Laporan Pendahuluan Hyperbilirubinemia
Laporan Pendahuluan Hyperbilirubinemia
HYPERBILIRUBINEMIA
A. Pengertian
Hyperbilirubinemia adalah peningkatan serum bilirubin dalam darah
yang ditandai dengan icterus pada kulit, sclera, mukosa dan cairan tubuh (Cindy
Smith, 1990).
B. Macam-macam Icterus
1. Icterus Fisiologis adalah icterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
serta tidak mempunyai dasar patologik dan tidak mempunyai dasar potensi
untuk menjadi kernicterus.
Icterus disebb\ut fisiologik bila :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2. Icterus Patologik :
Icterus disebut patologik bila :
a.
b.
c.
d.
e.
C. Etilogi Hyperbilirubinemia
1. Produksi bilirubin yang berlebihan, misal : hemolisis yang meningkat pada
inkompatibilitas darah RH, ABO, golongan darah lain.
2. Gangguan fungsi hepar, misalnya imaturitas hepar pada bayi prematur,
terjadinya infeksi hepar, tidak terjadinya enzim glukoronil transfferase
(sindrom Cringgler-Majjar).
3. Gangguan transportasi misalnya hipoalbuminemia pada bayi premature.
4. Gangguan ekskresi bilirubin atau obstruksi.
D. Patofisiologi Hyperbilirubinenia
Pembentukan Bilirubin Meningkat
(Penyakit Hemolisis Atau
Destruksi Eretrosit)
Gangguan Konjugasi
(Immaturitas Hepar
Atau Subsitrat U/ Konjugasi
Gangguan Transportasi
(Hipoalbumenia Pada
Bayi Premature)
HIPERBILIRUBINEMIA
Bilirubin Direk Meningkat
Hepatomegali
Fototerapi
Terapi
Anareksia
Deficit Knowledgje
Intake Nutrisi
Dehidrasi
Kerusakan Integrutas
Kulit
Peningkatan
IWL
Deficit Volume
Cairan
Peristaltic Hipertermia
Meningkat
Diare
Potensial Gagal
Ginjal
Pertahanan
Tubuh
Terhadap
Antigen Me
Hipo/Hiper
Ventilasi
Over Load
Hipervolemia
Perubahan
perfusi
jaringan
Penumpukan
Bilirubin
Dalam Otak
Gangguan
Neurologis
Perubahan
Suhu
Tubuh
Resiko
Injury
Hipoperfusirenal
Penurunan Laju
Filtrasi Glomerolus
Cemas
Tranfusi Tukar
Potensial
Injury Pada
Mata
Tidak
Mau
Minum
Epistotonus
Intake Cairan
Kurang Volume Cairan
Tubuh
Kejang
Lethargi
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Meliputi :
a. Biodata : untuk mengetahui identitas bayi dan orangtua, sehingga dapat
mempermudah dalam memberikan informasi. Tanggal lahir bayi perlu
dikaji untuk menentukan bayi lahir aterm atau premature sehingga
memperkuat diagnosa icterus fisiologis atau patologis.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan, meliputi
Riwayat prenatal :
1.)
merokok,
mengkonsumsi
bahan narkotik,
2.)
3.)
4.)
5.)
Neurologi: reflek moro menurun, tidak ada kejang pada tahap kritis.
6.)
kedutan
pada
wajah
dan
ekstremitas,
tangan
f. Pemeriksaan penunjang
1.)
2.)
3.)
4.)
5.)
Pemeriksaan
retikulosit:
peningkatan
retikulosit
menandakan
3.)
: Setelah
dilakukan
tindakan
tindakan
keperawatan
klien
Intervensi :
Kaji tingkat dehidrasi
R : mengetahui cairan yang dibutuhkan
Monitor tanda-tanda dehidrasi
R : mengetahui tindakan yan akan dilakukan selanjutnya
Berikan asi / pasi sesuai program
R : memenuhi hidrasi dengan intake yang adekuat
Observasi frekwensi, konsistensi dan warna feces
R : perubahan dari frekwensi, konsistensi feces, klien mengalami diarhoe
sehingga perlu ditindak lanjuti
c. Diagnosa : Perubahan suhu tubuh b/d premature, fototerapi.
Tujuan
: Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
klien
dapat
Kriteria Standar : Keadaan kulit kering, bersih anus tidak kemerahan, icterus
pada tubuh berkurang.
Intervensi
Observasi warna dan keadaan kulit tiap 8 jam / bila diperlukan
R : dapat mengetahui secara dini bila terjadi kelainan
Ubah posisi setiap 2 jam dengan terlentang / tengkurap, monitor keadaan kulit
dan lakukan massage
R : mengurangi daerah tertekan
Perhatikan warna dan frekwensi defekasi
R : defekasi encer, sering serta kehijauan serta urine kehijauan menandakan
keefektifan fototerapi dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin
Jaga kebersihan dan kekeringan tubuh klien
R : agar kulit tidak teriritasi oleh bilirubin dan enzim yang dikeluarkan oleh
feces
Berikan perawatan area perianal setelah defekasi
R : mencegah iritasi dari defekasi yang sering dan encer
Pelihara kebersihan kulit bayi, seka setiap hari, ganti popok dan pakain setiap
saat jika diperlukan
R :kulit tetap bersih dan kering dapat mencegah iritasi kulit
e. Diagnosa : Resiko injury pada mata dan genetalia b/d fototerapi.
