Penurunan kesadaran atau koma menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai
final common pathway dari gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan
mengarah kepada gagal otak dengan akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran
maka terjadi disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi
tubuh. Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang digunakan di
klinik yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atausopor, koma ringan dan koma. Terminologi tersebut
bersifat
kualitatif.
Sementara
itu,
penurunan
kesadaran
dapat
pula
dinilai
secara
Kesadaran
dapat
pulih
pun
kuatnya
skala koma Glasgow yang memperhatikan tanggapan (respons) penderita terhadap rangsang
dan memberikan
nilai pada
respons tersebut.Tanggapan/respons
penderita
yang
perlu
diperhatikan adalah:
Mata:
E1 tidak membuka mata dengan rangsang nyeri
E2 membuka mata dengan rangsang nyeri
E3 membuka mata dengan rangsang suara
E4 membuka mata spontan
Motorik:
M1 tidak melakukan reaksi motorik dengan rangsang nyeri
M2 reaksi deserebrasi dengan rangsang nyeri
M3 reaksi dekortikasi dengan rangsang nyeri
M4 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak mencapai sasaran
M5 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi mencapai sasaranM6 reaksi motorik sesuai
perintah
Verbal:
V1 tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri (none)
V2 respon mengerang dengan rangsang nyeri ( sounds)
V3 respon kata dengan rangsang nyeri (words)
V4 bicara dengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat (confused )
V5 bicara dengan kalimat dengan orientasi baik (orientated )
Jika
nilai
GCS
14-13
menandakan
somnolen,
12-9
sopor,
dan
kurang
Alert
1.
Gangguan metabolic
Lesi supratentorial
i.
ii.
Infark
: emboli, thrombosis
iii.
Tumor otak
: Tumor
tuberkuloma
b.
Lesi infratentorial
i.
ii.
Infark
: batangotak
iii.
Tumor
: serebelum
primer,
tumor
sekunder,
abses,
iv.
D.
Abses
: serebelum
Patofisiologipenurunankesadaran
Penurunan kesadaran merupakan bentuk disfungsi otak yang melibatkan hemisfer
kiri ataupun kanan atau struktur-struktur lain dalam dari otak (termasuk sistem reticular
activating, yang mengatur tidur dan bangun siklus), atau keduanya6. Penurunan kesadaran
disebabkan oleh gangguan pada korteks secara menyeluruh misalnya pada gangguan
metabolik,dan dapat pula disebabkan oleh gangguan ARAS dibatang otak,terhadap
formasio retikularis di thalamus,hipotalamus maupun mesensefalon7.
Secara anatomik, letak lesi yang menyebabkan penurunan kesadaran dapat dibagi
menjadi dua, yaitu : supratentorial (15%), infratentorial (15%)., dan difus (70%) misalnya
pada intoksikasi obat dan gangguan metabolik7.
1.
Koma diensefelik7
Koma akibat gangguan fungsi atau lesi struktural formasio retikularis di daerah
mesensefalon dan diensefalon (pusat penggalak kesadaran) disebut koma diensefalik.
Secara anatomik, koma diensefalik dibagi menjadi dua bagian utama, ialah koma
akibat lesi supratentorial dan lesi infratentorial.
a.
Lesi supratentorial pada umumnya berbentuk proses desak ruang atau space
occupying process, misalnya gangguan peredaran darah otak (GPDO atau
stroke) dalam bentuk perdarahan, neoplasma, abses, edema otak, dan
hidrosefalus obstruktif. Proses desak ruang tadi menyebabkan tekanan
intrakranial meningkat dan kemudian menekan formasio retikularis di
mesensefalon dan diensefalon (herniasi otak).
b.
i.
mesensefalon
(formasio
retikularis)
ii. herniasi serebelum dan batang otak ke rostral melewati tentorium serebeli
yang kemudian menekan formasio retikularis di mesensefalon, dan
iii. herniasi tonsilo-serebelum ke bawah melalui foramen magnum dan
sekaligus menekan medula oblongata.
2.
Koma kortikal-bihemisferik7
Fungsi dan metabolisme otak sangat bergantung pada terkecukupinya
penyediaan oksigen. Pada individu sehat dengan konsumsi okesigan otak kurang
lebih 3,5ml/100gr otak/menit maka aliran darah otak kurang lebih 50ml/100gr
otak/menit. Bila aliran darah otak menurun menjadi 25-50ml/gr menit/otak, mungkin
akan terjadi kompensasi dengan menaikkan ekstraksi oksigen dari aliran darah.
