Oleh:
Ika Setyaningrum
NIM. R0007126
PENGESAHAN
dengan penulis :
Ika Setyaningrum
NIM. R0007126
Pembimbing I
Pembimbing II
iii
KATA PENGANTAR
3. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, Sp.oK selaku Ketua Program D-III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dalam membuat laporan ini.
iv
Ika Setyaningrum
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
vi
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
A. Observasi .....................................................................................
B. Wawancara ..................................................................................
20
vi
27
29
38
42
56
60
61
68
K. Ergonomi .....................................................................................
69
74
76
76
86
87
D. Pengelolaan Lingkungan................................................................
88
89
90
G. Gizi Kerja.......................................................................................
90
H. Ergonomi .......................................................................................
91
94
96
A. Kesimpulan ..................................................................................
96
B. Saran ............................................................................................
98
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
13
18
20
47
47
48
49
50
51
53
53
55
56
64
66
68
74
ix
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 NAB faktor bising di tempat kerja .................................................
84
85
DAFTAR LAMPIRAN
xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perguruan tinggi merupakan suatu pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi dimana tujuan pendidikan tinggi adalah menyiapakan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaanya
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional (PP 30/1990 Tentang Pendidikan Tinggi).
Mengacu pada tujuan pendidikan tinggi tersebut diatas, maka lulusan dari
suatu perguruan tinggi diharapkan tidak hanya menguasai ilmu yang diajarkan di
bangku perkuliahan, tetapi lebih kepada aplikasi ilmu yang diperolehnya sehinga
dapat memberikan banyak manfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
masyarakat luas. Aplikasi ilmu tersebut slah satunya dituntut dalam dunia kerja.
Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program jurusan D.III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,
maka mahasiswa diwajibkan melaksanakan praktek kerja lapangan disuatu
perusahaan sesuai dengan study yang dijalaninya. Dengan dilaksanakan kerja
praktek ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan wawasannya sehingga
lebih memahami, menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah
8. Mengetahui dan memahami analisa Laboratorium yang ada di Terminal LaweLawe Chevron Indonesia Company, Balikpapan - Kalimantan Timur.
D. Manfaat Magang
Dalam pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan, diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada :
1. Perusahaan.
Sebagai masukan terhadap upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lingkungan Hidup sehingga dapat meminimalisasi tingkat kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Dapat dijadikan
pertimbangan perusahaan dalam meningkatkan jaminan kesehatan tenaga kerja.
3. Mahasiswa
a) Menambah pengalaman mahasiswa dalam memahami sistem dan suasana
kerja sehingga mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari ke
dalam lingkungan kerja yang nyata.
b) Melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisis, mengobservasi dan
memecahakan masalah yang ada pada industri.
c) Mengaplikasikan ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta konsep
konsep dalam perkuliahan dan praktikum yang telah diberikan dalam
dunia kerja secara nyata dan dapat mengetahui secara langsung tentang
pelaksanaan operasi dari kegiatan di dalam indusri perminyakan.
d) Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam merencanakan
pengendalian faktor-faktor bahaya yang terdapat di perusahaaan.
e) Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Lingkunga Hidup.
f) Mendapatkan lapangan pekerjaan secepat mungkin setelah lulus program
jurusan D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
mahasiswa.
Kemudian
HR-Training Service
&
Administration
2.Lokasi
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Terminal Lawe-Lawe
Chevron Indonesia Company, Kabupaten Penajam Pasir Utara, Balikpapan Kalimantan Timur.
3.Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan dari tanggal
22 Februari 2010 sampai tanggal 30 Maret 2010 dengan kegiatan sebagai berikut :
a.Observsi dan Pengukuran
SMK3 dan Pengendalian Potensi Bahaya secara langsung di lapangan
kerja yaitu di Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company, Balikpapan Kalimantan Timur.
b.Administratif
1) Pengetikan data hasil pengukuran.
2) Pengolahan data sesuai tema yang telah diambil dan yang diarahkan oleh
pembimbing.
3) Penyusunan laporan baik untuk Chevron Indonesia Company maupun untuk
Program D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Negeri Sebelas
Maret.
BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA
A. Observasi Lapangan
Pada kegiatan ini dilakukan Observasi lapangan yang dilaksanakan di
setiap plant antara lain pada bagian Process Plant, Laboratory, Workshop, Power
House, Fire and Safety, Maintenence.
B. Wawancara
Pada kegiatan ini adalah metode pengambilan data yang berupa
wawancara langsung dengan pihak yang terkait di Process Plant, Laboratory,
Workshop, Power House, Fire and Safety, Maintenence guna melengkapi data
yang dibutuhkan untuk laporan umum, selain metode pengambilan data yang lain.
C. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku-buku kepustakaan, laporan-laporan
penelitan yang sudah ada, dan sumber-sumber lain yang ada kaitannya dengan
topik magang sebagai bahan referensi.
BAB III
HASIL MAGANG
1. Sejarah Perusahaan
Unocal merupakan salah satu perusahaan terbesar di dunia. Perusahaan
ini didirikan di Santa Paula, California, pada tanggal 17 Oktober 1890, dengan
nama Union Oil Company Of Calofornia. Pada tahun 1965, Union Oil bergabung
dengan Pure Oil Company Of Illionis dan mulai banyak melakukan kegiatan
eksplorasi di 37 negara bagian Amerika Serikat. Pada bulan April 1984 secara
resmi berubah nama menjadi Unocal Coorporation dengan kantor pusat di El
Segundo, California AmerikaSerikat. Kegiatan utamanya adalah eksplorasi,
eksploitasi dan produksi sumber daya alam khusunya minyak dan gas alam yang
berlokasi di Asia Tenggara dan Teluk Meksiko, Amerika.
Unocal Indonesia Company (UICo) sepenuhnya merupakan anak
perusahaan Unocal Corporation, salah satu perusahaan yang bergerak dalam
pemanfaatan sumber daya alam terkemuka di dunia. Dalam operasinya di
Indonesia, UICo bekerja sama dengan pemerintah Indonesia sebagai salah satu
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang bergerak dibawah BPMIGAS
(Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi).
Chevron Indonesia Company (CICo) pada tahun 1968 menandatangani
kontrak kerjasama produksinya yang pertama untuk blok lepas pantai dibarat utara
10
10
11
12
selama 30 tahun. Sepinggan mulai beroperasi pada bulan april 1975, dan
mencapai puncak produksinya pada tahun 1981 dengan produksi sebyak 26.000
BPOD. Yakin mulai memproduksi setahun kemudian dan mencapai produksi
sebanyak 13,000 BPOD pada 1986.
Terminal Lawe lawe merupakan tempat pengumpulan minyak dari
lapangan Sepinggan dan Yakin yang kemdian diekspor dengan menggunakan
tangker atau dialirkan melalui pipa kepenyulingan Pertamina di Balikpapan.
BALIKPAPAN BLOCK
LOCATION BALIKPAPAN BAY
13
14
Chevron Indonesia Company dipimpin oleh President dan Managing Director dan
dibantu oleh Sr. Vice President yang membawhi sleuruh kegiatan di Indonesia.
Vice Presiden yang ada di Balikpapan dalam hal ini merangkap sebgai General
Manager. Secara teknis ia membawahi seluruh operasi yang berpusat di
Balikpapan, koordinasi dengan pusat di Jakarta yang mana turut pula menentukan
arah dan kebijakan organisasi dari sudut opersional.
Untuk lokasi di Balikpapan sesungguhnya dalam kaitan struktur
komando dan koordinasi memiliki hubungan lansung dan melewati beberapa
jalur. Jalur yang paling utama yaitu antara President dan Vice President untuk
General manager praktis merupakan perwakilan President untuk kegiatan
operasional dilapangan.