Tujuan
Kriteria Standar : Reflek mata / pupil ada bila pelindung mata dibuka, adanya
respon dengan sentuhan, sensori visual baik, genetalia tidak
atropi, eliminasi urin lancar
Intervensi :
Tempatkan bayi pada 18 20 inchi dari sumber cahaya.
R : merupakan jarak yang tepat untuk keuntungan maksimal
Berikan penutup mata yang tidak tembus cahaya
R : mencegah kemungkinan kerusakan retina dan kongjungttiva dari sinar
intensitas tinggi
Inspeksi mata setiap 2 jam bila penutup mata dibuka
R : memberikan rangsang terhadap klien sehingga tidak terjadi penurunan
persepsi
Pantau posisi penutup mata
R : pemasangan tidak tepat / pergeseran dapat menyebabkan iritasi, abrasi,
kornea, konjungtiutis
Beri tutup pada testis dan penis bayi
Kriteria standar : Joundice berkurang atau hilang kadar serum bilirubin kurang
12 mg/dl pada bayi atern dan kurang 15 mg / dl pada bayi pretern
Intervensi
Perisapkan alat-alat untuk mengukur suhu nadi respirasi dan alat resusitasi
b.
c.
d.
e.
tidak ada tanda penurunan sensori visual dan tidak terjadi trauma pada
genetalia
f.
g.
LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS NEONATORUM
A. Definisi
Sepsis adalah syndrome yang dikateristikkan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala infeksi yang parah, yang dapat dikembangkan kearah septisemia dan
syok septic. Septisemia menunjukkan munculnya infeksi simetik pada daerah
yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme sel. Cepat atau zat-zat
racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar.
Sepsis neonatorum adalah penyakit infeksi pada bayi dengan suatu syndrome
klinik yang ditandai dengan adanya penyakit sistemik simptomatik atau
asymtomatik dan adanya mikroorganisme serta toxin yang dihasilkan
dalamdarah (endotoxin) yang ditandai dengan terganggunya perfusi jaringan
atau organ vital tubuh disrtai dengan penurunan tekanan darah yang
disebabkan oleh pengaruh endotoxin terhadap sirkulasi darah.
B. Etiologi
Disebabkan oleh infeksi jamur discetsia, virus, bakteri dank man gram
negative.
1. Antenatal : kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke placenta.
a.)
b.)
c.)
C. Pengkajian
1.)
Keadaan Umum
a.)
b.)
2.)
System Sirkulasi
Pucat, sianosis, kulit dingin, hipotensi, oedema, denyut jantung abnormal
(bradikardi), takikardi, aritmia.
3.)
System Pernafasan
Pernafasan ireguler, apnea atau tacipnea, retraksi.
4.)
5.)
6.)
System Hemoportik
Jaundice, pucat, ptekie, cyanosis, splenomegali.
D. Pemeriksaan diagnostic
1.) Culture (luka, sputum, urine, darah) mengidentifikasikan organisme
penyebab sepsis.
2.) SDP : ht mungkin meningkat pada status hipovelemik karena
hipokonsentrasi, leuositosis, dan trombositopenia.
3.) Elektrolit serum : asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi
ginjal.
4.) Glukosa serum : hipergikemia.
Infeksi
4.)
Nyeri
2.)
Perubahan
5.)
Aktivitas
6.)
Pola tidur.
suhu
3.)
Cairan dan
Nutrisi
F. Patofisiologi
Endotoxin
Imunitas Menurun
Pengaruh Indotoksin
Infeksi
Inflamasi
PD. Vasokontriksi
Saluran Cerna
Metabolisme
Kulit Dingin
Meningkat
Muntah Diare
Meningkat
Hipotermia
Perubahan Nutrisi
Frekuensi
Hipertensi
Pusing, Tinnitus
Bakterimia,
H2O, CO2
Septisemia
Meningkat
Reseptor Nyeri
Terjadi Ekstravasasi
Hipovolemia
Dehidrasi
Nyeri
Metabolis
Meningkat
Hipotermi
Gangguan Rasa
Defisiensi Cairan
Nyaman Nyeri
Dan Elektrolit
Hipertermi
G. Diagnosa keperawatan
1.)
2.)
suhu hipertermi
4.)
H. Intervensi
1.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kolaborasi
dengan
team
medis
didalam
pemberian antibiotic.
2.
b.
c.
d.
e.
f.
Kolaborasi
dengan
team
medis
didalam