Diagnosa Banding :
Miliaria
Exanthema subitum
Campak Jerman (Rubella)
Campak (Rubeola)
Drug eruption
Scarlet fever
MORBILI
( Rubeolla / Measles / Campak / Gabagan / Kerumut )
Penyakit infeksi virus akut yang sangat menular
Disebabkan oleh virus morbili (RNA virus paramyxovirus)
Hanya ada 1 serotipe
EPIDEMIOLOGI :
PATOGENESIS :
Mucocutaneus
Jaringan Lymphoid
Viremia
Gejala Klinis
Virus Morbili
inkubasi 10 14 hari
- Encephalitis
- Bronchopneumonia
- Aktivasi K.P
- Myocarditis
- Laryngitis Akut
- OMP
GEJALA KLINIS :
Masa Inkubasi : 10 14 hari
3 stadium :
Kataral / Prodromal (4 5 hari)
Panas
Pilek
Malaise
Koplik spot (pathognomonis)
Batuk
Conjugtivitis
Photophobia
Erupsi
Konvalensi
Panas
Batuk
Erupsi
kecuali ada komplikasi
hiperpigmentasi
kulit mengelupas (kecuali tangan dan kaki)
DIAGNOSA :
Terutama berdasarkan gejala klinis yang khas
Isolasi virus dari darah, urine, secret nasopharynx (masa prodromal)
Serologis (paired sera)
Antibody timbul 1 3 hari setelah ruam (+)
Neutralizing antibody
Hemaglutination inhibition
Complement fixing
Positif bila titer konvalensi > 4 kali
DIAGNOSA BANDING :
KOMPLIKASI :
PENGOBATAN :
Morbili tanpa komplikasi :
Rawat jalan
Cukup cairan dan kalori
Pengobatan simtomatis (anti piretik, obat batuk, sedativa)
PENCEGAHAN :
Isolasi Penderita (sampai 5 hari post erupsi)
Imunisasi aktif dengan vaksin campak / MMR (Measles Mumps Rubella)
Pada usia 9 bulan dan diulang usia 6 tahun (rekomendasi WHO / Depkes)
Rekomendasi IDAI (1997) : diulang pada usia 15 bulan dan 12 tahun
Vaksin diberikan 0,5 ml s.c.
Imunisasi Pasif (Post Exposure Prophylaxis)
PROGNOSIS :
RuBeLLA
PATOGENESIS :
Droplet
14 21 hari
Virus
Rubella
Congenital
rubella
Transplasenta
Triwulan I
Panas 2 - 3 hari
Ruam dari muka ke seluruh
tubuh
Pembesaran kelenjar :
- Retroauricular
- Cervical post
- Occipital post
- CHD (Congenital Heart
Disease)
- Tuli persepsi saraf
- Cataract congenital
- Retardasi mental
DIAGNOSA :
Arthritis
Encephalitis
Purpura
- Symptomatis
- Pengobatan komplikasi
PENGOBATAN :
- Isolasi penderita
- Vaksinasi MMR
PENCEGAHAN :
PAROTITIS EPIDEMIKA
Parotitis Epidemika / Gondongan / Mumps /Belau
Penyakit menular : virus akut yang ditandai dengan pembesaran
kelenjar ludah, terutama parotis
30 40 % Inapparent infection (terinfeksi tp imun bagus, sehat ,
tidak sakit)
Disebabkan virus parotitis (RNA virus) genus Paramyxovirus
Hanya ada 1 serotype
Predileksi pada jaringan saraf dan kelenjar
EPIDEMIOLOGI :
PATOgENESIS :
Viremia
Multiplikasi di sel
Epitel saluran nafas
Virus Parotitis
Kelenjar Ludah
Gejala KLiNiS :
DIAGNoSA :
Gejala klinis
Riwayat kontak 2 3 minggu pre onset
Kultur virus parotitis dari saliva, cerebro spinalis, darah, urine,
otak
Serologis :
ELISA : IgM (+) pada hari-hari pertama
IgG (paired sera) 4 kali
DIAGNOSA BANDiNG :
Viral parotitis lain (HIV, influenza, parainfluenza, cytomegalovirus,
coxsackie virus)
KOMPLIKASI :
Meningoencephalomyelitis
Orchitis dan Epididymitis
Pancreatitis
Tuli
Myocarditis
PENGOBATAN :
PeNCeGAHAN :
Isolasi sampai 9 hari setelah pembesaran kelenjar parotis
Imunisasi :
Monovalent
Kombinasi (MMR)
Proteksi kekebalan pasif dari ibu sampai bayi usia 6 bulan (kecuali
ibunya belum kena dan blum vaksin MMR)
PROGNOSiS :
Pada umumnya baik
Mandul sangat jarang
Infeksi virus parotitis biasanya memberikan kekebalan seumur hidup
6
DIFTERI
Diagnosa Banding :
1. Tonsilitis folicularis (Acute Streptococcal Membranous Tonsilitis), panas
tinggi, masih aktivitas tinggi
2. Moniliasis/ trash
3. Tonsillitis Diphtheria -> panas 38 derajat, aktivitas rendah (loyo)
4. Blood dyscrasia
5. Infectious mononucleosis
6. Primary Herpetic tonsillitis
ETIOLOGI :
Corynebacterium diphteriae
Ditemukan Klebs tahun 1883
Batang gram (+), pleiomorphic
Pengecatan : formasi mirip huruf Cina
Mampu memproduksi exotoxin
Ada 3 tipe : gravis (paling ganas), intermedius, mitis.
EPIDEMIOLOGIS :
PATOGENESIS :
C. diptheria
- Nasal
-M
- Tonsil
-G
- Pharynx
-I
- Larynx /
trakea
pseudomembran
Menghambat pembuatan
protein sel -> sel mati
mmbntuk selaput
Exotoxin
Non Respirasi
Produksi tergantung :
Genital
Kulit
Mata
trakea (Obstruksi)
- Luas membran
- Lokasi anatomis
- Vascularisasi
Myocarditis
Nefritis
Neuritis :
- Mata
- Palatum
Molle
- Diafragma
- Extremitas
GEJALA KLINIS :
Nasal : Nasal discharge ingus (serosanguines (lendir cmpur darah) /
mucopurulent)
Membran pada septum nasi
Tonsil
Pharynx
- Panas subfebris
- Tampak lemah
- Batuk / pilek
- Tonsil membesar
- Pseudomembran (sesak bs mati krn
laryngitis)
- Bull neck (khas difteri berat,
inflamasi jr. lunak sekitar leher)
- Sakit menelan
Larynx / Trakhea :
Jarang primer (didahului tonsillitis difteri)
Panas
Batuk / serak
Sesak nafas (otot napas ikut membantu tjd retraksi)
Retraksi supra clavicula / sub costal dan supra sternal
Stridor inspirasi (waktu tarik napas(insp) brarti tjd obstruks di
saluran atas )
Gelisah, sianoasis
Coma
Non resp :
Mata : mata bengkak, conjungtiva merah, pseudomembran
Kulit dan genitalia : ulcus (tepi tajam), pseudomembran
DIAGNOSA :
Berdasarkan gejala klinis
Ditunjang pemeriksaan :
8
DIAGNOSA BANDING :
Diphteri Nasal Rhinorrhea, benda asing (anak masukan manik2 kdlm
mulut -> corpus alienum), lues congenital
Diphteri Tonsil / Pharynx :
Tonsillitis follicularis
Moniliasis
Blood dyscrasia
Infectious mononucleosis
Primary Herpetic tonsillitis
Diphteri larynx : Infeksi croup (udang) (oleh Adenovirus, HIV)
Spasmodic croup
Angino neuretic edema
Benda asing
Diphteri Kulit :
Impetigo
Infeksi Staphylococcus / Streptococcus
KOMPLIKASI :
Sumbatan jalan nafas
Myocarditis (minggu I VI, terutama minggu II)
Suara jantung melemah / aritmia
Dekompensasi Cordis
EKG : - Elevasi ST
- PR interval memanjang
- Extrasystole
- Complete AV block
- LBBB / RBBB (Left/Right Bundle Branch Block)
Neuritis :
Palatum Molle (minggu III)
Occular (minggu V) :
Akomodasi
Strabismus
Diafragma (minggu V VII)
Extremitas (minggu VI X)
Nephritis GGA
PENGOBATAN :
Isolasi agar sumber hilang (sampai hapusan negatif 3 kali berturut-turut)
Antibiotika utk mematikan kuman (sampai hapusan negatif 3 kali
berturut-turut) PP atau erythromicin
9
ADS mematikan racun (i.v. / i.m.) kekebalan buatan pasif (dari kuda
atau sapi)
Dosis sesuai :
Lokasi / luas pseudomembran (mkn luas
produksi racun mkn banyak
Toxemia + / Bullneck (difteri berat) + / Komplikasi (racun menyebar banyak)
Sebelumnya :
Skin test 0,1 ml larutan 1 : 1000
Conjungtiva test 1 tetes larutan 1 : 1000
Tunggu 20 menit bila + BESREDKA (berikan dlm dosis kecil
dan encer lalu pelan2 dinaikan)
Dosis kecil, encer
Suntikkan dengan interval 20 30 menit
0,1 ml larutan ADS 1 : 20 s.c.
0,1 ml larutan ADS 1 : 10 s.c.( lebih kental)
0,1 ml larutan ADS s.c. (tidak dilarutkan)
0,3 ml larutan ADS i.m.
0,5 ml larutan ADS i.m.
bila reaksi negatif beri sisa ADS i.m.
- 5cc kiri dan kanan tunggu sampai setengah jam (krn dosisnya 5 botol
tiap 10 cc)
Terapi Penunjang/ suportif :
Bed rest ( > 12 hari)
Simptomatik (antipiretik jk panas)
Makanan / cairan
K / P i.v. f.d.
Monitoring Komplikasi :
Nadi / tensi / respirasi
Hapusan hidung / tenggorokan (hari I, II, III, VII, VIII, IX)
EKG (hari I dan V)
Urine lengkap
Terapi Komplikasi :
O2
Uap
Usap lendir
Tracheostomi (Jackson II)
Pace maker (block)
Pasang NGT (jika parese palatum molle)
Corticosteroid
Neurotropik (B1, B6, B12)
Laxantia (berak keras (jgn mengejan) -> myocarditis)
Respirator (bila diapraghma parese sbg alat bantu napas)
10
PENANGANAN KONTAK :
Kontak :
Klinis
HHT (+)
(carier)
HHT (-)
PROGNOSIS :
Mortalitas < 5 % (sebelum ada ADS dan vaksin 30 50 %)
Disebabkan :
Myocarditis dan gagal jantung
Obstruksi jalan nafas
Paralyse pernafasan
Ditentukan oleh faktor :
11
Agent :
Strain gravis lebih toxic dan buruk
Ukuran dan letak pseudomembran
Host : status gizi dan umur (usia muda lebih buruk)
Lingkungan :
Upaya orangtua mencari pengobatan
Kemampuan dokter untuk diagnosa dini dan terapi yang
tepat dan cepat
Terxsedianya sarana untuk terapi (ADS susah didapat)
Diagnosa banding :
-
TB paru
Allergi
Pertusis
Infeksi saluran nafas akut yang disebabkan oleh Bordetella petusis / Bordetella parapertusis
Tahun 1500
: dilaporkan pertama kali
Tahun 1640
: laporan lengkap (Baillou)
Tahun 1679
: pertusis : Violent cough (Sydenham)
Tahun 1906
: etiologi ditemukan Bordet & Gengou
Nama semula Haemophilus pertusis
Coccobacilus gram negative (kecil, anaerobic)
Termasuk genus Bordetella
7 spesies (6 diisolasi pada manusia)
Epidemiologi :
-
Insidens :
o
o
o
o
12
Patogenesis :
Secretory IgA
local
Kekebalan
IgG serum
TOXIN
( FHA, TCF, Pertactin, dll )
Bordetella pertusis
Lewat droplet,
inhalasi di :
Trachea
Bronchus
- Atelektase
- Emphysema
Infeksi Sekunder
Bronchopneumonia
Gejala klinis :
-
13
Gambaran Klinis :
Gambaran klinis tidak khas
1. Orang dewasa
2. Terlindung imunisasi sebagian
3. Bayi < 6 bulan :
a. Apnea
b. Sianosis
c. Bradikardi
d. Batuk tanpa whoop
Diagnosa :
-
Diagnosa Banding :
-
Tracheobronchitis
Bronchiolitis (R.S.V.)
