, Denny Zulkaidi
(1)
(2)
(1)
Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.
(2)
Kelompok Keilmuan Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembanan
Kebijakan (SAPPK), ITB.
Abstrak
Kawasan Bandung Utara merupakan kawasan dengan jenis dan tingkat kerawanan
bencana beragam, mulai dari bencana erupsi gunung api, bencana gerakan tanah dan
atau tanah longsor, serta bencana gempa bumi. Oleh karena itu dalam pemanfaatan
ruangnya membutuhkan aturan yang jelas mengenai standar teknis serta persyaratan
terkait pengendalian pola ruang di Kawasan Bandung Utara. Berdasarkan
pertimbangan kebencanaan, Kawasan Bandung Utara memerlukan peraturan yang
mengatur pemanfaatan ruangnya yang mempertimbangkan aspek kerawanan
bencana. Hal ini bertujuan agar dapat meminimalisir dampak yang dapat ditimbulkan
dari bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Pengaturan zonasi sebagai indikator
pengendalian pemanfaatan ruang di KBU dipilih karena dianggap cara paling tepat
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang di KBU. Pengaturan zonasi yang diperlukan
adalah arahan pengaturan zonasi yang mempertimbangkan aspek kerawanan
bencana di masing-masing kawasan yang terdapat di KBU. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan 27 potensi bencana dengan tingkat kerawanan rendah, sedang,
dan tinggi, serta menghasilkan empat tipologi persoalan pengendalian yaitu, rendah
(A), sedang (B), tinggi (C), dan sangat tinggi (D). Keempat tipologi persoalan tersebut
menentukan arahan pengaturan zonasi apa yang tepat dilakukan di masing-masing
kawasan sesuai dengan kondisi kerawanan bencananya, dan dari empat tipologi
tersebut dihasilkan empat arahan zonasi untuk pengendalian pemanfaatan ruang di
KBU, yaitu zonasi III (zona kerawanan rendah), II (zona kerawanan sedang), Ia (zona
kerawanan sangat tinggi), dan Ib (zona kerawanan sangat tinggi).
Kata Kunci:
a
Pengantar
Kawasan
Bandung
Utara
(KBU)
merupakan kawasan yang terletak
pada
empat
wilayah
kota
dan
kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung,
Kabupaten
Bandung
Barat,
Kota
Bandung, dan Kota Cimahi. Luas
wilayah KBU adalah kurang lebih
38.548,33 hektar dengan jumlah
penduduknya kurang lebih 1.489.846
jiwa.
Kerawanan
bencana
yang
terdapat di KBU dilatarbelakangi oleh
kondisi geografis wilayah tersebut
yang berada di daerah gunung api
aktif Tangkuban Perahu, merupakan
wilayah patahan aktif yaitu patahan
lembang, serta kondisi kemiringan
lerengnya yang berkisar antara 20 >40%. Kondisi tersebut menimbulkan
potensi bencana yang beragam, yaitu
bencana erupsi gunung api Tangkuban
Perahu, bencana gerakan tanah dan
atau tanah longsor, serta bencana
gempa bumi yang dapat ditimbulkan
dari erupsi gunung api (gempa
Arahan Pengaturan Zonasi di Kawasan Rawan Bencana (Studi Kasus Kawasan Bandung Utara)
Pratiwi Istiwigati
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis
penelitian
eksploratif,
dengan
tujuan
untuk
memperoleh keterangan, penjelasan dan data-data
yang belum diketahui. Metode penelitian yang
digunakan adalah gabungan kualitatif dan kuantitatif,
dimana terdapat persoalan yang dapat dijelaskan
secara kalimat atau deskripsi namun terdapat pula
permasalahan yang harus dijelaskan dengan atau
secara matematis, misalnya dengan penggunaan GIS
dalam pengolahan data peta. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
normatif dan empirik. Pendekatan empirik dilakukan
dengan mengidentifikasi persoalan yang terjadi di
Kawasan
Bandung
Utara,
dikaitkan
dengan
pengendalian pembangunan yang ada untuk
Kawasan Bandung Utara. Pendekatan normatif
dilakukan dengan cara mengkaji konsep, teori dan
metoda serta peraturan perundang-undangan, baik
tingkat nasional, provinsi, maupun kota yang terkait
dalam konteks pengendalian pembangunan untuk
Kawasan Bandung Utara
Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan melakukan survey langsung
ke lapangan dan juga dengan mengumpulkan datadata sekunder. Survey data primer dilakukan dengan
mendatangi dinas yang terkait dengan pengendalian
di KBU, seperti Dinas Permukiman dan Perumahan
Provinsi Jawa Barat, Badan Pertanahan Nasional,
Badan Pusat Perizinan Terpadu, Dinas Tata Ruang dan
cipta karya, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa
Barat, dan lain-lain. selain pengumpulan data primer,
pengumpulan atau survey sekunder juga dilakukan
dengan melakukan diskusi kepada pakar ahli geologi
tata lingkungan. Survey sekunder dilakukan dengan
menghimpun data-data melalui buku, jurnal, internet,
dan lain sebagainya.
