Anda di halaman 1dari 6

Pedikulosis Kapitis

Pengertian
Pedikulosis kapitis adalah penyakit infeksi kulit kepala dan rambut yang disebabkan
oleh kutu kepala atau tuma yang disebut Pediculus humanus var.capitis. Pediculus ini
merupakan parasit obligat yang artinya harus menghisap darah manusia untuk
mempertahankan hidup.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan orang berambut panjang,
serta cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat, ditambah lagi jika kondisi hygiene
tidak baik (misalnya jarang membersihkan rambut). Tuma dapat ditularkan lansung lewat
kontak fisik atau tidak langsung leawat sisir, sikat rambut, wig, topi dan perangkat tempat
tidur (bantal, seprei dll).
Pediculus humanus var.capitis mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu
dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Betina mempunyai ukuran yang lebih
besar (panjang 1,2-3,2 mm lebar lebih kurang setengah panjangnya) daripada yang jantan
(sekaligus jumlahnya lebih sedikit).
Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Tuma betina akan
meletakkan telur-telurnya (nits) di dekat kulit kepala. Telur ini akan melekat erat pada batang
rambut dengan suatu substansi yang liat. Telur akan menetas menjadi tuma muda dalam
waktu sekitar 10 hari dan mencapai maturasinya dalam tempo 2 minggu.
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan gatal. Gatal
ditimbulkan oleh liur dan eksreta kutu yang dikeluarkan ke kulit sewaktu menghisap darah.

Anamnesis

Penderita mula-mula merasakan gatal pada daerah oksiput dan temporal serta dapat
meluas ke seluruh kepala. Sebaiknya ditanyakan:

Keluhan atau gejala yang dirasakan.

Sejak kapan gejala dirasakan.

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

Apakah pasien pernah mengalami gatal-gatal di sekitar kulit kepala, badan, dan
pubis.

Apakah pasien pernah pinjam-meminjam alat mandi, handuk, baju, sisir, bantal,
kasur, topi kepada orang lain atau anggota keluarga.

Identifikasi aktifitas pasien selama di rumah.

Riwayat penggunaan obat (bagaimana pengobatan sebelumnya)

Pemeriksaan Fisik
Rambut terlihat kering dan tak mengkilap. Gigitan serangga ini menyebabkan rasa gatal
yang hebat dan garukan yang dilakukan untuk menghilangkan gatal sering menimbulkan
erosi, ekskoriasi, dan infeksi bakteri sekunder seperti impetigo serta furunkulosis. Bila
infeksi sekunder berat, rambut akan menggumpal karena banyaknya pus dan krusta
(plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan
retroaurikular). Dalam keadaan ini menimbulkan bau busuk.
Infestasi berulang menyebabkan terjadinya pengerasan kulit disertai pigmentasi.
Keadaan

ini

disebut

morbus

errorum

atau vagabond's

disease.

Bintik kecil

dari kotoran kutu ditemukan pada kulit kepala. Kutu dan telur terutama dicari di daerah
oksiput dan temporal.

Kutu betina melepaskan telur berwarna abu-abu keputihan yang berkilau dan tampak
sebagai butiran kecil yang menempel di rambut. Telur bisa ditemukan pada seluruh kulit
kepala, tapi yang paling umum di daerah retroauricular. Umumnya, hanya telur yang
dekat kulit kepala yang memiliki isi dan telur di daerah distal telah kosong. Pada keadaan
sangat lembab, telur dapat ditemukan di sepanjang rambut. Kutu dapat diidentifikasi,
terutama saat menyisir rambut. Menyisir rambut yang telah disaturasi dengan air dan
kondisioner memberikan hasil positif yang lebih nampak dan hasil positif palsu yang lebih
sedikit daripada pemeriksaan kulit kepala biasa.

Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis pasti jika ditemukan kutu atau telur, terutama pada bagian oksiput dan
temporal.

