Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lukman I.

Marpaung
Prodi : Ilmu Politik
NIM :071113014
Politik, HAM, dan Demokrasi

Soal :

1. Buat kerangka analisis utk menjelaskan HAM dgn perpsektif gender, Melihat dari
perspektif ketimpangan gender
2.

Bagaimana praktek HAM saat ini, berikan contohnya

3. Bagaimana dampak globalisasi terhadap persoalan diskriminasi, berikan contoh


4. A.Bagaimana keterkaitan HAM dgn sistem politik demokrasi
B. Kpn intervensi negara dalam HAM itu dibenarkan

Jawab :

1.

Kerangka analisis terkait bagaimana posisi HAM dalam gender terletak pada titik
konstruksi sosial serta dari tingkat kesetaraan dalam gender itu sendiri. Seperti yang
diketahui gender merupakan hasil konstruksi sosial dimana peran dan fungsi antara
perempuan dan laki laki di dikotomikan. Gender berbicara tentang keterkaitan peran pada
sisi privat maupun publik yang didasarkan pada posisi antara perempuan dan laki-laki.
Dalam masyarakat gender tidak bisa dilepaskan dengan relasi sosial serta penempatan
secara individu didalam masyarakat. Keadaan yang ada dalam masyaraka akhirnya
menciptakan ketimpangan dalam relasi antara perempuan dan laki-laki.
Ketimpangan yang ada tergantung dari kondisi sosio-kultural yang ada pada wilayah
maupun komunal tertentu. Kondisi pada masyarakat yang mengacu pada sosio-kultural
tersebut mempengaruhi cara pandang yang ada, baik dalam segi peran, status, serta
bentuk tugas dan kontribusi pada masyarakat yang ada.
Ham terletak pada posisi ketika pola hubungan antra laki-laki dan perempuan
mengalami posisi yang timpang. Ketimpangan yang muncul dalam masyarakat memiliki
posisi yang cendrung mengarah pada diskriminasi.
Pengertian diskriminasi gender sendiri merupakan ketentuan, persepsi, aturan publik
maupun privat yang tidak diperkenankan melakukan sesuatu karena terkait gendernya.
Dalam diskriminasi gender muncul suatu ketimpangan bagi sisi mayoritas maupun
minoritas sehingga memunculkan dampak-dampak tertentu bagi kaum minoritas maupun
mayoritas.
Disatu sisi gender juga berkaitan dengan orientasi seksual serta identitas gender.
Dimana sering terjadi perbedaan antara orientasi gender atara mayoritas dan minoritas
sehingga ham harus berada sebagai dasar untuk memperjuangkan hak-hak pribadi
maupun publik.
Ham berada pada konsep yang menjujunjung hak-hak pribadi seseorang, yang
menjadi hak dasar bagi manusia sejak lahir didunia. Nilai-nilai ini yang menjadi dasar

bagaimana peletakan gender dalam ham. Ham diatur secara constitutional dalam setiap
Negara bahkan dalam skala international. Dimana ham akan sangat sulit dintervensi baik
oleh masyarakat maupun apartur negara secara legal-formal. Akan tetapi juga diperlukan
pelembagaan yang kuat terhadap penegakan ham itu sendiri.
2.

Praktik ham di Indonesia secara khusus dilihat melalui fenomen-fenomena yang


melibatkan antara mayoritas dan minoritas, indonesia terkenal dengan keberagaman baik
secara kultur, maupun masyarakat, serta agama. Kondisi yang ada memperbesar
bagaimana terjadi konflik yang berkaitan dengan hak asasi manusia.
Melihat bagaimana kesadaran masyarakat terhadap hak asasi manusia, maka bisa
dilihat dari seperti apa masyarakat mengartikulasikan berbagaimacam isu yang ada terkait
tentang kebebasan serta kesetaraan.
Dalam sejarah nya di indonesia memiliki tiga periode terkait tentang penegakan dan
pelembagaan ham, yang pertama berada pada periode konstituante (57-59), yang kedau
pada awal orde baru (66-68) dan yang ketiga saat pasca orde baru (98-2000).
Pada awal pembentukan negara terdapat pembahasan terkait tentang hak dasar
manusia serta kedudukan dalam negara. Terdapat perdebatan diantara founding fathers
negara ini terkait pencantuman hak hak warga negara dalam undang-undang, yang disatu
sisi dinilai akan membatasi kebebasan yang bersifat asasi dari warga negara itu sendiri.
Pada orde baru terdapat kemunduran terkait tentang pengawalan negara terhadap hak
asasi manusia. Ini dinilai karena secara konstituional negara menjamin adanya hak
tersebut akan tetapi pada praktiknya muncul masalah yang kompleks terhadap
pelindunganham yang ada. Permasalahan tersebut menjadi besar karena negara tidak
berhasil melakukan pelembagaan ham itu sendiri serta negara menjadi aktor yang menjadi
pelanggar ham.
Pada pasca orde baru atau reformasi hingga saat ini, ham di lembagakan secara baik,
karena setelah orde baru muncul angin segar dengan bentuk demokrasi. Ham
dilembagakan secara baik melalui konstitusi yang melindungi hak-hak dasar warga
negara, serta dibentuknya komisi nasional hak asasi manusia yang mengawasi serta
melindungi hak-hak dasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara.
Melihat pelembagaan tentang hak asasi manusia yang sudah lebih baik dari pada
periode yang sebelumnya, tidak berarti tidak ada pelanggaran ham. Dalam praktiknya
masih ada beberapa kasus ham yang muncul ataupun belum terselesaikan. Salah satunya
kasus syyiah dimadura, wasior wamena ataupun kasus korban penculikan para aktivis
reformasi.
Permasalahan ham tidak mudah diatasi karena persoalan dominasi maupun cultural
yang muncul di dalam masyarakat yang plural. Permasalahan terkait mayoritas dan
minoritas bisa diambil pada pelanggaran ham terhadap islam syiah yang ada dimadura.
Dimana kaum mayoritas menindas syiah sebagai minoritas atas dasar perbedaan dasar.

Disatu sisi aparatur negara tidak berdaya dalam pengamanan hak-hak dasar yang seharus
nya menjadi hak dari seluruh warga negara. Disatu sisi menurut weber negara memiliki
otoritas yang sah terhadap penggunaan secara fisik, dimana seharusnya negara hanya
sebagai otoritas pengguna paksaan fisik, bukan kelompok-kelompok mayoritas.
3.

Globalisasi, demokrasi, ham merupakan satu hal yang saling berkaitan. Ketiga proses
dalam negara maupun antar negara memberikan dampak yang signifikan dan
mengartikulasikan kembali terkait dengan hak, kewajiban dan kebebasan.
Dalam globalisasi ada gejala yang tidak terhindarkan, dimana globalisasi membawa
ham kedalam bentuk yang mudah dipahami dan diperjuangkan oleh setiap manusia.
Globalisasi membawa semua itu ke dampak yang begitu baru.
Globalisasi merupaka fenomena yang tidak terelakan, sehingga menjadi fenomena
menyeluruh disetiap negara. Globalisasi membawa dampak negatif dan positif dalam
praktik ham disetiap negara. Di sisi positif globalisasi berhasil membawa nilai-nilai ham
ke pada seluruh negara, sehingga ham diambil sebagai kesadaran bersama.
Kesadaran bersam terkait nilai-nilai yang ada pada ham serta betapa pentingnya ham,
membawa manusia lebih termanusiakan. Ham lebih berkembang ketika globalisasi berada
dibelakang nya.
Akan tetapi disisi negatif globalisasi membawa ham sebagai penghambat terhadap
negara-negara, karena disatu sisi negara dapat diintervensi melalui sisi kebebasan dan
penyelenggaraan ham itu sendiri.
Negara yang banya memiliki ketidakberhasilan terhadap perlindungan ham ataupun
negara yang melakukan pelanggaran ham, akan mendapat kecaman serta konsekuensi dari
dunia internasional. Tidak akan bermasalah ketika negara tersebut adalah negara maju,
dimana memiliki kekuatan yang mandiri dalam menjalankan fungsi negara, akan tetapi
negara ketiga akan berada diposisi yang rugi ketika fenomena tersebut ada sebagai
permasalahan yang bersifat nasional.
Contoh bagaimana globalisasi berpihak pada ham adalah, dengan globalisasi
perlindungan dan penegakan ham lebih menyeluruh, karena penegakan ham tidak hanya
berasal dari negara, melainkan bisa dari luar negara. Banyak ngo-ngo baik nasional dan
internasional yang turut serta berperan aktif dalam penegakan ham, hal ini tentunya
sangat mendukung ham untuk tetap berada di koridornya, yaitu memastikan agar setiap
manusia mendapatkan haknya sebagai dasar yang sedasar dasarnya.