Corpus allienum saluran nafas
Tuberculosis (tekanan Lnn. Tracheobronchitis)
Bronchopneumonia / pneumonia interstitialis (RSV, mycoplasma, Chlamydia trachomatis)
Pertusis like disease (adenovirus)
14
Komplikasi :
- Secret mucopurulent
- Whooping cough
- Muntah
Bordetella pertusis
trakea
bronchus
SSP :
- kejang
- edema otak
- perdarahan otak
- encephalopathi
Pengobatan :
-
Isolasi :
o Rawat inap : sampai 25 hari setelah mulai terapi antibiotika
o Rawat jalan : tempat umum ( - ) sampai terapi antibiotika 5 hari
Perawatan :
o Sebagian besar rawat jalan
o MRS bila : Bayi < 6 bulan
Potensial memberat (severe)
Antimikroba :
o Manfaat :
Stadium kataralis : mengurangi berat dan lama penyakit
Paroxysmal ( + )
: > 5 hari penyebaran kuman
o Macam :
Erythromycin 50 mg / kg BB / hari p.o. selama 14 hari (preparat estolate >
ethylsuccinate)
Clarithromycin 15 mg / kg BB / hari p.o (dalam 2 dosis)
Azithromycin 10 mg / kg (hari I)
5 mg / kg (hari II V)
15
Prognosis :
-
TETANUS
Diagnosa banding :
-
Meningitis
Tetanus
Tetani (hipokalsemia)
Meningismus
Etiologi :
-
Clostridium tetani
Kuman gram ( + ) bacillus dengan spora diujung (drumstick / rocket appearance)
Obligate anaerob (bentuk vegetatif dalam lingkungan aerob)
Mampu membentuk terminal spora
Hidup ditanah dan dalam usus binatang
Reservoir utama : tanah yang mengandung kotoran ternak, kuda, dsb (eradikasi tidak
mungkin)
Kuman tidak invasif ke jaringan tubuh
Penyakit akibat : exotoxin (tetanospasmin dan tetanolysin)
Tetanospasmin : Light chain (synaptobrevin)
Heavy chain (binding)
Epidemiologi :
-
16
Patogenesis :
Port ef entry anaerob :
vegetatif
- Hipotensi
- Aritmia
SSO
Neuromuscular
end plate
Kejang tonik
Intraaxonal
EXOTOXIN
(tetanospasmin)
Telinga : OMP
Memblokir GABA
- Presinaps ganglion
medulla spinalis
- Otot
SPASME OTOT :
- Risus sardonicus
- Trismus
- Kaku kuduk
- Opistotonus
- Perut tegang
- Extremitas spasme
- Asphyxia
- Sulit mengisap
- Mulut mecucu
(karper mond)
Gejala Klinis :
-
Masa inkubasi :
o 5 14 hari
o Bentuk Klinis :
Tetanus Lokal :
Nyeri, kaku, kejang otot proximal luka
Setelah beberapa minggu menghilang
Sekualan tidak ada
Serangan bersama Otitis Media Kronik
Makin luas cenderung jadi tetanus umum
Cephalic tetanus :
Inkubasi 1 2 hari
Posterior OM, trauma muka dan kepala, corpus alienum cavum
nasi
Gangguan N. Cranialis IX, X, XI >>> N. Cranialis III, IV, VII
Kesulitan bernafas dan makan
Tetanus Umum :
Kesadaran : compos mentis (o.k. Sensoris (-) )
Nyeri, kaku, hipertoni pada otot bergaris
- Risus sardonicus
- Trismus
- Kesulitan menelan
- Kaku kuduk
- Abdomen tegang
- Opisthotonus
- Extremitas spastik
Spasme larynx dan otot nafas asphyxia
Kejang (ok. Rangsangan kulit, suara, cahaya)
Instabilitas saraf otonom : hipotensi, aritmia
Tetanus Neonatorum :
Biasanya terjadi pada usia 3 14 hari
> awal terjadi, klinis lebih berat dan prognosis lebih jelek
Anamnesa : - Persalinan 3 B (-)
- Vaksinasi TT ibu ( - ) / tidak lengkap
- Perawatan umbilikus jelek
Kesadaran : Compos mentis
Spasme otot bergaris : bayi tiba-tiba tidak bisa menetek
Mulut mecucu (Karper mond)
17
> / = 3 cm
< 3 cm
< 1 cm
Trismus
Risus sardonicus
Kaku kuduk
Mudah kejang bila terangsang
Apnea
Sianosis
Kadang ada demam
Opisthotonus
Perut tegang
Extremitas spastik
Kejang
Tidak ada
Kejang dengan rangsangan
Kejang spontan
Diagnosa :
-
Anamnesa :
o Luka tusuk / tembak / bakar yang luas
o Gigitan binatang
o Fractura complicata
o OMP caries dentis
o Persalinan 3 B ?
o Perawatan tali pusat
o Status imunisasi ibu
Gejala klinis
Diagnosa Banding :
-
Meningitis / encephalitis
o Kesadaran menurun
o Kelainan Liquor cerebro spinalis ( + )
Tetani (o.k. Hipocalcemia) :
o Carpopedal spasme
o Trismus ( - )
o Laryngospasme
o Serum calcium
Keracunan strichnine :
o Trismus jarang
o Relaxasi diantara kejang
o Minum tonicum >>>
Rabies :
o Kesulitan menelan
o Riwayat gigitan binatang
o Kejang clonic dan intermiten
o CSF : pleocytosis
o Hydrophobia
o Trismus (-)
Peritonitis :
o Spasme otot (-)
o Trismus (-)
Trismus o.k. Proses lokal (OMP, mastoiditis, peritonsillar abcess)
o Biasanya asimetris
o Spasme otot general (-)
Tetanus neonatorum :
18
o Trauma kelahiran
o Meningitis
o Sepsis
o Kelainan elektrolit darah
o Defisiensi vitamin B 6
Komplikasi :
-
Lidah luka
Laryngospasme
Spasme otot nafas dan akumulasi sekret :
o Aspirasi lendir / minuman / makanan aspirasi pneumonia
o Atelektasis
o Emphysema
o Pneumothorax
Compression fracture vertebra / fraktura tulang panjang
Gangguan SSO renjatan
Retensio alvi / retensio urine
Sepsis neonatorum
Pengobatan :
-
Anti konvulsan
o Diazepam (kasus berat) :
Cara pemberian :
Dosis awal i.v. (bolus) pelan-pelan (2 3 menit)
Dosis rumatan (secara titrasi sesuai respons klinik)
Diberi via : - storage pump
- bolus tiap 2 jam (12 x /hari)
Dosis rumatan dipertahankan 3 5 hari (Nelson 2 6 minggu)
Tapering off 20 % dosis 3 hari
Bila NGT dapat dipasang 50 % dosis via p.o.
