dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan dalam
berita acara SCM tingkat Tahap I
3) Apabila penyedia gagal pada uji coba pertama, maka harus
diselenggarakan SCM Tahap II yang membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia dalam periode waktu
tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap I.
4) Apabila penyedia gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan
SCM Tahap III yang membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik
yang harus dicapai oleh penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba
ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM. Tahap III
5) Pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus menerbitkan surat peringatan
kepada penyedia atas keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan.
b. Dalam hal keterlambatan pada 42.2 a atau 42.2 b, setelah dilakukan
penanganan kontrak kritis sesuai 42.3 a, PPK dapat langsung memutuskan
kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan Pasal 1266 Kitab UndangUndang Hukum Perdata.
H. Kontrak Kritis
Penanganan kontrak kritis dilakukan melalui tahap pemberian surat peringatan,
rapat pembuktian dan uji coba kepada Penyedia dengan prosedur sebagai
berikut:
a). Apabila kontrak telah memasuki kondisi kritis yaitu realisasi fisik pelaksanaan
terlambat 10% terhadap rencana saat itu (pada periode 5% 70%) atau
terlambat 5% terhadap rencana saat itu (pada periode 70% 100%), maka
selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari sejak diketahuinya kondisi
kritis, PPK memberikan Surat Peringatan Pertama kepada Penyedia dan
melaporkan secara tertulis kepada Kepala Satuan Kerja selaku atasan
langsung.
b). Selambat-lambatnya sejak 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan dari PPK,
Kepala Satuan Kerja harus mengadakan Rapat Pembuktian Tingkat I untuk
membahas program percepatan yang disusun oleh Penyedia dan selanjutnya
Penyedia melakukan Uji Coba Tingkat I dalam waktu yang disepakati paling
lama 30 (tiga puluh) hari.
c). PPK melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Uji Coba Tingkat I dan
apabila Penyedia gagal, maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
setelah masa uji coba berakhir, PPK segera memberikan Surat Peringatan
Kedua kepada Penyedia dan melaporkan hasil tersebut kepada Kepala Satuan
Kerja.
d). Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah menerima laporan dari PPK, Kepala
Satuan Kerja mengusulkan kepada Kepala Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional/Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja untuk mengadakan Rapat
Pembuktian Tingkat II.
e). Selambat-lambatnya sejak 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usulan dari Kepala
Satuan Kerja, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional/Atasan Langsung
Satuan Kerja mengadakan Rapat Pembuktian Tingkat II untuk membahas
program percepatan yang disusun oleh Penyedia dan selanjutnya Penyedia
melakukan Uji Coba Tingkat II dalam waktu yang disepakati paling lama 30
(tiga puluh) hari.
f). PPK melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Uji Coba Tingkat II dan
apabila Penyedia gagal, maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
setelah masa uji coba berakhir, PPK segera memberikan Surat Peringatan
Ketiga kepada Penyedia dan melaporkan kepada Kepala Satuan Kerja dan
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional/Atasan Langsung Kepala Satuan
Kerja.
g). Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah menerima laporan dari PPK, Kepala
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional/Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja
melaporkan kepada Direktur Jenderal Bina Marga melalui Pembantu Atasan
Kepala Satuan Kerja.
h). Selambat-lambatnya sejak 7 (tujuh) hari sejak menerima usulan dari Kepala
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional/ Atasan Langsung Satuan Kerja, Pembantu
Atasan Kepala Satuan Kerja atas nama Direktur Jenderal Bina Marga
mengadakan Rapat Pembuktia Tingkat III untuk membahas program
percepatan yang disusun oleh Penyedia dan selanjutnya Penyedia melakukan
Uji Coba Tingkat III dalam waktu yang disepakati paling lama 30 (tiga puluh)
hari.
i). PPK melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Uji Coba Tingkat III dan
apabila Penyedia gagal, maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
setelah masa uji coba berakhir, PPK dengan diketahui Kepala Satuan Kerja
segera melaporkan kepada Direktorat Jenderal Bina Marga melalui Pembantu
Atasan Kepala Satuan Kerja dengan tembusana Kepala Balai Pelaksanaan Jalan