Vice president ini yang memimpin setiap Departement. Dlam setiap
management, Chevron Indonesia Company menganut sistem Line dan Staf
Organitation System, yang memiliki bebrapa departement dan sub departement.
Struktur organisasi yang di Chevron Indonesia Company dapat dibagi menjadi
dua sub bagian yaitu :
a. Bagian management yang bertanggung jawab dalam pengaturan dan
pengarahan dan pengawsan jalannya operasi dilapangan.
b. Bagian operasi yang bertanggung jawab dalam hal penanganan maslah operasi
lapangan baikdi onshore maupaun yang bertanggung jawab di management.
Bagian operasi untuk terminal Balikpapan terbagi menjadi 2 bagian yaitu
operasi wilayah selatan an operasi wilayah utara yang berada langsung dibawah
15
dan
limbah.
Mempertanggung
jawabkan
superitendent.
e. TS Laboratory (Technology Suport Laboratory )
hasil
kinerjanya
16
yang digunakan,
juga
bertanggung
jawab
langsung pada
superitendent.
h. PG dan PA Officer (Policy Goverment an Public Affair)
Mempunyai tugas dalam mengurusi masalah masalah keluar atau
public, menjembatani urusan urusan yang berhubungan dengan masyarakat
sekitar Lawe Lawe terminal (HUMAS), bertanggung jawab kepada
superitendent.
i. Administrasi And Crude Liftingn Assastance
Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan administrasi, juga
mempertanggungjawabkan hasil kinerja kepada superitendent.
j. Field Environment Safety Officer
Bertugas dalam hal penanganan dan pengadaan masalah masalah
keselamatan kerja di Lawe Lawe, bertanggung jawab kepada superitendent.
17
Managing Director
Excecutive Secretary
President
Director
PT. CPI
Law Departement
Planning, Reserv,
Tech & OS
Business Service
Operation East
Kalimantan
Commercial
IndoAsia
Deepwater
Development
Exploration,
NV & NOJV
Finance
Geothermal &
Power
Excecutive
Corporate Internal
Audit
18
OE/HES East
Kalimantan
Assistant
Operation
Shelf Operations
Facilities ENG
& Construction
HR Kalimantan
East Kalimantan
West Seno
Asset
SCM KLO
Security East
Kalimantan
Excecutive
19
OnShore Installation
Manager
(OIM)
Operation Section
Chief
Planning Section
Chief
Muster/Shelter Area
Manager
Logistic Section
Chief
On Scene
Commander
Task Leader PGPA
Site Safety
Officer
Staging Area
Manager
Task Leader
Medical
Task Leader
Security
Source Control
Task
20
5. Tenets Operasi
Di terminal Lawe Lawe Production tenets yang wajib diketahui oleh
karyawan atau kontraktor Chevron Indonesia Company yaitu :
Lakukan pekerjaan secara selamat atau tidak sama sekali
Selalu ada waktu untuk melakukan pekerjaan dengan benar
a. Selalu beroperasi di dalam batas batas daerah atau lingkungan.
b. Selalu beroperasi dalam batas batas aman dan terkendali.
c. Selalu memastikan alat alat pengaman terpasang dan berfungsi.
d. Selalu mengikuti praktek dan prosedur yang selamat.
e. Selalu memenuhi atau melebihi kebutuhan pelanggan.
f. Selalu menjaga keutuhan system sesuai peruntukkanya.
g. Selalu menaati semua peraturan yang berlaku.
h. Selalu menangani semua keadaan yang tidak normal.
i. Selalu mengikuti prosedur yang tertulis untuk pekerjaan yang beresiko tinggi
atau tidak biasa.
j. Selalu melibatkan orang orang yang tepat dalam pengambilan keputusan
yang mempengaruhi prosedur dan peralatan.
B. Proses Produksi
1. Proses Pengolahan Minyak Bumi
Ketika crude oil diproduksi dari offshore, formasi crude tersebut masih
banyak mengandung air, lumpur, pasir dan ikutan ikutan lainnya yang biasanya
disebut dengan Basic Sediment and Water (BS & W). Air dan sedimen sedimen
21
22
23
Low Pressure Separator (1000S) dengan pressure dan temperatur di dalam vessel
60 psig dan 150 F, selanjutnya minyak dialirkan ke Gas Boot (1003S) Blalu ke
Crude Stabilizer Tank (1306B). Pressur di dalam Spilizer Tank mendekati tekanan
udara luar (Atmospheric Pressure) sehingga diperlukan pompa untuk mengalirkan
minyak dari Stabilizer Tank ke vessel berikutnya. Dari Stabilizer tank minyak
dialirkan ke Horizontal Electrostatic.
Tekanan di dalam Stabilizer Tank mendekati tekanan udara luar
(Atmospheric Pressure) sehingga diperlukan pompa untuk mengalirkan minyak
dari Stabilizer Tank ke vessel berikutnya. Dari Stabilizer Tank minyak akan
dialirkan Horizontal Electrostatic Dehydrator (1007S) untuk diturunkan nilai
BS&W-nya sehingga memenuhi standard permintaan. Minyak dari Dehydrator
yang temperaturnya masih cukup tinggi (140 oF) dimasukkan kembali ke CrudeCrude Heat Exchanger (901 A/B/C) untuk memberikan panasnya ke minyak yang
masuk dari High Pressure Separator. Selanjutnya minyak dialirkan ke Storage
Tank(1306 C/D).
Kegiatan yang dilakukan di Process Plant dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu kegiatan rutin dan tidak rutin yang pada intinya bertujuan
untuk menjaga supaya BS&W oil to stock < 0,3% dan oil content waste water to
sea < 25 ppm.
Kegiatan tidak rutin dilakukan biasanya berupa troubleshooting terhadap
masalah yang timbul pada peralatan. Misalnya High Level Alarm pada High
Pressure Separator, Compressor Shutdown dan sebagainya. Kegiatan rutin
meliputi antara lain :
24
a. Reading
Reading adalah pembacaan parameter-parameter pada peralatan/unit
yang ada di Process Plant, seperti Vessel Pressure, temperatur, Level dan
Flow Rate kemudian dicatat. Dengan demikian dapat dimonitor kondisi dan
kinerja dan peralatan, juga sebagai dasar perhitungan produksi yang dilakukan
tiap tengah malam. Selain itu, reading difungsikan untuk melakukan kntrol
secara langsung terhadap peralatan oleh operator yang melakukan reading.
Jika ditemukan kejanggalan ataupun hal yang memerlukan tindakan maka
dapat diketahui dan ditangani lebih dini.
b. Sandjet
Sandjet/sedimant wash adalah proses penyemprotan bagian dalam vessel
(bagian dasar) dengan air bertekanan untuk membuang endapan pasir, lumpur
dan lain-lain yang berada di dalam vessel. Hal ini perlu dilakukan karena
endapan pada dasar vessel selain dapat megurangi volume vessel juga dapat
menimbulkan penyumbatan. Untuk sandjet digunakan sandjet pump
yang
25
diperhatikan adalah putaran kunci untuk chart supaya putaran chart tidak
berhenti sebelum waktu penggantian. Termasuk dalam chart
yang ada di
PERTAMINA DHP.
d. Penambahan Chemical
Injeksi bahan kimia ditujukan untuk memperbaiki kualitas proses dan
hasilnya. Injeksi menggunakan pneumaticchemical pump dengan feed yang
berasal dari chemical container atau langsung dari chemical drum. Chemical di
injeksikan dengan memakai pneumatic chemical pump ( Displacement Pump
Type).
e. Midnight Tank Gauging (Handip)
Dilakukan sebagai dasar perhitungan jumlah produksi dalam 24 jam.
