Anda di halaman 1dari 10

Pembagian kekuasaan di Indonesia

Indonesia menggunakan pandangan yang di kemukakan oleh Montesqieu. Lembagalembaga tinggi Negara di bagi-bagi ke dalam beberapa fungsi Negara. Mengacu pada teori
montesqieu, peran lembaga legislatif dipegang oleh DPR . DPR bertugas membentuk dan
mengusulkan perundang-undangan yang dibutuhkan demi menjaga kelangsungan pemerintahan.
Sementara itu, peran lembaga eksekutif dipegang oleh presiden dan para menterinya.
Pemerintah menjalankan pemerintahan sesuai dengan amanat konstitusi. Pelaksanaan tugas
pemerintah dibantu oleh para menteri. Lembaga yudikatif diperankan oleh makhamah agung.

Legislatif

a. Menentukan kebijakan (policy) dan membuat undang-undang. Untuk itu badan legislatif
diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan undangundang yang disusun oleh pemerintah dan terutama di bidang budget atau anggaran.

b. Mengontrol badan eksekutif, dalam arti menjaga agar semua tindakan badan eksekutif
sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Untuk menyelenggarakan tugas
ini, badan eksekutif perwakilan rakyat diberi hak-hak kontrol khusus, seperti hak
bertanya, interpelasi dsb.

(i) Anggota badan legislatif berhak untuk mengajukan pertanyaan kepada pemerintah
mengenai sesuatu masalah dan mengorek informasi mengenai kebijakan pemerintah. Kegiatan
ini banyak menarik perhatian media massa.

(ii)

Interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan di

suatu bidang. Badan eksekutif wajib memberi penjelasan dalam sidang pleno, yang mana dibahas
oleh anggota-anggota dan diakhiri dengan pemungutan suara mengenai apakah keterangan
pemeritah memuaskan atau tidak. Dalam hal terjadi perselisihan antara badan legislatif dan
badan eksekutif, interpelasi dapat dijadikan batu loncatan untuk diajukan mosi tidak percaya.

(iii) Angket (Enquete), adalah hak anggota badan legislatif untuk mengadakan penyelidikan
sendiri.

(iv) Mosi, merupakan hak kontrol yang paling ampuh. Jika badan legislatif menerima suatu
mosi tidak percaya, maka dalam sistem parlementar kebinet harus mengundurkan diri dan terjadi
suatu krisis kabinet. Pada masa reformasi, anggota DPR (1994-2004) menggunakan hak mosi
ketika melakukan pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai presiden tahun 2001.

Eksekutif

Masa sesudah Orde Baru dikenal sebagai Orde Reformasi, tujuannya melakukan
perubahan politik sehingga sistem politik Indonesia lebih demokratis.

Hasil amandemen UUD 1945:


1.

Masa Jabatan presiden dipertegas selama lima tahun

2.

Pemilihan umum untuk memilih Presiden/wakil Presiden secara langsung oleh rakyat.

3.

Mempersulit pemecatan (impeachment) presiden oleh MPR

4.

Presiden tidak dapat diberhentikan oleh DPR karena masalah-masalah politik, sebaliknya,
presiden tidak dapat membubarkan DPR.

Presiden membutuhkan dukungan yang cukup kuat sehingga memerlukan adanya partai
politik atau koalisi partai politik yang kuat sehingga presiden dapat memerintah dengan baik.

Yudikatif

Dalam tiap negara hukum badan yudikatif haruslah bebas dari campur tangan badan
eksekutif demi penegakan hukum dan keadilan serta menjamin hak-hak asasi manusia.

Kekuasaan Badan Yudikatif di Indonesia Setelah Masa Reformasi


Amandemen menyebutkan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman terdiri atas
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung bertugas untuk menguji
peraturan perundangan di bawah UU terhadap UU. Sedangkan Mahkamah Konstitusi
mempunyai kewenangan menguji UU terhadap UUD 45.

Mahkamah Konstitusi (MK) berwenang untuk:


1.

Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat final untuk:
- Menguji undang-undang terhadap UUD 1945 (Judicial Review)
- Memutus sengketa kewenangan lembaga negara
- Memutus pembubaran partai politik
- Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

2.

Memberikan keputusan pemakzulan (impeachment) presiden dan/atau wakil presiden atas

permintaan DPR karena melakukan pelanggaran berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat, atau perbuatan tercela.