Bila dengan dosis maximal kejang (+), rawat di ICU untuk
curarisasi + ventilasi mekanik
Dosis bervariasi
Terapi Suportif :
-
19
Posisi tidur head down / perubahan posisi (untuk cegah aspirasi pneumonia dan
decubitus)
K / P O2 dan resusitasi
Jaga jalan nafas
o Isap lendir
o K / P intubasi ETT / tracheostomy atas indikasi :
Spasme otot nafas dan larynx
Tak dapat batuk (resiko aspirasi)
Pencegahan :
-
Tetanus :
o Perawatan luka / port of entry lain
o Imunisasi sebelum dan sesudah terpapar
o ATS profilaxis ( < 6 jam )
o Post tetanus perlu vaksinasi o.k. kekebalan (-)
DPT / DT
Beri
Tidak*
ATS
Tidak
Tidak
Luka lain
DPT / DT
Beri
Tidak**
ATS / ATG
Beri
Tidak
Saat Pemberian
Pada kunjungan pertama atau sedini
mungkin pada kehamilan
Minimal 4 minggu setelah TT 1 / selama
kehamilan
Minimal 6 bulan setelah TT 2 / selama
kehamilan
Minimal setahun setelah TT 3 / selama
kehamilan
Minimal setahun setelah TT 4 / selama
kehamilan
% Perlindungan
Lamanya Perlindungan
80
95
99
10 tahun
99
Pencegahan :
Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN)
20
Prognosa :
-
SEPSIS
Sepsis : bakteremia + SIRS
Bakteremia :
o Sementara / transient
o Intermittent (infeksi ekstravascular) / kontinyu (infeksi intravascular)
o Primer (focus infeksi lumen usus) / sekunder (focus infeksi ada)
SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)
o Kausa : infeksi dan non infeksi (trauma dll)
o Positif bila lebih 2 kriteria :
- Panas (> 38 C) / hipotensi (< 36 C)
- Tachipnea (RR > 30 /m, PaCO2 < 32 mmHg, > 2 SDN)
- Tachicardia ( > 90 /m, > 2 SD normal)
- Leukositosis ( > 15.000) / leukopenia ( < 5.000)
Infeksi
SIRS
Sepsis
Severe sepsis
Septic shock
21
Multiple organ dysfunction syndromes (MODS)
DEATH
Keterangan :
- Sepsis
- Sepsis berat
tanpa :
Shock sepsis
MODS
hemostasis)
Gejala klinis :
- Sepsis pada anak sulit dikenali
- Gejala primer :
Hiper / hipotermi, tachipnea, tachycardia
Perubahan mental : tangis lemah, tak senyum, cemas, takut, apatis,
gelisah, stupor, koma
Perubahan kulit : petekhie, ekhimosis, eritema difus
- Gejala sekunder :
Hiperbilirubinemia
Decompensatio cordis
Hipotensi
Oliguria / anuria
Sianosis acral perfusi jelek, asidosis
Symmetric peripheral gangrene
Laboratorium :
- Kuman positif pada kultur dan pengecatan :
Darah
Urine
22
Lokasi infeksi
Pengobatan :
- Eradikasi kuman dengan anti biotika
- Suportif :
Nutrisi / i.v.f.d.
Oksigen
Antibiotika :
- Spektrum luas / kombinasi
- Infeksi komunitas (H. Influenza, Strep. Pneumonia, N. Meningitis)
Cephalosporin generasi III
- Infeksi nosokomial :
Cephalosporin generasi III atau
Penicilin gram (-) (piperasilin taxobaktam)
Kombinasi :
Aminoglikosida
Vancomycin (daerah Strep. Pneumonia resisten penicilin)
Pencegahan :
- Imunisasi :
HIB
23 valent pneumococcal vaccine (High risk)
Meningococcal vaccine
- Profilaxis penicillin :
Spleenectomy
Kontak serumah (HIB, N. Meningitidis)
Prognosa :
- Tergantung :
Sumber infeksi
Kuman patogen
Sudah / belum MODS
Status imunitas host
- Urosepsis > baik daripada sepsis tanpa infeksi fokal
- Mortalitas : 40 60 % pada enteric sepsis gram (-)
Cara penularan :
- 3 faktor yang memegang peranan :
o manusia
o virus dengue
o vektor perantara (nyamuk) :
- aedes aegypti
- aedes albopictus
- aedes polynesiensis
- Penularan (+) bila nyamuk menggigit orang saat viremia : 2 hari sebelum 5
hari setelah panas (+)
- Nyamuk terinfeksi dapat menularkan virus seumur hidup
Epidemiologi :
- 1779 : dilaporkan David Bylon infeksi virus dengue (demam 5 hari) di Batavia
Indonesia
- DBD : 1952 : Manila
1968 : Jakarta dan Surabaya
- Faktor yang berpengaruh pada penyebaran DBD :
o Pertumbuhan penduduk yang tinggi
o Urbanisasi tidak terencana / terkendali
o Di daerah endemis kontrol vektor efektif kurang
o Peningkatan sarana transportasi
o Kepedulian masyarakat terhadap sanitasi lingkungan
o Sarana perumahan dan air bersih kurang memadai
- Insidens :
o Sama pada kedua jenis kelamin
o Ditemukan pada semua golongan umur
o Terutama pada anak anak
o Sekarang bergeser dari usia 3 5 tahun ke usia 5 10 tahun dan
orang dewasa
Patogenesis :
- Mekanisme sebenarnya belum jelas
- Ada beberapa teori :
1. Secondary heterologous infection / sequential infection (6 bulan 5 tahun
kemudian)
2. Immunological enhancement / ADE (Antibody Dependent Enhancement)
3. Teori virulensi virus
4. Aktifasi limfosit T
5. Teori mediator
6. Teori apoptosis
7. Teori dendritic cell
24
Patogenesis DBD :
Secondary heterologous dengue infection
Replikasi
virus
Agregasi Trombosit
Penghancuran
trombosit oleh RES
Trombositopenia
Aktivasi Koagulasi
Pengeluaran
platelet factor III
Koagulopati konsumtif
(DIC)
Aktivasi factor
Hageman
System Kinin
Anamnestic antibody
respons
Aktivasi Complemen
Anafilaktosin
Peningkatan
permeabilitas kapiler
FDP meningkat
Penurunan
factor pembekuan
Gangguan fungsi
trombosit
Kinin
Perdarahan masif
syok
Gejala klinik :
- Masa inkubasi : 4 6 hari
- Gambaran klinis infeksi virus dengue sangat bervariasi (mulai asimptomatis,
undifferentiated fever, DD sampai DBD / DSS)
- 2 kelompok penderita DBD / DSS berdasarkan umur :
o Kelompok > 1 tahun : terinfeksi kedua kalinya oleh serotype berbeda
dengan serotype virus penyebab infeksi primer (> 90 % kasus DBD /
DSS)
o Kelompok < 1 tahun : terinfeksi virus dengue untuk pertama kalinya,
dalam darah ibunya telah ada Ab terhadap virus dengue
25
Asimptomatik
Simptomatik
DD
Perdarahan (-)
Syok (+)
DBD
Perdarahan (+)
DD
Plasma
leakage
Syok (-)
DBD
Gejala
Nyeri kepala
Muntah
Mual
Nyeri otot
Ruam kulit
Diare
Batuk
Pilek
Lymphadenopathi
Kejang
Kesadaran menurun
Obstipasi
Uji tourniquet (+)
Petechiae
Perdarahan saluran
cerna
Hepatomegali
Nyeri perut
Trombositopenia
Shock
DBD
+
++
+
+
+
+
+
+
+
+
++
+
++
+++
+
+++
+++
++++
+++
Tourniquete test :
- Manset 2/3 upper arm
- Fixed between systolic and dyastolic
- Wait for 5 minute
- Do by your self !!