Apabila aliran darah turun lebih rendah lagi maka akan terjadi penurunan konsumsi
oksigen secara proporsional.
Glukosa merupakan satu-satunya substrat yang digunakan otak dan teroksidasi
menjadi karbondioksida dan air. Untuk memelihara integritas neuronal, diperlukan
penyediaan ATP yang konstan untuk mengeluarkan ion natrium dari dalam sel dan
mempertahankan ion kalium di dalam sel. Apabila tidak ada oksigen maka terjadilah
glikolisis anaerob untuk memproduksi ATP. Glukosa dapat berubah menjadi laktat
dan ATP, tetapi energi yang ditimbulkannya kecil.
Dengan demikian oksigen dan glukosa memegang peranan yang sangat penting
dalam memelihara keutuhan kesadaran. Namun demikian, walaupun penyediaan
oksigen dan glukosa tidak terganggu, kesadaran individu dapat terganggu oleh
adanya gangguan asam basa darah, elekrolit, osmolalitas, ataupun defisiensi vitamin.
a.
Anoksia iskemik adalah suatu keadaan dimana darah masih cukup atau dapat
pula kurang cukup membwa oksigen tetapi aliran darah otak tak cukup untuk
memberi darah ke otak. Penyakit yang mendasari biasanya menurunkan curah
jantung, misalnya: infark jantung, aritmia, renjatan dan refleks vasofagal, atau
penyakit yang meningkatkan resistensi vaskular serebral misalnya oklusi
arterial atau spasme. Iskemia pada umumnya lebih berbahaya daripada
hipoksia karena asam laktat tidak dapat dikeluarkan.
c.
d.
e.
Kipoksi atau iskemia difus akut disebabkan oleh dua keadaan, ialah kadar
oksigen dalam darah menurun cepat sekali atau aliran darah otak menurun
secara mendadak. Penyebab utamanya antara lain: obstruksi jalan napas,
obstruksi serebral secara masif, dan keadaan yang menyebabkan menurunnya
curah jantung secara mendadak. Trombosis atau emboli termasuk purpura
trombositopeni trombotika, koagulasi intravaskularis diseminata, endokarditis
g.
Gangguan
keseimbangan
danrespoiratorikserta
alkalosis
asam
basameliputiasidosis
respiratorikdan
jenisgangguanasambasatadi,
hanyaasidosisrespiratorik
bertindaksebagaipenyebablangsungtimbulnya
metabolic
lebihseringmenimbulkan
metabolic.
delirium
metabolic
Dari
4
yang
stupor
dankoma.
Asidosis
dan
obtundasi.
Alkalosis
i.
j.
b.
c.
d.
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Tanda vital
Pemeriksaan tanda vital: perhatikan jalan nafas, tipe pernafasannya dan
perhatikan tentang sirkulasi yang meliputi: tekanan darah, denyut nadi dan ada
tidaknya aritmia.8
b.
Bau nafas
Bau nafas dapat memberi petunjuk adanya proses patologik tertentu misalnya
uremia, ketoasidosis, intoksikasi obat, dan bahkan proses kematian yang sednag
berlangsung.8
c.
Pemeriksaan kulit
Pada pemeriksaan kulit, perlu diamati tanda-tanda trauma, stigmata kelainan
hati dan stigmata lainnya termasuk krepitasi dan jejas suntikan. Pada penderita
dengan trauma, kepala pemeriksaan leher itu,harus dilakukan dengan sangat
berhatihati atau tidak boleh dilakukan jikalau diduga adanya fraktur servikal.
Jika kemungkinan itu tidak ada,maka lakukan pemeriksaankaku kuduk dan
lakukan auskultasi karotis untuk mencari ada tidaknya bruit.8
d.
Kepala
Perhatikan ada tidaknya hematom,laserasi dan fraktur.8
e.
Leher
Perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila dicurigai fraktur servikal
(jejas,kelumpuhan 4 ekstremitas, trauma didaerah muka).8
f.
Umum
Perhatikan
mioklonus(prosesmetabolik),twitching
otot
3).