Seperti halnya dalam praktek ketatanegaraan Indonesia selama ini mengenai kekuasaan
seperti yang dikemukakan Montesqieu, yang membagi kekuasaan itu menjadi tiga kekuasaan,
yaitu: legislative, eksekutif dan yudikatif. Jimly Asshiddiqie, menjelaskan lagi mengenai cabangcabang dari kekuasaan-kekuaasaan itu di Indonesia. Cabang legislative terdiri dari:

Fungsi Pengaturan (Legilasi)

Fungsi Pengawasan (Control)

Fungsi Perwakilan (Representasi)

Kekuasaan eksekutif juga mempunyai cabang kekuasaan yang meliputi:

Sistem Pemerintahan

Kementerian Negara

Kekuasaan Yudikatif mempunyai cabang kekuasaan yang meliputi:

Kedudukan Kekuasaan Kehakiman

Prinsip Pokok Kehakiman

Struktur Organisasi Kehakiman

Indonesia menganut trias politica dalam arti pembagian kekuasaan. Hal ini jelas dalam
pembagian Bab dalam undang-undang 1945. Kekuasaan legislative dijalankan oleh Presiden
bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Presiden
dibantu oleh menteri-menteri, sedangkan kekuasan yudikatif dijalankan olehMahkamah Agung
dan lain-lain badan kehakiman.
Oleh karena sistem pemerintahannya adalah presidensiil, maka cabinet tidak bertanggung
jawab kepada DPR dan oleh karena itu tidak dapat dijatuhkan oleh DPR dalam masa jabatannya.
Sebaliknya Presiden juga tidak dapat membubarkan DPR sebagaimana halnya dalam sistem
parlementer di India dan Inggris. Presiden sebagai penyelenggara pemerintah Negara yang
tertinggi tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR, dimana dia menjadi Mandatarisnya. Para
menteri tidak dibenarkan menjabat anggota DPR. Jadi, pada garis besarnya, cirri-ciri azas trias
politica dalam arti pembagiaan kekuasaan terlihat dari sitem ketatanegaraan Indonesia.

Pembagian kekuasaan di Amerika Serikat

Legislatif

Kongres adalah cabang legislatif Pemerintah Federal. Kongres memiliki dua kamar,
yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat. Konstitusi memberikan banyak kekuasaan bagi
Kongres, termasuk kekuasaan untuk memungut dan mengumpulkan pajak; untuk menggulirkan
uang dan nilainya; memberikan hukuman bagi pemalsuan; membangun kantor pos dan jalan,
mempromosikan kemajuan ilmu pengetahuan dengan mengeluarkan paten, membuat pengadilan
federal yang menjadi bagian dari Mahkamah Agung, mendefinisikan dan
menghukum pembajakan dan kejahatan besar, menyatakan perang, membentuk dan
mendukung militer Amerika Serikat, menyediakan dan merawat Angkatan Laut Amerika Serikat,
membuat pengaturan tanah dan angkatan laut, menyediakan senjata dan disiplinmilisi Amerika
Serikat, menjalankan legislasi eksekutif di Washington D.C., dan membuat undang-undang yang
diperlukan untuk menjalankan kekuasaan tersebut dengan benar.

Eksekutif

Kekuasaan eksekutif di dalam Pemerintah Federal melekat pada Presiden Amerika


Serikat, meskipun kekuasaan seringkali didelegasikan kepada anggota Kabinet dan petugas
lainnya. Presiden dan Wakil Presiden dipilih sebagai pasangan-duet sebanyak-banyaknya untuk
dua kali periode empat tahunan oleh Lembaga Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Amerika
Serikat, Presiden, menurut Konstitusi, harus "memperhatikan bahwa hukum harus dijalankan
dengan penuh sebaik-baiknya", dan "menjaga, melindungi, dan mempertahankan Konstitusi".
Presiden dapat menyetujui legislasi yang diajukan Kongres untuk menjadi undang-undang atau
dapat pula memvetonya, mencegahnya untuk menjadi undang-undang kecuali jika dua per tiga
anggota DPR dan Senat di Kongres memilih untuk menolak veto. Presiden dapat, dengan
persetujuan dua pertiga anggota Senat, membuat perjanjian dengan negara lain. Presiden
dapatdimakzulkan oleh majoritas anggota DPR dan diberhentikan dari kantor kepresidenan oleh
dua per tiga majoritas anggota Senat karena alasan "pengkhianatan, korupsi, atau pidana berat
dan perbuatan tercela". Presiden tidak dapat membubarkan parlemen atau memerintahkan pemilu
sela, tetapi memiliki kekuasaan untuk memberi pengampunan, atau mengeluarkan narapidana
yang terbukti melawan Pemerintah Federal (kecuali kasus pemakzulan), memberlakukan orde

eksekutif (semacam instruksi presiden), dan (dengan persetujuan Senat) mengangkat para Hakim
Agung dan Hakim Federal.

Yudikatif

Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di dalam sistem peradilan federal. Di


bawah Mahkamah Agung adalah Pengadilan Banding, dan di bawahnya adalah Pengadilan
Distrik, yang merupakan pengadilan terbawah umum bagi undang-undang federal. Kekuasaan
yudikatif meluas ke perkara-perkara yang muncul di bawah Konstitusi, Undang-Undang
Kongres, atau perjanjian internasional Amerika Serikat; perkara-perkara hukum yang
bersinggungan dengan duta besar, korps diplomat, dan konsul dari negara-negara sahabat di
Amerika Serikat; kontroversi yang melibatkan pemerintah Amerika Serikat; kontroversi antar
negara bagian (atau antar warga masing-masing negara bagian) dan bangsa asing (atau warga
negara dan subjek mereka); dan perkara kepailitan. Amandemen ke-11 Konstitusi Amerika
Serikat dihilangkan dari perkara-perkara jurisdiksi federal, di mana warga suatu negara bagian
menjadi pihak penggugat dan pemerintah negara bagian lain menjadi pihak tergugat. Ia tidak
mengganggu jurisdiksi federal di dalam perkara-perkara di mana pemerintah suatu negara bagian
adalah pihak penggugat, sementara warga negara bagian lain sebagai pihak tergugat.
Kekuasaan pengadilan federal baik itu terhadap tindakan perdata atas kerusakan dan ganti rugi
lainnya, dan terhadap perkara pidana yang muncul di bawah undang-undang federal. Pengadilan
federal terkadang dapat mendengarkan perkara-perkara yang muncul di bawah undang-undang
negara bagian, mengikuti keanekaragaman jurisdiksi, pengadilan negara bagian dapat
memutuskan hal-hal tertentu yang melibatkan undang-undang federal, dan klaim federal pada
dasarnya menjadi tanggungan pengadilan negara bagian (misalnya, yang muncul dari UndangUndang Perlindungan Pengguna Telepon tahun 1991). Dengan demikian kedua-dua sistem
pengadilan memiliki jurisdiksi yang saling-lepas di beberapa cakupan dan seiring-sejalan di
cakupan lainnya.

Pembagian kekuasaan di Inggris


-

Ciri-ciri pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut:

1. Kekuasaan legislatif (DPR/Parlemen) lebih kuat daripada kekuatan eksekutif(Pemerintah =


Perdana Mentri)
2. Menteri-menteri (cabinet) harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada DPR.
Ini berarti cabinet harus mendapat kepercayaan (mosi) dari parlemen.
3. Program-progran kebijakan kabine harus disesuaikan dengan atujuan politik sebagaian
anggota parlemen. Bila cabinet melakukan penyimpangan terhadap program kebijakan yang
dibuat, anggota parlemen dapat menjatuhkan cabinet dengan memberikan mosi tidak percaya
kepada pemerintah.
4. Kedudukan kepala Negara (raja, ratu, pangeran, atau kaisar) hanya sebagai lambang atau
symbol yang tidak dapat diganggu gugat.

Lembaga-lembaga kenegaraan Inggris.

Raja atau ratu sebagai pemegang tahta kerajaan hanya berfungsi dalam segi-segi pemerintahan
yang bersifat seremonial(keupacaraan). Ratu harus memberi persetujuan resmi terhadap undangundang yang telah disahkan oleh parlemen, tetapi ia tidak boleh menyataka pendapat tentang
undang-undang itu secara terbuka. Ratu juga bertanggung jawab atas penunjukan perdana
menteri dan pembubaran parlemen sebelum masa pemilihan.

Kekuasaan dan hak-hak istimewa raja/ratu sebenarnya tergantung pada perdana menteri dan
kabinetnya. Menteri-menteri cabinet berasal dari partai mayoritas dalam majelis rendah (house of
commons). Sedangkan raja/ratu secara otomatis menduduki jabatan warisan dalam Majelis
Tinggi (house of lords).

1. Badan eksekutif(white-hall)

Terdiri dari raja/ratu yang tidak dapat diganggu gugat(simbolis), dan kekuasaan sesungguhnya
ada pada Perdana Menteri.
Tugas Pokok:

Pemegang kekuasaan eksekutif ada pada perdana menteri yang mencangkup antara lain:
1. Memimpin kabinet yang para anggotanya dipilihnya sendiri.
2. Membimbing Majelis Rendah.
3. Menjadi penghubung dengan raja/ratu.
4. Memimpin partai mayoritas.

2. Badan legislatif (parlemen).

Parlemen terdiri dari dua kamar(bicameral), yaitu House of Commons(Majelis Rendah), dan
House of Lords(Majelis Tinggi).
Tugas Pokok:

Parlemen dalam sistem pemerintahan inggris memiliki peran sebagai berikut:


1. Menilai secara kontinu rekan-rekan separtai yang duduk di kabinet
2. Mempersiapkan bidang legislasi atas dasar kebijakan menteri.
3. Mengawasi gagasan-gagasan politik.
4. Menyatakan gagasan-gagasan politik.
5. Memaparkan argumentasi-argumentasi polotik kepada para pemilih.
Negara Inggris dikenal sebagai induk parlementaria (the mother of parliaments) dan pelopor dari
sistem parlementer. Inggrislah yang pertama kali menciptakan suatu parlemen workable.
Artinya, suatu parlemen yang dipilih oleh rakyat melalui pemilu yang mampu bekerja
memecahkan masalah sosial ekonomi kemasyarakatan. Melalui pemilihan yang demokratis dan
prosedur parlementaria, Inggris dapat mengatasi masalah sosial sehingga menciptakan

kesejahteraan negara (welfare state).Sistem pemerintahannya didasarkan pada konstitusi yang


tidak tertulis (konvensi). Konstitusi Inggris tidak terkodifikasi dalam satu naskah tertulis, tapi
tersebar dalam berbagai peraturan, hukum dan konvensi.
Pokok-pokok Pemerintahan Inggris adalah:
a. Inggris adalah negara kesatuan (unitary state) dengan sebutan United Kingdom yang terdiri
atas England, Scotland, Wales dan Irlandia Utara. Inggris berbentuk kerajaan (monarki).
b. Kekuasaan pemerintah terdapat pada kabinet (perdana menteri beserta para menteri),
sedangkan raja atau ratu hanya sebagai kepala negara. Dengan demikian, pelaksanaan
pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh perdana menteri.
c. Raja/ratu/mahkota memimpin tapi tidak memerintah dan hanyalah tituler dengan tidak
memiliki kekuasaan politik. Ia merupakan simbol keagungan, kedaulatan dan persatuan negara.
d. Parlemen atau badan perwakilan terdiri atas dua bagian (bikameral), yaitu House of Commons
dan House of Lord. House of Commons atau Majelis Rendah adalah badan perwakilan rakyat
yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di antara calon-calon partai politik. House of Lord
atau Mejelis Tinggi adalah perwakilan yang berisi para bangsawan dengan berdasarkan warisan.
House of Commons memiliki keuasaan yang lebih besar daripada House of Lord. Inggris
menganut Parliament Soverengnity, artinya kekuasaan yang sangat besar pada diri parlemen.
e. Kabinet adalah kelompok menteri yang dipimpin oleh perdana menteri. Kabinet inilah yang
benar-benar menjalankan praktek pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari House
of Commons. Perdana menteri adalah pemimpin dari partai mayoritas di House of Commons.
Masa jabatan kabinet sangat tergantung pada kepercayaan dari House of Commons. Parlemen
memiliki kekuasaan membubarkan kabinet dengan mosi tidak percaya.
f. Adanya oposisi. Oposisi dilakukan oleh partai yang kalah dalam pemilihan. Para pemimpin
oposisisi membuat semacam kabinet tandingan. Jika sewaktu-waktu kabinet jatuh, partai oposisi
dapat mengambil alih penyelenggaraan pemerintah.
g. Inggris menganut sistem dwipartai. Di Inggris terdapat 2 partai yang saling bersaing dan
memerintah. Partai tersebut adalah Partai Konservatif dan Partai Buruh. Partai yang menang

dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan partai yang memerintah, sedangkan partai
yang kalah menjadi partai oposisi.
h. Badan peradilan ditunjuk oleh kabinet sehingga tidak ada hakim yang dipilih. Meskipun
demikian, mereka menjalankan peradilan yang bebas dan tidak memihak, termasuk memutuskan
sengketa antara warga dengan pemerintah.
Inggris sebagai negara kesatuan menganut sistem desentralisasi. Kekuasaan pemerintah daerah
berada pada Council (dewan) yang dipilih oleh rakyat di daerah. Sekarang ini, Inggris terbagi
dalam tiga daerah, yaitu England, Wales dan Greater London.
Demikian justru di Inggris, yang menurut Montesquieu merupakan suri-teladan dari
sistem pemenrintahan berdasarkan asas trias politica, sama sekali tidak ada pemisahan
kekuasaan, malah terlihat adanya suatu perjanlinan yang erat antara badan eksekutif dan badan
legislatif. Perdana menteri serta kebanyakan menteri berasal dari majelis rendah dan turut dalam
perdebatan dalam majelis itu. Perdana menteri mengetuai cabinet yang terdiri dari teman separtai
dan sekaligus member bimbingan kepada dewan perwakilan rakyat dalam menyelenggarakan
tugasnya sehari-hari, misalnya dalam soal menentukan prioritas pembahasan rancangan undangundang dan sebagainya. Sebaliknya nasib cabinet bergantung kepada dewan perwakilan rakyat,
sebab jika kehilangan dukungan dalam badan itu, cabinet harus mengundurkan diri. Sekalipun
demikian, perdana menteri dapat ,e,bubarkan dewan perwakilan rakyat dan mengadakan
pemilihan umum baru sebelum berakhirnya masa jabatan dewan pperwakilan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai