GULMA
M. Taufik Fauzi
PS Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Mataram
PESTISIDA
Penggunaan herbisida
Sama dengan pestisida yang lain, paling efektif
dengan hasil pengendalian yang paling cepat dapat
dilihat, tetapi
1) efek merusak dari residu herbisida terhadap lingkungan
2) bahan kimia ini dapat meningkatkan penyakit tumbuhan
3) berkembangnya ketahanan berbagai gulma terhadap
herbisida
4) tidak ekonomis misalnya di padang gembalaan atau
areal-areal lain yang mempunyai produktivitas yang
rendah
Agensia
Agensia Pengendali
Pengendali Hayati
Hayati Gulma
Gulma
1. Serangga
Contoh keberhasilan:
1. Terkendalinya eceng gondok
(Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.)
di Lousinia, Amerika Serikat dengan
introduksi Neochetina eichhorniae
Warner yang didatangkan dari
Argentina
2. bersihnya infestasi salvina (Salvina
molesta Mitchell) di Australia dan
Papua New Guinea dengan introduksi
kumbang Cytrobagous salvinae
Calder and Sands dari Brazil
2.
2. Patogen
Patogen
Tumbuhan
Tumbuhan
Mikrobia (Patogen tumbuhan) diketahui
mempunyai kemampuan untuk menekan dan
bahkan membunuh tumbuhan (termasuk gulma)
Jamur merupakan agen biokontrol gulma yang
paling banyak diteliti dan dikembangkan
umum ditemukan pada tumbuhan, bersifat
merusak, dapat diproduksi secara massal dan
dapat diformulasikan, serta dapat secara aktif
mempenetrasi tumbuhan
Clidemia sebelum
aplikasi jamur
Setelah aplikasi
jamur
Colletotrichum
3.
Tumbuhan
Sebagaimana dengan gulma tanaman budidaya
juga mampu mengurangi pertumbuhan dan
perkembangan gulma melalui kompetisi terhadap
cahaya, air dan nutrisi, atau dalam beberapa hal
melalui pelepasan substansi alelopati (Minotti, 1991).
4. Herbivora
Kesukaan makan suatu hewan tingkat tinggi jika
diberikan kebebasan untuk memilih, dapat digunakan
secara selektif untuk mengendalikan gulma.
1. Pendekatan Klasik
2. Pendekatan Non-klasik
1. Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik merupakan introduksi
secara inokulatif musuh alami yang
didatangkan dari luar darimana gulma
sasaran berasal
Gulma introduksi
sasaran yang baik bagi penggunaan musuh
alami dengan pendekatan klasik (inokulatif)
1. Pendekatan Non-Klasik
a. Teknik Augmentatif
Mikrobia yang digunakan ditemukan di
daerah/wilayah dimana gulma menjadi
masalah, tetapi tanpa bantuan manusia
maka agen pengendali hayati ini tidak
dapat berkembang dengan baik
Perkembangan agen pengendali hayati
perlu dibantu karena adanya hambatan
biologi atau ekologi
Jamur karat
lokal Lombok
Jamur Karat
Menimbulkan
kerusakan yang
parah pada gulma
teki
Secara alami,
kerusakan ringan dan
penyebaran terbatas
90
No of pustules
80
70
60
50
40
30
20
10
a.m
Y = -1.03 + 0.43 x 10-3X
p.m
0
5
10
15
20
25
30
teki sehat
teki terinfeksi
Padi
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Jagung
Perlakuan
Campuran
Padi
T1P
-0,0398
0,0398
T2P
-0,0445
0,0045
T3P
-0,2756
0,2756
T0P
0,1790
-0,1790
Alternaria
eichhorniae
1. PENEMUAN
Sebelum eksplorasi mikrobia:
1. memberikan batasan pada gulma sasaran:
nilai tanaman budidaya yang terinfestasi
oleh gulma sasaran, ketersedian cara
pengendalian termasuk biaya yang
dibutuhkan untuk pengendalian, dan
keadaan tertentu yang mendukung
diterapkannya pengendalian hayati
terhadap gulama sasaran
2. mengurangi daftar spesies gulma yang
akan dikendalikan
3. melakukan survey mikrobia pada gulma
Selanjutnya:
1. Mikrobia dikoleksi dari bagian gulma yang
sakit dan diisolasi pada media biakan yang
sesuai, dan diidentifikasi
2. Postulat Koch
3. Identifikasi
4. Media biakan yang dapat digunakan
5. Penyimpanan biakan untuk waktu singkat
dan lama
6. Studi pustaka terhadap patogen yang
potensial terutama mengenai kisaran inang
dari patogen dan media yang sesuai bagi
perkembangan patogen tersebut
Mikrobia potensial:
1. Dapat diproduksi secara in vitro
2. produksi/agen tersebut dapat tetap
dalam kondisi stabil di dalam biakan
maupun di penyimpanan
3. tidak mempunyai faktor dormansi
yang dapat mempengaruhi
infektifitas
4. dapat menginfeksi gulma pada
kisaran kondisi lingkungan yang luas
2. Pengembangan
1. Penentuan kondisi optimum bagi produksi
spora
2. penentuan kondisi optimum bagi
perkembangan penyakit dan kerusakan gulma
3. pengujian proses infeksi
4. penentuan cara kerja patogen dalam
mengendalikan gulma dan atau toksin
5. penentuan kisaran inang
6. kuantifikasi keefektifan agen sebagai agen
pengendali hayati gulma
3. Pemanfaatan
Kolaborasi antara peneliti, petani (pengguna),
dan industri dalam produksi, kemungkinan
komersialiasi, dan penggunaan bioherbisida
1.
2.
3.
4.
5.
Formulasi
Fermentasi
Aspek regulasi
Pemasaran
Implementasi