Dari level yang terbaca dikonversikan menjadi volume dengan menggunakan
tabel tangki sehingga dapat diketahui jumlah produksi 24 jam dan shipment
availability. Selain tank gauging yang rutin tiap tengah malam juga dilakukan
tank gauging tiap kali dilakukan shipment/loading.
f. Water Treatment Operation
Adalah kegiatan yang dilakukan pada instalasi pengolahan drain sistem
yang bertujuan menjaga agar oil content pada air yang dibuang ke laut tidak
melebihi 25 ppm, dan mengambi kembali minyak yang terpisahkan.
g. Pigging (Pig Launching dan Pig Receiving)
Adalah kegiatan transfer pig melalui pipe line dengan tujuan untuk
membersihkan bagian dalam jalur pipa.
26
27
sedangkan penurunan kadar air dilakukan dengan penyerapan air dengan Glycol
hingga gas memenuhi persyaratan kadar air maksimum yang dinyatakan dengan
Dew Point yaitu pada 47 F.
C. Unit Sarana Terminal Lawe-Lawe
1) Main Office
Sebagai kantor pusat Terminal Lawe-Lawe serta mengatur segala sesuatu
tentang administrasi perusahaan.
2) Process Plant
Terdiri dari pengolahan minyak dan gas bumi, power house, meter skid, tank
area (storage tank dan return tank), drainage system area (sandtrap,
classifier, API Separator, WEMCO depurator, slop pit, heater treater dan
sludge tank), flare system, dan control room.
3) Klinik
Sebagai pusat tempat kesehatan di Terminal Lawe-Lawe.
4) Laboratorium
Laboratorium merupakan bagian yang penting dari unit produksi Terminal
Lawe Lawe yang berfungsi sebagai kendali mutu yang baik bagi hasil
produksi maupun limbah yang dibuang. Diman Crude Oil, gas dan air
diperiksa dan di analisis karakteristiknya. Hasil pemeriksaan tersebut dicatat
sebagai bahan pertimbangan pada saat penjualan ke costumer dan juga
dugunakan sebagai evaluasi dari performance unit pengolahan produk yang
bersangkutan. Ada berbagai fasilitas yang terdapat di laboratorium, namun
28
prinsipnya ada 3 hal pokok yang diuji dilaboratorium yanitu Crude oil
analysis, water dan gas analysis.
5). Maintenance Shop
Pada terminal Lawe- Lawe terdapat 2 bagian maintenance yaitu Lawe-Lawe
maintenance proses dan utility yang memiliki satu buah shop yang bertugas
merawat peralatan peralatan yang terdapat pada proses plant dan LaweLawe Terminal yang memiliki dua buah shop yang bertugas untuk merawat
peralatan peralatan berat dan mesin- mesin penunjang yang ada di terminal.
6). Fire dan Safety
Unit fire and safety dibentuk dengan tujuan untuk mencegah dan
menanggulangi segala sesuatu yang menyebabkan kecelakaan kerja baik
secara langsung berpengaruh terhadap proses produksi, sehingga sumbersumber produksi dapat digunakan secara efisien dan produktif berjalan lancar
tanpa adanya hambatan yang berarti.
7) Mess Hall
Fasilitas bagi tenaga kerja yang berupa tempat makan, ruang music, dan
ruangan untuk senam.
8) Living Area
Meliputi Mess Pegawai dan Musholla.
29
9) Training Area
Sarana berupa ruangan yang digunakan ketika ada pelatihan bagi tenaga
kerja, bagi kontraktor dan pendatang ( tamu).
10) Helipad
Tempat turunnya pesawat helicopter.
11) Fasilitas pendukung Terminal Lawe Lawe Balikpapan
Jenis transportasi yang disediakan di Terminal Lawe Lawe berupa alat
alat transportasi darat yaitu bis bagi karyawan yang tinggal diluar terminal.
Diteluk Balikpapan dilengkapi dengan dilengkapi dengan pelabuhan dan
kapal khusus untuk karyawan sebagai alat transportasi laut dari Balikpapan ke
Penajam atau sebaliknya.
Penggunaan pelampung sebagai salah satu fasilitas untuk tujuan keamanan
sangat penting saat menyebrang dengan kapal milik Chevron Indonesia
Company. Jenis fasilitas lain yang terdapat di Terminal Lawe Lawe adalah
terdapat tempat penginapan bagi karyawan, Laundry, Catering, dan sarana
olah raga seperti lapangan olah raga, tennis, bulu tangkis, voli dan tennis
meja. Setiap rabu dan jumat sore diadakan aerobik bersma bagi karyawan.
30
31
e. Tersengat arus listrik, pada panel listrik, peralatan elektronik, dan instalasi
saluran arus listrik yang tanpa atau tidak terisolasi dengan baik. Chevron
Indonesia Company melakukan inspeksi untuk mencegah adanya bahaya
tersebut, selain itu menyediakan APD dan memasang Safety Sign.
f. Bahaya Ledakan dan Kebakaran, potensi bahaya ini terdapat di area Process
Plant, Welding Center, mesin API Separator, tabung-tabung bertekanan, dan
gudang Chemical memiliki potensi ledakan dan kebakaran yang tinggi akibat
bahan kimia yang digunakan. Upaya yang dilakukan adalah dengan
menetapkan SOP pengoperasian alat, pemeriksaan mesin secara teratur,
MSDS pada tabung bahan kimia, dan APAR. Akan tetapi setiap tempat yang
terdapat instalasi listrik berpotensi kebakaran meskipun kecil seperti office dan
dapur, Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company juga menyediakan
alat proteksi kebakaran seperti APAR yang tersedia di setiap area kerja,
APAR disediakan pada setiap jarak 15 meter dan selalu dilakukan pengecekan
kondisi APAR setiap satu bulan satu kali. Selain itu Terminal Lawe-Lawe
Chevron Indonesia Company juga memasang Smoke detector, Fire Alarm dan
Hydrant yang dicek secara berkala serta dilakukannya drill sebagai simulasi
penanggulangan kebakaran jika
32
2. Faktor Bahaya
Faktor bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan terjadinya suatu penyakit akibat kerja Faktor bahaya yang terdapat
di lingkungan kerja Terminal Lwe-Lawe Chevron Indonesia Company adalah :
a. Faktor Kimia
1) Asbes
Bahan ini dapat dijumpai pada insulasi pipa-pipa dan kakikaki/struktur, gasket bertemperatur tinggi, valve packing material dan
beberapa bahan bangunan. Penyakit yang dapat ditimbulkan adalah kanker
dan organ tubuh yang terkena adalah paru-paru. Upaya pengendalian
dengan memberi perlindungan pernafasan, baju pelindung sekali pakai harus
digunakan jika bekerja pada material yang berasbes, pemberian tanda, dan
mendapat ijin dari Manajer Operasi, Manajer Keselamatan dan Dokter
Kepala.
2) Silika
Debu silica dapat ditemukan ditempat kerja misalnya pada proses
abrasive blasting dan penggerindaan. Pemakaian bahan bebas silika pada
proses abrasive blasting sangat dianjurkan untuk mengurangi terhamburnya
silika bebas di udara. Nozzles (mulut pipa) yang digunakan dalam abrasive
blasting harus dilengkapi dengan dead-man control. Penyakit yang dapat
ditimbulkan adalah silikosis dan organ tubuh yang terkena adalah paru-paru.
