Geohidrologi BAB II
Geohidrologi BAB II
Pendahuluan
29
30
: 08.00 - Selesai
Lokasi
Landasan Teori
Pemboran adalah pembuatan lubang silindris dalam tanah atau batuan
Non mesin
a. Metode bor tumbuk
b. Metode bor auger
c. Metode bor bangka
d. Metode tumbuk, misalnya metode Kazusa Bori yaitu metode tradisional
Jepang.
2. Mesin
a. Tumbuk
b. Auger
c. Putar
d. Tumbuk putar.
31
32
b. Mekanis, meliputi :
1) Berat mata bor
2) Kecepatan putar
3) Kondisi mata bor sendiri
4) Diameter mata bor
5) Tipe mata bor
c. Hidrolik, meliputi jalannya sirkulasi dan hilangnya gesek-gesekan.
d. Keadaan zata air pemboran, meliputi :
1) Berat jenis
2) Kekentalan
3) Kandungan bahan padat.
e. Faktor yang tidak dapat diraba, antara lain :
1) Kemampuan personil, ketangkasan dan psikologis
2) Kemampuan mesin/alat, pemeliharaan, kelancaran, pelaksanaan, dan
3) Kemampuan jenis mesin.
Persoalan yang sering dihadapi mengenai lubang bor :
a. Pencucian lubang bor dengan zat alir.
b. Terjepitnya pipa bor.
c. Kemiringan lubang bor.
d. Hilangnya lumpur pemboran.
33
34
Pengamatan lapangan
Yang diselidiki dilapangan adalah :
a. Singkapan
b. Jenis litologi
c. Kemiringan dan jurus perlapisan
d. Struktur geologi.
Dari log sumur yang lama didapatkan penampang geologi pada daerah yang
bersangkutan, dengan demikian perlu diperhatikan keadaan lapangan yang
berada pada zona bertekanan tinggi atau rendah dan kekerasan batuan.
2.
3.
Grafik pemboran lama maka dapat diadakan persiapan mengenai jenis dan
berat dari pahat yang diperlukan hidrolika dan penyimpangannya, diaman hal
ini menyangkut biaya dan waktu.
4.
5.
Operator dan regu bor perlu diberi penjelasan mengenai pemboran tersebut
sesuai data yang ada, sehingga tidak meninggalkan sikap hati-hati dalam
pekerjaan
pemboran
tersebut.
35
Berikut ini diberi catatan mengenai standar kekerasan, kekompakan dan tingkat
pelapukan.
A. Standar kekerasan
1. Sangat lunak
2. Lunak (bisa digores dengan kuku)
3. Agak keras (digores dengan pisau)
4. Keras (tidak dapat digores dengan pisau)
5. Sangat keras.
B. Standar kekompakan
1. Lepas (bisa dipegang, fragmen/butiran terurai)
2. Agak lepas (ditekan dengan tangan, fragmen terurai)
3. Agak kompak (bila dipukul dengan palu fragmen terurai)
4. Kompak (dipukul dengan palu fragmen sukar terurai)
C. Tingkat pelapukan
1. Segar (bila tidak ada tanda-tanda pelapukan)
2. Lapuk sedikit (bila memperlihatkan sedikit tanda pelapukan, pelunturan
warna)
3. Lapuk menengah (tanda-tanda pelapukan cukup terlihat) yaitu perubahan
warna dan pengurangan kekuatan batuan cukup berarti
4. Lapuk tinggi (memperlihatkan tanda pelapukan cukup tinggi hingga
batuan menjadi lemah dan tidak mudah terurai bila kemasukan air)
5. Lapuk sangat tinggi, bila seluruh batuan telah lapuk tapi tekstur batuan
masihterlihat dan akan terurai bila direndam dalam air dan digoyang
sedikit.
II.3.
Analisis Data
(terlampir)
36
II.4.
Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat diketahui data bor, mulai dari sampel hingga
analisis data, sehingga didapat kesimpulan pada data sumur bor jenis akuifer yaitu
Akuifer Tidak Tertekan tau disebut Akuifer Bebas pada litologi Batupasir.
Dilihat dari analisis serbuk bor (cutting) yang ada, selanjutnya dilakukan
deskripsi dari batuan yang dianalisa dari perlapisan bawah permukaan yang kami
lakukan. Maka disimpulkan pada kedalaman kurang lebih 300 cm airtanah lebih
berpotensi untuk didapatkan dengan cepat.