- Positive : > 20 petechiae /inchi or 2,5 cm2
26
Komplikasi :
- Encephalopathi DBD :
o Perdarahan otak
o Encephalitis
o Gangguan metabolik dan elektrolit
o Kegagalan hati akut
- Gangguan fungsi ginjal :
o Gagal ginjal akut
o Sindroma uremik hemoitik
- Edema paru
Diagnosa :
- Klinis
- Laboratorium :
o Hb, leukosit, trombosit, PCV, tourniquet test
o Serologis :
Haemagglutination inhibition test
Complement Fixation test
Neutralization test
IgM elisa (Mac Elisa)
IgG elisa
Rapid serodiagnostic test (dengue blot IgG dan IgM)
o Isolasi virus
o Thorax photo
o Serum albumin
o Feces : eritrosit (+) hamper selalu ditemukan
o Limfosit plasma biru (atypical lymphosit) > 4 %
o Fibrinogen, protrombin, factor VIII, XII, anti trombin III
o PT, APTT
o Factor V, VII, IX, X (kasus berat : gangguan hepar (+))
o Natrium serum
o SGOT / SGPT
o Serum komplemen (menurun)
o BGA
o Ureum / serum creatinin
o Reverse transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT PCR)
IgG
+
+
Interpretation
Primary infection
Secondary infection
Suspected infection
No infection or repeat a week later if clinically
suspected
Diagnosa banding :
- Awal : demam tifoid, campak, influenza, malaria
- Demam dengue
- Demam chikungunya
- Penyakit infeksi + perdarahan kulit :
o Sepsis
o Meningitis meningococcus
- Penyakit darah :
o ITP
o Leukemia
o Anemia aplastik
Pengobatan :
28
DHF management :
- Basic treatment :
o Volume replacement to prevent shock
o Maintain the oxigenation
o Early diagnostic and prompt treatment of shock to prevent massive
bleeding
Pencegahan :
- Memberantas vektor :
o Fogging (malathion)
o Abate
o Pembersihan sarang nyamuk 3 M :
Menguras tempat penampungan air secara teratur
Menutup tempat penampungan air
Mengubur / menyingkirkan kaleng, botol bekas, plastik sehingga
tidak menjadi sarang nyamuk
- Menghindari gigitan nyamuk (kelambu, kawat kasa, kamar cukup sinar dan
tidak ada pakaian bergantung)
- Vaksin ??
Prognosis :
- Jelek bila :
o Encephalitis / encephalopathi (+)
- Jelek o.k. :
o Keterlambatan datang berobat
o Keterlambatan / kesalahan diagnosa
o Kurang mengenal tanda DBD yang kurang lazim
29
VARICELLA
-
Etiologi :
- Varicella Zoster virus menyebabkan infeksi :
o Primer : manifestasi sebagai varicella chicken pox / cacar air
o Latent : seumur hidup di neuron ganglion sensoris
o Recurrent
: reaktivasi infeksi laten VZV dan manifestasi sebagai
herpes zoster / Shingles
- Bisa menyebabkan gestational chicken pox congenital varicella
(intrauterine syndrome)
Epidemiologi :
- Manusia satu satunya sumber infeksi
- Di negara tropis pada usia lebih tua (berbeda dengan iklim subtropis / iklim
sedang)
- USA (sebelum vaksin, 1995) : penyakit menular pada hampir semua anak (<
15 tahun), dewasa < 5 %
- Masa penularan : 24 48 jam sebelum ruam (+) sampai vesicula jadi crusta (3
7 hari post ruam timbul)
- Attack rate dalam rumah (65 86 %) > sekolah
- Anak dapat tertular dari penderita herpes zoster
- Komplikasi dan kematian >> pada bayi, dewasa, penderita
immunocompromised
- Varicella dapat timbul pada anak yang telah di vaksinasi > 42 hari sebelum
ruam (+) (breakthrough varicella) tetapi sangat ringan
- Herpes zoster jarang pada anak < 10 tahun, kecuali tertular in utero atau pada
tahun pertama kehidupan
- Herpes zoster dapat berulang dan lebih berat pada anak dengan HIV atau
terapi imunosupresi
30
Patogenesis :
replikasi
- Kontak
langsung
- Air borne
Herpes Zoster
Viremia I
Saluran nafas
reaktivasi
paru
V.Z.V. dalam :
- Secret nafas
- Cairan lesi kulit
Laten
Viremia II
Triwulan I
Transplacenta
Sel MN
darah perifer
Kulit :
- Rash
- Papula
- Vesikula
- Pustula
- Crusta
Congenital malaria
Sel ganglia
sensoris (laten)
Herpes Zoster
(beraktivasi
Gejala Klinis :
Varicella :
- Inkubasi : 14 16 hari
- Panas, malaise, anorexia, cephalgia, sakit perut ringan [24 48 jam < ruam
s/d 2 4 hari post ruam (+)]
- Ruam :
o Cepat berkembang : macula, papula, vesikula, pustule dan crusta
(sangat gatal)
o Crusta terlepas dalam waktu 5 10 hari (tanpa pembentukan parut /
scar)
o Lesi bergerombol dalam kelompok ditemukan lesi dalam semua
stadium / umur
- Gejala klinis :
o Lesi timbul pertama pada tubuh, kulit kepala, muka dan kemudian
menyebar ke extremitas (distribusi predominan central / centripetal)
o Pada extremitas : ruam lebih banyak di proximal
o Vesikula dapat ditemukan pada mukosa mulut / palatum / vagina /
conjungtiva (mudah pecah)
o Jaringan parut berat jarang, kecuali infeksi sekunder (+)
o Ruam lebih hebat pada kasus sekunder dalam rumah
31
Progressive Varicella :
- Lesi baru pada kulit bertambah terus
- Diikuti kerusakan viscera (cor, hepar, pulmo), coagulopathi, perdarahan
- Ditemukan pada :
o Neonatus
o Remaja dan dewasa normal
o Wanita hamil
o Penderita imunocompromised
Congenital Varicella Syndrome :
- Ibu terkena pada trimester I atau II awal kehamilan varicella embryopathy
o BBLR (KMK Kecil Menurut Kehamilan)
o Atrophi tungkai
o Zig zag cicatrix / scar pada kulit extremitas
o Mata : chorioretinitis, micropthalmia, katarak
o Microcephali dan retardasi mental
- Bisa inapparent varicella zoster pada awal kehidupan
Neonatal Varicella :
- Gejala timbul pada usia 1 16 hari; dimana interval onset ruam pada ibu dan
bayi 9 15 hari
- Gejala lebih berat o.k. antibodi ibu (-)
- Bila interval ibu terkena varicella dan partus > 7 hari bayi dapat cukup Ab
transplacenta
- Berat (CFR 30 %) bila ibu sakit 5 hari sebelum sampai 2 hari setelah kelahiran
bayi
Herpes Zoster :
- Pernah mengalami varicella klinis / sub klinis
- Ruam unilateral dengan distribusi dermatomal
o Ganglia trigeminus : muka
o Ganglia thoracicus : tubuh
o Ganglia cervical
: leher, bahu, lengan
o Ganglia lumbosacral
: extremitas inferior dan perineum
- Nyeri hebat sepanjang perjalanan saraf yang terkena (terutama orang dewasa)
- Gejala sistemik (panas dsb) ringan
- Pembesaran kelenjar lymphe regional
- Pada anak ringan dan post herpetic neuralgia jarang
- Pada anak (+) imunocompromised : berat
Komplikasi :
- Infeksi kulit sekunder
- Lebih berat pada bayi, remaja, dewasa dan imunocompromised
- Encephalitis / meningitis
- Pneumonia (sering pada dewasa)
- Reye syndrome (encephalopathi + dysfungsi hepar)
- Trombositopenia / lesi berdarah
32
Hepatitis
Glomerulonephritis
Diagnosa :
Varicella :
- Anamnesis : kontak dengan penderita
- Klinis
- Isolasi virus dari vesikula (3 4 hari pertama erupsi)
- Tzanck smear lesi (multinucleated giant cell dengan intranuclear inclusions)
- Immunofluorescent staining kerokan vesikula
- PCR
- Serologis (paired sera) :
o LA (Latex Agglutination)
o IFA (Indirect Flourescent Antibody)
Herpes Zoster :
- Klinis
- Identifikasi VZV (mutlak untuk diagnosa definitif)
- Serologis (paired sera) : 4x 2 4 minggu pasca timbul ruam
Diagnosa Banding :
- Cacar / variola / small pox
- Gejala sistemik > buruk
- Vesikula : centifugal, umur sama
- Eczema herpeticum (virus herpes simplex)
- Impetigo (Staphylococcus aureus)
- Reaksi obat (Steven Johnson syndrome)
- Gigitan serangga
- Scabies
Pengobatan :
- Isolasi : minimal sampai 5 hari setelah timbulnya ruam
-
Terapi kompikasi :
o Infeksi kulit sekunder : antibiotika
o Encephalitis : suportif + anti viral ( ? )
Drug of choice
Dosis 20 mg / kg BB 4x sehari selama 5 hari p.o.
o Pada anak sehat + uncomplicated varicella tidak direkomendasikan
(alasan : biaya obat, resiko komplikasi kecil, efek terapi marginal)
o Terapi zoster (anak > 12 tahun + dewasa)
ACV 4 gram / hari p.o. dalam 5 dosis (5 7 hari)
Valacyclovir 1000 mg p.o. tid selama 1 minggu
Famcyclovir 500 mg p.o. tid selama 1 minggu
-
Pencegahan :
- Isolasi penderita
- Hindari kontak dengan penderita
- Imunisasi pasif (VZIG) :
o Diberikan < 96 jam setelah terpapar
o Indikasi :
Neonatus (onset ibu 5 hari pre 2 hari post partum)
Immunocompromised
Terpapar (kontak serumah / > 15 tahun)
Premature (< 28 minggu)
o Dosis : 1,25 ml / 10 kg BB i.m.
-
Prognosis :
- Self limiting disease
- CFR varicella primer 2 3 / 100.000 kasus
- 1 4 tahun dan 5 9 tahun = 1 / 100.000 kasus
- Neonatus
: 4x
- Dewasa : 25x
- Immunocompromised :
anak : 7 14 %
dewasa : hampir 50 %
- Penyebab kematian :
o Pneumonia
34
o Perdarahan
o Komplikasi SSP
o Infeksi sekunder
Demam Typhoid
Diagnosa Banding :
- Demam typhoid
- Malaria
- Infeksi saluran kemih
- TB paru
- Keganasan
Demam typhoid / typhoid fever / typhus abdominalis / enteric fever
-
Etiologi :
- Disebabkan :
o Salmonella typhi (94 %)
o Salmonella paratyphi A
o Salmonella paratyphi B (Schottmuelleri)
o Salmonella paratyphi C (Hirschfeldii)
- Salmonella basil gram (-), spora (-), motile
- Termasuk famili Enterobacteriaceae
- Ada 3 spesies
- O Ag
: pada manusia ada 5 serogrup (A E)
- H Ag
: serogroup terdiri dari serotipe
- Salmonella typhi termasuk serogroup D ( 1 serotipe)
Infeksi Salmonella :
- Serotipe yang berhubungan dengan diare (lokal) Salmonellosis
- Serotipe yang invasif demam typhoid, typhoid fever, typhus abdominalis :
94 % disebabkan oleh Salmonella typhi
Etiologi :
- Dapat hidup beberapa minggu didalam air, es dan kotoran kering dan debu
- Dapat hidup dan multiplikasi dalam susu / produk suusu tanpa mengubah
penampilannya
35
Mati dengan :
o Pemanasan 57 C dalam beberapa menit
o Iodinasi / chlorinasi
Pyrogenic endotoxin (bagian lipopolisakarida dinding sel kuman) gejala
sistemik dan lokal
Epidemiologi :
- Salmonella typhi hanya ditemukan pada manusia, berbeda dengan non
typhoidal salmonelosis
- Penularan fecal oral :
o Makanan / minuman (daging, telur, susu, air, sayur, buah) yang
tercemar S. typhi dari kasus / karier (langsung via serangga)
o Infeksi nosokomial (di RS)
- Penularan bisa transplacenta / intra partum
- Di Indonesia :
o Endemik, puncak Juni Juli / Desember Januari
o Insidens 357 810 / 100.000 penduduk (tahun 1992)
o 75 % kasus umur > 5 tahun
Cara penularan :
Pasien
Karier kronis
Tinja, muntahan, air seni
Infeksi langsung
10 %
36
Patogenesis :
BAB
S. typhi / paratyphi (serotipe invasif)
Epitel usus
Lamina propria
Multiplikasi
Plaque payeri
Vi Ag makan
fagositosis
respons inflamasi
endotoxin = LPS
(lokal, sistemik)
inflamasi
pengeluaran sitokin
Ductus thoracsicus
Bakteremia primer
sirkulasi
Organ lain
(fenomena metastasis)
Pyrogenic endotoxin :
- Gejala sistemik :
- Kelainan lokal :
Hepar
- pneumonia - meningitis
- osteomyelitis
pyelonephritis
Usus
Mukosa + Lnn
Radang + nekrosis
Ulcus
Perdarahan
Perforasi
37
Gejala Klinis :
- Inkubasi : 7 14 hari (bisa 3 60 hari)
- Gejala klinis anak > ringan daripada dewasa
- Gejala klinis pada anak tidak khas dan bervariasi dari ringan sampai berat
- Bayi dan anak < 5 tahun (tidak khas) :
Gastroenteritis
Panas tinggi
Hepatomegali
Sepsis
Icterus
Splenomegali
- Anak > 5 tahun dan remaja (spektrum lebar) :
Demam :
Step ladder temperature
Terus menerus (7 hari atau lebih)
Turun dengan antipiretika dan naik lagi
Dengan atau tanpa menggigil
Gangguan saluran pencernaan :
Anorexia, nyeri perut, muntah, obstipasi / diare
Lidah kotor, tepi merah (lidah typhoid)
Meteorismus (perut kembung), hepatomegali, splenomegali
Gangguan SSP :
Tidak selalu ada
Dapat berupa : delirium, stupor, apati, somnolence, sopor,
soporocomatous.
Gejala lain :
Rose spot (hari VII X, sukar ditemukan pada kulit gelap /
berwarna)
Gangguan darah (trombositopeni, DIC, epistaxis)
Gangguan sirkulasi (bradikardi relatif)
Fase Typhoid
Bradikardi relatif
..
..
..
Bisa komplikasi
38
Komplikasi :
- Intestinal ( > minggu I)
Perdarahan (1 10 %)
Perforasi (0,5 3 %)
- Extra intestinal :
Pulmo : pneumonia (o.k. S. Typhi / Pneumococcus)
Cor : myocarditis, pericarditis
UG : Cystitis
Nephritis
Orchitis
SSP : Encephalitis
Meningitis
Polyneuritis
Tulang sendi :
Osteomyelitis
Arthralgia
Periostitis
Lain lain : Parotitis
OMA
Hepatitis
Trombophlebitis
Sepsis
Cholecystitis
- Relaps (5 %) :
Timbul panas lagi setelah periode afebris 7 10 hari
Lebih ringan
Lebih pendek
Diagnosa :
- Klinis
- Laboratorium
Darah perifer :
leukopenia, anesonofilia
limfositosis relative
Peningkatan LED
Peningkatan enzim transaminase
Uji serologi IgM dan IgG
Biakan S. Typhi (media empedu) Bone Marrow (85 90 % (+)) >
darah
Uji serologi Widal :
- Mengukur IgM dan IgG dari Ag O dan H
- (+) pada minggu ke 2 4 sejak awal demam
- Diagnostik : Ag O 1/200 / 1/160
Titer konvalensens > 4 x titer akut
- Sensitif, tidak spesifik
- Hasil harus selalu dikonfirmasikan dengan gejala klinis
- Dapat terjadi cross reaction antar serotipe
Uji diagnostic :
Uji widal
Pelacak DNA (DNA probe)
IgG protein membran luar
Immunoblotting (Typhi dot)
PCR
39
Diagnosa Banding :
- Stadium awal :
o Influenza
o Gastroenteritis
o Bronchitis
o Bronchopneumonia
- Stadium lanjut :
o Malaria
o TB
o Keganasan (Leukemia / lymphoma)
o Infeksi Saluran Kemih
o Sepsis
Pengobatan :
- Isolasi (feses / urine)
- Pengobatan suportif :
Tirah baring
Kebutuhan cairan elektrolit asam basa
Diet
- Pengobatan kausa :
Medikamentosa (antibiotik, corticosteroid)
Bedah (pengobatan komplikasi)
- Pengobatan simptomatik :
Antipiretik
Pengobatan Suportif :
- Cairan :
o Rumatan larutan DS : NaCl 0,9 % (3 : 1)
o Tambah 12,5 % setiap kenaikan suhu 1C
- Diet :
o Makanan lunak
o Kurangi serat, zat yang merangsang
o Tidak terlalu ketat
- Koreksi asam basa
- Koreksi elektrolit (terutama Na+ dan K+)
Pengobatan Kausal :
- Kloramfenikol :
drug of choice
50 100 mg / kg BB / hari p.o. / i.v.
maksimal 2 gr, 10 hari
tidak diberikan pada lekosit < 2000/ui
- Kotrimoksazol 6 mg / kg BB / hari 10 hari
- Amoksisilin 100 mg / kg BB / hari 10 hari
-
Pengobatan Komplikasi :
- Enselopathi
o Oxamethason 1 3 mg / kg BB / hari 3 5 hari
o Kurangi cara 4 / 5 kebutuhan
o Koreksi analisis gas darah dan elektrolit
- Peritonitis, perdarahan saluran cerna
o Puasa, nutrisi parenteral, transfusi darah (atas indikasi)
o Antibiotik parenteral (Seftriakson, metronidazole)
- Perforasi laparotomi
- Suportif :
cairan
koreksi dehidrasi
koreksi kelainan golongan darah
koreksi elektrolit
Pencegahan :
- Hygiene perorangan
- Hygiene lingkungan
- Penyediaan air bersih
- Pengawasan usaha makanan / minuman
- Membasmi karier
- Hygiene dalam pengasuhan anak
- Penularan di RS (nosokomial)
- Imunisasi aktif
Klasifikasi vaksin :
Vaksin Bakteri
- BCG
- Tifoid oral
Vaksin
Hidup
Vaksin Virus
- Meningo
- Kolera
- Campak
- Parotitis
- Yellow
fever
- Varicella
- Rubella
41
Vaksin
Inaktif
- Difteria
- Tetanus
- Pertusis
- Kolera
Meningo
- Pneumo
- Hib
- Tifoid inj
- Influenza
- IPV
- Hepatitis
B
- Hepatitis
A
- Rabies
Imunisasi Aktif :
- Capsular virus Polysaccharide
o Vaksin polisakarida
o Diberikan pada umur > 2 tahun
o Ulangan tiap 3 tahun
o Nama dagang Typhim Vi, i.m.
- Ty 21 a
o Liver attenuated, 3 dosis selang sehari 1 kapsul
o Diberikan pada umur > 6 tahun, ulangan 5 tahun
o Nama dagang vivotif, oral
Prognosis :
- Tergantung : Terapi adekuat
Usia penderita
Status kesehatan sebelumnya
Serotipe Salmonella penyebab
Adanya komplikasi
- CFR : negara :
Maju < 1 %
Berkembang > 10 %
- Relaps 4 8 % (bila tanpa Antibiotika)
- Chronic carrier 1 5 % (>> dengan peningkatan usia)
-
- .