Upaya pengendaliannya yaitu dengan penyediaan ruang blasting khusus,
33
34
5) Radiasi
Sumber radiasi ion dapat ditemukan peralatan/pekerjaan pada
instrument, unit X-Ray, radiography, radio aktif yang ada secara alami, dan
radio isotop untuk menganalisa reservoir. Upaya untuk mencegah kontak
langsung adalah dengan isolasi tempat penyimpanan, safety sign, dan
karyawan yang terlibat harus dilengkapi dengan radiasi dosimeter/film
badge.
6) Pelarut
Bahan ini digunakan untuk melarutkan berbagai macam material
dapat menggunakan aceton, toluene, freon, khloroform, glikol ether, dll.
Akibat paparan pelarut ini antara lain :
a) Jika terhirup dan tertelan akan berdampak pada susunan saraf pusat dan
menyebabkan pusing-pusing, mual, iritasi, dan bahkan tidak sadarkan
diri.
b) Kontak dengan
kulit
pembengkakan.
Upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan APD lengkap, MSDS,
dan ijin kerja.
7) Glikol
Bahan ini digunakan sebagai absorber (penyerap) pada proses
dehidrasi, bahan anti beku, cairan hydraulic, pengikat H2O dalam proses
produksi gas bumi dan senyawa surfactant. Jika glikol dipanasi dan sampai
35
terjadi dekomposisi maka akan mengeluarkan asap berbau tajam dan uapnya
dapat menyebabkan iritasi mata, merusak saluran pernafasan, iritasi kulit
dan dermatitis setelah kontak dalam waktu yang lama. Upaya pencegahan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan APD untuk tangan, mata, dan
muka, respirator jenis air purifying respirator.
8) Hidrokarbon Aromatik
Senyawa aromatik yang ada di lingkungan kerja minyak dan gas
berupa benzene, toluene dan xilena dan umumnya terdapat dalam light
crude oil dan kondensat serta terkonsentrasi pada peralatan API Separator,
charcoal filter pada Unit Dehidrasi dan CO2 Removal. Benzena bersifat
karsinogen (dapat menyebabkan kanker) pada manusia. Zat ini mempunyai
bau yang manis dan mudah menguap di udara bebas. Pada saat bekerja pada
unit tersebut dimana karyawan kemungkinan terpapar senyawa aromatik
maka harus menggunakan APD minimum dan respirator jenis air purifying
respirator, serta pelindung tangan bahan kimia jika diperlukan.
9) Hidrogen Sulfida (H2 S)
Sumber-sumber gas H2 S adalah Flare pit, shale shaker dan mud pit,
dehydration unit, API Separator, pig launcher dan sand trap, sumur (air,
minyak, dan gas), dan stimulasi sumur. Konsentrasi H2 S yang tinggi dapat
merusak indra penciuman karena saraf pengolah bau di otak menjadi tidak
berfungsi dan pada konsentrasi rendah bila mengenai kulit, mata,
tenggorokan atau saluran pernafasan akan menimbulkan iritasi. Upaya yang
dilakukan adalah apabila bekerja di daerah yang mengandung kadar H 2S
36
harus menggunakan full face respirator dengan air line system yang
dilengkapi dengan Self Contained Breathing Aparaus (SCBA).
b. Faktor Fisika
1) Penerangan.
Penerangan (illumination) merupakan faktor fisik yang juga
berpengaruh terhadap kesehatan khususnya mata. Untuk itu penerangan
yang baik harus sesuai dengan standar. Bila penerangan kurang dari standar
maka akan menyababkan gangguan penglihatan.
Untuk pengendalian penerangan di Terminal Lawe-Lawe Chevron
Indonesia Company menggunakan langkah sebagai berikut:
a) Di Terminal Lawa-Lawe Chevron Indonesia Company penerangan di
dalam ruangan dan di lapangan pada malam hari dengan penerangan
alami dan buatan dan pada siang hari di lapangan terbuka dengan
penerangan alami.
b) Pengendalian dengan warna cat dinding yang segar dan jendela diberi
gorden agar bila ada cahaya langsung dari sinar matahari langsung dapat
mencegah kesilauan.
2) Kebisingan
Kebisingan terdapat dalam berbagai bentuk yang dapat ditemukan di
Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company, antara lain benturan 2
obyek, getaran yang ditimbulkan oleh pergerakan atau percepatan mesin,
atau sumber bunyi keras yang terus menerus atau konstan. Sumber
37
kebisingan ini berasal dari mesin-mesin besar di bagian Power Plant dan
Process Plant.
Dalam mengendalikan kebisingan Terminal Lawe-Lawe Chevron
Indonesia Company menggunakan beberapa metode. Metode pengendalian
bising tersebut antara lain :
a) Identifikasi tempat-tempat yang terpapar bising, kemudian pasang
rambu peringatan agar karyawan menyadari perlunya alat pelindung
pendengaran sewaktu bekerja di area tesebut.
b) Alat pelinndung pendengaran terdiri dari ear plug, ear muff dan
gabungan antara keduanya.
c) Monitoring kebisingan dengan inspeksi dan pengukuran kebisingan tiap
6 bulan sekali.
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi penyakit akibat
kerja.
3) Iklim Kerja
Panas merupakan masalah bagi tenaga kerja Terminal Lawe-Lawe
Chevron Indonesia Company terutama yang berada di lapangan yang tanpa
ada bangunan atap di atas mereka bekerja yang paling panas terutama
dirasakan oleh tenaga kerja yang bekeja di area WEMCO.
Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh panas adalah sengatan
panas (heat stress). Sengatan panas terjadi ketika temperatur tubuh naik,
keringat keluar berlebihan dan tubuh kehilangan cairan tubuh dan garam
tubuh. Tanda dan gejala heat stress adalah tubuh terasa panas, lelah dan
38
lemah, sering kali disertai sakit kepala, kulit pucat, terasa dingin, lengket
dan keringat terus menerus keluar banyak.
Pengendalian yang dilakukan oleh Terminal Lawe-Lawe Chevron
Indonesia Company adalah dengan :
a) Menyediakan banyak air minum untuk tenaga kerja baik di kantor
maupun lapangan.
b) Memasang AC untuk mengatur suhu agar sesuai dengan suhu nikmat
pada semua ruangan kantor.
c) Tenaga kerja yang bekerja di lapangan dengan memakai standar Alat
Pelindung Diri (APD) berupa helmet, safety google, safety shoes,
chemical respirator dan pakaian panjang (cover roll) untuk melindungi
tubuh dari bahaya sinar radiasi.
39
disiplin. Sistim ini terdiri dari tiga bagian, yaitu Akuntabilitas Pimpinan, Proses
Sistim Manajemen, dan Ekspektasi Keunggulan Operasi.
Kepemimpinan merupakan faktor utama terbesar dalam keberhasilan
Keunggulan Operasi. Pemimpin bertanggung jawab tidak hanya untuk pencapaian
hasil, namun juga mencapainya melalui cara yang benar yaitu berperilaku sesuai
dengan tatanan nilai Chevron Indonesia Company. Pemimpin mengarahkan
Proses Sistim Manajemen untuk mendorong perbaikan terhadap hasil Keunggulan
Operasi. Proses Sistim Manajemen terdiri dari lima langkah, yaitu :
1. Visi dan Tujuan
Membuat visi Keunggulan Operasi, tujuan kelas dunia, ukuran dan target
berdasarkan tujuan korporat, membandingkan data dan faktor kritis bisnis
lainnya.
2. Penilaian
Menyelesaikan evaluasi menyeluruh untuk mengidentifikasi prioritas dalam
proses-proses Keunggulan Operasi dan kinerja terhadap tujuan yang telah
dibuat.
3. Perencanaan
Membuat rencana tiga tahunan untuk mengelola prioritas dan menyatukan
rencana tersebut kedalam rencana bisnis dan penugasan pihak yang
bertanggung jawab.
