KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Prospek investasi di sektor ini pun kian memikat. Pengamat properti menilai, investasi
properti di negara kita memang semakin menarik.
PasarPropertiIndonesiaTidakSehat
WrittenbyAliTranghandaFriday,06January201209:06
Mungkinkitasemuasetujubahwapasarpropertisedangdalamtrennaikdenganpertumbuhanharga
danpeningkatanpenjualanyangsignifikankhususnyadalam2tahunbelakanganini.Tahun2009,
IndonesiaPropertyWatch(IPW)memperkirakanakanterjadipercepatanpropertidalam3sampai4
tahunkedepandandiperkirakanmencapaititiktertinggiditahun2013an.Trensikluspropertiini
dibarengidengannaiknyasektorapartemen
menengahatasdanperumahanjugadisegmenmenengahatas.Pertumbuhanhargapunsangattinggi
mencapai50%60%pertahundibeberapalokasiprimer.HalinimembuatBankIndonesiakhawatir
karenakenaikantersebutakanmemicububbledipasarproperti.
IPWmencermatidibeberapalokasimemangtelahterjadiovervaluenamuntidakakan
terjadibubblepasarproperti.Secaraprinsipterdapatperbedaanantaraovervaluedanbubbleproperty.
Kenaikanhargayangterlalutinggididuasektoryaituapartemenatasdanperumahanatas
menyebabkanhargatelahterlalutinggidanmencapaibataspsikologispasar.Pasardigiringkearah
pasarjenuhdanseakanakanpropertiyangdibelimemperolehcapitalgainyangtinggikarenakenaikan
tersebut.Mengapasayamemakaikatakataseakanakandisana?Hargayangadabukanlahharga
yangbenarbenarterjadidarimekanismepasarmelainkanhargayangditetapkanolehpengembang
melaluipasarprimer.Dipasarsekunderkenaikanyangterjaditidaksetinggikenaikanhargayang
dipatokolehpengembang.Pasarsekundermenjadiindikasimekanismepasaryangterjadiantara
pembelidanpenjual.Inilahyangsayasebutdenganovervalue.Setelahhargatelahterlalutinggidan
dipaksatinggiolehpengembangmakasecarainvestasimenjaditidaksemenarikdulu.Dimanaadayang
menyebutdenganistilah'hargadigorengpengembang'.
Darisisipengembangsahsahsajamenaikkanhargapropertinyasebatasmasihadapembelinya.Nah
disinilahperlunyakejeliandaripasarkonsumendaninvestoruntukmencermatidimanapasaryang
sudahovervalue.KenaikaniniyangmemberikanindikasibahwapasarpropertidiIndonesiamenjadi
tidaksehatdantidakstabil.Dengankenaikanyangmengakibatkanovervaluetersebutmakasewaktu
waktuakanterjadikoreksipasarsehinggahargaakanmenemukankeseimbanganpasarsesuaidengan
pertumbuhanpasarsekunderdanbukanpasarprimerlagiyangditetapkanpengembang.
Pasarpropertisegmenatasyangmenjadisangattinggiakanmendongkraktanahtanahdisekitarnya
menjadilebihtinggilagisehinggapenyediaanrumahmenengahsampaibawahtidakakankesampaian.
Disisilain,dalamhalinipemerintahtidaksanggupuntukmengendalikanhargatanah.Bilahargatanah
sudahterlalutinggidanpemerintahterlambatmengantisipasitermasukdalampenyediaanbanktanah
untuksegmenmenengahbawah,makagejalakesenjangansosialharusdiantisipasi.Disinilahperlunya
peranpemerintahdalammemproteksihargatanahmelaluibanktanahuntuksegmenmenengahbawah.
Selamapemerintahmasihtidaktegasdandidikteolehpengembang,makapenyediaanrumahsederhana
hanyasebatasimpian.(ALTIPW)
INVESTASI
KOMPAS/PRIYOMBODO
"Peringkat Indonesia naik karena banyak investor asing yang masuk sepanjang 2012,"
terang Managing Director Urban Land Institute Asia Pasifik, Brandon Sedloff di Jakarta,
Kamis (7/3/2013) kemarin.
PwC mencatat, Jakarta berhasil menarik investasi asing senilai US$ 660,5 juta di sektor
properti sepanjang 2011. Sayangnya, PwC belum punya data untuk tahun 2012. Namun,
PwC memproyeksikan nilai investasi di semester pertama tahun 2012 bisa 39%
secara year-on-year.
Sebenarnya, menurut Brandon, Jakarta merupakan pilihan yang mengejutkan mengingat
rendahnya peringkat sebelumnya. Kendati demikian, perubahan yang terlihat di
Indonesia beberapa tahun belakangan ini cukup mengesankan, antara lain ditunjukkan
oleh suku bunga dan inflasi yang terkendali. Selain itu, masih ada beberapa penghambat
yang membuat calon investor hengkang dari Jakarta, antara lain sulit mendapat
pinjaman perbankan dan mitra lokal.
Namun, masalah yang paling mendasar adalah ketidakpastian hukum. Menurut PwC,
banyak calon investor tidak bisa menemukan lahan yang tidak bersengketa di Jakarta.
Untuk imbal hasil (yield) properti di Jakarta, PwC menghitung rata-rata berada di kisaran
10%.
"Meski menjanjikan, Indonesia tetap menjadi pasar berisiko," katanya.
Dia mengtatakan, bila ada investor yang mau masuk, PwC menyarankan produk
apartemen yang pasarnya belum berkembang, perkantoran yang pasokannya terbatas,
serta ritel untuk memanfaatkan daya beli konsumen yang tinggi. Namun, jangan ke hotel
dan kawasan industri yang masih dikuasai Sydney dan China.
Anton Sitorus, Kepala Riset Jones Lang LaSalle (JLL) meramalkan, Jakarta masih akan
menjadi kota favorit investasi properti hingga 2014. (Adisti Dini Indreswari)