Tingkat kesadaran
Kuantitatif(menggunakanGCS) 8
Pupil
Diperiksa:ukuran,reaktivitascahaya
Simetris/reaktivitas
cahaya
normal,petunjuk
bahwa
integritas
4).
koma.Dengna membuka mata pasien dan menahan kelopak mata atasnya sehingga
kedua mata terlihat jelas, putar kepala pasien dengan cepat, mula-mula kesalahsatu
sisi yang lain. (sebelum melakukan tes ini, pastikan dahulu bahwa pasien tidak
mengalami cedera leher.)
Pada pasien yang koma dengan batang otak yang intak, ketika kepala pasien
diputar, bola matanya akan bergerak kesisi yang
boneka).11
5).
lnajut untuk menilai fungsi batang otak, lakukan tes okulovestibular. Perhatikan
bahwa tes ini hampir tidak pernha dilakukan pada pasien yang sadar.
Pastikan dahulu bahwa kedua membran timpani masih intak dan kanalis
auditorius tampak lapang/bersih. Anda harus meninggikan kepala pasien hingga
sudut 300 untuk melakukan tes ini secara akurat. Letakkan sebuah nirbeken (bakom
berbentuk ginjal) di bawah telinga pasien untuk menampung setiap air yang mengalir
keluar. Dengan sebuah semprit besar suntikkan air es melalui selang kateter kecil
yang berada di dalam kanalis auditorius (tapij tidak menyumbat kenalis tersebut).
Perhatikan deviasi mata pada bidang horizontal. Mungkin anda memerlukan air es
sampai sebanyak 120cc untuk menimbulkan respons. Pada pasien koma dengan
batang otak yang intak, kedua matanya akan melirik kearah telinga yang diirgasi.
Ulangi tes ini pada sisi yang lain dan jika perlu tunggu selama 3-5menit samapi
respons pertama menghilang.11
3.
Pemeriksaan penunjang
a.
b.
c.
F.
Oksigenasi
Memprthankan sirkulasi
Mengontrol glukosa
Menghentikan kejang
Mengatasi infeksi
Pemberian thiamin
Mengontrol agitasi
1.
dapat digunakan pada pasien dengan kecurigaan adanya lesi pada cervical dan
kontraindikasi untuk dilakukan manuverjaw lift maupun head-tilt.
Tindakan intubasi merupakan indikasi untuk jalan napas tetap terjaga dengan
baik pada pasien dengan penurunan kesadaran dan gangguan fungsi bulber. Pasien
dengan GCS yang rendah memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
gangguan pernafasan walaupun masalah utamanya bukan pada sistem pernafasan.
Pasien dengan nilai GCS 8 harus dilakukan tindakan intubasi.
2.
Pernafasan2
Pada pasien dengan penurunan kesadaran perlu diperhatikan frekuensi
pernafasan dan pola pernafasan. Frekuansi pernafasan normal adalah 16-24 kali
permenit dengan pola nafas torakoabdominal. Pada psien dengan gangguan
pernafasan seringkali disertai retraksi otot-otot ekstrapulmonal, seperti rektarksi
suprasternal, retraksi supraklavikula, dan retraksi otot abdominal. Suara nafas
tambahan juga perlu diperhatikan pada pasien dengan penurunan kesadaran. Suplai
oksigen binasal dapat diberikan sesuai dengan oksigenasinya. Pada keadaan tertentu
seperti kecurigaan adanya penyakit paru yang berat dapat siperiksa analisis gas darah
dan digunakan ventilator bila terdapat kondisi gagal nafas.
3.
Sirkulasi2
Pada pasien dengan penurunan kesadaran, untuk monitor dan evaluasi kondisi
sirkulasi sebaiknya dipasang kateterisasi vena sentral untuk memudahkan dalam
monitoring cairan dan pemberian nutrisi. Selain itu pula optimalkan tekanan darah
dengan target Mean Arterial Pressure di atas 70mmHg. Pada kondisi hipovolemia
berikan cairan kristaloid isotonik seperti cairan NaCl fisiologis dan ringer laktat. Kita
harus menghindari pemberian cairan hipotonik seperti cairan glukosa maupun
dektrosa terutama pada kasus stroke kecuali penyebab penurunan kesadarannya
adalah kondisi hipoglikemi. Bila cairan infus sudah diberikan tetapi MAP belum
mencapoai target, maka diusahakan untuk pemberian obat-obatan vasopresor seperti
dopamine dan epinefrin/norepinefrin.