Diagnosis Banding

Tinea kapitis

Pioderma (impetigo krustosa)

Dermatitis seboroik

Hair casts

Trichorrhexis nodosa

Pemeriksaan Penunjang
Sinar Wood dapat digunakan untuk menampakkan telur dan kutu berfluoresensi

Terapi

Pengobatan bertujuan memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati infeksi
sekunder, menurut kepustakaan pengobatan dianggap terbaik secara topikal dengan malathion
0,5% atau 1% dalam bentuk lotion atau spray. Caranya: malam sebelum tidur rambut dicuci
dengan sabun kemudian dipakai lotion malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan
harinya rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir bergerigi halus dan rapat.
Pengobatan diulang seminggu sekali bila masih terdapat kutu. Akan tetapi, obat ini sulit
didapat.
Di Indonesia obat yang mudah di dapat dan cukup efektif adalah gama benzen heksa
klorida (gameksan/gammexane/lindane) 1% (tersedia dalam bentuk krim, lotion, atau sampo).
Cara pemakaiannya setelah dioleskan lalu didiamkan 12 jam, kemudian dicuci dan disisir
dengan sisir yang halus dan rapat (serit) agar semua telur dan kutu terlepas, jika masih
terdapat telur atau kutu maka ulangi lagi seminggu lagi. Hati-hati penggunaan pada anak
anak, dapat menyebabkan gangguan neurologi. Pengulangan obat dilakukan 2-10 hari karena
telur sulit diberantas.
Obat lainnya adalah Permethrin dan Pyrethrin. Lindane, permethrin, dan pyrethrin bisa
menimbulkan iritasi. 10 hari setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali
untuk membunuh kutu yang baru menetas. Obat lainnya adalah emulsi/ bubuk DDT 5 10%
dan emulsi benzyl benzoas 20 25%.
Dalam keadaan infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur, infeksi sekunder
diobati dengan antibiotika sistemik dan topikal, lalu disusul dengan obat di atas dalam bentuk
shampo.
Terapi oral dengan kotrimoksazol telah dilaporkan efektif dalam pemberantasan kutu.
Hal

ini

mungkin karena

antibiotik yang

mempengaruhi bakteri simbiotik pada kutu.

tertelan oleh

kutu

dapat

Infestasi pada alis atau bulu mata sulit untuk diobati, kutu biasanya diambil
dengan menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos bisa membunuh atau melemahkan kutu
di bulu mata.
Pada penderita Pedikulosis kapitis terapinya mencakup pengeramasan rambut memakai
sampo yang mengandung lindane (Kwell) atau senyawa piretrin dengan piperonil butoksida
(sampo RID atau R&C). Kepada pasien dianjurkan untuk mengeramas kulit kepala dan
rambut menurut petunjuk pemakaian sampo tersebut.
Sesudah dibilas sampai bersih, rambut disisir dengan sisir bergigi halus (serit) yang
sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau cangkar telur tuma yang tertinggal dapat terlepas
dari batang rambut. Telur tuma sangat sulit dilepas dan mungkin harus diambil dengan jari
tangan satu per satu. Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat dengan
pasien harus diobati.

Edukasi
Higiene merupakan syarat supaya tidak terjadi residif. Menyisir rambut pada saat basah
3-4 hari selama 2 minggu sebab kutu terimobilisasi dengan air dan menyisir rambut pada saat
basah memudahkan menghilangkan kutu. Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan
seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa
bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusia.
Semua barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung
tuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya dengan suhu 54 derajat Celcius
atau dicuci kering untuk mencegah infestasi ulang. Perabot, permadani dan karpet yang
berbulu harus sering dibersihkan dengan alat vacuum cleaner. Sisir dan sikat rambut juga
harus didisinfeksi dengan sampo.

Prognosis
Prognosis baik bila higiene diperhatikan. Bila tidak diobati dengan baik maka kutu akan
menetap selama beberapa tahun.

Kepustakaan
Bolognia JL., Jorizzo JL., Rapini RP.,eds. Dermatology 2nd edition. British: Elsevier
Mosby,2008
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi 3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Burns DA., Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, In: Burns T.,
Breathnach S., Cox N., Griffiths C.eds. Rooks Textbook of Dermatology.
8thedition.2. Cambridge: Wiley-Balckwell 2010; p. 38.17-38.20
Handoko RP., Pedikulosis, Dalam: Djuanda A., edisi V Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2007; p. 119-120
James DW., Berger TG., Elston DM.,eds. Andrews Disease of The Skin: Clinical
Dermatology. Parasitic Infestations, Stings, and Bites. 10th edition. British: Saunders
Elsevier, 2006; p. 446-7
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 3. Jakarta: Media Aesculapius
Stone SP., Goldfarb JN., Bacelieri RE., Scabies, Other Mites, adn Pediculosis, In: Wolff K.,
Goldsmith LA., Katz SI.,Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ,eds 7thedition.2. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. New York: McGraw-Hill Medicine, 2008; p. 2033-35

Anda mungkin juga menyukai