40
4. Pelaksanaan
Melaksanakan langkah-langkah yang sudah direncanakan dan memantau
pencapaian rencana tersebut serta kinerja Keunggulan Operasi.
5. Pengkajian
Melakukan evaluasi tahunan terhadap kinerja dan mengidentifikasi
penyesuaian yang diperlukan terhadap rencana yang bertujuan mencapai hasil
kelas dunia.
Chevron Indonesia Company menilai dan dan mengambil langkah untuk
mengelola resiko-resiko potensial terhadap karyawan, mitra kerja, masyarakat dan
lingkungan dalam kerangka ekspektasi Keunggulan Operasi sebagai berikut :
1. Keamanan Individu dan Aset
Menyediakan lingkungan kerja yang aman untuk menjalankan bisnis dengan
sukses.
2. Perancangan dan Pembangunan Fasilitas
Merancang dan membangun fasilitas yang dapat mencegah terjadinya cedera,
sakit dan kecelakaan akibat kerja dan mengoperasikannya secara handal,
efisien dan ramah lingkungan.
3. Keselamatan Operasi
Mengoperasikan dan memelihara fasilitas dengan benar agar tidak
menyebabkan terjadinya cedera, sakit atau kecelakaan akibat kerja.
41
4. Manajemen Perubahan
Mengelola
perubahan-perubahan
permanen
maupun
sementara
untuk
b.
42
43
44
1. Access Control
Merupakan sebuah buku yang mana bertujuan untuk mengetahui siapa
saja yang memasuki suatu area, dari bagian atau perusahaan mana orng itu
berasal, serta tujuan orang tersebut memasuki area tersebut.
45
2. Work Permit
Setiap karaywan harus memahami semua standar dan prosedur untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tujuan dari
izin kerja aman ini adalah untuk mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
kondisi-kondisi bahaya maupun persyaratan khusus serta pertanggung jawaban
atas pekerjaan yang akan dilakukan. Izin kerja diterapkan disemua kegiatan fisik
yang mengakibatkan kecelakaan berdampak pada kesehatan manusia atau bahkan
kematian, kerusakan lingkungan dan fasilitas.
3. PPE (Personal Protective Equipment)
PPE adalah alat perlindungan diri yang digunakan untuk melindungi
karyawan dari hazard (bahaya) yang dihasilkan oleh proses industry yang secara
praktek dan ergonomic tidak dapat dihilangkan dengan cara Engineering dan
Administrative control.
Chevron menjamin kualitas dan standarisasi PPE yang digunakan pada
pekerjaan rutin di lokasi-lokasi khusunya di Terminal Santan. Para supervisor
bertanggung jawab untuk meastikan bahwa setiap karyawan di bawah
pengawasannya mengetahui cara menggunakan, menginspeksi, memelihara dan
merawat PPE yang telah diberikan. Sedangkan para karyawan juga bertanggung
jawab untuk menggunakan PPE dengan benar, melakukan perawatan serta
mengetahui standarisasi PPE yang ada. PPE minimal yang harus digunakan jika
melakukan kegiatan pekerjaan di Terminal Lawe-Lawe adalah sebagai berikut :
46
a. Pelindung Kepala
Setiap karyawan harus menggunakan pelindung kepala sesuai dengan
standarisasi Chevron yaitu sesuai dengan standar ANSI (American Nasional
Standard Institute) Z89.1. Penggunaan jika sedang bekerja pada lokasi kerja
atau mengerjakan pekerjaan konstruksi. Contoh pelindung kepala yang
digunakan adalah sebagai berikut:
47
c. Pelindung Kaki
Pelindung kaki harus digunakan di lokasi kerja yang telah ditentukan
seperti lokasi proses, produksi, bengkel atau lokasi lainnya yang berpotensi
adanya bahay benda jatuh, menggelinding atau sengatan listrik. Pelindung
kaki yang digunkan harus mengacu kepada standarisasi yang digunakan oleh
Chevron serta standar ANSI Z41 edisi terakhir dan Europian Standart
EN/ISO 20344. Contoh pelindung kaki yang digunakan dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
48
e. Sarung Tangan
Sarung tangan (hand glove) digunakan untuk melindungi tangan dari
bahaya chemical maupun fisik. Sarung tangan tidak boleh digunakan pada saat
mengoperasikan mesin-mesin berputar seperti gergaji, gerinda atau mesin lain
yang dapat menjerat sarung tangan tersebut.
49
Contoh Respirator yang digunakan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
50
tahan api yang digunakan harus sesuai dengan standarisasi yang telah
ditetapkan oleh Chevron. Contoh pakaian tahan api yang digunakan dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
51
bagian yang terlibat dalam pengamanan, ini bertujuan untuk memastikan bahwa
52
bahaya pada peralatan tersebut telah diamankan. Contoh peralatan LOTO adalah
sebagai berikut :
53
54
lebih
terjamin
sehingga
kecelakaan
bisa
diminimalkan.
Pengelolaan bahan kimia yang diperlukan pada riset proses reaksi harus
diperhatikan, karena bahan-bahan tersebut tergolong dalam bahan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Bahan yang termasuk dalam kategori B3 perlu
penanganan yang lebih spesifik baik dalam penggunaan, perlakuan, penyimpanan
maupun pengangkutannya agar tidak menimbulkan cedera bagi pengguna. Oleh
karena itu MSDS memagang penanan penting dalam penanganan bahan dalam
kategori B3 tersebut. Dengan mengetahui sifat masing-masing bahan, maka
perlakukan bahan tersebut sesuai dengan sifat bahan serta mengantisipasi agar
jangan sampai tejadi kecelakaan saat eksperimen berlangsung. Pada MSDS
dikelompokkan menjadi 4 yaitu bahaya dari segi kesehatan, kemudahan terbakar,
reaktivitas bahan dan bahaya khusus dan digunakan belah ketupat yang terdiri
empat bagian. Arti tersebut adalah :
a. Bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan skala bahaya kesehatan.
b. Bagian sebelah atas berwarna merah menunjukkan skala bahaya kemudahan
terbakar.
c. Bagian sebelah kanan berwarna kuning menunjukkan skala bahaya
reaktivitas.
d. Bagian sebelah bawah berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus
lainnya.
55
7. Housekeeping
House artinya rumah, gedung atau tempat tinggal dan bernaung.
Sedangkan Keeping mempunyai arti memelihara, merawat, menjaga. Oleh sebab
itu Housekeeping di sebut juga tata. Housekeeping (tata) adalah bagian dari
departemen yang mengatur atau menata peralatan, menjaga kebersihan,
melaporkan kerusakan dan dekorasi dengan tujuan tempat bernaung atau tempat
tinggal tersebut tampak rapi, bersih, menarik dan menyenangkan bagi
penghuninya.
G. Pengelolaan Lingkungan
Seluruh unsur terkait yang terlibat dalam aktivitas di Terminal Lawe-Lawe
Chevron Indonesia Company mengacu pada kebijakan lingkungan yang telah di
tetapkan oleh menagemen. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada seluruh
56
57
gas, dan minyak dengan memanfaatkan gaya tarik bumi dan campuran bahan
kimia. Dengan metode heater yaitu dengan metode electrical dan direct fire.
Pengolahan limbah proses pengolahan gas alam terbagi menjadi dua
metode yaitu gravity dan chemical. Metode chemical yaitu dengan Amine yang
mengikat CO2 dan dibuang ke atmosfer. Amine yang sudah jenuh yang bisa
disebut dengan rich amine dapat diperbaharui melalui pemanasan di steam boiler
dan keluar menjadi lean amine. Metode chemical dengan menggunakan glycol
yang berfungsi mengikat H2O yang jika sudah jenuh akan dibakar di direct fire
boiler.