MALARIA
-
Gejala Klinis :
- Masa inkubasi :
- Plasmodium Falcifarum
: 9 14 hari
- Plasmodium Vivax : 12 17 hari
- Plasmodium Ovale : 16 18 hari
- Plasmodium Malariae
: 18 40 hari
- Gejala Prodromal (2 3 hari)
- Panas ringan
- Rasa lelah
- Nyeri pada sendi / abdomen
- Anorexia
- Cephalgia
- Myalgia
Gejala Klasik :
- Demam paroxysmal / intermitten
o Stadium :
Menggigil
15 60 menit
Demam 2 6 jam
Berkeringat
2 4 jam
o Periodik :
Plasmodium Falcifarum / Vivax / Ovale @ 48 jam
Plasmodium Malariae @ 72 jam
43
Disertai :
- cephalgia
- nyeri pinggang
- nyeri perut
- myalgia
- pucat
- mual
- muntah
- diare
- icterus
Anemia : Plasmodium Falcifarum akut
Plasmodium Vivax, Ovale, Malariae kronis
Spleenomegali (kronis)
Kronis gangguan pertumbuhan
Berat :
o malaria cerebral
o gagal ginjal
o black water fever
Malaria Cerebral :
- Unrousable coma, disertai 1 / > kelainan :
o Encelopathi
o Kejang umum / fokal
o Plantar flexi / extensi
o Rahang mengatup
o Decerebrasi / dekortikasi rigidity
o Tonus otot /
o Kaku kuduk ringan
o Mulut mecucu
o Manifestasi ocular
o LCS : protein
Gejala Klinis Malaria pada anak :
- Berbeda dengan dewasa
- Anak > 2 bulan + non imun (tidak khas)
- Panas
- Mual
- Lesu
- Muntah
- Anorexia
- Diare
- Splenomegali - Cephalgia
- Hepatomegali - Pucat
- Trombositopenia
- Sianosis
- Anemia
Malaria Congenital :
- Diperoleh dari ibu saat pre / perinatal
- Ibu non imun + biasanya Plasmodium vivax / malariae
- Daerah endemis : penyebab abortus, lahir mati, IUGR (Intra Uterine Growth
Retardation), premature dan kematian neonatus
- Gejala (+) terutama pada usia 10 30 hari :
- demam
- muntah
- malas minum
- diare
- lesu
- icterus
44
- gelisah
- hepatosplenomegali
- pucat
- sianosis
Gejala klinis :
- Relaps :
o Relaps post infeksi primer bisa dari bentuk eritrosit yang masih hidup di
sirkulasi
o Long term relaps dari :
Exoerythrocytic (Plasmodium Vivax / Ovale)
Persisten dalam eritrosit (Plasmodium Malariae)
Komplikasi :
- Malaria cerebral (CFR 20 40 %)
o Sering pada anak dan dewasa non imun
o Pada penderita dengan parasitemia > 5 %
- Gagal ginjal (akibat deposit Hb pada tubulus renalis, renal blood flow , Acute
Tubular Necrosis) Black water fever (Hemoglobinuria, hemolisis hebat,
gagal ginjal)
- Edema paru (pemberian cairan terlalu banyak)
- Hipoglikemia :
Sering pada anak, wanita hamil, terapi quinne
- Trombositopenia :
(Plasmodium Falcifarum dan Vivax)
- Ruptura lien (Plasmodium Vivax)
- Anemia : - decompensatio cordis
- malnutrisi dan gangguan pertumbuhan
- Nephritis (infeksi kronis Plasmodium Malariae)
Dewasa
Koma
Gangguan kesadaran
Gagal ginjal akut
Udema paru
Hipoglikemia
Anemia berat
Kejang umum berulang
Asidosis metabolik
Syok
Perdarahan spontan
Hemoglobinuria / BWF
Prostration
Hiperparasitemia
Icterus
Hiperpireksia
Keterangan
Anak :
Hipoglikemia
Anemia berat
Dewasa :
Udem paru
Perdarahan
BWF
45
Diagnosa :
Anamnesa :
o Tinggal didaerah endemis
o Perjalanan 2 minggu terakhir
o Pernah dapat anti malaria
Klinis :
Laboratoris :
o Pengecatan giemsa :
tetes tebal
Hapusan darah
bentuk aseksual (trophozoit dan schizont)
o Serologis (IHA dan IFA)
o Test strip (Monoclonal Antibody Test)
o PCR
Diagnosa Malaria berat :
- Plasmodium falcifarum aseksual + 1 / lebih kelainan sbb :
o Gangguan kesadaran
o Udema paru / ARDS
o Sirkulasi kolaps, shock, hipotensi
o Kelemahan berat (severe prostration)
o Hiperpireksia (rectal > 40 C)
o Perdarahan abnormal dan gangguan koagulasi
o Hiperparasitemia (> 5 %)
o Anemia berat (Hb < 5 gr %) anemia gravis
o Hipoglikemia (gula darah < 40 mg %)
o Ikterus (bilirubin > 3 mg %)
o Asidosis metabolic
o Gagal ginjal akut (< 1 ml / kg BB / jam atau kreatinin > 3 mg %)
o Hemoglobinuria
o Gangguan keseimbangan elektrolit, cairan, asam basa
Diagnosa banding :
- Septikemia
- ISPA
- Demam tifoid
- Influenza
- Infeksi virus lain
Pengobatan :
- Terapi suportif :
o Diet / cairan cukup
o i.v. f.d. pada malaria berat, untuk :
meningkatkan perfusi jaringan
mengurangi kekentalan darah
o Observasi tanda vital, produksi urine dan hematokrit
o Bila produksi urine ( - ) : furosemide 1 mg/kg BB/x i.v. (bisa diulang
@ 6 jam)
o Perawatan penderita tidak sadar :
Jaga jalan nafas
Kateter urethra
Lindungi mata
46
Terapi medikamentosa :
o Antipiretika
o Anticonvulsant (K / P)
o Corticosteroid ?
o Anti malaria :
Chemosupresi / chemoprofilaxis
Mencegah malaria dengan menghambat bentuk eritrositik
Chloroquin, quinine
Pengobatan :
o Klinis :
Pengobatan episode malaria akut
Terhadap fase eritrositik
Chlroquine, hydroxychoroquine, quinine
o Radikal :
Mencegah relaps parasit bentuk hepatic yang resisten
Eliminasi bentuk gametosit dan eksoeritrositik
Primaquine
Pengobatan Malaria Klinis :
(Berdasarkan Berat Badan penderita)
Obat
Kloroquin
Primakuin
Hari
I
10 mg / kg
0,75 mg /
kg
II
10 mg /
kg
-
III
5 mg / kg
-
Terapi Komplikasi :
o Bila Hb < 7 gr % (Ht < 20 %) : transfusi darah
o Bila parasitemia > 15 % atau parasitemia > 5 % + malaria cerebral :
transfusi tukar
o Bila gula darah < 40 mg % :
Glukosa 20 % i.v. bolus 2 4 ml / kg BB
Infus glukosa 5/10 % atau gula per NGT
Monitoring gula darah tiap 4 5 jam
o Bila pH < 7,15 beri Na Bic 1 ml / kg BB
o Bila shock : NaCl 0,9 % plasma expander, K / P dopamin 3 5 mcg
/ kg BB / menit
o Bilirubin > 3 mg % : kina dosis
Pencegahan :
- Obati penderita dengan gametocyte (+)
- Sanitasi / kebersihan lingkungan
- Penyemprotan rumah
- Mengurangi paparan terhadap nyamuk :
47
o Kawat nyamuk
o Kelambu
o Repellent
Chemoprofilaxis :
o Chloroquin (2 minggu sebelum s/d 4 minggu sesudah meninggalkan
daerah endemis)
o Doxycycline (bisa 1 -2 hari sebelumnya, tetapi tidak bisa long term)
o Mefloquine / fansidar (pyrimethamine + sulfadoxin)
o Atovaquone + proguanil
Vaksin ??
Prognosa :
- P. Falcifarum paling ganas :
o CFR pada non imun : Dewasa 25 %
Bayi 30 %
o Parasitemia 60 % / lebih (eritrosit mature dan immature)
P. Vivax / ovale < 2 % (eritrosit imature)
P. Malariae < 2 % (eritrosit mature)
o Sering disertai komplikasi
- P. Vivax :
o Kematian o.k. lien rupture
o Sering relaps (6 bulan 5 tahun post infeksi I)
- P. Malariae : paling ringan dan kronis (30 50 tahun)
48