak
telinga
kebagian depan.
4
Ds:
Anoreksia
Resiko
nutrisi
Klien
mengeluh
kurang
mengalami
penurunan
kebutuhan tubuh
nafsu
makan
Do: 5
dari
Ds: -
Tindakan perawatan
Do:
Defisiensi
pengetahuan
Keluarga
tampak
menolak
untuk
6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yg muncul pada An. C adalah:
a. Hipertermi b.d Proses inflamasi
b. Nyeri akut b.d Peradangan pada tulang mastoid
c. Perubahan persepsi sensori pendengaran b.d Gangguan organ
pendengaran
d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia
e. Defisiensi pengetahuan b.d Tindakan perawatan
Rasional
1. Mengetahui balance cairan
pasien
2. Mengetahui perkembangan
penyakit klien
3. Menurunkan panas tumbuh
dan mengganti cairan yang
hilang
4. Menurunkan panas.
Intervensi Keperawatan
1. Kaji ulang skala, lokasi
dan intensitas nyeri.
2. Berikan posisi nyaman
atau berikan bantal.
3. Ajarkan teknik distraksi.
4. Bersihkan telinga yang
Rasional
1. Mengetahui tingkat nyeri
untuk mengetahui
intervensi selanjutnya
2. Mengurangi nyeri
3. Mengalihkan pasien
terhadap sesuatu yang
disenanginya untuk
berkala
mengurangi nyeri.
Intervensi Keperawatan
1. Kaji ketajaman
pendengaran
2. Bersihkan serumen yang
tersembunyi dengan cara
Rasional
1. Menentukan seberapa parah
tingkat gangguan
pendengaran pasien
2. Serumen tersembunyi dapat
4. Mengajarkan metode
alternatif di harapkan klien
menghabiskan seluruh
dosis antibiotik yang
diresepkan
Intervensi Keperawatan
1. Kaji status nutrisi, pola
makan yang lalu dan obatobatan
Rasional
1. Mengetahui status nutrisi dan
intervensi selanjutnya.
2. Meningkatkan nafsu makan.
Rasional
1. Mengetahui factor kecemasan
oleh keluarga
2. Meringankan beban ekonomi
keluarga
3. Memberi pengetahuan
terhadap keluarga tentang
penyakit.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat,
menimbulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan
ekstensif (osteomyelitis). Mastoiditis diakibatkan oleh menyebarnya
infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel
udara mastoid. Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan
kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel
skuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Mastoiditis
terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang telah diobati secara tidak
memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara
mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik.
B. SARAN
Penulis menghimbau kepada semua pembaca agar selalu menjaga
kebersihan telinga dari virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang
terkena otitis harus diobati secara tuntas agar tidak terjadi infeksi pada
prosesus mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA
Di ambil dari
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-s12007-ardhiyanto-117&PHPSESSID=1e67af6fa4bdd962b254ed311c991538
Pada tanggal : 23 Oktober 2014
Diakses jam : 19.43 WIB
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/02/03/mastoiditis/
Diakses Pada Tanggal : 23 Oktober 2014
Jam : 20.13
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35549Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Mastoiditis.html
Pada tanggal : 23 Oktober 2014
Marilyn, E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Thane 1997. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI
Reeves, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Prince, Sylvia, Wolson M. Lerradne. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis, Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Adam 2000. Buku saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta
LAMPIRAN
Aspek Legal Etik Keperawatan
Kasus Mastoiditis
Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang
untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum
tindakan tsb dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar
atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan
dan keperawatan yaitu :
a. Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari
keunikan induvidu secara holistik.
Pada kasus terlihat bawa klien menolak untuk dilakukan rawat inap dengan tujuan
agar kondisi An. C dapat dipantau, namun keluarga klien menolak karena alasan
ekonomi. Untuk itu perawat harus menghargai keputusan klien yang mengambil
keputusan sendiri.
b. Non Maleficence (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan
bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik
keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
Pada Kasus ini masalah bahaya bagi klien tidak disebutkan.
c. Beneficence (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk
melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan
klien dan keluarga.
Beneficence meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan klien dengan cara
menentukan cara terbaik untuk membantu pasien.
Dalam hal ini, perawat harus melakukan tugasnya dengan baik, termasuk dalam
hal memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada klien, guna membantu
mempercepat proses penyembuhan klien , seperti memberi obat sesuai dosis dan
tepat waktu.
d. Informed Consent
Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medis (PTM) merupakan
persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi (mis.
Operasi, transfusi darah, atau prosedur invasif). Ini berdasarkan pemberitahuan
tentang resiko penting yang potensial, keuntungan, dan alternatif yang ada pada
klien.
Persetujuan
tindakan
memungkinkan
klien
membuat
keputusan
bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya pada klien. Ketika
seseorang jujur dan memegang janji yang dibuatnya, rasa percaya yang sangat
penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.
Dengan berkata jujur dan dapat menepati janji, diharapkan perawat dapat
mendapat kepercayaan dari klien sehingga memudahkan perawat dalam
melakukan intervensi. Selain dengan klien, perawat juga harus membina
hubungan saling percaya dengan anggota keluarga klien sehingga akan
memudahkan perawat juga dalam pendekatan keluarga klien.
Daftar Pustaka
Rayburn, F. William. 2001. Kode Etik Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Liu, T.Y. David. 2008. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EG
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II B
SEMESTER 5 B
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN
2014
Pokok bahasan
Subpokok bahasan
Sasaran
Hari/Tanggal
Waktu
: 15 menit
Tempat
A. LATAR BELAKANG
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut telinga tengah.
Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan khususnya pada anak-anak.
Diperkirakan
menjelang usia 3 tahun. Penyakit ini terjadi terutama pada anak dari baru lahir
sampai umur sekitar 7 tahun, dan setelah itu insidennya mulai berkurang.
Anak umur 6-11 bulan lebih rentan menderita OMA. Insiden sedikit
lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Sebagian kecil anak
menderita penyakit ini pada umur yang sudah lebih besar, pada umur empat
dan awal lima tahun. Beberapa bersifat individual dapat berlanjut menderita
episode akut pada masa dewasa. Kadang-kadang, orang dewasa dengan
infeksi saluran pernafasan akut tapi tanpa riwayat sakit pada telinga dapat
menderita OMA.
Dua Faktor-faktor risiko terjadinya OMA adalah bayi yang lahir
prematur dan berat badan lahir rendah, umur (sering pada anak-anak), anak
yang dititipkan ke penitipan anak, variasi musim dimana OMA lebih sering
terjadi pada musim gugur dan musim dingin, predisposisi genetik, kurangnya
asupan air susu ibu, imunodefisiensi, gangguan anatomi seperti celah palatum
dan anomali kraniofasial lain, alergi, lingkungan padat, sosial ekonomi
rendah, dan posisi tidur tengkurap.
1-4 penatalaksanaan OMA tanpa komplikasi mendapat sejumlah
tantangan unik. Pilihan terapi OMA tanpa komplikasi berupa observasi
dengan menghilangkan nyeri (menggunakan asetaminofen atau ibuprofen),
dan / atau antibiotik.
Di Amerika Serikat (AS), kebanyakan anak dengan OMA secara rutin
mendapat antibiotik. Cepatnya perubahan spektrum patogen menyebabkan
sulitnya pemilihan terapi yang paling sesuai. Berkembangnya pengetahuan
baru tentang patogenesis OMA, perubahan pola resistensi, dan penggunaan
vaksin baru memunculkan tantangan yang lebih lanjut pada penatalaksanaan
efektif pada OMA. Food and Drug Administration (FDA) menyetujui
penggunaan vaksin pneumokokus konjugat sebagai cara baru dalam
menurunkan prevalensi OMA dan mencegah sekuele dari infeksi telinga.8
Beberapa peneliti dari Eropa Barat, Inggris, dan AS menyarankan
bahwa anak dengan OMA dapat diobservasi saja daripada diterapi segera
dengan antibiotik. Di Belanda, pengurangan penggunaan antibiotik untuk
OMA sudah dipraktekkan sejak tahun 1990an.10 Pada tahun 2004, American
Academy of
Pediatrics dan the American Academy of Family Physicians
mengeluarkan rekomendasi diagnosis dan penatalaksanaan OMA. Menurut
petunjuk rekomendasi ini, observasi direkomendasikan tergantung pada umur
pasien, kepastian diagnosis dan berat-ringannya penyakit.11,12 Sekitar 80%
anak sembuh tanpa antibiotikdalam waktu 3 hari.