4. A. demokrasi adalah sistem yang meletakan kekuasaan pada rakyat, ini tidak
diintepretasikan sebagai sistem yang mutlak untuk rakyat, melainkan dalam demokrasi
bisa ditemukan sistem yang memiliki check and balances pada ranah eksekutif, legislatif
dan yudikatif.
Yang menjadi menarik adalah dengan sistem yang memiliki check and balances yang
jelas, dimana adanya check and balances tersebut, ham bisa lebih terperhatikan dimana
bisa terjamin dalam praktiknya (eksekutif), konstitusi (legislatif), serta yudikatif
(penegakan).

Demokrasi sebagai sistem yang tidak otoriter maupun totaliter sehingga ham bisa
tumbuh secara subur dalam negara yang memiliki sistem demokrasi. Sistem demokrasi
membuat ham bisa berada dalam sistem pengelolahan negara.
Negara dikelola untuk menghasilkan keputusan yang bersifat mengatur dan memaksa
sehingga pada praktiknya keputusan yang ada menghasilkan friksi antar agensi bahkan
warga negara yang ada, dari hal tersebut pelembagaan ham menjadi sistem yang berada
pada negara yang menganut demokrasi pada sistem kenegaraanya.

B.
Negara dalam keterlibatan terhadap ham, ketika negara berada dalam kondisi yang
diharuskan untuk terlibat secara penyelenggaraan terhadap penjaminan hak hak dasar
warga negaranya.
Negara memiliki kewajiban untuk mengatur ham secara konstitutional, serta
mengawasi dan menjamin hak-hak dari warga negaranya, karena negara adalah
representasi dari rakyatnya.
Ketika kondisi yang ada dalam negara tersebut sudah tidak bisa menumbuhkan
kondisi yang stabil serta berada pada kesetaraan hak antara mayoritas dan minoritas,
maka negara wajib untuk mengintervensi dan terlibat secara langsung dalam
penyelesaian maslah yang ada.
Dalam praktiknya pelanggaran ham sangat berpotensi untuk muncul dan hadir dalam
keadaan bermasyarakat maupun bernegara, sehingga memberikan dampak ketidak
stabilan terhadap kondisi negara itu sendiri maka negara wajib hadir untuk
menyelesaikan permasalahn tersebut.
Adapun ketika pelanggaran ham berada pada konteks individu, maka negara melewati
lembaga yang ada maka wajib untuk melakukan penegakn yang bersifat substansial dan
kongkrit, karena persoalan tersebut merupakan persoalan yang bersifat dasar terhadap
individu, karena sebagai individu memiliki kebebasan serta keberhakan atas hidupnya
sendiri.
Negara adalah alat untuk melindungi rakyat serta mengakomodasi kewajiban dan hak
atas seeluruh warga negaranya, oleh karena itu kesetaraan atas hak, khususnya ham harus
dijunjung tinggi oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai