BAB II
2.1
KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN
istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
dipimpin oleh seorang Gubernur
Berdasarkan tujuan penataan ruang Provinsi Aceh yang ingin dicapai yaitu:
Mewujudkan tata ruang Wilayah Provinsi Aceh yang Islami dan maju, produktif, adil dan
merata, serta berkelanjutan, maka kebijakan penataan ruang Provinsi Aceh beserta
strategi penataan ruang yang mendukung kebijakan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
2.1.1
2-1
2.1.2
Kawasan Hutan Lindung, adalah hutan yang memiliki sifat-sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun bawahnya sebagai
pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
Kawasan hutan lindung meliputi; kawasan hutan lindung yang menyebar diseluruh
kabupaten/kota kecuali kota Banda Aceh dan Lhokseumawe seluas 1.922.260,84 Ha.
2.
kawasan bergambut, meliputi Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan
Raya, Aceh Barat, dan Aceh Jaya
kawasan resapan air, meliputi; kabupaten Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh
Tengah, Bener Meriah, Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, Pidie,
Pidie Jaya, Aceh Besar, Aceh Jaya, dan Aceh Barat
3.
Laporan Antara
2-2
Sempadan pantai meliputi wilayah pesisir Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie
Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe, Langsa, Aceh Timur, Aceh Tamiang,
Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Singkil,
Simeulue, dan Sabang.
Sempadan sungai dikembangkan pada seluruh aliran sungai yang ada di provinsi
baik yang mengalir di kawasan perkotaan maupun di luar kawasasn perkotaan.
Kawasan sekitar danau/waduk yaitu Danau Laut Tawar, Danau Anak Laut, Waduk
Keuliling, Waduk Jambo Aye, Waduk Peusangan, dan Waduk Tampur
4.
kawasan terbuka hijau kota yang menyebar di kawasan perkotaan dan luar perkotaan
5.
Kawasan yang berfungsi sebagai suaka alam dan margasatwa untuk melindungi
keanekaragaman hayati, ekosistem, dan keunikan alam. Yang Termasuk di dalamnya
adalah :
kawasan suaka alam, meliputi; cagar alam Pinus Jantho seluas 16.344,76 Ha di
Aceh Besar, Cagar alam serba jadi seluas 310,75 Ha di Aceh Timur;
Suaka
Laporan Antara
2-3
6.
Kawasan rawan bencana, yaitu yang mengalami bencana alam seperti gerakan tanah,
longsoran, runtuhan, banjir bandang, dan rayapan. Yang termasuk dalam kawasan ini
tersebar di wilayah provinsi Aceh adalah :
a. sepanjang patahan Semangko sampai perbatasan dengan Provinsi Sumatera
Utara, yang meliputi kabupaten Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener
Meriah, Pidie, Bireuen, Aceh Barat, Aceh Selatan, Nagan Raya, Aceh Barat Daya,
dan Aceh Besar
b. kawasan rawan bencana gelombang pasang, tersebar pada kawasan pantai
meliputi: Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara,
Lhokseumawe, Langsa, Aceh Timur, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh
Barat Daya, Aceh Selatan, Singkil, Simeulue, dan Sabang.
c. kawasan rawan bencana banjir tersebar pada beberapa kawasan dalam
kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa,
Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Subulussalam, Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat
Daya, Aceh Barat, Aceh Jaya, dan Nagan Raya.
d. kawasan rawan bencana kekeringan, meliputi sebagian wilayah kabupaten Pidie,
Pidie Jaya, Aceh Selatan dan Nagan Raya.
e. kawasan rawan bencana angin badai, meliputi seluruh wilayah pesisir pantai
Utara-Timur, Barat-Selatan, Simeulue dan Sabang.
f. kawasan rawan bencana kebakaran hutan, meliputi sebagian wilayah kabupaten
Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh
Selatan, Subulussalam, Aceh Singkil dan Aceh Tengah.
7.
2-4
Kesesuaian lahan, yang merupakan hasil penilaian terhadap kemampuan atau daya
dukung lahan terhadap kegiatan penggunaan lahan tertentu, (2) Potensi pengembangan
dan kegiatan budidaya, yang merupakan hasil penilaian ekonomi dan keruangan terhadap
potensi pengembangan budidaya tertentu.
Adapun Kawasan Budidaya yang yang diarahkan dalam RTRW Provinsi Aceh Adalah :
a. kawasan peruntukan hutan produksi seluas 669.241,43 Ha dan produksi terbatas
seluas 56.143,17 Ha yang tersebar di seluruh Provinsi Aceh
b. kawasan peruntukan hutan rakyat dilakukan diseluruh wilayah provinsi yang
memiliki potensi dan sesuai dengan pengembangan hutan rakyat
c. kawasan peruntukan perkebunan tersebar di sebagian wilayah kabupaten/kota
Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Jaya,
Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh
Singkil, dan Simeulue
d. kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan
pertanian lahan kering dan hortikultura, dan kawasan peruntukan peternakan
e. kawasan peruntukan perikanan diantaranya :
perikanan tangkap dengan daerah penangkapan ikan seluas 42.050,23 km2 dan
peruntukan
pariwisata
dengan
memperhatikan
tujuan/Destinasi
Pengembangan Pariwisata (DPP) yang terdiri atas 5 (lima) DPP. Kabupaten Bener
Meriah merupakan DPP 3 (tiga) yaitu Dominasi atraksinya adalah budaya, religi
kesenian, peninggalan sejarah, flora fauna, danau, sungai, pegunungan dan hutan.
h. kawasan peruntukan permukiman permukiman perkotaan dan permukiman
pedesaan yang dikembangkan di wilayah provinsi yang memenuhi kriteria sebagai
permukiman
i.
j.
Laporan Antara
2-5
pandang kepentingan:
a. Koridor III Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara dengan
pusat pelayanan di Kota Takengon;
b. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi adalah DAS (Daerah
Aliran Sungai) Peusangan.
2.2
2032 (Qanun Kabupaten Bener Meriah Nomor : 4 Tahun 2013 ) disusun berdasarkan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan mencakup
wilayah perencanaan seluruh wilayah administratif Kabupaten Bener Meriah.
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bener Meriah merupakan arahan
perwujudan ruang wilayah Kabupaten Bener Meriah yang ingin dicapai pada masa yang
akan datang (20 tahun). Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bener Meriah
dirumuskan berdasarkan:
a.
isu strategis;
tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah Propinsi Aceh dan
nasional;
f.
g.
Laporan Antara
2-6
Tujuan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bener Meriah Tahun 20122032 adalah Mewujudkan Kabupaten Bener Meriah sebagai sentral agribisnis dan
agrowisata yang berbasis pada peningkatan produktifitas, aksesibilitas dan mobilitas
sektor pertanian, perkebunan dan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian alam
dan mitigasi kebencanaan.
2.2.1
pusat kegiatan yang merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat di Wilayah
Kabupaten Bener Meriah terdiri dari 4 (empat) pusat kegiatan antara lain :
a. PKL yang berada di wilayah Kabupaten Bener Meriah;
b. PKLp yang berada di wilayah Kabupaten Bener Meriah;
c. PPK yang berada di wilayah Kabupaten Bener Meriah; dan
d. PPL yang berada di wilayah Kabupaten Bener Meriah;
Untuk lebih jelasnya mengenai sistem pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Deli
Serdang dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut :
Tabel II.1
Rencana Sistem Perkotaan di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2012-2032
No
1
Hirarki
Pusat Kegiatan Lokal
(PKL)
Kota
Simpang Tiga
Redelong
(Kecamatan
Bukit)
hasil
perkebunan,
pertanian
Pusat
ilmu
pengetahuan
dan
insentif,
konfrensi
dan
pameran.
Laporan Antara
Pondok Baru
(Kecamatan
Bandar)
2-7
No
Hirarki
Kota
hasil
perkebunan,
pertanian
ilmu
pengetahuan
dan
insentif,
konfrensi
dan
pameran; dan
Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK)
Blang Rakal di
Kecamatan
Pintu Rime Gayo
Reronga di
Kecamatan
Gajah Putih,
pusat
industri
pengolahan
hasil
pertambangan mineral
pusat industri pengolahan dan industri
jasa hasil pertanian tanaman pangan
dan hortikultura,
Lampahan di
Kecamatan
Timang Gajah,
pusat
industri
pengolahan
hasil
pertambangan mineral
pusat industri pengolahan dan industri
jasa hasil pertanian tanaman pangan
dan hortikultura,
hasil
Bener Kelipah
Utara di
Kecamatan
Bener Kelipah,
Laporan Antara
2-8
No
Hirarki
Kota
Wih Tenang
Uken di
Kecamatan
Permata,
Jamur Atu di
Kecamatan
Mesidah,
Samar Kilang di
Kecamatan
Syiah Utama.
pusat
industri
pengolahan
hasil
pertambangan mineral
pusat industri pengolahan dan industri
jasa hasil pertanian tanaman pangan
dan hortikultura,
Pusat Pelayanan
Kawasan (PPL)
Singah Mulo di
Kecamatan
Pintu Rime Gayo
Tunyang di
Kecamatan
Timang Gajah
Pante Raya di
Kecamatan Wih
Pesam
industri
pengolahan
hasil
pertambangan mineral
pusat produksi hasil perikanan
Simpang Teritit
di Kecamatan
Wih Pesam
pusat
industri
pengolahan
Batin Baru di
Kecamatan
Bandar
Hakim Wih Ilang
di Kecamatan
Bandar
Pakat Jeroh di
Kecamatan
Bandar
Wih Tenang Toa
di Kecamatan
Permata
hasil
pertambangan mineral
pusat produksi hasil perikanan
Laporan Antara
2-9
Meningkatkan aksessibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke PKL
(Pusat Kegiatan Lokal), PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) dan PPL(Pusat Pelayanan
Lingkungan);
sistem jaringan transportasi secara terpadu dan terintegrasi antara sistem transportasi
lokal dan transportasi regional, yaitu terpadu dengan beberapa penggunaan lainnya,
seperti kawasan perdagangan, pemerintahan dan lainya
Laporan Antara
2 - 10
Gambar 2.3
Peta RENCANA SISTEM PERKOTAAN KAB BENER MERIAH
Laporan Antara
2 - 11
2.2.2
distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukkan
ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya.
A. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bener Meriah seluas 64.667,410 Ha terdiri atas:
a.
Kecamatan Pintu Rime Gayo seluas 2.872,270 Ha meliputi Kampung Uning Mas;
b.
c.
d.
Kecamatan Wih Pesam seluas 837,060 Ha meliputi Kampung Wih Pesam dan
Wonosobo;
e.
Kecamatan Bukit seluas 2.182,820 Ha meliputi Kampung Bale Atu, Bale Redelong,
Mupakat Jadi,Sedie Jadi, Panji Mulya I, Panji Mulya II, Waq Pondok Sayur, dan
Karang Rejo;
f.
g.
h.
i.
j.
Laporan Antara
2 - 12
Laporan Antara
2 - 13