Pada waste water, air limbah diolah dan dibuang ke laut dengan nilai
average 18 dan kadar < 25 ppm. Indikator air yang akan dibuang ke laut di cek
oleh bagian laboratorium dan proses. Air limbah yang dibuang ke laut, setiap satu
bulan satu kali diambil sampelnya oleh team laboratorium untuk pengecekan
kadarnya. Sedangkan indikator yang berada di dekat laut, pengecekan kadar
dengan menggunakan biota laut yang dikelola oleh Third Party Services.
5. Limbah Minyak
Limbah minyak adalah semua sampah turunan dari minyak yang
diaplikasikan pada unit land-treatment. Land treatment adalah suatu metoda
pengolahan sampah minyak secara biologis yang berdasarkan pada optimalisasi
kemampuan alamiah mikroorganisme di lapisan tanah untuk menguraikan
hidrokarbon menjadi karbon dioksida, air dan sel mikroba.
Karena tingginya konsentrasi kandungan hidrokarbon di dalam sampah
minyak, maka tidak diperkenankan untuk langsung mengolah sampah minyak
58
59
60
pengaturan yang direncanakan, dan dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk
mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.
Audit yang dilaksanakan di Terminal Chevron Indonesia Company antara lain:
1. Audit Internal, dilaksanakan oleh auditor dari salah satu department yang
meng-audit department lain yang mengacu pada program dasar keselamatan
kerja yang digunakan Chevron Indonesia Company agar dapat mencegah dan
mengurangi kecelakaan secara langsung ditempat kerja. Program ini dikenal
dengan Fundamental Safe Work Practice (FSWP).
2. Audit Corporate, dilaksanakan oleh team Chevron Corporate Audit yang
datang langsung dari Amerika untuk mengevaluasi K3 yang ada di Terminal
Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company. Audit dilaksanakan setiap 5 tahun
sekali yang disesuaikan dengan menggunakan baku mutu yang paling ketat
yang diterapkan di Amerika maupun di Indonesia.
I. Izin Kerja
Chevron Indonesia Company menerapkan sistem izin kerja pada semua
kegiatan fisik yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang berdampak pada
kesehatan manusia atau bahkan kematian, kerusakan lingkungan dan fasilitas.
Pekerjaan yang memerlukan izin kerja aman yaitu :
1. Pekerjaan Non Produksi (Pemeliharaan, perbaikan, pemeriksaan, pengetesan,
konstruksi, dan lain-lain).
2. Pekerjaan operasi tidak rutin.
61
62
planner
Supervisor Santan
Terminal
Supervisor
Pekerja
tidak
Pekerjaan bisa
dilaksanakan
ya
Pekerja
Supervisor
Lapangan/Area
kerja
tidak
ya
Pekerjaan
dilaksanakan
63
64
65
plant dimana area ini merupakan area produksi crude karna pekerjaan ini beresiko
akan kebakaran maka perlu diawasi oleh Fire Safety.
,2. Izin Kerja Di Ruang Terbatas
Merupakan pekerjaan yang dikerjakan ditempat terbatas dan tertutup
dimana tidak ada ventilasi alami untuk menjamin pernafasan yang cukup dan
akses yang terbatas. Tujuan diterapkannya izin kerja di ruang terbatas ini adalah
untuk menciptakan dan mempertahankan adanya lingkungan yang aman untuk
para tenaga kerja yang akan memasuki Ruang Terbatas dan untuk menentukan
langkah-langkah persiapan yang diperlukan. Dalam pelaksanaan di Chevron
lembaran izin kerja ini berwarna kuning. Izin ini berlaku untuk setiap memasuki
Ruang Terbatas yang cukup besar dan untuk bekerja didalamnya serta :
a. Mempunyai tempat masuk dan keluar yang terbatas atau terhalang.
b. Tidak dirancang untuk dihuni secara terus menerus.
c. Mempunyai lingkungan yang berpotensi menimbulkan bahaya, toksik, dll.
Contoh ruang terbatas yang memenuhi kriteria di atas adalah termasuk
tetapi tidak terbatas hanya pada bejana proses, menara proses, well cellars, pipa,
direct fire heater, steam boiler dan penggalian dengan kedalaman lebih dari 1,25
meter.
3. Izin Kerja Umum atau Listrik
Merupakan izin pekerjaan yang tidak termasuk dalam pekerjaan panas atau
ruang terbatas. Pekerjaan yang memerlukan izin kerja ini adalah seperti pekerjaan
dibawah ini tetapi tidak terbatas pada :
a. Pengambilan sampel selain operator.
66
j.
Contoh pekerjaan yang menggunakan izin kerja umum dapat dilihat sebagai
berikut:
67
J. Gizi Kerja
Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company menyediakan kantin
sebagai tempat untuk makan dan beristirahat para karyawan pada saat jam
istirahat kantin beserta tempat mengolah makanan (dapur) dan menu kerja untuk
para karyawan yang bekerjasama dengan PT Indocater. Sebelum disajikan, setiap
hari akan diambil sampel untuk ditimbang dan dihitung kalorinya dan untuk
menghindari gejala keracunan makanan.
Perusahaan memenuhi kebutuhan kalori tenaga kerja berupa menu
makan untuk semua shift, baik siang maupun malam. sistem penyajian makan
dalam empat waktu yaitu :
1. Makan Pagi
: 05.15-07.00 WITA
2. Makan Siang
: 11.30-12.30 WITA
3. Makan Malam
: 17.15-20.00 WITA
: 22.00-23.00 WITA
Karena pentingnya menjaga bahan makanan agar tetap baik maka Chevron
Indonesia Company mempunyai kebijakan yang telah ditetapkan oleh internal
induk perusahaan sebagai penerapan dan penilaian keselamatan makanan dan
sanitasi di semua perusahaan Chevron Indonesia Company yaitu dengan
menerapkan metode yang mengacu pada Essential of Food Safety and Sanitation,
metode ini berlandaskan pada standar yang digunakan di negara Amerika yang
dikeluarkan oleh Food and Drug Assessment (FDA)
Development of Agriculture (USDA).
68
K. Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktifitas maupun istirahat dengan kemapuan dan keterbatasan manusia baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih
baik.
1. Sistem Kerja
Pekerja Chevron Indonesia Company yang berada di Terminal Lawe-Lawe
menerapkan sistem kerja untuk karyawannya yang terbagi menjadi 2 macam,
karywan (office) dan operator bekerja selama 2 minggu dan libur 2 minggu,
untuk itu di setiap jabatan terdapat dua kepala pemimpin/superintendent.
Pembagian shift kerja dibagi menjadi dua berdasarkan jenis pekerjaan yang
dilakukan, yaitu :
a. Karyawan (Office)
Shift 1
Shift 2
: Libur
b. Operator
Shift 1
Shift 2
Shift 3
: Libur
69
70
Sikap ini ditemukan pada karyawan lapangan seperti pada Process Plant
yang bekerja di area pegolahan limbah, perbaikan mesin, dan lain-lain.
3. Kondisi Lingkungan
Di Terminal Lawe-Lawe, Chevron Indonesia Company (CICo) kondisi
lingkungan kerja cukup nyaman. Untuk pekerjaan di dalam ruangan dan daerah
yang beratap dapat dilakukan pada kondisi panas maupun hujan dan tidak
terpengaruh dengan musim. Untuk ruangan-ruangan ini disediakan AC dan
ventilasi yang memadai. Sedangkan untuk pekerjaan lapangan yang tidak terdapat
atap di atasnya pada musim hujan pekerjaan tidak dapat dilakukan.