Metode Analisis Data
Penelitian ini akan mendeskripsikan datadata yang
diperoleh secara dalam atau dianalisis menurut
isinya, atau lebih dikenal dengan analisis isi (content
analysis). Teknik analisis yang digunakan disesuaikan
dengan sasaran penelitian yang ada. Teknik analisis
kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil
kajian
secara
mendalam,
sedangkan
teknik
kuantitatif dilakukan untuk menjelaskan atau
menganalisis data-data yang tidak dapat dijelaskan
secara kualitatif, misalnya pengolahan peta yang
harus menggunakan GIS tidak dapat dilakukan
secara kualitatif, hasil dari interpretasi peta tersebut
nantinya akan dijabarkan secara kualitatif agar
mudah dimengerti. Teknik analisis data dalam
penelitian ini secara singkatnya adalah, sasaran
penelitian 1) mengintegrasikan norma pengendalian
pembangunan kawasan rawan bencana dan kawasan
lindung, menggunakan teknik analisis konten;
sasaran penelitian ke sasaran ke 2) menyusun
tipologi persoalan pengendalian pembangunan di
Kawasan Bandung Utara, dengan cara yang pertama
Arahan Pengaturan Zonasi di Kawasan Rawan Bencana (Studi Kasus Kawasan Bandung Utara)
k
tipologi D merupakan kawasan dengan potensi bencana sangat tinggi dan mutlak
Tabel 1
diperuntukkan
untuk kawasan lindung. Metode penyusunan tipologi persoalan dilakukan
Penyimpangan Guna Lahan di Kawasan Bandung Utara Berdasarkan Pergub Jawa Barat No.
dengan melihat kesamaan dalam bentuk
pengendalian.
Kesamaan bentuk pengendalian
58 Tahun
2011
didasarkan pada jenis bencana dan besaran kekuatan bencana yang dapat ditimbulkan
di sebuah kawasan. Semua hal dipertimbangkan, seperti jarak minimal maksimal dari
sumber bencana, kondisi geologi, klimatologi serta kondisi topografi kawasan sehingga
diperoleh klasifikasi zona rendah, sedang dan tinggi.
Empat tipologi yang teridentifikasi menentukan arahan zonasi apa yang tepat
diterapkan di masing-masing kawasan yang ada di KBU. Penentuan arahan zonasi
dianalisis berdasarkan tipologi persoalan yang telah teridentifikasi. Berdasarkan hasil
analisis, dari empat tipologi yang ada melahirkan empat arahan pengaturan zonasi
untuk kawasan rawan bencana di KBU, yaitu arahan zonasi III, II, Ia, dan Ib.
Zona III merupakan zona yang aman dari bencana dan memperbolehkan adanya
kegiatan budidaya permukiman maupun non permukiman, dengan tetap
memperhatikan peraturan yang berlaku. Zona II merupakan zona dengan tingkat
kerawanan bencana skala sedang. Pada zona II ini masih diperbolehkan adanya kegiatan
budidaya permukiman maupun non permukiman dengan menerapkan rekayasa teknis
dan vegetatif yang terdapat dalam perundangan.
Desa/Kelurahan
Guna Lahan
Luas (ha)
Eksisting
Permukiman
Lahan Kering
1.207,09
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Permukiman
Ciburial, Cibodas
PermukimanCipanjalu,
Sukajaya,
Girimekar,
Cihanjuang
Cibodas,
Rahayu,
4,38
Cikahuripan,
89,34
Kertawangi,
Permukiman
149,63
1.450,44
Zona Ia merupakan zona dengan tingkat kerawanan tinggi, merupakan wilayah yang
harus dilindungi, tidak diperbolehkan adanya kegiatan budidaya apapun, kecuali
kegiatan pariwisata kehutanan dan geologi. Zona selanjutnya adalah zona Ib yang
Sumber:Dinas Permukiman dan Perumahan Prov. Jabar, 2011
merupakan zona dengan kondisi kerawanan bencana sangat tinggi. Zona Ib merupakan
wilayah yang mutlak untuk dilindungi, tidakdiperbolehkan adanya kegiatan budidaya
dan vegetatif sesuai perundangan. Untuk
apapun, kecuali pembangunan pos
di
bawah ini:
Bencana di
Bandung Utara
Tipologi
A
(rendah/aman)
Kondisi Wilayah
Terbangun
(permukiman,
memperhatikan
perhotelan, villa, berlaku.
dll)
Zonasi
syarat
dan
ketentuan
yang
II
Tidak terbangun
B
(sedang)
Terbangun
II
teguran
dari
Terbangun
Ia
Kondisi Wilayah
Terbangun
pembangun
apabila
terbukti
m
pelanggaran pemanfaatan ruang dengan
Dictionaries.
http://oxforddictionaries. Com.
2013.