Berdasarkan hal di atas kami mengangkat deteksi dini dan pencegahan
penyakit Otitis Media Akut Guna untuk mengetahui dan mengenali serta
melakukan pencegahan terhadap otitis media akut yang kerap terjadi pada
anak anak.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
No
Kegiatan
Penyuluh
Peserta
Waktu
.
1.
Pembukaan
dan salam
Mengucapkan
salam
-
2.
2 menit
salam
Memperkenalkan
Mendengarkan
diri
Mendengarkan
Menjelaskan
Memberikan
tujuan
-
Membalas
respon
Apersepsi
Mendengarkan dan
10
n Materi
memperhatikan
menit
Bertanya dan
mendengarkan
menit.
Pengertian OMA.
Penyebab OMA.
Manifestasi OMA
Klasifikasi OMA
Pencegahan
OMA.
Pengobatan
OMA.
3.
Penutup
Tanya Jawab
Evaluasi dan
menyimpulkan
Memperhatikan
materi.
Membalas
Mengucapkan
salam
E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
salam
F. MEDIA
Laptop
G. SETTING TEMPAT
H. MATERI (Terlampir)
I. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
LANDASAN TEORI
Otitis Media Akut
Nyeri: gejala paling sering adalah rasa sakit atau nyeri di telinga. Anak
yang lebih besar akan bisa memberitahu orang tua bahwa telinganya sakit.
Anak yang lebih kecil biasanya akan rewel dan sering menangis. Anak
akan menarik-narik, menggosok telinganya yang sedang kesakitan. Gejala
ini tampak jelas ketika anak sedang menyusu karena gerakan menghisap
dan menelan akan menimbulkan perubahan tekanan yang menyakitkan di
telinga.
Keluar cairan dari telinga: ibu bisa melihat keluarnya cairan kekuningan
atau keputihan dari liang telinga, bisa juga bercampur sedikit darah.
Cairan berbau busuk dan berbeda dengan cerumen telinga (kotoran
telinga). Rasa nyeri dan tekanan terkadang membaik setelah cairan keluar,
namun bukan berarti bahwa infeksi sembuh. Ini bukan kegawatdaruratan,
namun segera bawa anak ke dokter anak untuk diperiksa lebih lanjut.
Infeksi pada kulit telinga bagian luar (otitis eksterna atau swimmers ear)
Penurunan tekanan pada telinga tengah akibat batuk pilek atau alergi
Radang tenggorokan
Radang pada membrana timpani selama batuk pilek tanpa adanya cairan.
Karena rasa nyeri merupakan gejala utama biasanya anak membutuhkan
obat pereda rasa nyeri seperti acetaminophen (parasetamol) atau
ibuprofen. Jangan memberikan aspirin untuk anak. Terkadang ibu bisa
memberikan obat tetes telinga penghilang rasa sakit namun harus
dipastikan gendang telinga (membrana timpani) masih utuh. Dilarang
memberikan obat tetes atau minyak zaitun jika gendang telinga
(membrana timpani) telah robek.
Otitis media akut (OMA) merupakan infeksi telinga yang paling sering
dengan gejala dan tanda peradangan pada membrana timpani disertai
adanya cairan yang terjebak di belakang membrana timpani. OMA dibagi
lagi menjadi:
Otitis media akut: otitis media yang muncul dalam waktu 48 jam.
Otitis media akut tanpa komplikasi: otitis media akut tanpa otorrhea
OMA berat: otitis media akut dengan gejala nyeri sedang berat disertai
demam > 39 C
OMA tidak berat: otitis media akut dengan gejala nyeri ringan dan tidak
disertai demam > 39 C