Selain hal di atas, dari hasil observasi kondisi lingkungan di Terminal
Lawe-Lawe, Chevron Indonesia Company (CICo) adalah sebagai berikut :
a. Jalan di area Terminal Lawe-Lawe sudah dalam keadaan baik namun perlu
ada perbaikan khususnya di area biore (situasi dan kondisi jalan yang belum di
aspal) namun belum pernah terjadi kecelakaan transportasi.
b. Tangga di area maintenace atau area process plant dalam keadaan baik dan
tidak ada benda/barang yang menghalangi.
c. Pemasangan sign ditempatkan di tempat yang strategis sehingga jelas terlihat.
d. Penempatan alat-alat dan perkakas diatur dengan rapi dan diletakkan pada
box.
e. Penempatan alat alat berat di atur di area maintenance sehingga tampak rapi.
71
4. Housekeeping
Proses Housekeeping (kebersihan dan kerapian) dimaksudkan untuk
memastikan fasilitas operasi dalam keadaan bersih, rapi dan teratur. Situasi ini
akan memberikan banyak manfaat, yaitu menghindari kemungkinan cedera dan
kebakaran, menghindari membuang-buang energi, mengoptimalkan pemanfaatan
ruang, membantu mengendalikan pengelolaan limbah dan asset, membantu
memastikan kerapihan tempat kerja, meningkatkan kebiasaan kerja dan
memcerminkan pengelolaan tempat kerja dengan baik. Sasaran Housekeeping
adalah :
a. Kebersihan
Kebersihan di suatu tempat kerja sangat menentukan, bila kebersihan terjaga
dengan baik akan merasa nyaman dan tenang karena sanitasi dan hygine
terjamin.
b. Kerapian
Kerapian mencakup pengaturan tata letak suatu ruangan dengan
perlengkapan serta dekorasi yang serasi membuat ruangan tersebut menjadi
lebih menarikdan nyaman dalam bekerja.
c. Kelengkapan
72
Mengantisipasi
keperluan
pekerja
selama
mereka
bekerja
dengan
73
Pekerja
(karyawan/kontraktor)
Pemimpin Tim
Kerja
(Supervisor)
Superintendent atau
orang yang ditunjuk
Buat Rencana
Housekeeping
berkala dan
rencana saat
penyelesaian
suatu pekerjaan
di tempat kerja.
Masukan
rencana ini
kedalam
rencana kerja,
SOP dan JSA.
Start
Lakukan
housekeeping
sesuai rencana
(berkala / saat
penyelesaian
pekerjaan)
HES Inspector
inspeksi bulanan
menggunakan
Formulir Inspeksi
Housekeeping
Y
N
Sesuai
rencana?
Stop
74
L. Pelayanan Kesehatan
Manusia sebagai tenaga kerja dalam suatu perusahaan merupakan faktor
penggerak yang sangat penting. Oleh karena itu perlu upaya untuk terus menjaga
kualitas tenaga kerja itu sendiri, salah satunya adalah dengan memberikan fasilitas
kesehatan.
1. Pemeriksaan Kesehatan
a. Pemeriksaan Kesehatan Awal
Pemeriksaan kesehatan awal bagi karyawan dilakukan sebelum
karyawan tersebut mulai bekerja di Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia
Company. Hasil pemeriksaan digunakan sebagai dokumentasi catatan
kesehatan awal yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kondisi awal
kesehatan pekerja dan menentukan diizinkannya pekerja melakukakn
pekerjaan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemerikasaan fisik.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan secara rutin dengan periode
waktu 1 tahun sekali. Hasil pemeriksaan digunakan sebagai pantauan
kesehatan karyawan dan identifikasi adanya penyakit akibat kerja.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut keluhan
penyakit karyawan. Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk
menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga
kerja.
75
76
BAB IV
PEMBAHASAN
76
77
78
79
80
keputusan
menteri
Pertambangan
dan
Energi
81
82
b. Faktor Fisika
Faktor fisika yang berpengaruh pada karyawan di Terminal Lawe-lawe
Chevron Indonesia Company, antara lain adalah :
1) Penerangan
Pengukuran penerangan di seluruh ruang kerja di Terminal LaweLawe Chevron Indonesia Company belum dilakukan, sehingga belum dapat
dipastikan telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri
Perburuan
No.
07/MEN/1964
tentang Syarat
Kesehatan,
83
84
Intensitas (dBA)
8 jam
85
4 jam
88
2 jam
91
1 jam
94
30 menit
97
15 menit
100
7,5 menit
103
3,75 menit
106
1,88 menit
109
0,94 menit
112
85
Variasi Kerja
ISBB (oC)
Kerja ringan
Kerja sedang
Kerja berat
30,0
26,7
25,0
30,6
28,0
25,9
31,4
29,4
27,9
32,2
31,1
30,0
86
terhadap
87
kita semua telah menyelesaikan pekerjaan dengan selamat terdiri dari tiga
program utama yaitu:
1. Pelatihan dan program penilaian kemampuan FSWP untuk mendapatkan
tingkat pengetahuan standar para supervisor, karyawan dan kontraktor.
2. Program Penilaian berkala untuk memantau dan memperbaiki kepatuhan dan
kinerja pada pelaksanaan FSWP.
3. Melakukan proses konsekuensi untuk meningkat perilaku aman dan
mengurangi pelanggaran pada pelaksanaan FSWP.
Oleh karena itu FSWP harus selalu dilakukan dan diawasi, hal-hal yang
menyangkut FSWP adalah sebagai berikut :
1. Access Control
2. Work Permit
3. PPE (Personal Protective Equipment)
4. Job Safety Analysis (JSA) / Standard Operation Procedure (SOP)
5. LOTO (Log Out-Tag Out)
6. Hazcom (Hazard Communication) dan MSDS (Material Safety Data Sheet)
7. Housekeeping
Dengan telah diterapkan sistem manajemen ini Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lingkungan di Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company
berarti telah sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87 ayat 1 yaitu setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan dan sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja
88
dan
Kesehatan
Kerja
bahwa
setiap
tempat
kerja
yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
D. Pengelolaan Lingkungan
Seluruh unsur terkait yang terlibat dalam aktivitas di Terminal LaweLawe Chevron Indonesia Company mengacu pada kebijakan lingkungan yang
telah di tetapkan oleh menagemen. Hal ini sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 huruf l yaitu memelihara kebersihan,
kesehatan dan ketertiban Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada seluruh areal
perusahaan. Pengelolaan lingkungan ini meliputi pengolahan limbah baik limbah
yang ber bahaya mapunun limbah yang tidak berbahaya
Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company telah melakukan
pengolahan limbah padat di incinerator dan cair di WWT (Water Waste
Treatment) sebelum dibuang ke laut, sehingga telah sesuai dengan PPRI No. 18
tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun, pasal 3 : Setiap
orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3
dilarang membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara langsung ke media
lingkungan hidup tanpa pengolahan terlebih dahulu.
89
sistematik dan
90
91
H. Ergonomi
1. Waktu Kerja.
Chevron Indonesia Company (CICo) memperhatikan karyawan dengan
memberikan sistem jadwal 1 on 1 off untuk karyawan (office) dan 2 on 1 off
dalam 2 minggu untuk operator. Peraturan pembagian waktu kerja memang tidak
sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 77 ayat 2
dimana disebutkan waktu kerja adalah :
a. 7 jam 1 hari atau 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau
b. 8 jam 1 hari atau 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
Namun pada pasal 77 ayat 3 disebutkan bahwa ketentuan waktu kerja
sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 tidak berlaku bagi sektor usaha atau
pekerjaan tertentu.
2. Sikap Kerja.
Sikap kerja yang ditemukan di Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia
Company ada 2 macam yaitu : Sikap kerja dominan duduk yang ditemukan di
92
pekerjaan kantor dan sikap kerja berdiri berpindah yang ditemukan pada
karyawan lapangan.
Untuk sikap kerja yang dominan duduk yang banyak ditemukan pada
pengguna komputer di kantor dianjurkan agar karyawan menyediakan waktu
beristirahat kurang lebih 5 menit setelah 2 jam bekerja atau saat program
khusus pengingat istirahat mengingatkan agar karyawan beristirahat sejenak.
Sikap kerja karyawan juga dinilai menggunakan observasi kebiasaan perilaku
tenaga mengggunakan formulir Behaviour Based Safety (BBS) yang telah
disediakan.
3. Kondisi Lingkungan.
Kondisi lingkungan di Terminal Lawe-lawe Chevron Indonesia Company
cukup nyaman. Untuk pekerjaan terbuka tetap beratap sehingga pada kondisi
hujan atau panas tidak berpengaruh. Untuk pekerjaan dalam ruangan telah
disediakan AC sehingga tenaga kerja merasa nyaman saat bekerja. Selain itu
kondisi peralatan seperti tangga, jalan, dan tata ruang di atur dengan baik.
fasilitas di Terminal Lawe-lawe Chevron Indonesia Company juga sangat
lengkap.
4. Housekeeping.
Housekeeping (kebersihan dan kerapian) dimaksudkan untuk memastikan
fasilitas operasi dalam keadaan bersih, rapi dan teratur. Situasi ini akan
memberikan banyak manfaat, yaitu menghindari kemungkinan cedera dan
kebakaran,
menghindari
membuang-buang
energi,
mengoptimalkan
93
94
95
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, prosedur
dan peraturan internasional, serta kebijakan yang diterapkan di Terminal Lawe-lawe Chevron
Indonesia Company telah mampu mengimplementasikan di dalam perusahaan terhadap
karyawan-karyawannya.
1. Aspek Penerapan SMK3.
Kebijakan K3 yang di terapkan di Terminal Lawe-lawe Chevron Indonesia
Company, merupakan bentuk implementasi sistem manajemen K3 perusahaan. Komitmen ini
bertujuan terhadap keunggulan operasi menyatu dalam tatanan nilai The Chevron Way,
yaitu melindungi manusia dan lingkungan yang menempati prioritas teratas pada keselamatan
dan kesehatan pekerja dan perlindungan terhadap aset serta lingkungan melalui penerapan
Sistim Manajemen Keunggulan Operasi secara disiplin. Kebijakan ini telah mendukung
program pemerintah dalam hal keselamatan dan kesehatan kerjadan sesuai dengan
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerjadalam UU No 1 tahun 1970.
2. Aspek Penerapan Higine Perusahaan
Chevron Inonesia Company telah
97
3. Aspek Penerapan Pengelolaan Lingkungan.
Pengelolaan lingkungan di Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company
mengacu pada kebijakan lingkungan yang telah di tetapkan oleh menagemen, sehingga tidak
mengakibatkan pencemaran maupun merugikan pihak luar Chevron Indonesia Company.
Implementasi pengelolaan limbah berbahaya dan beracun ini sudah dikelola dengan baik dan
sudah sesuai dengan persyaratan penenganan limbah berbahaya dan beracun dalam PPRI No.
18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.
4. Aspek Penerapan Audit Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Pengadaan audit lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja yang dilaksanakan di
Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company baik secara internal maupun Corporate
bermaksud sebagai kegiatan yang memeriksa secara sistematik dan independen untuk
mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan sesuai dengan persyaratan dalam Permenaker RI
No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K3.
5. Aspek Penerapan Ergonomi
Chevron Indonesia Company mengadakan sistem berupa shift dan jam kerja normal.
Penyediaan fasilitas dan peralatan kerja di Terminal lawe-lawe baik di area kantor maupun
area terbuka memberikan kenyamanan bagi tenaga kerja sehingga belum ada cedera atau
keluhan otot yang di derita oleh tenaga kerja. Selain itu Chevron Indonesia Company juga
mendesain.
6. Aspek Penerapan Pelayanan Kesehatan
Chevron Indonesia Company khususnya di Terminal Lawe-lawe menyediakan
fasilitas kesehatan seperti klinik, rujukan, fasilitas olah raga yang baik bagi karyawan. Hal ini
dilakukan untuk membentuk masyarakat dan tenaga kerja yang sehat dan produktif serta
terhindar dari penyakit akibat kerja.
98
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang dibandingkan dengan
peundangan yang berlaku mengenai implementasi aspek-aspek hygiene perusahaan,
kesehatan dan keselamatan kerja di Terminal Lawe-lawe Chevron Indonesia Company,
adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis, antara lain:
1. Sebaiknya Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company mengkoreksi dan
meningkatkan penerapan sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
yang telah berjalan khususnya di Terminal Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Kalimantan
Timur.
2. Perlu diadakan pengukuran kebisingan di area process plant agar diketahui tingkat
kebisingannya sehingga tenaga kerja mengetahui situasi dan kondisi area kerja serta dapat
mencegah kecelakaan akibat kerja ( tuli).
3. Sebaiknya dilakukan sitem pengontrolan potensi bahaya khususnya untuk faktor kimia (
paparan gas) di area process plant dan pengontrolan sistematik dalam meningkatkan baku
mutu limbah hasil produksi yang dikelola dalam proses pengolahan limbah agar tidak
berpengaruh kepada lingkungan.
4. Sebaiknya diadakan pengukuran pencahayaan atau penerangan di tempat kerja yang lebih
detail di bagian office dan mess hall Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company.
Dengan membedakan perilaku yang diterima baik penerangan buatan, penerangan alami,
penerangan campuran (alami dan buatan), adanya pemetaan pada pengukuran penerangan
umum atau ruang kerja, pengukuran penerangan lokal atau alat kerja, dan reflaktan
(intensitas pantulan cahaya ke mata).
5. Sebaiknya diadakan pengukuran iklim kerja di bagian process plant Terminal Lawe-Lawe
Chevron Indonesia Company guna menyesuaikan perbedaan suhu tubuh tenaga kerja
dengan suhu lingkungan yang cenderung lebih panas, sehingga menciptakan iklim kerja
99
normal yang nyaman dan tidak menyebabkan tenaga kerja mengalami dehidrasi, heat
struck, dan lainnya.
6. Sebaiknya dilakukan pengukuran getaran mekanis, terutama pada mesin-mesin yang
bergerak maupun statis di bagaian process plant Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia
Company. Karena walaupun getaran yang dihasilkan di bawah standar yang ditentukan,
tetap akan mempengaruhi kesehatan karyawan yang mengoperasikannya. Hal ini perlu
dilakukan karena akibat jangka panjang dari getaran mekanis ini dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja yaitu white finger, tremor, dan lainnya.
7. Sebaiknya perlu ditetapkan jadwal penggukuran-pengukuran khususnya faktor fisika,
secara rutin dilaksanakan setiap 6 bulan sekali di Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia
Company agar tingkat bahaya dan potensi bahayanya bisa diketahui dan dilakukan
pencegahan dan pengendalian apabila sudah melewati NAB nya.
8. Sebaiknya perlu dilakukan pengawasan terhadap kedisiplinan dalam penggunaan alat
pelindung diri di Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company.
9. Sebaiknya perlu didakan penambahan fasilitas untuk team tanggap darurat (Emergency
Response Team) terutama pada masalah transportasi, sehingga pada saat terjadi potensi
bahaya fasilitas transportasi yang digunakan mencukupi.
100
DAFTAR PUSTAKA